Makna Aspek
Makna Aspek
memberikan makna berupa situasi, peristiwa dan keadaan yang berhubungan dengan
verba dalam sebuah kalimat. Pemarkah aspektualitas memiliki makna yang lebih jelas
lagi dari situasi, peristiwa, keadaan atau perbuatan dari verba yang dimaksud.
Berdasarkan hubungan pemarkah dan verba dalam bahasa Banjar Hulu akan
dikaji lebih jelas lagi maksud dari situasi yang disampaikan sehingga memberikan
makna yang lebih tepat dan sesuai dengan situasi yang dimaksud. Berikut makna
ingresif dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan pemarkah seperti
’sudah’/’telah’, dan ungkapan ’jatuh miskin’, ’jatuh cinta’ dan sebagainya. Pada
bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas ingresif dapat diamati pada penggunaan kata
TABEL 9
ASPEKTUALITAS INGRESIF
No Pemarkah Data
terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sudah memberikan makna
aspektualitas ingresif situasi lampau yang sudah terjadi atau dilakukan. Situasi yang
menjadi satu kesatuan, seperti pada data (59) Kau samister tarakhir dah lih ’Kau
sudah semester terakhir’ artinya permulaan situasi dari kalimat tersebut dari mulai
sudah memiliki makna yang lebih jelas lagi daripada makna ’sudah’ yang diketahui
pada umumnya. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (59a) dan (59b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
101
seperti data (59a) pemarkah balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi
Kau samister tarakhir balum lih ’Kau belum semester terkahir’ dan data (59b)
pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Kau samister
menjadi satu kesatuan, seperti pada data (60) Satu sisi sudah tapujok inya? tu?’
’Satu sisi dia sudah terpojok’ artinya permulaan situasi dari kalimat tersebut dari
makna yang lebih jelas lagi dari pada makna ’sudah’ yang diketahui pada umumnya.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (60a) dan (60b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (60a)
pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi Satu sisi karap
102
tapujok inya? tu? ’Satu sisi dia sering terpojok’ dan data (60b) pemarkah jarang
yang menyatakan situasi tersebut jarang terjadi Satu sisi jarang tapujok inya? tu?
’Satu sisi dia jarang terpojok’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi
pemarkah dah/ sudah sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan
pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang permualaan terjadinya sampai
dah/ sudah pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas ingresif.
Selain itu, dalam bahasa Indonesia ’telah’ juga menunjukkan makna yang
sama. Hanya saja dalam bahasa Banjar Hulu, kata ini tidak terdapat penggunaannya
dalam berkomunikasi sehari-hari. Untuk menyatakan hal yang telah dilakukan yang
ingresif ’sudah’. Pemarkah aspektualitas ingresif seperti ’telah’ dan ’jatuh’ tidak
berterima dalam bahasa Banjar Hulu untuk menyatakan situasi ini. Perhatikan data
berikut:
TABEL 10
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *telah dan * jatuh
*(A) (B)
Berdasarkan contoh tersebut dikolom *(A) yang tidak berterima dalam bahasa
Banjar Hulu dan Kolom (B) sebagai pernyataan yang benar dalam bahasa Banjar
Hulu. Kata ’jatuh’ tidak berterima dalam bahasa Banjar Hulu untuk menyatakan
makna aspektualitas ingresif, sedangkan untuk menyatakan ’jatuh sakit’ pada bahasa
Indonesia pada bahasa Banjar Hulu tidak menggunakan kata ’jatuh’, tetapi cukup
dengan kata ’sakit’ saja. Kemudian, kata ’telah’ dalam bahasa Indonesia tidak
terdapat dalam bahasa Banjar Hulu, yang ada hanyalah kata talah yang artinya
(Hapip, 1997). Dengan demikian, pada bahasa Banjar Hulu tidak terdapat pemarkah
dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan partikel ’-pun’. Selain itu,
makna inkoatif juga terdapat pada penggunaan pemarkah seperti ’mulai’ dan ’baru’.
Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas inkoatif dapat diamati pada kata
TABEL 11
ASPEKTUALITAS INKOATIF
No Pemarkah Data
dan mulai terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas hanyar dan
keberlangsungannya, seperti pada data (63) Aku hanyar nukar baju ’Aku baru beli
membeli baju. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (63a) dan (63b)
105
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (63a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi
Aku sudah nukar baju ’Aku sudah beli baju’ dan data (63b) pemarkah hanyar yang
menyatakan situasi tersebut belum terjadi Aku balum nukar baju ’Aku belum beli
baju’.
keberlangsungannya, seperti pada data (64) Mulai busan aku? di sini? ’Aku mulai
mulai bosan.. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (64a) dan (64b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (64a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi
Sudah busan aku? di sini? ’Aku sudah bosan di sini’ dan data (64b) pemarkah
balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Balum busan aku? di sini? ’
106
Aku belum bosan di sini’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah
hanyar danmulai sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah
lain jika untuk menyatakan peristiwa yang memberikan tekanan pada segi permulaan
sesuai situasi yang dibutuhkan. Walaupun terkadang bisa digunakan pada situasi yang
(68) *Abah yang hanyar bapandir hulu? Abah yang mulai bapandir hulu?
Ayah yang baru berbicara dulu Ayah yang mulai berbicara dulu
maka pemarkah yang digunakan ialah hanyar seperti data nomor (65) dan (67). Jika
yang digunkan ialah mulai seperti data nomor (66) dan (68). Selanjutnya, untuk
pemarkah ’–pun’ yang menyatakan situasi tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu.
TABEL 13
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *–pun
Berdasarkan contoh tersebut, terlihat jelas pada bahasa Banjar Hulu tidak
terdapat kata ’–pun’ yang menyatakan situasi kemulaian. Untuk menyatakan ’–pun’
dalam bahasa Indonesia, pada bahasa Banjar menggunakan kata mulai. Dengan
demikian makna aspektualitas inkoatif pada bahasa Banjar Hulu tidak dapat diamati
penggunaan pemarkah ’selesai’, ’usai’, dan adverbia ’sampai’, serta ’hingga’. Pada
108
bahasa Banjar Hulu pemarkah aspektualitas terminatif dapat diamati pada kata imbah
TABEL 14
ASPEKTUALITAS TERMINATIF imbah/talah/salasai/ habis
/sampai/lapas
No Pemarkah Data
berikut:
keberlangsungannya, seperti pada data (70) Imbah makan aku taguring ’Setelah
selesai makan aku tertidur’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan
pada segi akhir keberlangsungannya situasi selesai makan. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan data (70a) dan (70b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (70a) kalimat yang tidak
teratur pada pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja terjadi
Hanyar makan aku taguring ’Setelah baru makan’ dan data (70b) kalimat yang tidak
teratur pada pemarkah balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Balum
keberlangsungannya, seperti pada data (71) Sudah t alah aku makan ’Aku sudah siap
makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir
keberlangsungannya situasi siap makan.. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan
data (71a) dan (71b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti data (71a) pemarkah jarang yang menyatakan
peristiwa tersebut jarang terjadi Sudah jarang aku makan ’Aku sudah jarang makan’
dan data (71b) pemarkah karap yang menyatakan situasi tersebut sering terjadi
keberlangsungannya, seperti pada data (72) Sudah salasai aku makan ’Aku sudah
selesai makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir
keberlangsungannya situasi selesai makan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan
data (72a) dan (72b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti data (72a) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah
balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi Sudah balum aku makan ’
Aku sudah belum makan ?’ dan data (72b) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah
sambil yang menyatakan situasi tersebut kesambilan terjadi Sudah sambil aku makan
keberlangsungannya, seperti pada data (73) Sudah habis aku makan ’Aku sudah
habis makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir
keberlangsungannya situasi habis makan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan
data (73a) dan (73b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti data (73a) pemarkah jarang yang menyatakan
peristiwa tersebut jarang terjadi Sudah jarang aku makan ’Aku sudah jarang makan’
dan data (73b) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah karap yang menyatakan
situasi tersebut sering terjadi Sudah karap aku makan ’Aku sudah sering makan
tertidur’
keberlangsungannya, seperti pada data (74) Lapas baranak inya? Tagugur ’Usai
melahirkan dia terjatuh’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada
segi akhir keberlangsungannya situasi Usai melahirkan. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan data (74a) dan (74b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (74a) pemarkah sudah yang
menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi tetapi tidak ada penekanan pada bagian
akhir Sudah baranak inya? tagugur ’Sudah melahirkan dia terjatuh’ dan data (74b)
pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi tetapi lebih
keberlangsungannya, seperti pada data (75) Kau tu kan sampai ka sana bamalam
’Sampai ke sana kau menginap’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih
menekankan pada segi akhir keberlangsungannya situasi sampai ke sana. Hal ini
114
berbeda jika dibandingkan dengan data (75a) dan (75b) menggunakan tes subtitusi
yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (75a) pemarkah
sakilas yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi sekilas saja Kau tu kan sakilas ka
sana bamalam ’Sekilas ke sana kau menginap’ dan data (75b) pemarkah sakaligus
yang menyatakan situasi tersebut terjadi secara bersamaan atau sekaligus Kau tu kan
Hal ini terdapat pada contoh nomor (76) kata imbah tidak dapat digunakan sebagai
kalimat tanya. Kata lain yang menyatakan situasi yang ’selesai’ seperti talah/ salasai/
TABEL 15
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *hingga
(*A) (B)
(77) *Aku tulak hingga bulan hadapan Aku tulak sampai bulan hadapan
Aku pergi hingga bulan depan Aku pergi sampai bulan depan
’Aku pergi hingga bulan depan’ (1) ’Aku pergi sampai bulan depan’
Kemudian, kata hingga pada bahasa Banjar Hulu tidak digunakan dalam
berkomunikasi. Terlihat pada contoh nomor (77), secara bahasa Indonesia kalimat
tersebut bisa digunakan, tetapi pada bahasa Banjar Hulu kata tersebut tidak dapat
digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang memberikan
115
aspektualitas terminatif.
peristiwa belum terjadi. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada
TABEL 16
ASPEKTUALITAS IMPERFEKTIF
No Pemarkah Data
terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas balum memberikan makna
ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Sebenarnya, jika kita analisis lagi pemarkah
balum memiliki keunikan bahwa pemarkah balum mengacu pada dua lokasi waktu
sekaligus. Satu sisi, waktu lampau pada perbuatan atau keadaan yang seharusnya
116
terjadi tetapi kenyataanya tidak terjadi. satu sisi, waktu yang akan datang pada
perbuatan atau keadaan yang tidak terjadi diwaktu lampai diharapkan bakal terjadi
keberlangsungannya, seperti pada data (78) Aku balum membaca buku? ’Aku belum
membaca buku’ artinya situasinya satu sisi verba membaca seharusnya sudah terjadi
tapi kenyataanya tidak dan satu sisi lagi verba membaca yang belum dilakukan
diharapkan segera dilakukan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (78a)
dan (78b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (78a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa
tersebut sudah terjadi Aku sudah membaca buku? ’Aku sudah membaca buku’ dan
data (78b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru saja terjadi Aku
keberlangsungannya, seperti pada data (79) Ayah balum datang ’Aku belum datang’
artinya situasinya satu sisi verba datang seharusnya sudah terjadi tapi kenyataanya
tidak dan satu sisi lagi verba membaca yang belum dilakukan diharapkan segera
dilakukan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (79a) dan (79b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (79a) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi
Ayah jarang datang ’Ayah jarang datang’ dan data (79b) pemarkah kadang yang
kadang datang’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah balum
sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk
menyatakan situasi yang belum terjadi. Dengan demikian, pemarkah leksikal balum
sedang berlangsung dalam bahasa Indonesia makna progresif dapat diamati pada
penggunaan pemarkah ’sedang’, ’tengah’, dan ’masih’,. Pada bagian ini verba
progresif tidak lazim bergabung dengan verba statis seperti ’sedang tahu’, ’sedang
suka’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas progresif dapat diamati
No Pemarkah Data
dan masih terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sadang dan
seperti pada data (80) Aku sadang balajar bahasa Indonesia ’Aku sedang belajar
bahasa Indonesia’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sedang
berlangsung yaitu sedang belajar. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data
(80a) dan (80b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (80a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa
tersebut sudah terjadi Aku sudah balajar bahasa Indonesia ’Aku sudah belajar
bahasa Indonesia’ dan data (80b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut
baru saja terjadi Aku hanyar balajar bahasa Indonesia ’Aku baru belajar bahasa
Indonesia’
berlangsung, seperti pada data (81) Adingmu masih manunton TV ’Adikmu masih
menonton TV’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sedang berlangsung
yaitu sedang atau masih menonton TV. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data
(81a) dan (81b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (81a) pemarkah jarag yang menyatakan peristiwa
tersebut jarang terjadi Adingmu jarang manunton TV ’Adikmu jarang menonton TV’
dan data (81b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut kadang-kadang
terjadi Adingmu kadang manunton TV ’Adikmu kadang menonton TV’. Hal ini
membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah sadang dan masih sebagai
pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk
demikian, pemarkah leksikal sadang dan masih pada bahasa Banjar Hulu memiliki
makna aspektualitas progresif. Kedua pemarkah ini memiliki situasi yang sama yaitu
TABEL 18
CONTOH PERBEDAAN PENGGUNAAN
PEMARKAH sadang dan masih
perbedaan sesuai situasi yang dibutuhkan. Jika situasi keberlangsungan yang sedang
terjadi menitikberatkan pada situasi yang sedang berlangsung maka pemrkah yang
digunakan ialah sadang seperti pada data (83) dan (84). Jika situasi keberlangsungan
yang sedang terjadi menitikberatkan pada situasi yang sedang berlangsung dan
diharapkan keberlangsungan tersebut memiliki titik akhir atau diteruskan pada situasi
selanjutnya maka pemrkah yang digunakan ialah masih seperti pada data (82) dan
(85). Selain itu, ada juga keunikan lagi pada pemarkha sadang. Perhatikan data
berikut:
’sedang’. Karena kata sadang bukan menyatakan situasi yang sedang berlangsung
melainkan menyatakan kalimat deklaratif yang bermakna sesuai atau celana tersebut
pas jika dipakai. Jadi, pada bahasa Banjar Hulu contoh nomor (86) tidak sesuai
122
situasi yang sedang berlangsung. Selain itu, kata sadang dan masih tidak dapat
seperti ’tahu’, ’cinta’, ’suka’, ’percaya’, ’yakin’ dan sebagainya, perhatikan data:
TABEL 19
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *tahu, *cinta, dan *percaya
(*A) (B)
(87) Aku sadang suka wan babinian Aku suka wan babinian
’Aku sedang suka dengan wanita’ ’Aku suka dengan wanita’
(88) Sedang pacaya ai aku wan kau Pacaya ai aku wan kau
Sedang percaya aku dengan kau Percaya aku dengan kau
(89) Siapa yang sadang cinta wan inya ? Siapa yang cinta wan inya ?
Siapa yang sedang cinta dengan dia Siapa yang cinta dengan dia
kata sadang dalam verba nonstatif. Kolom A yang menggunakan kata sadang tidak
berterima dalam penggunaanya. Karena kata ’suka’, ’percaya’, dan ’cinta’ sudah
menyatakan kata sadang tersebut. Sehingga tidak perlu diberikan pemarkah sadang
seperti pada contoh (87), (88), dan (89) pada potongan kalimat sadang suka ’sedang
suka’, sadang percaya ’sedang percaya’, dan sedang cinta ’sedang cinta. Seharusnya
kalimat yang menyatakan makna tersebut digunakan seperti contoh pada kolom B
yaitu cukup menggunakan kata ’suka’, ’percaya’, dan ’cinta’ saja untuk menyatakan
123
secara tes subtitusi pemarkah sadang dan masih sebagai pemarkah leksikal tidak
dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang
leksikal sadang dan masih pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas
progresif.
berlangsung secara intensif hingga diperoleh hasil tertentu. Dalam bahasa Indonesia
dapat diamati pada penggunaan adverbia seperti ’terus’ ’terus-menerus, ’tak henti-
hentinya’. Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada kata tatarusan/kada? imbah-
No Pemarkah Data
hasil tertentu yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :
berlangsung, seperti pada data (90) Igat tarus bajumu? ni? ’Bajumu kotor terus’
artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut berlangsung secara terus menerus
yaitu terus-menerus kotor. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (90a) dan
(90b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti data (90a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah
terjadi Igat sudah bajumu? ni? ’Bajumu sudah kotor’ dan data (90b) pemarkah
125
balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Igat balum bajumu? ni?
terus-menerus berlangsung, seperti pada data (91) Kulihat kau bagawi? kada?
terjadi pada kalimat tersebut berlangsung secara terus menerus yaitu terus-menerus
bekerja. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (91a) dan (91b) menggunakan
tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (91a)
pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi Kulihat kau
bagawi? sakaligus ’Kulihat kau bekerja sakaligus’ dan data (91b) pemarkah hanyar
yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi ’Kulihat kau bagawi? Hanyar
menerus berlangsung, seperti pada data (92) Kada? habis-habisnya mangunyah kau
ni? ’Kau ini tidak habis-habisnya mengemil’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat
tersebut berlangsung secara terus menerus yaitu terus-menerus mengemil. Hal ini
berbeda jika dibandingkan dengan data (92a) dan (92b) menggunakan tes subtitusi
yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (92a) pemarkah
sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang terjadi Sadang mangunyah kau
ni? ’Kau ini sedang mengemil’ dan data (92b) pemarkah biasa yang menyatakan
situasi tersebut biasa terjadi Biasa mangunyah kau ni? ’Kau ini biasa mengemil’
Bersasarkan penjelasan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi
leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi
yang berlangsung berulang-ulang. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati
sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas iteratif dapat diamati pada
No Pemarkah Data
Banjar Hulu pada aspektualitas iteratif dapat diamati pada reduplikasi juga, seperti
sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas bahasa Banjar
Hulu pada aspektualitas iteratif dapat diamati pada reduplikasi juga, seperti
aspektualitas iteratif yang mendeskripsikan situasi yang sering terjadi, seperti pada
data (93) Inya ne? karap pang bauurut wan aku ni? ’Dia sering berurut dengan
aku ’artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sering terjadi yaitu sering
129
berurut. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (93a) dan (93b) menggunakan
tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (93a)
pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi Inya ne? jarang
pang bauurut wan aku ni? ’Dia jarang berurut dengan aku’ dan data (93b)
pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut biasa terjadi Inya ne? kadang
pang bauurut wan aku ni? ’Dia kadang-kadang berurut dengan aku’
(94) Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin hari-hari
Abahnya Sambli itu bekerja tu dengan Udin hari-hari
ulang terjadi, seperti pada data (94) Abahnya sambli tu bagawi tu pang wan udin
hari-hari ’Setiap hari abah sambli bekerja dengan udin’ artinya situasi yang terjadi
pada kalimat tersebut berulang-ulang terjadi yaitu hari-hari atau setiap hari. Hal ini
berbeda jika dibandingkan dengan data (94a) dan (94b) menggunakan tes subtitusi
yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (94a) pemarkah
bagawi tu pang wan udin sakaligus ’Sekaligus abah sambli bekerja dengan udin’ dan
130
data (94b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut biasa terjadi Inya ne
kadang pang bauurut wan aku ni ’Dia kadang-kadang berurut dengan aku’
terjadi, seperti pada data (95) Umaku? mancubiti? Ading ’Ibuku mencubiti adik’
artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut berulang-ulang terjadi yaitu
berulang-ulang mencubit adik. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (87a)
dan (95b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (95a) pemarkah sambil yang menyatakan peristiwa
tersebut berlangsung secara kesambilan Umaku? sambil Ading ’Ibuku sambil adik’
dan data (95b) pemarkah basasamaan yang menyatakan situasi tersebut bersamaan
penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah
sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk
karap, bakali-kali?, dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna
aspektualitas Intensif.
situasi yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali. Dalam bahasa
Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sekejap’ ’seketika’,
’tiba-tiba’, ’sekilas’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas
semelfaktif dapat diamati pada kata sakilas dan tiba-tiba Perhatikan data berikut :
TABEL 22
ASPEKTUALITAS SEMELFAKTIF
No Pemarkah Data
8. sakilas dan (96) Kakak tu? tiba-tiba haja bakuciak mainta tulong
tiba-tiba Kakak itu tiba-tiba saja berteriak minta tolong
terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sakilas dan tiba-tiba
132
mendeskripsikan situasi yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali
biasanya berlangsung satu kali, seperti pada data (96) Kakak tu? tiba-tiba haja
bakuciak mainta tulong ’Kakak itu tiba-tiba berteriak minta tolong’ artinya situasi
yang terjadi pada kalimat tersebut tiba-tiba terjadi yaitu tiba-tiba berteriak. Hal ini
berbeda jika dibandingkan dengan data (96a) dan (96b) menggunakan tes subtitusi
yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (96a) pemarkah
tu? sambil haja bakuciak mainta tulong ’Kakak itu sambil berteriak minta tolong’
dan data (96b) pemarkah basasamaan yang menyatakan situasi tersebut bersamaan
terjadi Kakak tu? basasamaan haja bakuciak mainta tulong ’Kakak itu bersama-
biasanya berlangsung satu kali, seperti pada data (97) Sakilas aku manireng ada ai
’Sekilas aku melihat ada’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sekilas
terjadi yaitu sekilas melihat. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (97a) dan
(97b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti data (97a) pemarkah satumat yang menyatakan peristiwa tersebut
berlangsung sebentar Sebentar aku manireng ada ai ’Sebentar aku melihat ada’ dan
data (97b) pemarkah sambil yang menyatakan situasi tersebut terjadi secara
kesambilan Sambil aku manireng ada ai ’Sambil aku melihat ada’. Untuk pemarkah
sakajap tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu, perhatikan data berikut:
TABEL 23
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *sakajap
(*A) (B)
(98) *Sakajap hilang dumpetku diambil maleng Tiba-tiba hilang dumpetku diambil maleng
Sekejap hilang dompetku diambil maling Tiba-tiba hilang dompetku diambil maling
134
’Sekejap saja dompetku hilang dicuri maling’(2) ’Tiba-tiba saja dompetku hilang dicuri maling’
’Sekejap saja pena adikku hilang’(3) ’Tiba-tiba saja pena adikku hilang’
berkomunikasi sehari-hari. Hal ini dapat diamati perbedaan dalam kolom A dan
Kolom B sesuai dengan yang dicontohkan pada nomor (98) dan (99). Kata *sakajap
tidak berterima dalam bahasa Banjar Hulu, tetapi yang digunkan yaitu tiba-tiba
Bersasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi
pemarkah sakilas dan tiba-tiba sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan
dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi
yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali. Dengan demikian,
pemarkah leksikal sakilas dan tiba-tiba pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna
aspektualitas semelfaktif.
yang berlangsung dalam kurun waktu terbatas. Dalam bahasa Indonesia makna ini
dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sebentar’, ’sejenak’, ’satu jam’ atau
konjungsi ’selama’. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas duratif dapat
135
diamati pada kata satumat, salawas, lima manit dan sebagainya, perhatiakn data
berikut :
TABEL 24
ASPEKTUALITAS DURATIF
No Pemarkah Data
’Sudah lima menit aku di sini tidak ada orang lewat’ (4)
lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas
yang berlangsung dalam kurun waktu terbatas yang ditunjukkan melalui pemarkah
dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (101) Kakak satumat narai tulak
’Kakak cuma pergi sebentar’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut
waktunya terabtas yaitu cuma pergi sebentar. Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan data (101a) dan (101b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti data (101a) pemarkah karap yang menyatakan
peristiwa tersebut berlangsung sering Kakak karap narai tulak ’Kakak cuma pergi
sering’ dan data (101b) pemarkah sudah yang menyatakan situasi tersebut sudah
dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (102) Sudah lima manit aku disini?
kada? ada? urang lalu? ’Sudah lima manit aku di sini tidak ada orang lewat’ artinya
situasi yang terjadi pada kalimat tersebut waktunya terabatas yaitu cuma lima menit.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (102a) dan (102b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (102a)
karap aku disini? kada? ada? urang lalu? ’Sudah sering aku di sini tidak ada orang
lewat’ dan data (102b) pemarkah jarang yang menyatakan situasi tersebut terjadi
secara jarang Sudah jarang aku disini? kada? ada? urang lalu? ’Sudah jarang aku di
dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (103) Salawas aku tulak jaga rumah
138
lah ’Selama aku pergi, jaga rumah’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut
waktunya terabatas yaitu cuma selama dia pergi. Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan data (103a) dan (103b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti data (103a) pemarkah imbah yang menyatakan
peristiwa tersebut sudah berlangsung yang menekankan pada baigan akhir situasi
Imbah aku tulak jaga rumah lah ’Selesai aku pergi, jaga rumah’ dan data (103b)
pemarkah ’talah’ yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi yang menekankan
pada baigan akhir situasi Talah aku tulak jaga rumah lah ’Siap aku pergi, jaga
rumah’. Bersasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes
subtitusi pemarkah satumat, salawas, lima manit dan sebagainya sebagai pemarkah
leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi
kurun waktu terbatas. Dengan demikian, pemarkah leksikal satumat, salawas, lima
manit dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas duratif.
Dalam bahasa Indonesia dapat juga diamati pada verba reduplikasi, yaitu ’malu-
malu’, ’pusing-pusing’, dan sebagainya dengan dasar verba statif. Pada bahasa Banjar
No Pemarkah Data
mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit, seperti pada data (104)
Masok sini? basasupan pulang kau ni? ’Malu-malu pula kau masuk ke sini’ artinya
situasi yang terjadi pada kalimat ersebut mengandung ’agak’ yaitu pada kata malu-
140
malu. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (104a) dan (104b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (104a) pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja
berlangsung Masok sini? hanyar pulang kau ni? ’Masuk ke sini baru pula kau’ dan
data (104b) pemarkah imbah yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi yang
menekankan pada baigan akhir situasi Masok sini? imbah pulang kau ni? ’Masuk ke
mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit, seperti pada data (105)
Parak lagi wan inya? jangan basasupan ’Lebih dekat lagi dengan dia jangan
malu-malu’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat ersebut mengandung ’agak’ yaitu
pada kata malu-malu. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (105a) dan
(105b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti data (105a) pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa tersebut
141
berlangsung secara sekaligus Parak lagi wan inya? jangan sakaligus ’Lebih dekat
lagi dengan dia jangan sekaligus’ dan data (105b) pemarkah tatarusan yang
menyatakan situasi tersebut terjadi terus-menerus Parak lagi wan inya? jangan
penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah
basasupan sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain
Dengan demikian, pemarkah leksikal basasupan pada bahasa Banjar Hulu memiliki
Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan verba reduplikasi dengan dasar
ngomong’ dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas atenuatif dapat
data berikut:
TABEL 26
ASPEKTUALITAS ATENUATIF
No Pemarkah Data
minum, bual-
bual dan ’Aku cuma duduk-duduk di depan’ (P)
sebagainya
(107) Ka kadai kupiku? kita minum-minum
Ke warung kopiku kita minum-minum
duduk dan minum-minum terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas
sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah, seperti pada data (106) Aku ni?
yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi alakadarnya yaitu pada kata
143
duduk-duduk. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (106a) dan (106b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
menduduki di depan’ dan data (106b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi
tersebut terjadi tiba-tiba Aku ni? tiba-tiba narai di hadapan ’Aku cuma tiba-tiba di
depan’
(107) Ka kadai kupiku? kita minum-minum
Ke warung kopiku kita minum-minum
sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah, seperti pada data (107) Ka kadai
yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi alakadarnya yaitu pada kata
minum-minum. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (107a) dan (107b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (98a) pemarkah biasanya yang menyatakan peristiwa tersebut biasa
144
terjadi Ka kadai kupiku? Kita biasanya ’Kita biasanya ke warung kopiku’ dan data
(98b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi tersebut terjadi tiba-tiba Ka kadai
tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah duduk-duduk,
bual dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas
atenuatif.
yang berlangsung bukan saja mencapai hasil, melainkan hasil itu mencakup
semua/beberapa objek (pada verba transitif) atau semua/beberapa subjek (pada verba
intransitif). Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan
adverbia ’sekaligus’, ’secara bersamaan’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu
No Pemarkah Data
situasi yang berlangsung bukan saja mencapai hasil, melainkan hasil itu mencakup
semua/beberapa objek (pada verba transitif) atau semua/beberapa subjek (pada verba
(108) Inya taumbai wan kami tulak ’Dia pergi serentak dengan kami’ artinya
situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi serentak yaitu pada kata
146
bersamaan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (108a) dan (108b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (108a) pemarkah kadang yang menyatakan peristiwa tersebut kadang-
kadang terjadi Inya kadang wan kami tulak ’Dia pergi kadang dengan kami’ dan
data (108b) pemarkah jarang yang menyatakan situasi tersebut jarang terjadi Inya
(109) Kau ambil sakaligus dua leh hayamnya? ’Sekaligus dua kau ambil ayamnya’
artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi serentak yaitu
pada kata sekaligus. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (109a) dan (109b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (109a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah
terjadi Kau ambil sudah dua leh hayamnya? ’Sudah dua kau ambil ayamnya’ dan
data (109b) pemarkah balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi ’Kau
147
ambil balum dua leh hayamnya? ’Belum dua kau ambil ayamnya’. Berdasarkan
penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah
dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang
Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan sufiks–i dengan dasar
melalui pemakaian adverbia ’berturut-turut’, ’satu persatu’. Pada bahasa Banjar Hulu
manambangi? dan sebagainya. Pada adverbia dapat diamati pada kata baturutan,
No Pemarkah Data
baturutan,
/satu-satu?/
sauteng-
sauteng
(111) Kau ni? tiga kali? baturutan kada bagawi?
Kau ini tiga kali berturut-turut tidak bekerja
melalui pemakaian adverbia batututan, satu-satu terdapat pada bahasa Banjar Hulu.
Pemarkah aspektualitas sufiks–i dengan dasar pungtual seperti sufiks–i dengan dasar
manyapui? lantai ne ’Lelah menyapui lantai ini’ artinya situasi yang terjadi pada
kalimat tersebut mengandung situasi berlangsung secara berturut-turut yaitu pada kata
menyapui. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (101a) dan (110b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (110a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi
Lapah sudah lantai ne ’Lelah sudah lantai ini’ dan data (110b) pemarkah balum
yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Lapah balum lantai ne? ’Lelah
aspektualitas iteratif yang diamati pada sufiks-i juga. Perbedaannya ada pada
TABEL 29
CONTOH PERBEDAAN
ASPEKTUALITAS DISTRIBUTIF DAN ITERATIF
150
ulang ’menggaruk-garuk’ tanpa ada hasil yang berturut inilah aspektualitas iteratif.
(111)Kau ni? tiga kali? baturutan kada? bagawi?
Kau ini tiga kali berturut-turut tidak bekerja
umumnya berlangsung secara berturut-turut., seperti pada data (111) Kau ni? tiga
kali? baturutan kada bagawi? ’Tiga kali berturut-turut kau tidak bekerja’
artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi berlangsung
secara berturut-turut yaitu pada kata beruturut-turut. Hal ini berbeda jika
151
dibandingkan dengan data (111a) dan (111b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (111a) pemarkah tiba-tiba
yang menyatakan peristiwa tersebut tiba-tiba terjadi Kau ni? tiga kali? tiba-tiba
kada bagawi? ’Tiga kali tiba-tiba kau tidak bekerja’ dan data (102b) pemarkah
hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Kau ni? tiga kali? hanyar
masuk ka kantor lah ’Satu-satu masuk ke kantor’ artinya situasi yang terjadi pada
pada kata satu-satu masuk. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (112a) dan
(112b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti data 112) pemarkah talah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah siap
terjadi Talah masuk ka kantor lah ’Siap masuk ke kantor’ dan data (112b) pemarkah
karap yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Karap masuk ka kantor lah
152
bahwa secara tes subtitusi pemarkah leksikal sufiks–i dengan dasar pungtual seperti
dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi
adverbia batututan, satu-satu pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas
distributif.
berakhir tanpa indikasi ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, yaitu yang
kebanyakkan terdapat pada verba perfektif atau imperfektif. Dalam bahasa Indonesia
dapat diamati pada penggunaan kata ’gagal’, ’batal’, dan sebagainya. Pada bahasa
Banjar Hulu dapat diamati pada kata batal, kada? jadi/kada? lulus?. Perhatikan data
berikut:
TABEL 30
ASPEKTUALITAS FINITIF
No Pemarkah Data
kada? lulus? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas ’batal’,
ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil yang ditunjukkan melalui pemarkah
ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil., seperti pada data (113) Kau kada?lulus
154
ujian leh ’Kau tidak lulus ujian’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut
mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada kata tidak lulus. Hal ini
berbeda jika dibandingkan dengan data (113a) dan (113b) menggunakan tes subtitusi
yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (113a) pemarkah
talah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah siap terjadi Kau talah ujian leh’
’Kau siap ujian’ dan data (113b) pemarkah karap yang menyatakan situasi tersebut
ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, seperti pada data (114) Jangan parak aku,
batal wudhu kaina? ’Jangan dekati aku, nanti wudhunya batal’ artinya situasi yang
terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada
kata batal. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (114a) dan (114b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti data (114a) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi
155
tiba-tiba Jangan parak aku, tiba-tiba wudhu kaina? ’Jangan dekati aku, nanti
wudhunya tiba-tiba’ dan data (114b) pemarkah sadang yang menyatakan situasi
tersebut sedang terjadi Jangan parak aku, sadang wudhu kaina? ’Jangan dekati aku,
ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, seperti pada data (115) Abah kada? jadi
tulak ’Bapak tidak jadi pergi’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut
mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada kata batal. Hal ini berbeda
jika dibandingkan dengan data (115a) dan (115b) menggunakan tes subtitusi yaitu
jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (115a) pemarkah jarang
yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi Abah jarang tulak ’Bapak jarang
pergi’ dan data (115b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut kadang-
untuk kata ’gagal’ tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu, contoh:
TABEL 31
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *gagal
156
(A) (*B)
(116) Aku kada? lulus masuk kuliah *Aku? gagal masuk kuliah
Aku tidak lulus masuk kuliah Aku gagal masuk kuliah
’Aku tidak lulus seleksi masuk perguruan tinggi’(2) ’Aku gagal masuk perguruan tinggi’
Banjar Hulu tetapi sebagai penggantinya yang digunakan yaitu kada? lulus.
Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi
pemarkah batal, kada? jadi/kada? lulus? sebagai pemarkah leksikal tidak dapat
digantikan dengan pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan situasi yang berakhir
tanpa indikasi ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil. Dengan demikian,
pemarkah leksikal batal, kada? jadi/kada? lulus? pada bahasa Banjar Hulu memiliki
yang merupakan penyerta situasi lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada
penggunaan konjungsi ’sambil’ dan ’seraya’. Pada bahasa Banjar Hulu makna
aspektualitas komitatif dapat diamati pada kata sambil. Perhatikan data berikut:
TABEL 32
ASPEKTUALITAS KOMITATIF
No Pemarkah Data
mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta situasi lain atau kesambilan yang
situasi lain atau kesambilan, seperti pada data (117) Sambil maulah kueh ayunakan
adingmu ’Sambil membuat kue ayun adikmu’ artinya situasi yang terjadi pada
kalimat tersebut mengandung situasi penyerta atau kesambilan yaitu pada sambil. Hal
ini berbeda jika dibandingkan dengan data (117a) dan (117b) menggunakan tes
158
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (117a)
pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi Hanyar maulah
kueh ayunakan adingmu ’Baru membuat kue ayun adikmu’ dan data (117b)
pemarkah masih yang menyatakan situasi tersebut sedang terjadi Masih maulah kueh
situasi lain atau kesambilan, seperti pada data (118) Manunton TV sambil mangatik
laptop ’Menonton TV sambil mengetik di laptop’ artinya situasi yang terjadi pada
kalimat tersebut mengandung situasi penyerta atau kesambilan yaitu pada sambil. Hal
ini berbeda jika dibandingkan dengan data (118a) dan (118b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (118a)
pemarkah batal yang menyatakan peristiwa tersebut batal terjadi, seperti pada data
data (118b) pemarkah sudah yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi
Kemudian, kata *’seraya’ tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Hal ini dapat
TABEL 33
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *saraya
(A) (*B)
(119) Inya? baduduk disana sambil badua *Inya badudok disana saraya? badua
Dia duduk disana sambil berdoa Dia duduk disana sambil berdoa
’Dia duduk sambil berdoa di sana’(3) ’Dia duduk sambil berdoa di sana’
Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari. Walaupun dalam bahasa Indonesia hal
itu berterima dalam penggunaannya. Pada bahasa Banjar Hulu yang digunkan ialah
sambil . Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes
subtitusi pemarkah sambil sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan
pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta situasi
lain atau kesambilan. Dengan demikian, pemarkah leksikal sambil pada bahasa
penghilangan situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak
Indonesia dapat diamati pada penggunaan kata ’biasa’, ’biasakan’ dan ’biasanya’.
160
Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada biasa?, biasakan dan biasanya?/
No Pemarkah Data
kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas yang ditunjukkan melalui
kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas, seperti pada data (120) Kadak
yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi kebiasaan yaitu pada baisakan.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (120a) dan (120b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (120a)
pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja terjadi, seperti pada
data Kadak di hanyar babahasa banjar ’Tidak baru berbahasa Banjar’ dan data
(120b) pemarkah sakilas yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi Kadak di
kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas, seperti pada data (121) Rajen
162
minta ulahakan teh susu? ’Biasanya minta dibuatkan teh susu’ artinya situasi yang
terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi suatu kebiasaan yang berlangsung.
Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (121a) dan (121b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (121a)
pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa jarang terjadi seperti pada data Kadak
di jarang babahasa banjar ’Jarang minta dibuatkan teh susu’ dan data (121b)
kadang babahasa banjar ’Kadang minta dibuatkan teh susu’. Berdasarkan penjelasan
tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah biasa?, biasakan
kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas. Dengan demikian, pemarkah
leksikal biasa?, biasakan dan biasanya?/rajen pada bahasa Banjar Hulu memiliki
mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara bulat dan menyeluruh dari awal
sampai akhir dan biasanya disertai hasil. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat
diamati pada penggunaan adverbia ’sudah’ dan ’telah’ bersama verba aktivitas dan
verba statis. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas kompletif atau resultif ditandai
TABEL 35
CONTOH PERBEDAAN
ASPEKTUALITAS KOMPLETIF DAN INGRESIF
terdapat pada bahasa Banjar Hulu yang dapat diamati pada kata sudah. Hal yang
sama juga kita temukan pada aspektualitas sebelumnya yaitu aspektualtias ingresif
yang ditandai dengan pemarkah aspektualitas sudah. Perbedaan antara kedua ini ialah
dapat diamati pada table. Aspektualitas kompletif atau resultif dan ingresif memiliki
keberlangsungan yang sama yaitu dari awal sampai akhir. Hanya saja, pada
aspektualitas sudah yang memiliki hasil seperti data (122), yaitu hasilnya kerupuk ubi
yang sudah dibuat sudah maulah karupuk ubi? ’sudah membuat kerupuk ubi’ dan
data (123) nasi yang sudah dimasak sudah bamasak nasi ’sudah memasak nasi’.
tidak memiliki hasil, seperti sudah barabah ’sudah berbaring’ dan sudah guring
’sudah tidur’. Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa pemarkah
164
menyeluruh dari awal sampai akhir dan biasanya disertai hasil. Dengan demikian,
pemarkah leksikal sudah pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas
kompletif.
keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau
kebutuhan. Makna ini menekankan pada kekerapan. Dalam bahasa Indonesia makna
ini dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sering’, ’jarang’, ’kadang-kadang’. Pada
bahasa Banjar Hulu aspekutalitas frekuentif dapat diamati pada kata karap,jarang,
No Pemarkah Data
dapat diatur yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :
tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data (124)
Karap bangat kau ni ka sini? ’Kau sering ke sini’ artinya keberulangannya tidak
alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau kebutuhan (sering,
jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (124a)
dan (124b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (124a) pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa
serentak terjadi seperti pada data Sakaligus bangat kau ni ka sini? ’Kau sekaligus ke
sini’ dan data (124b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi tersebut tiba-tiba
tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data (125)
Jarang bangat kau ni ka sini? ’Kau jarang ke sini’ artinya keberulangannya tidak
alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau kebutuhan (sering,
jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (125a)
dan (125b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti data (125a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa sudah
terjadi seperti pada data Sudah bangat kau ni ka sini? ’Kau sudah ke sini’ dan data
(125b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru saja terjadi Hanyar
tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data
keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau
kebutuhan (sering, jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan
dengan data (126a) dan (126b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti data (126a) pemarkah sakilas yang menyatakan
peristiwa sekilas terjadi seperti pada data Sakilas kau ni ka sini? ’Sekilas kau ke sini’
dan data (126b) pemarkah imbah yang menyatakan situasi tersebut sudah selesai
bahasa Banjar Hulu yang dapat diamati pada kata karap, jarang, kadang-kadang.
masing yang membuktikan aspektualitas frekuntif tidak tetap, dapat diatur sesuai
yang dibutuhkan. Hal yang sama juga ditemukan pada aspektualitas itertif pada kata
merupakan keberulangan hanya saja pada situasi-situasi khsusus saja yang berbeda.
Kata karap merupakan pemarkah yang digunakan kedua aspektualitas. Karena sama-
sama menyatakan keberlangsungan yang berulang. Hal ini membuat kata ’karap’
menjadi unik karena bisa berada pada aspektualtias frekuentif dan iteratif. Makna
aspektualitas iteretif sudah pasti makna aspkektualitas frekuentif juga seperti karap
Berdasarkan penjelasan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi
keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau
dan 16 pemarkah leksikal. Data pemarkah, makna aspektualitas dan data berupa
kalimat yang mengandung aspektualitas pada bahasa Banjar Hulu dapat dilihat pada
tabel berikut :
TABEL 38
REKAPITULASI ASPEKTULITAS BAHASA BANJAR HULU
/kada?
imbah- ’Bajumu kotor terus’
imbahnya/k
ada? habis- Kulihat kau bagawi? kada? imbah-imbahnya
habisnya Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya
/satu-satu?/
sauteng- Satu-satu? masuk ka kantor lah
sauteng Satu-satu masuk ke kantor ya