Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

Tinea Kruris

Disusun Oleh :
Yolanda Erizal
112017193

Pembimbing :
Dr. Ika Soelistina, Sp. KK

KEPANITERAAN STASE PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA H.S. SAMSOERI MERTOJOSO, SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
PERIODE 11 FEBRUARI– 16 MARET 2019
I. IDENTITAS PASIEN

Nama : ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 58 tahun
Pekerjaa : Ibu Rumah Tangga
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Status : Menikah
Alamat : Gayungan 5 No 18

II. ANAMNESIS
Autoanamnesis pada tanggal 11 Februari 20019.

Keluhan Utama : Rasa gatal pada bokong sebelah


kanan dan kiri.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli kulit kelamin RS. Bhayangkara


dengan keluhan gatal didaerah bokong sebelah kanan dan
kiri, keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, gatal
bisa dirasakan pada malam hari dan timbul bila pasien
berkeringat. Setiap pasien menggunakan celana ketat
gatalnya makin parah sampai pasien melepaskan celananya
dan menggantinya dengan celana yang longgar. Pasien juga
mengeluh kadang-kadang kalau kena air makin gatal.
Kebiasaan mengganti celana dalam sehari bisa 2x dan
mandi 2x sehari.
Pasien mengatakan awalnya ada bercak merah bulat-
bulat kecil disertai gatal, lama kelamaan beruntusnya
banyak dan pada bagian tengah semakin lama semakin
hilang dan tampak kulit menjadi bersisik, setiap pasien
menggaruknya seperti ada serbuk-serbuk putih yang jatuh
seperti ketombe dan bagian tepinya makin lama makin
meluas. Pasien tidak ada mengeluh panas ataupun perih
pada daerah bokong. Namun pasien juga mengeluh hal
yang sama pada lipatan pahanya sejak 1 minggu ini
gejalanya sama seperti yang ada di bokong. Pasien sudah
memberi salep pada daerah yang gatal dengan seriti (beli di
apoti) namun tidak ada perubahan.
3 bulan yang lalu pasien pernah mengalami penyakit
yang sama di daerah dekat anus yang di awali bercak-
bercak merah dan gatal ,makin lama makin melebar, namun
sudah berobat di RS. Bhayangkara sampai sembuh.
Riwayat Penyakit dahulu : Riwayat penyakit yang
sama 3 bulan lalu.
Riwayat Penyakit alergi disangkal.
Riwayar penyakit Diabetes Melitus
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Penyakit yang
sama pada keluarga disangkal .
Riwayat penyakit Dm disangkal.
Riwayat Sosial : Lingkungan sekitar tidak ada yang sakit seperti ini.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis :
Ku : Baik
Kesadaran : Compas Mentis
Tensi : Tidak dilakukan
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : Tidak dilakukan
Kepala Dan leher

Rambut : Tidak dilakukan

Mata : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)

Hidung : sekret(-), septum deviasi (-).

Mulut : sariawan (-)

Leher : benjolan (-)

Thorax

Cor : Tidak Dilakukan

Pulmo : Tidak dilakukan

Abdomen

Inspeksi : Tidak dilakukan

Palpasi : Tidak dilakukan

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : Tidak dilakukan

Eksterimtas : Akral hangat, oedema -/-.

Status Dermatologi

Lokasi : pada regio gluteus sebelah kanan dan kiri (bilateral) dan
regio inguinal bilateral.

Efloresensi : plak hiperpigmentasi ukuran plak, tepi aktif disertai papul


ukuran miliar, skuama halus , disertai central healing,bentuk
polisiklik.

IV. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20%.

V. Resume
Pasien datang ke poli kulit kelamin RS. Bhayangkara dengan keluhan gatal didaerah
bokong sebelah kanan dan kiri, keluhan ini dirasakan sejak 2 minggu yang lalu, gatal bisa
dirasakan pada malam hari dan timbul bila pasien berkeringat. Pasien mengatakan
awalnya ada bercak merah bulat-bulat kecil disertai gatal, lama kelamaan beruntusnya
banyak dan pada bagian tengah semakin lama semakin hilang dan tampak kulit menjadi
bersisik, setiap pasien menggaruknya seperti ada serbuk-serbuk putih yang jatuh seperti
ketombe dan makin lama makin melebar. Pasien tidak ada mengeluh panas ataupun perih
pada daerah bokong. Namun pasien juga mengeluh hal yang sama pada lipatan pahanya
sejak 1 minggu ini gejalanya sama seperti yang ada di bokong. Pasien sudah memberi
salep pada daerah yang gatal dengan seriti (beli di apoti) namun tidak ada perubahan.
Status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan dematologis di peroleh : plak
hiperpigmentasi ukuran plakat, tepi aktif disertai papul ukuran miliar, skuama halus ,
disertai central healing,bentuk polisiklik.

VI. DIAGNOSIS BANDING


Tinea kruris
VII. DIAGNOSIS BANDING
Kandidiasis intertriginosa
Eritrasma
VIII. TATALAKSANA
Medikamentosa
 Ketokonazol krim 2 % dioles 2 x sehari sehari setelah mandi pagi dan sore
selama 14 hari.
 Loratadine tab 1 x 10mg (jika gatal sudah hilang, stop).

Non-Medikamentosa

 Menjaga kebersihan badan


 Menggunakan celana dan baju yang menyerap keringat dan yang sudah dicuci
bersih.
IX. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Bonam
Ad sanationam : Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya
stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur
dermatofita (Trichophyton spp, Microsporum spp, dan Epidermophyton spp). Ketiga genus
jamur ini bersifat mencerna keratin atau zat tanduk yang merupakan jaringan mati dalam
epidermis (tinea corporis, tinea kruris, tinea manus et pedis), rambut (tinea kapitis), kuku
(tinea unguinum).1 Oleh karena satu spesies dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang
berbeda-beda pada satu individu tergantung dari bagian tubuh yang dikenal, dan sebaliknya
berbagai jenis dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang scera klinis sama apabila
mengenai bagian tubuh yang sama, maka dari klasifikasi dermatofitosis lebih didasarkan pada
regio anatomis yang terkena dari jamur penyebabnya, wlaupun sebenarnya pendekatan
kausatif lebih rasional.

Hanya sebagian kecil golongan jamur yang dapat menimbulkan penyakit, dan
sebagian besar lainnya tidak bersifat patogen, namun dapat menjadi patogen apabila terdapat
faktor-faktor predisposisi tertentu baik fisiologis maupun patologis. Faktor-faktor
predisposisi fisologis meliputi kehamilan dan umur, sedangkan yang termasuk faktor
predisposisi patologis adalah keadaan umum yang jelek, penyakit tertentu, iritasi setempat,
dan pemakaian obat-obat tertentu seperti antibiotika, kortikosteroid dan sitostatik.2

Definisi
Tinea kruris atau juga dikenal dengan istilah eksema marginatum, Dhobie itch, Jockey
itch, Ringworm of the groin. Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah
perineum, dan sekitar anus. Kelainan ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat
merupakan penyakit yang berlangung seumur hidup. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah
genito krural (lipat paha, genitalia eksterna, sekitar anus dan dapat meluas ke bokong dan
perut bagian bawah).1

Epidemiologi

Banyak terjadi pada daerah tropis dan ketika musim panas dimana tingkat
kelembapannya cukup tinggi. Penyakit ini lebih sering mengenai laki-laki, terutama pada
individu dengan obesitas atau pada individu yang sering menggunakan pakaian ketat.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada orang dewasa dibandingkan dengan anak-anak.3

Etiologi

Penyebab dari tinea kruris adalah Trichophyton rubrum dan Epidermophyton


floccosum. Dapat juga disebabkan oleh Trichopyton mentagrophytes dan Trichopyton
verrucosum. Infeksi tinea kruris dapat disebabkan oleh infeksi langsung (autoinoculation)
misalnya karena penderita sebelumnya menderita tinea manus, tinea pedis, atau tinea
unguium. Dapat juga ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui handuk.1,3

Patogenesis
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomite, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari manusia,
binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu yang dihinggapi
jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui kontaminasi dengan
pakaian, handuk atau sprei penderita. Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna
keratin, sehingga dapat memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan
kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini
menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan. Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan
timbulnya lesi kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula
berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan. Menyebabkan
penderita merasa gatal atau sedikit panas di tempat tersebut akibat timbulnya peradangan dan
iritasi. Faktor risiko infeksi awal atau kekambuhan adalah memakai pakaian ketat atau
basah.1,5 Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya kelainan di kulit adalah1:
 Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini bergantung pada afinitas jamur apakah jamur antropofilik,
zoofilik, geofilik. Selain afinitas ini massing-masing jamur berbeda pula satu
dengan yang lain dalam hal afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian
dari tubuh misalnya: Trichopyhton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermophython fluccosum paling sering menyerang liapt paha bagian
dalam.
 Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil lebih susah untuk terserang jamur.
 Faktor suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini jelas sangat berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada
lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti pada lipat paha, sela-sela
jari paling sering terserang penyakit jamur.
 Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur dimana terlihat
insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan ekonomi yang lebih rendah
sering ditemukan daripada golongan ekonomi yang baik
 Faktor umur dan jenis kelamin

Tanda dan Gejala Klinis


Secara subyektif, penderita dengan tinea kruris mengeluh gatal yang kadang-kadang
meningkat waktu berkeringat. Kelainan kulit yang tampak pada tinea kruris pada lipat paha
merupakan lesi berbatas tegas yang bilateral pada lipat paha kiri dan kanan, dapat bersifat
akut atau menahun. Mula-mula sebagai bercak eritema yang gatal, lama kelamaan meluas,
yang dapat meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut bawah.
Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah tengahnya), bentuk
polimorf, ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak papul maupun vesikel di
tepinya yang lebih nyata dari bagian tengahnya. Bila penyakit ini menjadi menahun (kronis),
dapat berupa bercak hitam disertai sedikit skuama. Erosi dan ekskoriasi, keluarnya cairan
serum maupun darah, biasanya akibat garukan maupun pengobatan yang diberikan. Keluhan
sering bertambah sewaktu tidur sehingga digaruk-garuk dan timbul erosi dan infeksi
sekunder.1-4

Diagnosis
Dari anamnesis, gambaran klinis dan lokalisasinya, tidak sulit untuk mendiagnosis
tinea kruris. Sebagai penunjang diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dari
kerokan bagian tepi lesi dengan KOH dan biakan, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
dengan lampu Wood, yang mengeluarkan sinar ultraviolet dengan gelombang 3650 Ao.
Pemeriksaan sediaan langsung dengan KOH 10-20% positif bila memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan artrospora.1,3
Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk menyokong pemeriksaan langsung
sediaan basah dan untuk menentukan spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
menanamkan bahan klinis pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini
adalah medium agar dekstrosa Sabouraud. Biakan memberikan hasil lebih cukup lengkap,
akan tetapi lebih sulit dikerjakan, lebih mahal biayanya, hasil diperoleh dalam waktu lebih
lama dan sensitivitasnya kurang (± 60%) bila dibandingkan dengan cara pemeriksaan sediaan
langsung.1,3
Diagnosis Banding

Kandidiasis inguinalis

Kandidiasis adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh spesies Candida.


Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan Tinea kruris jika mengenai lipatan paha dan
perianal. Lesi dapat berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah dan berkrusta.
Perbedaannya ialah pada kandidiasis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas
dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya juga bukan pada daerah-daerah yang
berminyak, tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Selain itu, pada pemeriksaan dengan
larutan KOH 10 %, terlihat sel ragi, blastospora atau hifa semu.4

Pada wanita, ada tidaknya flour albus biasanya dapat membantu diagnosis. Pada
penderita diabetes mellitus, kandidiasis merupakan penyakit yang sering dijumpai.

Eritrasma
Eritrasma merupakan penyakit yang sering berlokalisasi di sela paha. Efloresensi
yang sama, yaitu eritema dan skuama, pada seluruh lesi merupakan tanda-tanda khas penyakit
ini. Pemeriksaan biasanya dilakukan dengan lampu Wood dapat menolong dengan adanya
fluoresensi merah (red coral).1

Penatalaksanaan
Non-medikamentosa
Secara umum, tatalaksana tinea kruris berupa edukasi untuk mencegah infeksi
berulang. Daerah yang terinfeksi dijaga agar tetap kering dan terhindar dari sumber infeksi
serta mencegah pemakaian peralatan mandi bersama. Pengurangan keringat dan penguapan
dari daerah lipat paha, seperti penggunaan pakaian yang menyerap keringat dan longgar juga
penting dalam pencegahan agar daerah lipat paha tetap kering. Daerah lipat paha harus benar-
benar dikeringkan setelah mandi dan diberikan bedak. Pencucian rutin pakaian, sprei, handuk
yang terkontaminasi dan penurunan berat badan pada seorang dengan obesitas juga dapat
dilakukan. Infeksi berulang pada tinea kruris dapat terjadi melalui proses autoinokulasi
reservoir lain yang mungkin ada di tangan dan kaki (tinea pedis, tinea unguium) sehingga
penting untuk dilakukan eradikasi.5.6

Medikamentosa
Untuk lesi yang ringan dan tidak luas cukup diberikan terapi topikal saja. Terapi
sistemik diberikan untuk lesi yang lebih luas dan meradang, sering kambuh dan tidak sembuh
dengan obat topikal yang sudah adekuat.7

Tabel 1. Pilihan obat berdasarkan predileksi

Tabel 2. Pilihan obat antijamur sistemik

Golongan Sediaan dan dosis


Alilamin
- Terbinafin - Bersifatfungisidal, paling efektif untuki nfeksi
jamur dermatofita
- Sediaan: Tablet 250 mg
- Dosis: 250 mg/hariselama 2 pekan (Dewasa)
- Dosis: 3-6 mg/kgBB/hariselama 2 pekan (Anak)
Imidazol
- Bersifat fungistatik
- Interaksi dengan obat lain cukup banyak
- Itrakonazol - Sediaan: Kapsul 100 mg, solusio oral 10mg/ml
- Dosis: 100 mg/hari selama 2 pekan (Dewasa)
- Dosis: 5 mg/kgBB/hari selama 1 pekan (Anak)
- Bersifat fungistatik
- Sediaan: Tablet 100, 150, 200 mg, suspensi oral 10
- Flukonazol dan 40 mg/ml, injeksi 400 mg
- Dosis: 150 mg/pecan selama 4-6 pekan

- Bersifat fungistatik
- Bersifat hepatotoksik
- Ketokonazol - Sediaan: Tablet 200 mg
- Dosis: 200 mg/hari selama 10-14 hari

- Bersifat fungistatik, aktif untuk golongan


dermatofita
- Efek samping: sefalgia, gejala gastrointestinal,
fotosensitivitas
- Dikonsumsi dengan makanan berlemak
- Griseofulvin
- Sediaan:
- Micronized: Tabel 250 dan 500 mg, oral suspensi
125mg/ sendok teh
- Ultramicronized: Tablet 165 dan 330 mg
- Dosis: 500 mg/hari selama 2-6 pekan (Dewasa)
- Dosis: 10-20 mg (ultramicronized)/kgBB/hari
selama 6 pekan (Anak)

Pencegahan
Beberapa faktor yang memudahkan timbulnya residif pada Tinea kruris dan Tinea
corporis harus dihindari atau dihilangkan antara lain1:
a) Temperatur lingkungan yang tinggi, keringat berlebihan, pakaian dari karet atau
nilon.
b) Pekerjaan yang banyak berhubungan dengan air misalnya perenang.
c) Kegemukan: selain faktor kelembaban, gesekan yang kronis dan keringat
berlebihan disertai higiene yang kurang, memudahkan timbulnya infeksi.
Prognosis
Prognosis tergantung penyebab, disiplin pengobatan, status imunologis dan sosial
budayanya, tetapi pada umumnya prognosis baik.1

Kesimpulan

Tinea kruris adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita dimana predileksinya
adalah pada daerah pelipatan paha, bilateral kanan kiri sekitar ano-genital dan dapat meluas
ke bokong dan perut bagian bawah.

Gambaran klinis bermula sebagai bercak/patch eritematosa yang gatal dan lama
kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif (peradangan pada tepi lebih nyata
daripada daerah tengahnya), central healing, batas tegas, bentuk bervariasi, ditutupi skuama,
dan kadang-kadang dengan banyak papul dan vesikel kecil-kecil.

Pengobatan dapat diberikan secara topikal dan sistemik. Faktor-faktor predisposisi


terjadinya Tinea kruris adalah kelembapan dan kurangnya higienitas perorangan. Prognosis
penyakit ini adalah baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Widaty S, Budimulja U. Dermatofitosis. Dalam: Menaldi, SL, Bramono K, Indriatmi, ed.


Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi ke-7. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2017.h.109-16.

2. Adiguna MS, Rusyati LM. Recent Treatment of Dermatomycosis. In: Kumpulan Makalah
Lengkap Peningkatan Profesionalisme di Bidang Infeksi Kulit dan Kelamin Serta Pemakaian
Anti Mikrobial yang Bijak. Denpasar: Bag/SMF Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin FK
UNUD/RS Sanglah, Bagian Mikrobiologi Klinik FK UNUD/RS Sanglah. 2011. h. 37-8.

3. Bassiri-Jahromi S, Khaksari AA. Epidemiological survey of dermatophytosis in Malaysia,


from 2007 to 2009. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2009; 75: 142-7.

4. Citrashanty I, Suyoso S. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat Jalan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode tahun 2008-2010. Berkala Ilmu Kesehatan
Kulit Kelamin 2011; 23: 200-6.

5. Verma S, Hefferman MP. Tinea cruris. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ (editor). 7 th ed. New
York: McGraw-Hill 2008. p. 1807-21.

6. James WD, Berger TG, Elston DM, eds. Andrews’ disease of the skin, clinical dermatology.
11th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011.

7. Bolognia, Jean L, Jorizzo JL, Rapini RP. eds. Dermatology. 2nd Ed: Volume 1. Philadelphia:
Churchill Livingstone Elsevier; 2008.

8. Siswati AS, Ervianti E. Dermatomikosis superfisialis. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.

9. Mulyaningsih S. Tingkat kekambuhan tinea kruris dengan pengobatan krim ketokonazole 2%


sesuai lesi klinis dibandingkan dengan sampai 3 cm di luar batas lesi klinis (laporan
penelitian). Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2004.

Anda mungkin juga menyukai

  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen28 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen28 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen16 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen16 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen16 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Halaman Depan MDS
    Halaman Depan MDS
    Dokumen6 halaman
    Halaman Depan MDS
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Halaman Depan Referat Adenoma Hipofisi
    Halaman Depan Referat Adenoma Hipofisi
    Dokumen6 halaman
    Halaman Depan Referat Adenoma Hipofisi
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen20 halaman
    Jurnal
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Imunisasi
    Imunisasi
    Dokumen20 halaman
    Imunisasi
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat
  • Laporan Jaga Tanggal 29 Maret
    Laporan Jaga Tanggal 29 Maret
    Dokumen13 halaman
    Laporan Jaga Tanggal 29 Maret
    Riska Maulida Erizal
    Belum ada peringkat