LEMBAR PENGESAHAN
2
DAFTAR iSI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan
sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang
lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di
berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis
(HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut tentang
hernia ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu
hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding
abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang
artinya kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia
ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah
lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) terjadi
disebabkan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.3
5
biasanya dan bisa
merupakan pada waktu
kegagalan dewasa.
penutupan
cincin ingunalis
interna pada
waktu embrio
setelah
penurunan
testis
Hernia Keluarnya Medial Tidak Dewasa
ingunalis langsung
medialis menembus
fascia dinding
abdomen
6
2.2 KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga tahapan, yaitu:3
Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3
Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3
1. Hernia Indirek
2. Hernia Direk
7
Tabel 2.2 Klasifikasi Hernia Inguinalis
8
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
2.3 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi,
tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:2
1.Peningkatan tekanan intra abdomen yang berulang.
Overweight
Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran
badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau
gangguan saluran kencing
Adanya tumor yang mengakibatkan sumbatan usus
Batuk yang kronis disebabkan infeksi, bronkitis, asma, emfisema,
alergi
Kehamilan
Ascites
2.4 PATOFISIOLOGI
Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole
inferior gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan
melewati dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi
kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular
peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada
pria, testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis, testis
9
akan turun melewati canalis inguinalis ke scrotum disebabkan kontraksi
gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi penurunan terlebih dahulu
sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih
banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior
menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia
majus. Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan
rongga peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini
akan melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis.
Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia
inguinalis lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal
Nuck. Akan tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan
menutupnya processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang
terkena hernia ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.5
10
2.5 ANATOMI
Keberhasilan operasi hernia inguinal tergantung akan pengetahuan
tentang dinding abdomen,kanalis inguinalis dan lapisan-lapisan dinding
abdomen.
Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang
terdiri atas lapisan miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini
banyak memakai nama penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi
mereka. Dalam bukunya Skandalakis (1995), dinding abdomen pada dasar
inguinal terdiri dari susunan multi laminer dan seterusnya.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Camper’s dan Scarpa’s) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa).
Bagian superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar
penis, skrotum, perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas
dari dinding abdomen ke arah penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau
lapisan luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang
ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus
obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang
publis., Lakunare (Gimbernat) merupakan paling bawah dari ligamentum
inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus yang berasal
dari daerah Sias. Ligamentum ini membentuk sudut kurang dari 45 derajat
sebelum melekat pada ligamentum pektineal. Ligamentum ini membentuk
pinggir medial kanalis femoralis.2
5. Spermatik kord pada laki-laki, ligamen rotundum pada wanita.
11
6. Muskulus transversus abdominis dan aponeurosis muskulus obliqus
internus, falx
inguinalis (Henle) dan konjoin tendon.
7. Fasia transversalis dan aponeurosis yang berhubungan dengan ligamentum
pectinea
(Cooper), iliopubic tract, falx inguinalis dan fasia transversalis.
8. Preperitoneal connective tissue dengan lemak.
9. Peritoneum
10. Superfisial dan deep inguinal ring. 5
12
kanalis inguinalis adalah:
- Anterior : Dibatasi oleh aponeurosis muskulus obliqus eksternus dan
1/3
lateralnya muskulus obliqus internus.
- Posterior : Dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus
abdominis yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk
dinding posterior dibagian lateral.
- Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa dan konjoin tendon,
dinding posterior berkembang dari aponeurosis muskulus transversus
abdominis dan fasia transversal.
- Superior : Dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus obliqus internus
dan muskulus transversus abdominis dan aponeurosis.
- Inferior : Dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare.
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf
“U” dan “V” dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin
13
interna adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis,
iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh
darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah
daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus,
berbentuk “U” dangan ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 8
14
cooper.Lubang ini ditembus oleh funiculus spermaticus, dan bagian bawah
oleh pembuluh darah vena dan arteri femoralis. Lubang myopectineal
dilindungi oleh aponeurosis transversus abdominis dan fascia transversalis.
15
memberikan gambaran yang sama .hernia yang turun hingga ke skrotum
hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.8
Pada inspeksi, saat pasien berdiri dan tegang, pada hernia direct
kebanyakan akan terlihat simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cicin
eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat pasien berbaring.8
Pada palpasi, dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan
adanya tahanan pada hernia inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia
direct tidak akan terasa dan tidak adanya tahanan pada dinding posterior
kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada pemeriksaan jari
dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia direct.
Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan
melalui cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia
direct dan hernia inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa
pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbach’s dan kebalikannya pada
hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka perbedaan dan hubungan
secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada
kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat
sebelum dilakukan operasi.8
2.7 KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.11
16
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
2.8.1 Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
17
2.9 PENATALAKSANAAN HERNIA
- Mengurangi hernia.
- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.
Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
- Menurunkan tegangan otot abdomen.
- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20°
terhadap hernia inguinalis.
- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan
menimbulkan proses analgesia.
- Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi
unilateral (seperti kaki kodok)
- Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan
yang berlanjut selama proses reduksi penonjolan
- Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu
mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah
apeks akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.
- Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali
percobaan
- Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat
dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7
18
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa
kontraindikasi. Penanganan ini untuk semua pasien tanpa memandang umur
inkarserasi dan strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko
operasinya.
Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi
kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat
dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien
geriatri.
Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih baik apabila
dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat
tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi
hernia.
Karena kemungkinan terjadinya inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada
hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi
untuk mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan
panggul dielevasikan dan di beri analgetik dan obat sedasi untuk relaksasikan
otot-otot.
Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan
tidak ada gejala strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk
memastikan usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.
Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna
gelap.7
19
testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti
tindakan operatif.
- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-
Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan operasi elektif karena angka
mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan operasi cito.
2. Operatif
- Anak-anak
o Herniotomy :
20
kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu
dipotong.
- Dewasa
o Herniorrhaphy :
21
2.10 TEKNIK-TEKNIK OPERASI HERNIA
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang
kantung dan memperbaiki dinding abdomen.
22
obliquus abdominis internus atau conjoint tendon ke ligamentum inguinal.
Prosedur ini juga menyempitkan cincin interna.
Mulai perbaikan dengan menggunakan benang no.1. Jahitan silang
harus dimasukkan melewati ligamentum inguinalis pada jalur yang berbeda
dengan arah serat, serat dirawat terpisah sepanjang garis ligamentum.
Masukkan jahitan silang pertama ke ligamentum pectineal.12
Masukkan jahitan berikutnya melalui conjoined tendon dan ligamentum
inguinal, teruskan ke arah lateral untuk memasukkan jahitan silang pada
bagian ini. Tinggalkan jahitan silang tanpa diikat sehingga semuanya masuk. 12
Kemudian jahitan silang didekatkan ke cincin sebelum jahitannya diikat,
dan harus masih bisa dilalui ujung jari melewati cincin sepanjang cord.
Kemudian ikat jahitan dimulai dari tengah dan potong ujungnya. 12
Dan terakhir, tambahkan tegangan sehingga cincin interna masih bisa
dilalui ujung jari.12
Tutup aponeurosis obliquus eksterna secara kontinyus dengan chromic
cat gut 0.Jahit kulit secara interrupted 2.0.12
23
2.10.2 Teknik Operasi Hernia
Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
24
4. Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan
conjoint tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum
Cooper.12
5. Shouldice
Langkah pertama:
Setelah dilakukan incisi garis kulit sampai fasia, dengan
preparasi saraf ilioinguinal dan iliohipogastrika, bebaskan funikulus dari
fasia transversalis sampai ke cincin interna, membuang kantong dan
ligasi setinggi mungkin.2
Dilanjutkan dengan memotong fasia transversalis dan
membebaskan lemak pre peritoneal. Langkah berikutnya dilakukan
rekonstruksi dinding belakang inguinal dengan jahitan jelujur membuat
suatu flap dari tepi bawah fasia ke bagian belakang flap superior,
usahakan titik jahitan tidak segaris dengan jarak 2-4 mm.2
Langkah berikutnya dilakukan rekonstruksi dinding belakang
inguinal dengan jahitan jelujur membuat suatu flap dari tepi bawah fasia
25
ke bagian belakang flap superior, usahakan titik jahitan tidak segaris
dengan jarak 2-4 mm.12
Bagian flap superior yang berlebih dijahitkan kembali pada
lapisan dibawahnya dengan jelujur membentuk lapisan ke dua
.Demikian seterusnya dengan menjahit tendon konjoin ke ligamentum
inguinal membentuk lapisan ke tiga. Kemudiaan penjahitan aponeorosis
obliqus eksterna membentuk lapisan ke empat. 12
26
berintegrasi dengan jaringan sekitar. Agar integrasi menjadi solid, prostesis
berupa anyaman yang berpori sehingga jaringan tumbuh diantara pori-pori
tersebut. Polypropylene mesh dikategorikan memiliki sifat tersebut serta
mampu bersifat permanen sehingga tidak diperbolehkan kontak langsung
dengan organ visera karena akan menimbulkan perlengketan serta obstruksi
atau pembentukan fistula. Saat ini polypropylen mesh dipilih sebagai prostesis
baku dalam petatalaksanaan hernio plasty.6
Hernioplasty dengan polypropylene mesh mencegah terjadinya
peregangan sewaktu rekonstruksi dinding belakang kanalis inguinal sehingga
perasaan nyeri pasca operasi dapat berkurang dengan nyata. Diikuti
pemulihan dan kembali kepada aktivitas rutin yang lebih dini, serta
pencegahan rekurensi jangka panjang. Pemulihan dan kemampuan kerja
setelah operasi ternyata sangat dipengaruhi oleh rasa sakit (Callesen, 1999).
Bax (1999) melaporkan dengan polypropylene mesh lebih dari 60% pekerja
kasar dan lebih dari 90% pekerja kantoran telah dapat bekerja dalam 10 hari.
Ismail (2000) melaporkan 74 % penderita telah kembali mengemudikan mobil
dalam 10 hari, 49 % diantaranya dalam 7 hari.6
Untuk mencegah rekurensi jangka panjang penggunaan material harus
cukup lebar untuk menutup seluruh defek miopektineal (dengan ukuran 10 x 5
cm), tidak terjadi lipatan-lipatan, melingkari bagian dari spermatik kord di
daerah kanalis inguinal interna.6
27
DAFTAR PUSTAKA
28