PENDAHULUAN
Jalan tol atau di Indonesia disebut juga sebagai jalan bebas hambatan adalah
suatu jalan yang dikhususkan untuk kendaraan bersumbu dua atau lebih
(mobil, bus, truk) dan bertujuan untuk mempersingkat jarak dan waktu tempuh dari
satu tempat ke tempat lain. (Wikipedia)
Penulisan Tugas Akhir ini akan dilakukan perencanaan tebal Perkerasan Lentur
(Flexible Pavement) pada STA. 22+525 – 23+525 menggunakan metode Manual
Desain Pekerasan Jalan 2013, dengan judul “PERENCANAAN TEBAL
PERKERASAN LENTUR (FLEXIBLE PAVEMENT) TOL PANDAAN-
MALANG SEKSI II (STA. 22+525 – 23+525)”
1. Studi Kasus dilaksanakan pada STA. 22+525 – 23+525 ruas jalan Tol
Pandaan – Malang.
2. Perencanaan tebal perkerasan lentur menggunakan metode Manual Desain
Pekerasan Jalan 2013 yang berpedoman pada Pd T-01-2002-B (Pedoman
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur 2002)
3. Pada Tugas Akhir ini hanya membahas tentang tebal struktur perkerasan
lentur dan tidak membahas tentang rencana anggaran biaya maupun
manjemen proyek pelaksanaan pekerjaan.
4. Tidak menghitung pekerjaan lapisan tanah dasar (Subgrade)
Jalan raya adalah Jalur-jalur tanah di atas permukaan bumi yang sengaja
dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran-ukuran dan konstruksinya
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan
kendaraan yang mengangkut barang-barang dari tempat yang satu ke tempat
yang lainnya dengan cepat dan mudah. (Silvia Sukirman, 1994).
Menurut Undang - Undang No.38 tahun 2004 tentang jalan, pengertian jalan
adalah :
1. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan
bagi lalu lintas, yang ada di atas dipermukaan tanah, di bawah permukaan
tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan
lori, dan jalan kabel.
2. Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
3. Jalan khusus adalah jalan yang di bangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
4. Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunannya diwajibkan membayar biaya
tol.
2.2. Klasfikasi Jalan
Pada umumnya jalan dapat diklasifikasikan menjadi 3 klasifikasi jalan,
yaitu klasifikasi jalan menurut peran dan fungsi, klasifikasi jalan menurut
wewenang, dan klasifikasi jalan berdasarkan muatan sumbu.
1. Jalan kelas I, yaitu jalan arteri dan kolektor yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 (dua
ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000
(delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat
ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh)
ton
2. Jalan kelas II, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang
dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 12.000 (dua belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat
8 (delapan) ton
3. Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan
yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak
melebihi 2.100 (dua ribu seratus) milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 3.500
(tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton
4. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan
Bermotor dengan ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran panjang melebihi 18.000 (delapan belas ribu)
milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus)
milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
Gambar 2.x Struktur Perkerasan Kaku pada Galian (Manual Desain Perkerasan
Jalan, 2/M/BM/2013)
c. Tulangan
Pada perkerasan beton semen terdpat dua jenis tulangan,
yaitu tulangan pada pelat beton untuk memperkuat pelat beton
tersebut dan tulangan sambungan untuk menyambung kembali
bagian – bagian pelat beton yang telah terputus (diputus). Kedua
tulangan tersebut memiliki bentuk, lokasi serta fungsi yang
berbeda satu sama lain. Adapun tulangan tersebut antara lain :
i. Tulangan Pelat
Tulangan pelat pada perkerasan beton semen mempunyai
bentuk, lokasi dan fungsi yang berbeda dengan tulangan pelat
pada konstruksi beton yang lain seperti gedung, balok dan
sebagainya.
ii. Tulangan Sambungan
Tulangan sambungan ada dua macam yaitu tulangan
sambungan arah melintang dan arah memanjang. Sambungan
melintang merupakan sambungan untuk mengakomodir
kembang susut ke arah memanjang pelat. Sedangkan tulangan
sambungan memanjang merupakan sambungan untuk
mengakomodir gerakan lenting pelat beton.
iii. Sambungan atau Joint
Fungsi dari sambungan atau joint adalah mengendalikan
atau mengarahkan retak pelat beton akibat shrinkage (susut)
maupun wrapping (lenting) agar teratur baik bentuk maupun
lokasinya sesuai yang kita kehendaki (sesuai desain). Dengan
terkontrolnya retak tersebut, mka retak akan tepat terjadi pada
lokasi yang teratur dimana pada lokasi tersebut telah kita beri
tulangan sambungan.
Pada sambungan melintang terdapat 2 jenis sambungan
yaitu sambungan susut dan sambungan lenting. Sambungan
susut diadakan dengan cara memasang bekisting melintang
dan dowel antara pelat pengecoran sebelumnya dan
pengecoran berikutnya. Sedangkan sambungan lenting
diadakan dengan cara memasang bekisting memanjang dan tie
bar.
Pada setiap celah sambungan harus diisi dengan joint
sealent dari bahan khusus yang bersifat thermoplastic antara
lain rubber aspalt, coal tars ataupun rubber tars. Sebelum joint
sealent dicor/dituang, maka celah harus dibersihkan terlebih
dahulu dari segala kotoran.
iv. Bound Breaker di atas Subbase
Bound breaker adalah plastik tipis yang diletakan di atas
subbase agar tidak terjadi bounding antara subbase dengan
pelat beton di atasnya. Selain itu, permukaan subbase juga
tidak boleh di - groove atau di - brush.
v. Alur Permukaan atau Grooving/Brushing
Agar permukaan tidak licin maka pada permukaan beton
dibuat alur-alur (tekstur) melalui pengaluran/penyikatan
(grooving/brushing) sebelum beton
Gambar 2.x Struktur Perkerasan Lentur (Lalu Lintas Berat) pada Timbunan
Metode Manual Desain Perkerasan Jalan (MDP) 2013 adalah salah satu
metode terbaru yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga.
Metode ini digunakan sebagai perencanaan perkerasan pada jalan baru,
pelebaran jalan, dan rekonstruksi perkerasan lentur dan kaku. Pada metode
ini dijelaskan pula faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan struktur perkerasan.
2. Analisis volume lalu lintas untuk penentuan LHRT (Lalu Lintas Harian
Rata-Rata Tahunan)
Untuk menentukan LHRT (Lalu Lintas Harian Rata-Rata Tahunan)
dapat didasarkan pada survei faktual. Untuk keperluan desain volume lalu
lintas dapat diperoleh dari :
a. Survei lalu lintas aktual dengan durasi 7x24 jam. Pelaksanaan survei
mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan Cara
Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan dengan
pendekatan yang sama.
b. Hasil-hasil survei sebelumnya
c. Untuk jalan dengan lalu lintas rendah dapat menggunakan nilai
perkiraan
Untuk penentuan volume lalu lintas pada jam sibuk dan Lintas
Harian Rata-rata (LHRT) mengacu pada Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI). LHRT yang dihitung adalah untuk semua jenis
kendaraan kecuali sepeda motor, ditambah 30% jumlah sepeda motor.
Dimana :
Dimana :
untuk 1 hari.
tertentu.
𝐿𝑖𝑗 4
ESA4 = ( )
𝑆𝐿
Dimana :
Lij = Beban pada sumbu atau kelompok sumbu
8. Menghitung CESA5
CESA5 = TM x CESA4
Dimana :
h = Tinggi lapisan
Tabel 3.x Tabel desain perkiraan nilai CBR tanah dasar.
Tabel 3.x Desain Perkerasan Lentur – Aspal dengan Lapis Pondasi Berbutir