Anda di halaman 1dari 18

KPK Tanam Bibit Antikorupsi Kepada

Pemuda Sabang
Joko Panji Sasongko , CNN Indonesia
Selasa, 01/11/2016 01:41 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menggelar Anti-Corruption Youth
Camp yang ketiga pada 18-28 Oktober 2016 di Sabang, Aceh. Perhelatan yang
mengusung tema Energi Muda Desa untuk Negeri ini diharapkan mampu mendorong
anak muda untuk dapat melakukan perubahan sosial di masa yang akan datang.

KPK menggandeng Indonesia Corruption Watch (ICW), Ikatan Pemuda dan


Mahasiswa Sabang, Sekolah Antikorupsi Aceh, MATA Aceh, GERAK Aceh, dan
Ketjilbergerak Yogyakarta dalam memberikan materi soal korupsi. Acara ini diikuti
oleh 69 peserta yang berasal dari 42 komunitas dan organisasi kepemudaan yang
berada di 17 daerah di Indonesia.

KPK menilai, pemuda sebagai agen perubahan yang bisa diandalkan di masa yang
akan datang. Sejarah menyebutkan anak muda merupakan sosok yang paling
dominan dalam melakukan reformasi. Ambil contoh, organisasi mahasiswa Boedi
Oetomo (1908) yang melawan dominasi kaum tua yang anti perubahan dan Sumpah
Pemuda (1928) yang menjadi tonggak pemersatu anak muda Indonesia.

Ada juga peristiwa penculikan Soekarno oleh para pemuda untuk Proklamasi
Kemerdekaan pada peristiwa Rengasdengklok (1945), tumbangnya Orde Lama oleh
gerakan mahasiswa (1966), dan penggulingan rezim Orde Baru dalam
memperjuangkan reformasi (1998).

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang mengatakan, institusinya menanam sembilan nilai
dasar antikorupsi, yakni jujur, peduli, mandiri, sederhana, kerja keras,
tanggungjawab, berani, dan adil.

Menurut dia, perubahan sosial bisa dilakukan oleh setiap segmen. Tak terkecuali
generasi muda yang dipercaya memiliki kekuatan tersendiri. Ia berharap, generasi
muda dapat terlihat dalam volunterisme dan aktivitisme untuk melawan korupsi.

“Pendidikan antikorupsi harus berujung pada tumbuhnya pengetahuan, kesadaran,


dan sikap nyata untuk melawan korupsi sebagai musuh bersama. Karenanya,
kekuatan itu juga harus digunakan dalam perjuangan memberantas korupsi,” ujarnya
dalam pembukaan Anti-Corruption Youth Camp 2016, belum lama ini.

Ardiansyah Putra, Ketua Panitia Anti-Corruption Youth Camp 2016 bilang, para
pemuda ini digembleng dalam tiga tahapan kegiatan. Pertama, tahap penyemaian, di
mana para peserta dibekali berbagai materi antikorupsi dari para tokoh yang memiliki
pengalaman dalam melakukan perubahan sosial.

Kedua, sambung dia, kegiatan fokus pada konsep berakar, di mana para peserta
dipecah menjadi empat kelompok dan ditempatkan di empat gampong (desa), yaitu
Gampong Cot Bau, Gampong Aneuk Laot, Gampong Iboih, dan Gampong Jaboi.

“Pada tahap tinggal bersama penduduk, mereka ditantang untuk menyelesaikan


persoalan sosial yang ada, sekaligus membangun kesadaran kolektif dan
meletakkan dasar antikorupsi,” imbuh dia.

Ketiga atau tahap terakhir, kegiatan fokus pada konsep bertumbuh, di mana para
peserta saling berbagi pengalaman yang dihadapi selama menetap di gampong
masing-masing.

“Pada tahap bertumbuh, mereka diharapkan dapat membangun jejaring dan sinergi
yang lebih solid dalam merencanakan program perbaikan di daerah asal mereka,”
terang Ardiansyah.

Bank Sampah, Medsos, Hingga Keripik

Dalam praktik live in di setiap gampong, para kelompok terlihat menemukan


sejumlah masalahnya masing-masing. Lalu, mereka membuat solusi yang
diharapkan mampu mengatasi permasalahan tersebut. Misalnya, di Gampong Iboih,
para peserta menemukan ada masalah dalam transparansi dan minimnya promosi
wisata.

Terletak di ujung Pulau Sabang, Gampong Iboih yang memiliki aset wisata kilometer
nol dianggap belum mampu memberdayakan media sosial dan internet untuk
menarik wisatawan berkunjung ke wilayahnya.

Sementara, terkait transparansi, mereka menilai, pemerintah setempat enggan


secara terbuka menyampaikan penggunaan anggaran dalam proses pembangunan
wilayah tersebut. Hal ini menimbulkan indikasi dugaan korupsi dan lunturnya
kepedulian masyarakat setempat akan wilayahnya.

Karenanya, kelompok terkait membuat sebuah situs khusus yang menampilkan


pariwisata kilometer nol. Situs ini dibuat sebagai bagian dari penanaman nilai
antikorupsi berupa kepedulian dan kemandirian.

Kelompok tersebut juga menyambangi kantor Gampong Iboih dan menggelar


audiensi dengan pihak-pihak terkait masalah transparansi. Mereka menyampaikan
masukan hasil penyemaian tentang tata kelola pemerintahan yang transparan dan
berakuntabilitas.

Kelompok lain yang ditempatkan di Gampong Cot Bau menemukan masalah sosial
terkait minimnya kesadaran masyarakat akan kebersihan. Kelompok ini lantas
menggelar asosiasi dan simulasi Bank Sampah dan menabung hasil penjualan
sampah yang diperolehnya.

Dua kelompok lain yang ada di Gampong Iboih dan Aneuk Laot memilih melakukan
sosialisasi korupsi dan melakukan inovasi baru untuk meningkatkan promosi
pariwisata. Hal ini dilakukan karena, mereka tidak menemukan masalah krusial di
wilayahnya masing-masing.

Di Gampong Jaboi, kelompok lainnya membuat inovasi keripik mangrove sebagai


oleh-oleh wisatawan yang berkunjung ke Sabang. Mereka menilai, belum ada
makanan khas atau oleh-oleh khas selain baju bertuliskan Sabang.

Terakhir, di Gampong Aneuk Laot menggelar sosialisasi dan deklarasi antikorupsi


kepada masyarakat setempat. Meski, proses transparansi telah berjalan.
Diharapkan, hal ini mampu meningkatkan komitmen masyarakat dan aparatur
setempat dalam mencegah terjadinya korupsi dan penyalahgunaan kewenangan.

Sumber : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161101014101-12-169254/kpk-
tanam-bibit-antikorupsi-kepada-pemuda-sabang/
Ketua KPK Apresiasi Konvensi AntiKorupsi
2016 Pemuda Muhammadiyah

Nanda Perdana Putra

18 Jun 2016, 06:51 WIB

Agus berharap, dengan adanya gerakan antikorupsi yang masif, instansi pemerintah
seperti KPK dapat saling bersinergi.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Agus Raharjo


mengapresiasi pembukaan Konvensi Antikorupsi 2016, yang
diselenggarakan Pemuda Muhammadiyah di Gedung Dakwah Muhammadiyah,
Jakarta Pusat.

Saat menghadiri undangan tersebut, Agus mengatakan, kegiatan itu merupakan


upaya besar dari anak muda di Tanah Air dalam memberantas korupsi.

Dengan diawali gerakan antikorupsi tersebut, maka nanti akan semakin merapat
setiap gerakan sejenis, yang tentunya akan memperbesar kesadaran masyarakat
terhadap bahaya korupsi.
"Saya bangga dengan beberapa hal. Ketua Anda harusnya jadi orator ulung. Saya
tertarik dengan idenya berjemaah lawan korupsi," tutur Agus saat sambutan
pembukaan Konvensi Antikorupsi 2016 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jalan
Menteng Raya, Jakarta Pusat, Jumat 17 Juni 2016.

"Sekarang jemaahnya mungkin masih kecil, seperti jemaah salat subuh. Semoga
dengan ini bisa jemaahnya seperti salat Id," sambung dia.

Dia sedikit menyinggung ucapan Menko Kemaritiman Rizal Ramli, yang mengatakan
masyarakat sangat menanti-nantikan adanya penangkapan koruptor kelas kakap.

Sementara yang terbaru adalah operasi tangkap tangan (OTT) terkait kasus Saipul
Jamil.
"Sedikit klarifikasi. Itu pesan bahwa dunia peradilan kita masih berlepotan.
Sasarannya penegak hukumnya," ujar Agus sambil tersenyum.

"Kita saat ini banyak berurusan dengan hakim panitera. Tujuannya agar ada langkah
fundamental dalam Mahkamah Agung," lanjut dia.

Agus menyatakan, hingga kini pihaknya akan terus bekerja keras, demi menangkap
koruptor kelas kakap.

"Kami tidak akan mengurangi penindakan. Yang besar itu lebih pintar. Tapi kita
punya target. Membangun sistem di semua lini," jelas dia.

Agus berharap, dengan adanya gerakan antikorupsi yang masif, instansi pemerintah
seperti KPK dapat saling bersinergi dengan para pemuda, guna menciptakan negara
yang bebas dari para pencuri uang rakyat.

"Mudah-mudahan bisa saling bersinergi mewujudkan Indonesia antikorupsi,"


pungkas Agus.

Sumber : http://news.liputan6.com/read/2534299/ketua-kpk-apresiasi-konvensi-
antikorupsi-2016-pemuda-muhammadiyah diakses pada tanggal 13-09-2017 jam 14.00
WIB
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan Hadiri
Pelepasan Madrasah Mu'Allimin
Liputan6

01 Mei 2017, 19:21 WIB

Bertempat di gedung Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Ketua


MPR RI Zulkifli Hasan menghadiri acara pelepasan siswa kelas VI Madrasah
Mu'Allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017 pada hari ini,
Senin, 1 Mei 2017.

Liputan6.com, Jakarta Bertempat di gedung Sportorium Universitas


Muhammadiyah Yogyakarta, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menghadiri acara
pelepasan siswa kelas VI Madrasah Mu'Allimin Muhammadiyah Yogyakarta tahun
pelajaran 2016/2017 pada hari ini, Senin, 1 Mei 2017.

Acara tersebut juga dihadiri oleh pimpinan pusat Muhammadiyah Bapak prof. Dr.
Yunahar ilyas dan Direktur Mu’Allimin Bapak Aly Aulia

Dalam sambutannya, Ketua MPR Ri Zulkifli Hasan menuturkan bahwa harapan


beliau kepada para lulusan adalah menjadi sukses di bidang masing – masing.
Beliau menyemangati para lulusan bahwa nanti kedepannya mereka bisa menjadi
salah satu pemimpin dalam pemerintahan Indonesia.
Beliau juga sangat mengapresiasi para lulusan salah satunya dengan memberikan
hadiah laptop untuk 1 orang lulusan terbaik, dan hadiah sebesar 25jt rupiah kepada
masing masing tiga siswa lulusan terbaik tiap jurusan Madrasah Mu’Allimin
Muhammadiyah Yogyakarta.

Dalam acara tersebut Ketua MPR RI juga menyampaikan sosialisasi mengenai 4


Pilar MPR RI, yaitu Pancasila, UUD, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.

Zulkifli memilih menyampaikan sosialisasi ke pada anak anak muda karena menurut
beliau anak muda sangat penting dan jangan sampai anak anak muda luput dari nilai
luhur ke Indonesiaan kita.

“3 syarat Negara mau maju, menguasai ilmu pengetahuan, nilai nilai luhur ke
Indonesiaan, saling trust antar satu dengan yang lain” Tutur Zulkifli. Beliau juga
mengatakan bahwa peran pemuda harus bisa menjadi kelompok penekan untuk
gerakan anti korupsi, untuk keberpihakan kepada rakyat dan penegakan hukum yang
adil tidak tebang pilih.

Menurut Zulkifli, bangsa Indonesia sudah sepakat dengan sistem ketatanegaraan


demokrasi Pancasila. Zulkifli juga mengingatkan bahwa rakyat memiliki kedaulatan
dan kekuasaan.

"Bagi kita rakyat adalah yang utama. Rakyat umum yang mempunyai kedaulatan dan
kekuasaan," kata Zulkifli mengutip Bung Hatta tentang kedaulatan Rakyat.

Menurut Beliau, Rakyatlah yang memilih presiden, gubernur, bupati, walikota,


anggota legislatif. Yang berkuasa adalah rakyat. Tugas gubernur, bupati adalah
melayani rakyat dan Negara. Karena itu Zulkifli meminta masyarakat untuk tidak
menukar kedaulatannya dengan iming-iming money politics. Demikian ditegaskan
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan saat menyampaikan Sosialisasi Empat Pilar MPR di
hadapan para lulusan, Senin (1/5/2017).

Sumber : http://news.liputan6.com/read/2937828/ketua-mpr-ri-zulkifli-hasan-hadiri-
pelepasan-madrasah-muallimin diakses pada tanggal 13-09-2017 jam 14.00 WIB
Pimpinan Pusat Pemuda
Muhammadiyah Rilis Laporan
Keuangan
Rep: Singgih Wiryono./ Red: Teguh Firmansyah

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzhar Simanjuntak.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadyah


tahun ini kembali merilis laporan keuangan Organisasinya. Bendahara
Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPPM), Abdurrahman
Syahputra mengatakan, hal tersebut adalah bentuk dakwah berjamaah melawan
korupsi.

"Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah di bawah Komando Ketua Umum


Dahnil Anzar Simanjuntak, Sejak awal dilantik telah mendeklarasikan diri
mendorong Dakwah Berjamaah Lawan Korupsi, dan mendorong Gerakan
Antikorupsi sebagai Gerakan Kebudayaan," ujarnya dalam siaran pers, Jumat
(20/1).

Abdurrahman menjelaskan, Tanggungjawab bersama dari PPPM untuk


melakukan praktek-praktek transparansi dan Akuntabilitas dalam pengelolaan
keuangan organisasi.

"Bagi Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah modal utama Dakwah adalah


kepercayaan dan kredibelitas. Meneladani Rasullulah, modal utama Dakwah
beliau adalah keteladanan akhlak beliau yang dapat dipercaya," katanya.

Oleh karena itu, perlu PPPM untuk memberikan publikasi Laporan keuangan
yang dipublikasi melalui situs Pemuda Muhammadiyah. "Laporan keuangan yang
kami Sajikan di Website resmi Ini adalah Ringkasan Laporan Keuangan Tahun
Berakhir 2016," katanya.

Sumber :
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/01/20/ok36a4377-
pimpinan-pusat-pemuda-muhammadiyah-rilis-laporan-keuangan diakses pada tanggal
13-09-2017 jam 14.00 WIB
Hatta Rahman Bahas
Korupsi di SMP 1
Maros
Senin, 17 Oktober 2016 14:08

TRIBUN TIMUR/ANSAR

Bupati Maros Hatta Rahman memasangkan pin anti korupsi kepada siswa di SMP 1 Maros

Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe


TRIBUN-TIMUR.COM, MAROS - Bagian Pemberdayaan
Perempuan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan Maros dan agen
Saya Perempuan Anti Korupsi (SPAK) mencanangkan gerakan anak
sebagai agen perubahan, Senin (17/10/2016).
Kegiatan yang diikuti ratusan pelajar dari 48 sekolah se Kabupaten
Maros ini dipusatkan di aula SMP 2 Unggulan Maros/
Dari 48 sekolah dari tersebut, 38 di antaranya dari tingkat SD.
Sementara 10 sekolah lain, lima di antaranya setingkat SMP dan
lima lagi dari SMA.
Bupati Maros Hatta Rahman mengatakan, pelajar tersebut
berkampanye stop kekerasan terhadap anak dan stop korupsi di
lingkungan sekolah.
"Kegiatan ini sebagai rangkaian hari jadi ke-347 Sulsel. Kita ingin
kekerasan terhadap anak dicegah sejak dini. Pelajar kita juga harus
mengetahui bahaya korupsi," katanya.
Menurutnya, penanaman anti korupsi harus dilakukan sejak dini.
Contoh kecil bentuk korupsi, yakni siswa menyontek saat ujian.
Praktek korupsi tersebut harus dihilangkan.
"Kekerasan terhadap anak, seperti fisik dan verbal juga harus
dihentikan. Sayangi mereka," katanya.
Kegiatan ini melibatkan 22 relawan mahasiswa dan aktivis
perempuan Maros.(*)
Tags
Penulis: Ansar

Editor: Anita Kusuma Wardana

Sumber : http://makassar.tribunnews.com/2016/10/17/hatta-rahman-bahas-korupsi-
di-smp-1-maros diakses pada tanggal 13-09-2017 jam 14.00 WIB
Pemuda dan Gerakan
Antikorupsi

okezone.com

Lipsus, Antikorupsi.org (28/10/2015) – Sumpah pemuda menjadi bukti otentik bahwa


Indonesia adalah sebuah bangsa. 87 tahun yang lalu, kaum muda dari berbagai
etnik, ras, dan golongan bersumpah bersama dan berikrar bahwa meraka bercita-cita
untuk memperjuangkan keberadaan Indonesia. Tentu saja lain generasi lain juga
permasalahan bangsa. Kini di usia Indonesia sudah genap 70 tahun, korupsi
menjadi permasalahan baru bagi negara bangsa ini. Korupsi semakin menggurita.
Tentu ada banyak kesempatan bagi kaum muda untuk menunjukan eksistensinya
dalam menyelesaikan masalah antikorupsi. Mereka lebur dalam gerakan sosial
antikorupsi. Bagaimana mereka menterjemahkan gerakan sosial antikorupsi itu
menjadi cara-cara dan model yang populer dan konkrit? Antikorupsi.org
berkesempatan menelusuri beberapa inisiatif semangat gerakan antikorupsi yang
dilakukan oleh kaum muda di Indonesia yang memiliki latar belakang yang sangat
beragam dan mereka bergerak di beberapa daerah. Mereka cukup tekun dan ulet,
sebagaimana mereka mewarisi semangat sumpah pemuda 28 Oktober 1928.
Mereka punya keyakinan, bahwa dengan berbekal keuletan dan ketekunan bukan
hal sulit untuk mendorong gerakan antikorupsi.

Politik dan Gerakan Antikorupsi


Tentu banyak yang mengamini bila saat ini Indonesia berada dalam kondisi ‘darurat
korupsi’. Kondisi ini semakin parah karena kecenderungan kekuasaan yang semakin
terdesentralisasi. Korupsi yang dilakukan juga semakin berkembang mulai dari
modus mark up, potongan, suap, sampai pada tingkat mempengaruhi kebijakan.
Maka benar jika korupsi telah menjadi budaya. Dahnil Azhar, ketua Pimpinan Pusat
Pemuda Muhammadiyah mencoba mengaitkan kondisi ini dengan keberadaan kaum
muda. Menurutnya kelompok pemuda menjadi sebuah harapan bagi perubahan
Indonesia di masa yang akan datang. Dahnil memberikan prasyarat, bahwa harapan
itu akan menjadi kenyataan, asalkan nilai antikorupsi terus dirawat dan
disebarluaskan kepada anak muda. Jangan sampai generasi mudanya masuk ke
dalam ruang dimana korupsi dilakukan berjamaah.
Saat ini ada dua hal yang harus dilakukan pemuda dalam gerakan antikorupsi.
Pertama, lawan korupsi. Kedua, meningkatkan kompetensi diri dan terus berkarya.
Kaum muda harus terus meninggikan standar moral pribadi, komunitas dan
publiknya. Standar moral yang dimana kejujuran selalu hadir dalam tarikan nafas
anak muda, sehingga antikorupsi menjadi budaya, antikorupsi juga menjadi nilai.
Tentunya Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi kepemudaan (okp) tertua dan
terbesar di Indonesia percaya betul bahwa permasalahan utama bangsa ini adalah
korupsi. Korupsi bukan hanya merusak (fasaad) hak pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat, tetapi juga merusak moral. Kalau dulu para penjajah
telah merenggut hak kita sebagai anak bangsa, maka korupsi melakukan itu lebih
kejam.
Oleh sebab itu berangkat dari pemahaman tersebut, Pemuda Muhammadiyah
melakukan dakwah yang kami sebut “Berjamaah Lawan Korupsi”. Perlawanan kita
lakukan terhadap praktek korupsi di negeri ini, tetapi bukan sekedar bak muadzin
yang memanggil untuk melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi, Pemuda
Muhammadiyah juga memulai perlawanan terhadap korupsi dimulai dari diri sendiri
yang dalam bahasa agama dikenal sebagai ibda binafsih. Gerakan internalisasi nilai
membangun budaya antikorupsi pun dilakukan, maka kami mendirikan tempat
pembinaan antikorupsi yang kami sebut sebagai “Madrasah Antikorupsi”.
Bekerjasama dengan sahabat-sahabat kami di ICW kami menginisiasi madrasah
antikorupsi sebagai lembaga yang mendorong nilai-nilai antikorupsi bagi anak muda
Indonesia. Dalam waktu 6 bulan terakhir ini kami sudah mendirikan 4 Madrasah
Antikorupsi di 4 Kota, yakni di Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Provinsi
Bangka Belitung dan Kabupaten Gresik. Targetnya, bisa mendirikan 20 Madrasah
Antikorupsi di seluruh Indonesia.
Dahnil berpesan agar para pemuda di seluruh Indonesia secara bersama-sama terus
merawat nilai-nilai kejujuran dan meningkatkan standar moral sebagai bagian dari
kehidupan keseharian kita. “Mari kita membangun budaya baru yaitu budaya
antikorupsi!”, ajaknya.

Lawan Korupsi Lewan Musik


Sindikat Musik Penghuni Bumi (Simponi) adalah band pop rock yang didirikan untuk
melakukan pendidikan publik dengan media musik. Sakti Sanjaya sebagai vokalis
dan gitaris, Bayu Agni sebagai lead guitarist, T. Zulqaini Khaiqal sebagai drummer.
Zulqaini ini juga dikenal sebagai aktor film Garuda 19. Selanjutnya ada Rama
Prayuda Aruman sebagai bassist, Rendy Ahmad sebagai vokalis, gitaris. Rendy
adalah aktor Film Sang Pemimpi dan Garuda 19. Terakhir ada M. Berkah Gamulya
sebagai player-manager, dan merangkap sebagai Direktur Eksekutif BHACA (Bung
Hatta Anticorruption Award). Mereka berlima adalah pemuda yang suka dengan
musik, bisa bermain musik. Anggapan bahwa hampir semua orang suka musik
menjadi alasan kenapa Simponi berkarya melawan korupsi lewat musik.
Musik merupakan alat penyampaian pesan yang universal. Dalam unsur penyajian,
Simponi telah menyampaikan musik pendidikan ditambah dengan diskusi musikal
baik ke sekolah-sekolah maupun universitas. Tema yang disampaikan adalah
korupsi, anti kekerasan terhadap perempuan dan anak dan juga lingkungan.
Selama 5 tahun ini Simponi sudah melakukan tur diskusi musikal di 70 kota di
Indonesia atau lebih tepatnya di 216 sekolah dan universitas. Serta menjangkau
28.344 pelajar/ mahasiswa. Tujuannya supaya orang beraksi (bergerak melakukan
sesuatu) setelah mendapatkan informasi. Hal ini merupakan upaya dalam rangka
meningkatkan kesadaran kritis kaum muda dan langsung bergerak setelah
mendapatkan informasi atau pesan.
“Korupsi menyebabkan kemiskinan, korupsi juga penyebab asap dari pembakaran
hutan, penyebab maraknya kekerasan seksual karena kualitas pendidikan yang
jelek, dan banyak hal negatif lainnya,” tegas M. Berkah Gamulya saat dihubungi
antikorupsi.org
Menurutnya, korupsi tidak hanya sebatas pada kejahatan atas kemanusian tetapi
juga lingkungan hidup. Korupsi menciptakan segelintir atau sekelompok orang
menjadi kaya raya, dan pada saat yang sama menyebabkan banyak masyarakat
menjadi korban ketidakadilan dan dampak kerusakan lingkungan. Maka Simponi
setuju jika para koruptor dan kroni-kroninya harus dihukum berat.
Menurut Simponi sumpah pemuda memiliki makna sebagai ‘bertanah air satu, tanah
air tanpa korupsi. Berbagsa satu, bangsa yang lestari. Berbahasa satu, bahasa
tanpa kekerasan’. Semboyan tersebut telah dituangkan dalam lirik lagu Simponi yang
berjudul Vonis. Saat ini, banyak peranan yang bisa diambil oleh kaum muda. Karena
sudah banyak anak muda yang tidak lagi apatis dan mau bergerak. Namun,
jumlahnya masih masih kalah dengan jumlah penduduk Indonesia, jumlah daerah,
dan jumlah kasus yang harus dicegah dan direspon cepat. Maka dari itu masih
dibutuhkan kerja keras lagi agar lebih banyak anak muda yang terlibat dalam
gerakan antikorupsi dan sosial.
Kedepan generasi muda harus mulai memperbaiki diri sendiri. Susah memang tapi
bukan berarti tidak bisa. Secara perlahan kita sudah harus bersikap jujur, adil, dan
bersih dengan menjalankan nilai-nilai antikorupsi, lalu kita dapat mempengaruhi
orang-orang disekitar kita. “Ini upaya agar nantinya jika menjadi kelompok
profesional atau masuk di sektor pemerintahan atau swasta tidak menjadi koruptor.
Sebaliknya mereka harus menjadi pelopor gerakan antikorupsi di wilayah tersebut!”,
tutup Berkah Gamulya.

Lawan Korupsi Lewat Seni (Mural)


Mural merupakan lukisan dinding yang memiliki makna propaganda yang sering
ditemui di jalan-jalan. Banyak isu yang bisa ditampilkan dalam mural, salah satunya
isu antikorupsi. Serrum (share room) merupakan komunitas seni grafis yang berasal
dari sebuah kampus perguruan tinggi seni rupa di Jakarta, yang merasa perlu untuk
mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku kuliah ke dalam dunia nyata. Gerakan
antikorupsi bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai media dan cara. Salah
satunya adalah berbentuk advokasi yang dilakukan Serrum melalui media visual
yang dituangkan dalam mural di dinding-dinding di jalan. Salah satu pendiri Serrum,
Arman Arief Rachman mengatakan, wujud dari apa yang telah dilakukan Serrum
adalah sekitar 20 gambar mural yang bertemakan antikorupsi.
Menurut Arman yang kini menjadi koordinator Serum, seni mural merupakan karya
propaganda yang memiliki nilai karya seni, memiliki bobot pesan yang mudah
disampaikan dan dimengerti bagi yang melihatnya. Tentunya hal itu harus dibarengi
dengan penciptaan isi pesan yang bagus dan menarik serta teknik gambar yang
baik.
Hari sumpah pemuda mejadi sangat penting sebagai momentum anak muda untuk
bangkit melakukan sesuatu. Menunjukan eksistensi dengan menunjukan
keberadaaan mereka dan kemampuan mereka. Anak muda harus merasa gerah
melihat korupsi yang sudah menjadi anak emas. Korupsi telah merambat luas seperti
akar serabut..
Media sosial (medsos) telah menjadi makanan sehari-hari anak muda, dunia digital
yang semakin berkembang membuat ‘selfie’ menjadi sangat mudah dilakukan,
namun disayangkan tidak sedikit yang memanfaatkan medsos hanya untuk
menunjukkan eksistensi tanpa ada isi pesan perubahan. Maka sudah saatnya anak
muda untuk memanfaatkan media sosial dan teknologi digital untuk membuat
sesuatu yang bermanfaat untuk masyarakat banyak. “Jadi kita jangan hanya
menunjukan ada tapi juga harus berada,” jelas Arman.
Slogan ‘Berani Jujur Hebat’ sangat pas untuk dipakai oleh banyak anak muda di
Indonesia. Misalnya, jika kita ditilang polisi di jalan maka beranikah kita mengakui
kesalahan tanpa meminta ‘damai’ yang seringkali dilakukan oleh banyak orang.
Maka sudah saatnya pemuda untuk bangkit dan melawan korupsi dan kejahatan
lainnya.

Pemuda dan Gerakan Buruh


Buruh merupakan salah satu elemen masyarakat yang memiliki basis kuat dan
diperhitungkan dalam kehidupan sosial di Indonesia. Tidak sedikit juga di Indonesia
bekerja sebagai buruh, dan buruh didominasi oleh mereka yang berusia muda.
Mereka memilih berprofesi sebagai buruh dengan berbagai alasan. Namun sekali
lagi, apapun latar belakang profesinya generasi muda merupakan bagian terpenting
dari bangsa ini.
Terkait dengan korupsi, maka kaum muda harus menduduki barisan perlawanan
paling depan melawan korupsi. Serta mencegah sedini mungkin korupsi dapat
terjadi.
Anis Hidayah direktur Migrant Care mengatakan itu ketika ditemui antikorupsi.org
beberapa saat lalu. Menurut Anis banyak yang dapat dilakukan pemuda saat ini
dalam gerakan antikorupsi. Semua akses dan ruang telah terbuka untuk hal tersebut.
Tentu saja hal itu harus dibarengi dengan kemauan dan tekad yang kuat. Karena
setiap anak muda memiliki kapasitas sesuai dengan keberadaan dan keadaan
masing-masing. Misalnya, kalau yang masih sekolah bisa mengkritisi kebijakan
sekolah yang tidak transparan. Bagi yang sudah bekerja, bisa mengontrol dan kritisi
kebijakan tempat kerja yang tidak profesional. Hal yang sama juga berlaku bagi
kaum muda yang saat ini memilih profesi sebagai buruh, mereka dapat mengkritisi
kebijakan pemerintah misalnya yang berindikasi ada korupsi di salah
satu kebijakannya atau di perusahaan tempat mereka bekerja.
“Kita harus melawan korupsi bersama-sama. Karena itu penting bagi anak muda
untuk menyebar ke seluruh pelosok negeri untuk menggaungkan gerakan
antikorupsi,” tegasnya.
Tidak terkecuali dengan peran negara yang sangat penting, guna merangkul
generasi muda untuk menjadi duta antikorupsi ke seluruh Indonesia dan dunia. Serta
mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bekerjasama melawan korupsi.
Ide-ide tentang gerakan antikorupsi tidak hanya dilakukan oleh tokoh dan seniman
antikorupsi. Antikorupsi.org merangkum beberapa kegiatan antikorupsi yang pernah
dilakukan oleh alumni Sekolah Antikorupsi (SAKTI) 2015. Bukan hanya mereka yang
ada di Jakarta, namun juga mereka yang berada di Yogyakarta dan Sulawesi
Selatan.

Emoh Korupsi, Pemuda Jogja Ber-AKSI Lawan Korupsi


Pada tanggal 26-27 September 2015 Alumi SAKTI 2015 Judith Chanutomo dan
Hening Kartika Nudya mengadakan diskusi publik bertajuk ‘Emoh Korupsi: Pegelaran
Seni dan Diskusi Pendidikan Antikrouspi yang digelar di Gereja Hati Kudus Pugeran
Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan serangkaian dari program antikorupsi Jogja Ber-
Aksi lawan korupsi, yang juga dibantu oleh berbagai komunitas di Yogyakarta,
seperti Komunitas Bunda Kata, Druwo Art Space, Garda Belakang, Hello Book, Mata
Pena, Saseni Tala, Pandawa, Presisi, dan Sanggar Anak Jaman. Selain itu, terdapat
beberapa budayawan dan seniman yang memiliki perhatian terhadap gerakan
antikorupsi, seperti Rian Sugiarto, Koskow, Cak Udin, dan Aznar Zacky. Acara ini
terbuka untuk umum, dan dihadiri bukan saja oleh para seniman tetapi juga
beberapa umat jemaat gereja Pugeran.
“Ini nantinya acara seperti ini akan diselenggarakan di setiap kabupaten/kota di
Yogyakarta sekitar bulan September dan Desember,” ujar Judith saat dihubungi
antikorupsi.org
Pada acara itu, di hari pertama selain digelar pameran juga terdapat pertunjukan
wayang spon yang dimainkan oleh Sanggar Anak Jaman. Lakon yang dimainkan
bertemakan kemerdekaan dan antikrorupsi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi
buku Republik Rimba oleh Rian Sugiarto. Buku ini menceritakan bagaimana usaha
melawan korupsi melalui seni dan sastra.
Sedangkan pada hari kedua, acara dilanjutkan dengan diskusi pendidikan
antikorupsi yang sajikan oleh Cak Udin dan M. Hadid (budayawan), Koskow (dosen
DKV ISI), Sukri (fotografer), dan Aznar Zacky (ilustrator sampul buku Gurita Cikeas).
Diskusi ini menyimpulkan bahwa gerakan pendidikan antikorupsi melalui seni adalah
suatu gerakan yang lebih membumi, karena seni adalah bahasa keindahan yang
lebih mudah dipahami dan disukai. Korupsi sebagai musuh bersama harus dilawan
dengan gerakan seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya orang kelas atas.
Karenanya kesadaran bersama harus dibangun, sehingga gerakan ini mampu
berkembang lebih luas dan kuat.

Petani, Pahlawan Sumber Daya Alam


Keresahan dan kesusahan menghinggapi para petani di Kabupaten Takalar
Sulawesi Selatan yang sedang susah payah untuk membangun jembatan sebagai
akses menuju ke sawah mereka. Kejadian ini terjadi pada bulan Oktober 2015. Letak
persawahan mereka yang berada di daerah ini cukup luas dan biasanya antar petak
sawah itu dibatasi oleh sawah-sawah kecil yang kadangkala cukup menyulitkan buat
mereka yang ingin melewati jalan tersebut dengan menggunakan sepeda motor,
sehingga dengan keadaan itu mereka harus memutar dan menempuh jarak yang
cukup jauh untuk sampai ke persawahan mereka. Inisiatif datang dari salah satu
petani bernama Uceng yang melakukan gerakan bersama 30 petani lainnya untuk
membangun jembatan. Bermodalkan dukungan para petani dan masyarakat, melalui
internet Uceng mampu mengumpulkan dana yang cukup untuk membangun
jembatan.
Perjuangan tidak semulus yang dibayangkan, pemerintah desa (pemdes) merasa
gusar karena Uceng dan para petani lainnya dinilai mengambil wewenang pemdes.
Akhirnya gerakan ini sempat terhenti dan para pejuang pembangunan jembatan
diminta untuk meminta maaf melalui salah satu akun media sosial.
Melihat hal ini, Salah satu alumni SAKTI 2015 Safrin Salam bersama tim di
daerahnya membuat proyek bernama Takalar Budgeting Center. Mereka melakukan
advokasi kepada para petani.
“Kita beri pemahaman hukum, pengarahan dan pengelolaan dana agar lebih
transparan dan akuntabel, juga melakukan edukasi dan pengorganisasian massa,”
kata Safrin saat dihubungi antikorupsi.org
Advokasi ini bertujuan agar para petani dapat lebih solid dalam gerakan sosial yang
dibangun, serta tidak lupa mengajak masyarakat untuk berpartisipasi.
Melihat kerumitan masalah tersebut, Takalar Budgeting Center melakukan advokasi
seperti pemahaman hukum, pengarahan dan pengelolaan dana, serta melakukan
edukasi pengorganisasian massa agar pertani dapat melibatkan elemen masyarakat
dan petani lainnya dalam gerakan sosial yang lebih terintegrasi dan bisa bergerak
bersama.
Advokasi yang dilakukan akhirnya membawa hasil. Dalam beberapa minggu
kemudian para petani berhasil mngumpulkan dana dari “promosi” online sebesar Rp
6,3 juta. Sampai saat ini proses pembuatan jembatan telah selesai 50 persen.
“Kita terus memantau dan mendampingi mereka sampai rampungnya pembangunan
jembatan. Kami juga melakukan kajian dan pengumpulan bukti-bukti karena banyak
yang mengeluhkan masalah penyalahgunaan distribusi bibit,” tegas Safrin.

Ogah Korupsi, Sudah Saatnya Anak Muda Melawan Korupsi


Pelaku korupsi di Indonesia terdiri dari bermacam-macam latar belakang dan bidang
kehidupan. Meskipun sektor tambang dan migas menjadi lahan paling subur sebagai
tempat terjadinya korupsi. Dari segi umur, pelaku korupsi pun tidak hanya mereka
yang bergolongan tua saja, politisi muda juga turut serta dalam pesta korupsi. Apa
sebabnya?
Bobroknya nilai moral dan buruknya pembangunan karakter menjadi salah satu poin
penting untuk diperhatikan. Ketika berbicara mengenai pembangunan karakter, maka
hal itu dapat dilakukan dalam pendidikan di Indonesia.
Sekolah tidak hanya menjadi tempat bagi kaum muda dan anak-anak usia dini untuk
menimba ilmu, melainkan juga sebagai tempat untuk membentuk karakter dan
prinsip hidup. Apabila sejak usia muda (baca: sekolah) seseorang sudah salah
kaprah memegang prinsip dan memiliki moral yang bobrok, maka rantai korupsi tidak
akan pernah bisa diputus.
Latar belakang ini yang membuat Yohanes Suryo Bagus Tri H dan Mustika Hans
Alumi, SAKTI Jakarta yang mengusung sebuah kegiatan pendidikan karakter dengan
judul “Ogah Korupsi”. Kegiatan pendidikan karakter berupa penyuluhan ini
merupakan sebuah usaha untuk mencegah tumbuh suburnya bibit korupsi pada
manusia Indonesia. Ada tiga tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan “Ogah Korupsi”
ini. Pertama, agar peserta didik memiliki pengetahuan secara mendalam mengenai
tindakan korupsi dan dampaknya dalam ranah politik, sosial, pendidikan dan budaya.
Kedua, mengajak peserta didik untuk turut serta menjadi agen gerakan antikorupsi
dalam lingkup mereka masing-masing. Ketiga, kegiatan ini bertujuan untuk
menanamkan karakter antikorupsi dalam diri peserta didik.
Kamis, 22 Oktober 2015 lalu, kegiatan pertama mereka digelar. SMP dan SMA St.
Bellarminus menjadi tempat perdana kegiatan “Ogah Korupsi”. Sekitar 220-an siswa
dan siswi SMP dan SMA St. Bellarminus berkumpul di aula sekolah. Acara diisi
dengan dengan melihat video profil Indonesian Corruption Watch (ICW). Mustika
Hans dan Suryo Bagus juga mengajak peserta didik untuk berdiskusi tentang apa itu
korupsi. Peserta didik diajak untuk memahami bahwa korupsi bukan hanya berarti
mengambil atau mencuri uang negara, melainkan ada banyak bentuk tindakan lain
seperti gratifikasi, suap-menyuap, nepotisme, dan lain sebagainya.
Peserta didik diajak pula memahami dampak korupsi, secara khusus dalam bidang
pendidikan dan kehidupan sosial. 18 juta manusia Indonesia masih menderita buta
huruf, hal ini akan cepat diatasi apabila 530 triliun uang negara yang dikorupsi tiap
tahunnya dialihkan untuk membangun gedungsekolah-sekolah bagi daerah yang
belum memiliki sekolah.
Peserta didik diajak memahami bahwa korupsi tidak hanya terjadi di luar tembok
sekolah. Di dalam lingkup sekolah pun, korupsi sudah merajarela, bahkan sudah
mengakar. Tindakan menyontek, korupsi waktu, penyelewengan uang iuran adalah
bentuk-bentuk korupsi yang terjadi di sekolah.
Di akhir kegiatan, peserta didik diajak untuk membuat rencana nyata sebagai wujud
komitmen melawan korupsi. Rencana tindak lanjut dibuat per kelas dan diawasi
kelanjutannya oleh wali kelas masing-masing. Dalam kesimpulan kegiatan, baik
peserta didik maupun fasilitator menyetujui bahwa gerakan melawan korupsi adalah
tugas semua orang, termasuk anak muda.
Kegiatan “Ogah Korupsi” ini diterima baik oleh peserta didik dan mereka pun
bersyukur karena mendapatkan wawasan yang sangat penting ini. Melihat hal positif
ini, Yohanes Suryo dan kawan-kawan hendak melanjutkan “Ogah Korupsi” di
beberapa sekolah yang ada di Jakarta. SMP-SMA Kolese Kanisius dan SMA 8
Jakarta adalah dua sekolah yang menerima tongkat estafet “Ogah Korupsi”. Ayu-
Abid
Sumber : http://www.antikorupsi.org/id/content/pemuda-dan-gerakan-antikroupsi
diakses pada tanggal 13-09-2017 jam 14.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai