Anda di halaman 1dari 76

99

4.2 Makna Aspektualitas Bahasa Banjar Hulu pada Tataran Frasa


Makna aspektualitas pada tataran farasa diungkapkan melalui pemarkah yang

memberikan makna berupa situasi, peristiwa dan keadaan yang berhubungan dengan

verba dalam sebuah kalimat. Pemarkah aspektualitas memiliki makna yang lebih jelas

lagi dari situasi, peristiwa, keadaan atau perbuatan dari verba yang dimaksud.
Berdasarkan hubungan pemarkah dan verba dalam bahasa Banjar Hulu akan

dikaji lebih jelas lagi maksud dari situasi yang disampaikan sehingga memberikan

makna yang lebih tepat dan sesuai dengan situasi yang dimaksud. Berikut makna

aspektualitas bahasa Banjar Hulu pada tataran frasa.

4.2.1 Aspektualitas Ingresif


Aspektualitas ingresif atau kesejakan mendeskripsikan situasi yang saat

permulaan dan kelanjutan keberlangsungannya merupakan satu kesatuan. Makna

ingresif dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan pemarkah seperti

’sudah’/’telah’, dan ungkapan ’jatuh miskin’, ’jatuh cinta’ dan sebagainya. Pada

bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas ingresif dapat diamati pada penggunaan kata

sudah/dah. Perhatikan data berikut:

TABEL 9
ASPEKTUALITAS INGRESIF

No Pemarkah Data

1. sudah (59) Jadi kau samister tarakhir dah lih


Jadi kau semester terakhir dah ya?

’Jadi kau sudah semester terkahir ? ’ (1)

(60) Satu sisi sudah tapujok inya? tu?


Satu sisi sudah terpojok dia itu

’Satu sisi dia sudah terpojok’ (2)


100

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal sudah

terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sudah memberikan makna

aspektualitas ingresif situasi lampau yang sudah terjadi atau dilakukan. Situasi yang

saat permulaan dan kelanjutan keberlangsungannya merupakan satu kesatuan yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(59)Jadi kau samister tarakhir dah lih


Jadi kau semester terakhir dah ya?

’Jadi kau sudah semester terkahir ?’ (1)

(59a) *Jadi kau samister tarakhir balum lih


Jadi kau semester terakhir belum ya?

’Jadi kau belum semester terkahir ?’

(59b) *Jadi kau samister tarakhir hanyar lih


Jadi kau semester terakhir mulai ya?

’Jadi kau mulai semester terkahir ?’

Pemarkah aspektualitas dah/sudah pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas ingresif yang permualaan terjadinya sampai keberlangsungannya

menjadi satu kesatuan, seperti pada data (59) Kau samister tarakhir dah lih ’Kau

sudah semester terakhir’ artinya permulaan situasi dari kalimat tersebut dari mulai

semester pertama kuliah hingga keberlangsungan kelanjutannya sampai kuliah

semester terakhir merupakan satu kesatuan. Makna pemarkah aspektualitas dah/

sudah memiliki makna yang lebih jelas lagi daripada makna ’sudah’ yang diketahui

pada umumnya. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (59a) dan (59b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
101

seperti data (59a) pemarkah balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi

Kau samister tarakhir balum lih ’Kau belum semester terkahir’ dan data (59b)

pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Kau samister

tarakhir hanyar lih ’Kau mulai semester terkahir’

(60) Satu sisi sudah tapujok inya? tu?


Satu sisi sudah terpojok dia itu

’Satu sisi dia sudah terpojok’ (2)

(60a) *Satu sisi karap tapujok inya? tu?


Satu sisi sering terpojok dia itu

’Satu sisi dia sering terpojok’

(60b) *Satu sisi jarang tapujok inya? tu?


Satu sisi jarang terpojok dia itu

’Satu sisi dia jarang terpojok’


Pemarkah aspektualitas dah/sudah pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas ingresif yang permualaan terjadinya sampai keberlangsungannya

menjadi satu kesatuan, seperti pada data (60) Satu sisi sudah tapujok inya? tu?’

’Satu sisi dia sudah terpojok’ artinya permulaan situasi dari kalimat tersebut dari

mulai belum terpojok hingga keberlangsungan kelanjutannya sampai sudah terpojok

yang merupakan satu kesatuan. Makna pemarkah aspektualitas dah/sudah memiliki

makna yang lebih jelas lagi dari pada makna ’sudah’ yang diketahui pada umumnya.

Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (60a) dan (60b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (60a)

pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi Satu sisi karap
102

tapujok inya? tu? ’Satu sisi dia sering terpojok’ dan data (60b) pemarkah jarang

yang menyatakan situasi tersebut jarang terjadi Satu sisi jarang tapujok inya? tu?

’Satu sisi dia jarang terpojok’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi

pemarkah dah/ sudah sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang permualaan terjadinya sampai

keberlangsungannya menjadi satu kesatuan. Dengan demikian, pemarkah leksikal

dah/ sudah pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas ingresif.

Selain itu, dalam bahasa Indonesia ’telah’ juga menunjukkan makna yang

sama. Hanya saja dalam bahasa Banjar Hulu, kata ini tidak terdapat penggunaannya

dalam berkomunikasi sehari-hari. Untuk menyatakan hal yang telah dilakukan yang

permulaan dan keberlangsungan kelanjutannya ialah dengan pemarkah aspektualitas

ingresif ’sudah’. Pemarkah aspektualitas ingresif seperti ’telah’ dan ’jatuh’ tidak

berterima dalam bahasa Banjar Hulu untuk menyatakan situasi ini. Perhatikan data

berikut:

TABEL 10
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *telah dan * jatuh

*(A) (B)

(61) *Iyang jatuh saket Iyang saket


Iyang jatuh sakit Iyang sakit

’Iyang jatuh sakit’ (1) ’Iyang sakit’

(62) *Kakakmu? talah talah leh ? Kakakmu sudah talah leh ?


’Kakakmu telah siap/selesai ya ? ’ ’Kakakmu sudah siap/selesai ya ?

’Kakakmu sudah siap/selesai ?’


103

’Kakakmu telah siap/selesai ?’(1)

Berdasarkan contoh tersebut dikolom *(A) yang tidak berterima dalam bahasa

Banjar Hulu dan Kolom (B) sebagai pernyataan yang benar dalam bahasa Banjar

Hulu. Kata ’jatuh’ tidak berterima dalam bahasa Banjar Hulu untuk menyatakan

makna aspektualitas ingresif, sedangkan untuk menyatakan ’jatuh sakit’ pada bahasa

Indonesia pada bahasa Banjar Hulu tidak menggunakan kata ’jatuh’, tetapi cukup

dengan kata ’sakit’ saja. Kemudian, kata ’telah’ dalam bahasa Indonesia tidak

terdapat dalam bahasa Banjar Hulu, yang ada hanyalah kata talah yang artinya

habis/selesai. Hal ini juga disampaikan dalam Kamus Bahasa Banjar–Indonesia

(Hapip, 1997). Dengan demikian, pada bahasa Banjar Hulu tidak terdapat pemarkah

aspektualitas ingresif ’telah’ dan ’jatuh’.

4.2.2 Aspektualitas Inkoatif


Aspektualitas inkoatif merupakan makna kemulaian mendeskripsikan situasi

yang memberikan tekanan pada segi permulaan keberlangsungannya. Makna ini

dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan partikel ’-pun’. Selain itu,

makna inkoatif juga terdapat pada penggunaan pemarkah seperti ’mulai’ dan ’baru’.

Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas inkoatif dapat diamati pada kata

hanyar dan mulai, Perhatikan data berikut:

TABEL 11
ASPEKTUALITAS INKOATIF

No Pemarkah Data

2. hanyar/mulai (63) Aku hanyar nukar baju?


104

Aku baru beli baju

’Aku baru beli baju’ (2)


(64) Mulai busan aku? di sini?
Mulai bosan aku di sini

’Aku mulai bosan di sini’ (2)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal hanyar

dan mulai terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas hanyar dan

mulai memberikan makna aspektualitas inkoatif situasi yang memberikan tekanan

pada segi permulaan keberlangsungannya yang ditunjukkan melalui pemarkah

tersebut. Perhatikan data berikut:

(63) Aku hanyar nukar baju?


Aku baru beli baju

’Aku baru beli baju’ (2)

(63a) *Aku sudah nukar baju?


Aku sudah beli baju

’Aku sudah beli baju’

(63b) *Aku balum nukar baju?


Aku belum beli baju

’Aku belum beli baju’

Pemarkah aspektualitas hanyar pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas inkoatif yang memberikan tekanan pada segi permulaan

keberlangsungannya, seperti pada data (63) Aku hanyar nukar baju ’Aku baru beli

baju’ artinya situasinya menekankan pada permulaan keberlangsungan situasi baru

membeli baju. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (63a) dan (63b)
105

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (63a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi

Aku sudah nukar baju ’Aku sudah beli baju’ dan data (63b) pemarkah hanyar yang

menyatakan situasi tersebut belum terjadi Aku balum nukar baju ’Aku belum beli

baju’.

(64) Mulai busan aku? di sini?


Mulai bosan aku di sini

’Aku mulai bosan di sini’ (2)

(64a) *Sudah busan aku? di sini?


Sudah bosan aku di sini

’Aku sudah bosan di sini’

(64b) *Balum busan aku? di sini?


Belum bosan aku di sini

’Aku belum bosan di sini’

Pemarkah aspektualitas mulai pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas inkoatif yang memberikan tekanan pada segi permulaan

keberlangsungannya, seperti pada data (64) Mulai busan aku? di sini? ’Aku mulai

bosan di sini’ artinya situasinya menekankan pada permulaan keberlangsungan situasi

mulai bosan.. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (64a) dan (64b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (64a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi

Sudah busan aku? di sini? ’Aku sudah bosan di sini’ dan data (64b) pemarkah

balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Balum busan aku? di sini? ’
106

Aku belum bosan di sini’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah

hanyar danmulai sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah

lain jika untuk menyatakan peristiwa yang memberikan tekanan pada segi permulaan

keberlangsungannya. Dengan demikian, pemarkah leksikal hanyar dan mulai pada

bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas inkoatif.


Sesungguhnya kedua pemarkah ini memiliki perbedaan dalam penggunaanya

sesuai situasi yang dibutuhkan. Walaupun terkadang bisa digunakan pada situasi yang

sama. Perhatikan contoh berikut:


TABEL 12
CONTOH PERBEDAAN PENGGUNAAN
PEMARKAH hanyar dan mulai

Pemarkah hanyar Pemarkah mulai

(65) Hanyar haja? aku makan *Mulai haja? aku makan


Baru saja aku makan Mulai saja aku makan

’Aku baru saja makan’(P) ’Aku mulai saja makan’


(66) *Hanyar lagi acaranya? Mulai lagi acaranya?
Baru lagi acaranya Mulai lagi acaranya

’Silahkan baru acaranya’(P) ’Silahkan mulai acaranya’


(67) Aku hanyar tamat sakulah *Aku mulai tamat sakulah
Aku baru tamat sekolah Aku mulai tamat sekolah

’Aku baru tamat sekolah’(P) ’Aku mulai tamat sekolah’

(68) *Abah yang hanyar bapandir hulu? Abah yang mulai bapandir hulu?
Ayah yang baru berbicara dulu Ayah yang mulai berbicara dulu

’Ayah yang baru bicara’(P) ’Ayah yang mulai bicara’

Berdasarkan data tersebut,perbedaan penggunaan antara pemarkah

hanyar dan mulai tergantung pada situasinya. Jika situasi menunjukkan


107

keberlangsungan tersebut sudah terjadi tetapi menitik beratkan pada kemulaiannya

maka pemarkah yang digunakan ialah hanyar seperti data nomor (65) dan (67). Jika

situasi menunjukkan keberlangsungan tersebut baru ingin dimulai maka pemarkah

yang digunkan ialah mulai seperti data nomor (66) dan (68). Selanjutnya, untuk

pemarkah ’–pun’ yang menyatakan situasi tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

Hal ini dapat dibuktikan pada contoh berikut:

TABEL 13
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *–pun

Bahasa Indonesia Bahas Banjar Hulu


Malampun tiba (69) Hari? mulai kadap
Hari mulai gelap/malam

’Hari mulai malam’(P)

Berdasarkan contoh tersebut, terlihat jelas pada bahasa Banjar Hulu tidak

terdapat kata ’–pun’ yang menyatakan situasi kemulaian. Untuk menyatakan ’–pun’

dalam bahasa Indonesia, pada bahasa Banjar menggunakan kata mulai. Dengan

demikian makna aspektualitas inkoatif pada bahasa Banjar Hulu tidak dapat diamati

pada partikel ’–pun’.

4.2.3 Aspektualitas Terminatif

Aspektualitas terminatif merupakan makna ketercapaian sasaran akhir

mendeskripsikan situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada

penggunaan pemarkah ’selesai’, ’usai’, dan adverbia ’sampai’, serta ’hingga’. Pada
108

bahasa Banjar Hulu pemarkah aspektualitas terminatif dapat diamati pada kata imbah

/talah/salasai/habis/sampai/lapas. Perhatikan data berikut:

TABEL 14
ASPEKTUALITAS TERMINATIF imbah/talah/salasai/ habis
/sampai/lapas
No Pemarkah Data

3. imbah / talah/ (70) Imbah makan aku taguring


salasai/ habis/ Selesai makan aku tertidur
sampai/ lapas
’Setelah selesai makan aku tertidur’ (2)
(71) Sudah talah aku makan
Sudah siap aku makan

’Aku sudah siap makan’ (5)


(72) Sudah salasai aku makan
Sudah selesai aku makan

’Aku sudah selesai makan’ (1)


(73) Sudah habis aku makan
Sudah habis aku makan

’Aku sudah habis makan’ (1)


(74) Lapas baranak inya? tagugur
Usai melahirkan dia terjatuh

’Usai melahirkan dia terjatuh’ (3)


(75) Kau kan sampai kasana bamalam
Kau kan sampai kesana bermalam

’Sampai kesana kau menginap’ (1)


Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

imbah/talah/salasai/habis/sampai/lapas terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah

aspektualitas imbah/talah/salasai/habis/sampai/lapas memberikan makna

aspektualitas inkoatif situasi yang memberikan tekanan pada segi permulaan


109

keberlangsungannya yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data

berikut:

(70) Imbah makan aku taguring


Selesai makan aku tertidur

’Setelah selesai makan aku tertidur’ (2)

(70a) *Hanyar makan aku taguring


Baru makan aku tertidur

’Setelah baru makan aku tertidur’

(70b) *Balum makan aku taguring


Belum makan aku tertidur

’Setelah belum makan aku tertidur’

Pemarkah aspektualitas imbah pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (70) Imbah makan aku taguring ’Setelah

selesai makan aku tertidur’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan

pada segi akhir keberlangsungannya situasi selesai makan. Hal ini berbeda jika

dibandingkan dengan data (70a) dan (70b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (70a) kalimat yang tidak

teratur pada pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja terjadi

Hanyar makan aku taguring ’Setelah baru makan’ dan data (70b) kalimat yang tidak

teratur pada pemarkah balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Balum

makan aku taguring ’Setelah belum makan aku tertidur’

(71) Sudah talah aku makan


Sudah siap aku makan
110

’Aku sudah siap makan’ (5)

(71a) *Sudah jarang aku makan


Sudah jarang aku makan

’Kau sudah jarang makan’

(71b) *Sudah karap aku maka?


Sudah karap aku makan?

’Aku sudah karap makan?’

Pemarkah aspektualitas talah pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (71) Sudah t alah aku makan ’Aku sudah siap

makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir

keberlangsungannya situasi siap makan.. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan

data (71a) dan (71b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti data (71a) pemarkah jarang yang menyatakan

peristiwa tersebut jarang terjadi Sudah jarang aku makan ’Aku sudah jarang makan’

dan data (71b) pemarkah karap yang menyatakan situasi tersebut sering terjadi

’Sudah karap aku makan ’Aku sudah sering makan’

(72)Sudah salasai aku makan


Sudah selesai aku makan

’Aku sudah selesai makan’ (1)

(72a) *Sudah balum aku makan


Sudah belum aku makan
111

’Aku sudah belum makan’

(72b) *Sudah sambil aku makan


Sudah sambil aku makan

’Aku sudah sambil makan’

Pemarkah aspektualitas salasai pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (72) Sudah salasai aku makan ’Aku sudah

selesai makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir

keberlangsungannya situasi selesai makan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan

data (72a) dan (72b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti data (72a) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah

balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi Sudah balum aku makan ’

Aku sudah belum makan ?’ dan data (72b) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah

sambil yang menyatakan situasi tersebut kesambilan terjadi Sudah sambil aku makan

’Aku sudah sambil makan tertidur’

(73)Sudah habis aku makan


Sudah habis aku makan

’Aku sudah habis makan’ (1)

(73a) *Sudah jarang aku makan


Sudah jarang aku makan

’Aku sudah jarang makan’

(73b) *Sudah karap aku makan


Sudah karap aku makan
112

’Aku sudah karap makan’

Pemarkah aspektualitas habis pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (73) Sudah habis aku makan ’Aku sudah

habis makan’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada segi akhir

keberlangsungannya situasi habis makan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan

data (73a) dan (73b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti data (73a) pemarkah jarang yang menyatakan

peristiwa tersebut jarang terjadi Sudah jarang aku makan ’Aku sudah jarang makan’

dan data (73b) kalimat yang tidak teratur pada pemarkah karap yang menyatakan

situasi tersebut sering terjadi Sudah karap aku makan ’Aku sudah sering makan

tertidur’

(74) Lapas baranak inya? tagugur


Usai melahirkan dia terjatuh

’Usai melahirkan dia terjatuh’ (3)

(74a) *Sudah baranak inya? tagugur


Sudah melahirkan dia terjatuh

’Sudah melahirkan dia terjatuh’

(74b) *Hanyar baranak inya? tagugur


Baru melahirkan dia terjatuh

’Baru melahirkan dia terjatuh’

Pemarkah aspektualitas lapas pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir


113

keberlangsungannya, seperti pada data (74) Lapas baranak inya? Tagugur ’Usai

melahirkan dia terjatuh’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih menekankan pada

segi akhir keberlangsungannya situasi Usai melahirkan. Hal ini berbeda jika

dibandingkan dengan data (74a) dan (74b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (74a) pemarkah sudah yang

menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi tetapi tidak ada penekanan pada bagian

akhir Sudah baranak inya? tagugur ’Sudah melahirkan dia terjatuh’ dan data (74b)

pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi tetapi lebih

menekankan pada kemulaian situasi Hanyar baranak inya? tagugur ’Baru

melahirkan dia terjatuh’

(75) Kau tu kan sampai ka sana bamalam


Kau tu kan sampai ke sana bermalam

’Sampai ke sana kau menginap’ (1)

(75a) *Kau tu kan sakilas ka sana bamalam


Kau tu kan sekilas ke sana bermalam

’Sekilas ke sana kau menginap’


(75b) *Kau tu kan sakaligus ka sana bamalam
Kau tu kan sakaligus ke sana bermalam

’Sakaligus ke sana kau menginap’

Pemarkah aspektualitas sampai pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas terminatif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (75) Kau tu kan sampai ka sana bamalam

’Sampai ke sana kau menginap’ artinya situasinya sudah terjadi tapi lebih

menekankan pada segi akhir keberlangsungannya situasi sampai ke sana. Hal ini
114

berbeda jika dibandingkan dengan data (75a) dan (75b) menggunakan tes subtitusi

yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (75a) pemarkah

sakilas yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi sekilas saja Kau tu kan sakilas ka

sana bamalam ’Sekilas ke sana kau menginap’ dan data (75b) pemarkah sakaligus

yang menyatakan situasi tersebut terjadi secara bersamaan atau sekaligus Kau tu kan

sakaligus ka sana bamalam ’Sakaligus ke sana kau menginap’


(76) *Sudah imbahkah kau makan ?
Sudah selesai kau makan ?

’Sudah selesai kau makan ?’ (1)


Penggunaann kata imbah tidak bisa digunakan pada setiap bentuk kalimat.

Hal ini terdapat pada contoh nomor (76) kata imbah tidak dapat digunakan sebagai

kalimat tanya. Kata lain yang menyatakan situasi yang ’selesai’ seperti talah/ salasai/

habis bisa digunkan disetiap bentuk kalimat.

TABEL 15
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *hingga

(*A) (B)
(77) *Aku tulak hingga bulan hadapan Aku tulak sampai bulan hadapan
Aku pergi hingga bulan depan Aku pergi sampai bulan depan

’Aku pergi hingga bulan depan’ (1) ’Aku pergi sampai bulan depan’
Kemudian, kata hingga pada bahasa Banjar Hulu tidak digunakan dalam

berkomunikasi. Terlihat pada contoh nomor (77), secara bahasa Indonesia kalimat

tersebut bisa digunakan, tetapi pada bahasa Banjar Hulu kata tersebut tidak dapat

digunkan. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah

imbah/talah/salasai/habis/sampai/lapas sebagai pemarkah leksikal tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang memberikan
115

tekanan pada segi akhir keberlangsungannya. Dengan demikian, pemarkah leksikal

imbah/talah/salasai/habis/sampai/lapas pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna

aspektualitas terminatif.

4.2.4 Aspektualitas Imperfektif

Aspektualitas imperfektif merupakan makna situasi yang mendeskripsikan

peristiwa belum terjadi. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada

penggunaan adverbia ’belum’. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas

semelfaktif dapat diamati pada kata balum. Perhatikan data berikut:

TABEL 16
ASPEKTUALITAS IMPERFEKTIF

No Pemarkah Data

4. balum (78) Aku balum membaca buku?


Aku belum membaca buku

’Aku belum membaca buku’ (4)


(79) Ayah balum datang
Ayah belum datang

’Ayah belum datang’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal balum

terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas balum memberikan makna

aspektualitas imperfektif situasi yang mendeskripsikan situasi belum terjadi yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Sebenarnya, jika kita analisis lagi pemarkah

balum memiliki keunikan bahwa pemarkah balum mengacu pada dua lokasi waktu

sekaligus. Satu sisi, waktu lampau pada perbuatan atau keadaan yang seharusnya
116

terjadi tetapi kenyataanya tidak terjadi. satu sisi, waktu yang akan datang pada

perbuatan atau keadaan yang tidak terjadi diwaktu lampai diharapkan bakal terjadi

segera. Perhatikan data berikut:

(78) Aku balum membaca buku?


Aku belum membaca buku

’Aku belum membaca buku’ (4)

(78a) *Aku sudah membaca buku?


Aku sudah membaca buku

’Aku sudah membaca buku’

(78b) *Aku hanyar membaca buku?


Aku baru membaca buku

’Aku baru membaca buku’

Pemarkah aspektualitas balum pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas imperfektif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (78) Aku balum membaca buku? ’Aku belum

membaca buku’ artinya situasinya satu sisi verba membaca seharusnya sudah terjadi

tapi kenyataanya tidak dan satu sisi lagi verba membaca yang belum dilakukan

diharapkan segera dilakukan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (78a)

dan (78b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (78a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa

tersebut sudah terjadi Aku sudah membaca buku? ’Aku sudah membaca buku’ dan

data (78b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru saja terjadi Aku

hanyar membaca buku? ’Aku baru membaca buku’


(79) Ayah balum datang
117

Ayah belum datang

’Ayah belum datang’ (4)

(79a) *Ayah jarang datang


Ayah jarang datang

’Ayah jarang datang’

(79b) *Ayah kadang datang


Ayah kadang datang

’Ayah kadang datang’

Pemarkah aspektualitas balum pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas imperfektif situasi yang memberikan tekanan pada segi akhir

keberlangsungannya, seperti pada data (79) Ayah balum datang ’Aku belum datang’

artinya situasinya satu sisi verba datang seharusnya sudah terjadi tapi kenyataanya

tidak dan satu sisi lagi verba membaca yang belum dilakukan diharapkan segera

dilakukan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (79a) dan (79b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (79a) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi

Ayah jarang datang ’Ayah jarang datang’ dan data (79b) pemarkah kadang yang

menyatakan situasi tersebut kadang-kadang terjadi Ayah kadang datang ’Ayah

kadang datang’. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah balum

sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk

menyatakan situasi yang belum terjadi. Dengan demikian, pemarkah leksikal balum

pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas imperfektif.


118

4.2.5 Aspektualitas Progresif


Aspektualitas progresif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang

sedang berlangsung dalam bahasa Indonesia makna progresif dapat diamati pada

penggunaan pemarkah ’sedang’, ’tengah’, dan ’masih’,. Pada bagian ini verba

progresif tidak lazim bergabung dengan verba statis seperti ’sedang tahu’, ’sedang

suka’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas progresif dapat diamati

pada kata sadang dan masih. Perhatikan data berikut:


TABEL 17
ASPEKTUALITAS PROGRESIF

No Pemarkah Data

5. sadang dan (80) Aku sadang balajar bahasa Indonesia


masih Aku sedang belajar bahasa Indonesia

’Aku sedang belajar bahasa Indonesia’ (P)


(81) Adingmu masih manunton TV
Adikmu masih menonton TV

’Adikmu masih menonton TV’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal sadang

dan masih terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sadang dan

masih mendeskripsikan situasi yang sedang berlangsung yang ditunjukkan melalui

pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(80)Aku sadang balajar bahasa Indonesia


Aku sedang belajar bahasa Indonesia

’Aku sedang belajar bahasa Indonesia’ (P)

(80a) *Aku sudah balajar bahasa Indonesia


Aku sudah belajar bahasa Indonesia

’Aku sudah belajar bahasa Indonesia’


119

(80b) *Aku hanyar balajar bahasa Indonesia


Aku baru belajar bahasa Indonesia

’Aku baru belajar bahasa Indonesia’


Pemarkah aspektualitas sadang pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas progresif yang mendeskripsikan situasi yang sedang berlangsung,

seperti pada data (80) Aku sadang balajar bahasa Indonesia ’Aku sedang belajar

bahasa Indonesia’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sedang

berlangsung yaitu sedang belajar. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data

(80a) dan (80b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (80a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa

tersebut sudah terjadi Aku sudah balajar bahasa Indonesia ’Aku sudah belajar

bahasa Indonesia’ dan data (80b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut

baru saja terjadi Aku hanyar balajar bahasa Indonesia ’Aku baru belajar bahasa

Indonesia’

(81)Adingmu masih manunton TV


Adikmu masih menonton TV

’Adikmu masih menonton TV’ (4)

(81a) *Adingmu jarang manunton TV


Adikmu jarang menonton TV

’Adikmu jarang menonton TV’

(81b) *Adingmu kadang manunton TV


Adikmu kadang menonton TV

’Adikmu kadang menonton TV’


120

Pemarkah aspektualitas masih pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas progresif yang mendeskripsikan situasi yang sedang atau masih

berlangsung, seperti pada data (81) Adingmu masih manunton TV ’Adikmu masih

menonton TV’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sedang berlangsung

yaitu sedang atau masih menonton TV. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data

(81a) dan (81b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (81a) pemarkah jarag yang menyatakan peristiwa

tersebut jarang terjadi Adingmu jarang manunton TV ’Adikmu jarang menonton TV’

dan data (81b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut kadang-kadang

terjadi Adingmu kadang manunton TV ’Adikmu kadang menonton TV’. Hal ini

membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah sadang dan masih sebagai

pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk

menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi yang sedang berlangsung. Dengan

demikian, pemarkah leksikal sadang dan masih pada bahasa Banjar Hulu memiliki

makna aspektualitas progresif. Kedua pemarkah ini memiliki situasi yang sama yaitu

sama-sama sedang berlangsung. Jika lebih dianalisis kembali, terdapat perbedaan

antara kedua pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

TABEL 18
CONTOH PERBEDAAN PENGGUNAAN
PEMARKAH sadang dan masih

Pemarkah sadang Pemarkah masih


(82) *Sadang lapah aku ni? Masih lapah aku ni?
Sedang lelah aku ini Masih lelah aku ini

’Aku sedang lelah’(P) ’Aku masih lelah’


121

(83) Sadang pa nya? Kau ? *Masih pa nya kau?


Sedang apa kau? Masih pa kau ?

’Kau sedang apa? ’ (P) ’Kau masih apa? ’


(84) Aku sadang sibuk Aku masih sibuk
Aku sedang sibuk Aku masih sibuk

’Aku sedang sibuk’(P) ’Aku masih sibuk’


(85) *Aku sadang di rumah Aku masih di rumah
Aku sedang di rumah Aku masih di rumah

’Aku ada di rumah’(P) ’Aku masih di rumah’

Berdasarkan data tersebut, penggunaan pemarkah sadang dan masih memiliki

perbedaan sesuai situasi yang dibutuhkan. Jika situasi keberlangsungan yang sedang

terjadi menitikberatkan pada situasi yang sedang berlangsung maka pemrkah yang

digunakan ialah sadang seperti pada data (83) dan (84). Jika situasi keberlangsungan

yang sedang terjadi menitikberatkan pada situasi yang sedang berlangsung dan

diharapkan keberlangsungan tersebut memiliki titik akhir atau diteruskan pada situasi

selanjutnya maka pemrkah yang digunakan ialah masih seperti pada data (82) dan

(85). Selain itu, ada juga keunikan lagi pada pemarkha sadang. Perhatikan data

berikut:

(86) *Sadang calana ni lah


Sedang celana ini ya

’Sesuai celananya’ (P)

Data pada nomor (86) tidak berterima dalam pemarkah aspektualitas

’sedang’. Karena kata sadang bukan menyatakan situasi yang sedang berlangsung

melainkan menyatakan kalimat deklaratif yang bermakna sesuai atau celana tersebut

pas jika dipakai. Jadi, pada bahasa Banjar Hulu contoh nomor (86) tidak sesuai
122

dengan kajian pemarkah aspektualitas leksikal ’sedang’ karena tidak menyatakan

situasi yang sedang berlangsung. Selain itu, kata sadang dan masih tidak dapat

dihubungkan dengan verba nonstatif (verba yang tidak memerlukan pergerakan)

seperti ’tahu’, ’cinta’, ’suka’, ’percaya’, ’yakin’ dan sebagainya, perhatikan data:
TABEL 19
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *tahu, *cinta, dan *percaya

(*A) (B)
(87) Aku sadang suka wan babinian Aku suka wan babinian
’Aku sedang suka dengan wanita’ ’Aku suka dengan wanita’

’Aku suka dengan wanita’ (2) ’Aku suka dengan wanita’

(88) Sedang pacaya ai aku wan kau Pacaya ai aku wan kau
Sedang percaya aku dengan kau Percaya aku dengan kau

’Aku percaya dengan kau’(3) ’Aku percaya dengan kau’

(89) Siapa yang sadang cinta wan inya ? Siapa yang cinta wan inya ?
Siapa yang sedang cinta dengan dia Siapa yang cinta dengan dia

’Siapa yang cinta dengannya ? ’ (2) ’Siapa yang cinta dengannya ? ’

Berdasarkan contoh tersebut, dapat diamati kekeliruan dalam penggunaan

kata sadang dalam verba nonstatif. Kolom A yang menggunakan kata sadang tidak

berterima dalam penggunaanya. Karena kata ’suka’, ’percaya’, dan ’cinta’ sudah

menyatakan kata sadang tersebut. Sehingga tidak perlu diberikan pemarkah sadang

seperti pada contoh (87), (88), dan (89) pada potongan kalimat sadang suka ’sedang

suka’, sadang percaya ’sedang percaya’, dan sedang cinta ’sedang cinta. Seharusnya

kalimat yang menyatakan makna tersebut digunakan seperti contoh pada kolom B

yaitu cukup menggunakan kata ’suka’, ’percaya’, dan ’cinta’ saja untuk menyatakan
123

keberlangsungannya. Bersasarkan penjelasan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa

secara tes subtitusi pemarkah sadang dan masih sebagai pemarkah leksikal tidak

dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang

mendeskripsikan situasi yang sedang berlangsung. Dengan demikian, pemarkah

leksikal sadang dan masih pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas

progresif.

4.2.6 Aspektualitas Intensif


Aspektualitas intensif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang

berlangsung secara intensif hingga diperoleh hasil tertentu. Dalam bahasa Indonesia

dapat diamati pada penggunaan adverbia seperti ’terus’ ’terus-menerus, ’tak henti-

hentinya’. Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada kata tatarusan/kada? imbah-

imbahnya/kada?habis-habisnya. Perhatikan data berikut:


TABEL 20
ASPEKTUALITAS INTENSIF

No Pemarkah Data

6. tatarusan/ kada? (90) Igat tarus bajumu? ni?


Imbah-imbahnya/ Kotor terus bajumu ini
kada?habis-
habisnya, ’Bajumu kotor terus’ (4)

(91) Kulihat kau bagawi? kada? imbah-


imbahnya?
Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya

’Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya’ (P)


(92) Kada? habis-habisnya? mangunyah kau ni?
Tidak habis-habisnya mengemil kau ni

’Kau ini tidak habis-habisnya mengemil’ (P)


124

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya, terdapat pada bahasa Banjar

Hulu. Pemarkah aspektualitas tatarusan/kada?imbah-imbahnya/kada?habis-

habisnya, mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara intensif hingga diperoleh

hasil tertentu yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(90) Igat tarus bajumu? ni?


Kotor terus bajumu ini

’Bajumu kotor terus’ (4)

(90a) *Igat sudah bajumu? ni?


Kotor sudah bajumu ini

’Bajumu sudah kotor’

(90b) *Igat balum bajumu? ni?


Kotor belum bajumu ini

’Bajumu belum kotor’

Pemarkah aspektualitas tarus/tatarusan pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas progresif yang mendeskripsikan situasi yang terjadi terus-menerus

berlangsung, seperti pada data (90) Igat tarus bajumu? ni? ’Bajumu kotor terus’

artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut berlangsung secara terus menerus

yaitu terus-menerus kotor. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (90a) dan

(90b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti data (90a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah

terjadi Igat sudah bajumu? ni? ’Bajumu sudah kotor’ dan data (90b) pemarkah
125

balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Igat balum bajumu? ni?

’Bajumu belum kotor’


(91) Kulihat kau bagawi? kada? imbah-imbahnya?
Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya

’Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya’ (P)

(91a) *Kulihat kau bagawi? sakaligus


Kulihat kau bekerja sekaligus

’Kulihat kau bekerja sekaligus’

(91b) *Kulihat kau bagawi? hanyar


Kulihat kau bekerja baru

’Kulihat kau bekerja baru’

Pemarkah aspektualitas kada? imbah-imbahnya pada contoh tersebut

merupakan makna aspektualitas progresif yang mendeskripsikan situasi yang terjadi

terus-menerus berlangsung, seperti pada data (91) Kulihat kau bagawi? kada?

imbah-imbahnya ’Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya’ artinya situasi yang

terjadi pada kalimat tersebut berlangsung secara terus menerus yaitu terus-menerus

bekerja. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (91a) dan (91b) menggunakan

tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (91a)

pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi Kulihat kau

bagawi? sakaligus ’Kulihat kau bekerja sakaligus’ dan data (91b) pemarkah hanyar

yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi ’Kulihat kau bagawi? Hanyar

’Kulihat kau bekerja baru’


(92) Kada? habis-habisnya? mangunyah kau ni?
Tidak habis-habisnya mengemil kau ni

’Kau ini tidak habis-habisnya mengemil’ (P)


126

(92a) *Sadang mangunyah kau ni?


Sedang mengemil kau ni

’Kau ini sedang mengemil’

(92b) *Biasa mangunyah kau ni?


Biasa mengemil kau ni

’Kau ini biasa mengemil’


Pemarkah aspektualitas kada? habis-habisnya pada contoh tersebut merupakan

makna aspektualitas progresif yang mendeskripsikan situasi yang terjadi terus-

menerus berlangsung, seperti pada data (92) Kada? habis-habisnya mangunyah kau

ni? ’Kau ini tidak habis-habisnya mengemil’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat

tersebut berlangsung secara terus menerus yaitu terus-menerus mengemil. Hal ini

berbeda jika dibandingkan dengan data (92a) dan (92b) menggunakan tes subtitusi

yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (92a) pemarkah

sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang terjadi Sadang mangunyah kau

ni? ’Kau ini sedang mengemil’ dan data (92b) pemarkah biasa yang menyatakan

situasi tersebut biasa terjadi Biasa mangunyah kau ni? ’Kau ini biasa mengemil’

Bersasarkan penjelasan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi

pemarkah tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya sebagai pemarkah

leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi

yang mendeskripsikan situasi yang terus-menerus terjadi (intensif). Dengan demikian,

pemarkah leksikal tatarusan/kada?imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya pada

bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas Intensif.

4.2.7 Aspektualitas Iteratif


127

Aspektualitas iteratif merupakan makna keberulangan mendeskripsikan situasi

yang berlangsung berulang-ulang. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati

pada penggunaan verba reduplikasi seperti ’memukul-mukul’, ’memotong-motong’,

’menendang-nendang’, pada penggunaan sufiks–i ’memukili’, ’memotongi’,

’menendangi, atau adverbia ’selalu’, ’sering’, ’berkali-kali’, ’berulang-ulang’, dan

sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas iteratif dapat diamati pada

reduplikasi juga, seperti reduplikasi manyambat-nyambat, mahiyau-hiyau, pada

penggunaan sufik-i mamukuli?, mamatahi?, atau adverbia karap, bakali-kali?,

baulang-ulang’ dan sebagainya. Perhatikan data berikut :


TABEL 21
ASPEKTUALITAS ITERATIF

No Pemarkah Data

7. reduplikasi (93) Inya ne karap pang bauurut wan aku ni


sufiks-i atau Dia ini sering berurut dengan aku ini
adverbia
karap, ’Dia sering berurut dengan aku’ (3)
bakali-
kali?,
baulang-
ulang’ dan
sebagainya
(94) Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin hari-hari)
Abahnya sambli itu bekerja tu dengan Udin hari-hari

’Setiap hari abah Sambli bekerja dengan Udin’ (3)


(95) Umaku? mancubiti? ading
Ibuku mencubiti adik

’Ibuku mencubiti adik’ (P)


128

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal bahasa

Banjar Hulu pada aspektualitas iteratif dapat diamati pada reduplikasi juga, seperti

reduplikasi manyambat-nyambat, mahiyau-hiyau, pada penggunaan sufiks-i

mamukuli?, mamatahi?, atau adverbia karap, bakali-kali?, baulang-ulang’ dan

sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas bahasa Banjar

Hulu pada aspektualitas iteratif dapat diamati pada reduplikasi juga, seperti

reduplikasi manyambat-nyambat, mahiyau-hiyau, pada penggunaan sufiks-i

mamukuli?, mamatahi?, atau adverbia karap, bakali-kali?, baulang-ulang’ dan

sebagainya mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara mendeskripsikan situasi

yang berlangsung berulang-ulang yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut.

Perhatikan data berikut :


(93)Inya ne? karap pang bauurut wan aku ni?
Dia ini sering berurut dengan aku ini

Dia sering berurut dengan aku (3)

(93a) *Inya ne? jarang pang bauurut wan aku ni?


Dia ini jarang berurut dengan aku ini

Dia jarang berurut dengan aku

(93b) *Inya ne? kadang pang bauurut wan aku ni?


Dia ini kadang berurut dengan aku ini

Dia kadang berurut dengan aku


Pemarkah aspektualitas karap pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas iteratif yang mendeskripsikan situasi yang sering terjadi, seperti pada

data (93) Inya ne? karap pang bauurut wan aku ni? ’Dia sering berurut dengan

aku ’artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sering terjadi yaitu sering
129

berurut. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (93a) dan (93b) menggunakan

tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (93a)

pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi Inya ne? jarang

pang bauurut wan aku ni? ’Dia jarang berurut dengan aku’ dan data (93b)

pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut biasa terjadi Inya ne? kadang

pang bauurut wan aku ni? ’Dia kadang-kadang berurut dengan aku’
(94) Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin hari-hari
Abahnya Sambli itu bekerja tu dengan Udin hari-hari

’Setiap hari abah Sambli bekerja dengan Udin’ (3)


(94a) * Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin sakaligus
Abahnya Sambli itu bekerja tu dengan Udin sekaligus

’Sekaligus abah Sambli bekerja dengan Udin’

(94b) *Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin sakilas


Abahnya Sambli itu bekerja tu dengan Udin sekilas

’Sekilas abah Sambli bekerja dengan Udin’

Pemarkah aspektualitas reduplikasi hari-hari? pada contoh tersebut

merupakan makna aspektualitas iteratif yang mendeskripsikan situasi yang berulang-

ulang terjadi, seperti pada data (94) Abahnya sambli tu bagawi tu pang wan udin

hari-hari ’Setiap hari abah sambli bekerja dengan udin’ artinya situasi yang terjadi

pada kalimat tersebut berulang-ulang terjadi yaitu hari-hari atau setiap hari. Hal ini

berbeda jika dibandingkan dengan data (94a) dan (94b) menggunakan tes subtitusi

yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (94a) pemarkah

sakaligus yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi Abahnya sambli tu

bagawi tu pang wan udin sakaligus ’Sekaligus abah sambli bekerja dengan udin’ dan
130

data (94b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut biasa terjadi Inya ne

kadang pang bauurut wan aku ni ’Dia kadang-kadang berurut dengan aku’

(95) Umaku? mancubiti? ading


Ibuku mencubiti adik

’Ibuku mencubiti adik’ (P)

(95a) *Umaku? sambil ading


Ibuku sambil adik

’Ibuku sambil adik’

(95b) *Umaku? basasamaan? ading


Ibuku bersamaan adik

’Ibuku bersamaan adik’


Pemarkah aspektualitas sufiks-i mancubiti pada contoh tersebut merupakan

makna aspektualitas iteratif yang mendeskripsikan situasi yang berulang-ulang

terjadi, seperti pada data (95) Umaku? mancubiti? Ading ’Ibuku mencubiti adik’

artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut berulang-ulang terjadi yaitu

berulang-ulang mencubit adik. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (87a)

dan (95b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (95a) pemarkah sambil yang menyatakan peristiwa

tersebut berlangsung secara kesambilan Umaku? sambil Ading ’Ibuku sambil adik’

dan data (95b) pemarkah basasamaan yang menyatakan situasi tersebut bersamaan

terjadi Umaku? basasamaan Ading ’Ibuku bersama-sama adik’. Bersasarkan

penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah

reduplikasi, sufiks-i mamukuli?, atau adverbia karap, bakali-kali?, dan sebagainya


131

sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk

menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi yang berlangsung berulang-ulang..

Dengan demikian, pemarkah leksikal reduplikasi, sufiks-i mamukuli?, atau adverbia

karap, bakali-kali?, dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna

aspektualitas Intensif.

4.2.8 Aspektualitas Semelfaktif

Aspektualitas semelfaktif merupakan makna kesekejapan mendeskripsikan

situasi yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali. Dalam bahasa

Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sekejap’ ’seketika’,

’tiba-tiba’, ’sekilas’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas

semelfaktif dapat diamati pada kata sakilas dan tiba-tiba Perhatikan data berikut :

TABEL 22
ASPEKTUALITAS SEMELFAKTIF

No Pemarkah Data

8. sakilas dan (96) Kakak tu? tiba-tiba haja bakuciak mainta tulong
tiba-tiba Kakak itu tiba-tiba saja berteriak minta tolong

’Kakak itu tiba-tiba berteriak minta tolong’ (P)

(97) Sakilas aku manireng ada ai


Sekilas aku melihat ada

’Sekilas aku melihat ada’ (P)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sakilas dan tiba-tiba

terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sakilas dan tiba-tiba
132

mendeskripsikan situasi yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali

yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(96) Kakak tu? tiba-tiba haja bakuciak mainta tulong


Kakak itu tiba-tiba saja berteriak minta tolong

’Kakak itu tiba-tiba berteriak minta tolong’ (P)

(96a) * Kakak tu? sambil haja bakuciak mainta tulong


Kakak itu sambil saja berteriak minta tolong

’Kakak itu sambil berteriak minta tolong’


(96b) *Kakak tu? basasaman haja bakuciak mainta tulong
Kakak itu bersama-sama saja berteriak minta tolong

’Kakak itu bersama-sama berteriak minta tolong’

Pemarkah aspektualitas tiba-tiba pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas semelfaktif yang mendeskripsikan situasi yang berlangsung sekejap dan

biasanya berlangsung satu kali, seperti pada data (96) Kakak tu? tiba-tiba haja

bakuciak mainta tulong ’Kakak itu tiba-tiba berteriak minta tolong’ artinya situasi

yang terjadi pada kalimat tersebut tiba-tiba terjadi yaitu tiba-tiba berteriak. Hal ini

berbeda jika dibandingkan dengan data (96a) dan (96b) menggunakan tes subtitusi

yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (96a) pemarkah

sambil yang menyatakan peristiwa tersebut berlangsung secara kesambilan Kakak

tu? sambil haja bakuciak mainta tulong ’Kakak itu sambil berteriak minta tolong’

dan data (96b) pemarkah basasamaan yang menyatakan situasi tersebut bersamaan

terjadi Kakak tu? basasamaan haja bakuciak mainta tulong ’Kakak itu bersama-

sama berteriak minta tolong’

(97) Sakilas aku manireng ada ai


133

Sekilas aku melihat ada

’Sekilas aku melihat ada’ (P)


(97a) *Satumar aku manireng ada ai
Sebentar aku melihat ada

’Sebentar aku melihat ada’

(97b) *Sambil aku manireng ada ai


Sambil aku melihat ada

’Sambil aku melihat ada’

Pemarkah aspektualitas sakilas pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas semelfaktif yang mendeskripsikan situasi yang berlangsung sekejap dan

biasanya berlangsung satu kali, seperti pada data (97) Sakilas aku manireng ada ai

’Sekilas aku melihat ada’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut sekilas

terjadi yaitu sekilas melihat. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (97a) dan

(97b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti data (97a) pemarkah satumat yang menyatakan peristiwa tersebut

berlangsung sebentar Sebentar aku manireng ada ai ’Sebentar aku melihat ada’ dan

data (97b) pemarkah sambil yang menyatakan situasi tersebut terjadi secara

kesambilan Sambil aku manireng ada ai ’Sambil aku melihat ada’. Untuk pemarkah

sakajap tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu, perhatikan data berikut:

TABEL 23
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *sakajap

(*A) (B)
(98) *Sakajap hilang dumpetku diambil maleng Tiba-tiba hilang dumpetku diambil maleng
Sekejap hilang dompetku diambil maling Tiba-tiba hilang dompetku diambil maling
134

’Sekejap saja dompetku hilang dicuri maling’(2) ’Tiba-tiba saja dompetku hilang dicuri maling’

(99) *Pina? adingkku hilang sakajap Pina? adingkku hilang tiba-tiba


Pena adikku hilang sekejap Pena adikku hilang tiba-tiba

’Sekejap saja pena adikku hilang’(3) ’Tiba-tiba saja pena adikku hilang’

Pemarkah sakajap dalam bahasa Banjar Hulu tidak digunakan dalam

berkomunikasi sehari-hari. Hal ini dapat diamati perbedaan dalam kolom A dan

Kolom B sesuai dengan yang dicontohkan pada nomor (98) dan (99). Kata *sakajap

tidak berterima dalam bahasa Banjar Hulu, tetapi yang digunkan yaitu tiba-tiba

Sebagai tanda yang menyatakan keberlangsungan situasi yang terjadi sekejap.

Bersasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi

pemarkah sakilas dan tiba-tiba sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi

yang berlangsung sekejap dan biasanya berlangsung satu kali. Dengan demikian,

pemarkah leksikal sakilas dan tiba-tiba pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna

aspektualitas semelfaktif.

4.2.9 Aspektualitas Duratif

Aspektualitas duratif merupakan makna yang menyatakan keterbatasan situasi

yang berlangsung dalam kurun waktu terbatas. Dalam bahasa Indonesia makna ini

dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sebentar’, ’sejenak’, ’satu jam’ atau

konjungsi ’selama’. Pada bahasa Banjar Hulu makna aspektualitas duratif dapat
135

diamati pada kata satumat, salawas, lima manit dan sebagainya, perhatiakn data

berikut :
TABEL 24
ASPEKTUALITAS DURATIF

No Pemarkah Data

9. ’satumat’, (100)Kakak satumat narai tulak


’salawas’/ Kakak sebentar saja pergi
’lawas’,,
’lima ’Kakak cuma pergi sebentar’ (P)
manit’ dan
sebagainya.
(101) Sudah lima manit aku disini? kada? ada? urang lalu?
Sudah limat menit aku di sini tidak ada orang lewat

’Sudah lima menit aku di sini tidak ada orang lewat’ (4)

(102)Lama pang saikit dari pada biasanya


Lama sedikit dari pada biasanya

’Sedikit lama dari biasanya’ (3)


(103) Salawas aku tulak jaga rumah lah
Selama aku pergi, jaga rumah ya

’Selama aku pergi, jaga rumah’ (3)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal satumat, salawas,

lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas

satumat, salawas, lima manit dan sebagainya mendeskripsikan keterbatasan situasi

yang berlangsung dalam kurun waktu terbatas yang ditunjukkan melalui pemarkah

tersebut. Perhatikan data berikut :


(101) Kakak satumat narai tulak
Kakak sebentar saja pergi

’Kakak cuma pergi sebentar’ (P)

(101a) *Kakak karap narai tulak


136

Kakak sering saja pergi

’Kakak cuma pergi sering’

(101b) *Kakak sudah narai tulak


Kakak sudah saja pergi

’Kakak cuma pergi sudah’

Pemarkah aspektualitas satumat pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas duratif yang mendeskripsikan keterbatasan situasi yang berlangsung

dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (101) Kakak satumat narai tulak

’Kakak cuma pergi sebentar’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut

waktunya terabtas yaitu cuma pergi sebentar. Hal ini berbeda jika dibandingkan

dengan data (101a) dan (101b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti data (101a) pemarkah karap yang menyatakan

peristiwa tersebut berlangsung sering Kakak karap narai tulak ’Kakak cuma pergi

sering’ dan data (101b) pemarkah sudah yang menyatakan situasi tersebut sudah

terjadi Kakak sudah narai tulak ’Kakak cuma pergi sudah’


(102) Sudah lima manit aku disini? kada? ada? urang lalu?
Sudah lima menit aku di sini tidak ada orang lewat

’Sudah lima aku di sini tidak ada orang lewat’ (4)

(102a) *Sudah karap aku disini? kada? ada? urang lalu?


Sudah sering aku di sini tidak ada orang lewat

’Sudah lima aku di sini tidak ada orang lewat’

(102b) *Sudah jarang aku disini? kada? ada? urang lalu?


Sudah jarang aku di sini tidak ada orang lewat

’Sudah jarang aku di sini tidak ada orang lewat’


137

Pemarkah aspektualitas lima manit pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas duratif yang mendeskripsikan keterbatasan situasi yang berlangsung

dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (102) Sudah lima manit aku disini?

kada? ada? urang lalu? ’Sudah lima manit aku di sini tidak ada orang lewat’ artinya

situasi yang terjadi pada kalimat tersebut waktunya terabatas yaitu cuma lima menit.

Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (102a) dan (102b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (102a)

pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut berlangsung sering Sudah

karap aku disini? kada? ada? urang lalu? ’Sudah sering aku di sini tidak ada orang

lewat’ dan data (102b) pemarkah jarang yang menyatakan situasi tersebut terjadi

secara jarang Sudah jarang aku disini? kada? ada? urang lalu? ’Sudah jarang aku di

sini tidak ada orang lewat’


(103) Salawas aku tulak jaga rumah lah
Selama aku pergi, jaga rumah ya

’Selama aku pergi, jaga rumah’ (3)

(103a) *Imbah aku tulak jaga rumah lah


Selesai aku pergi, jaga rumah ya

’Selesai aku pergi, jaga rumah’

(103b) *Talah aku tulak jaga rumah lah


Siap aku pergi, jaga rumah ya

’Siap aku pergi, jaga rumah’


Pemarkah aspektualitas salawas pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas duratif yang mendeskripsikan keterbatasan situasi yang berlangsung

dalam kurun waktu terbatas, seperti pada data (103) Salawas aku tulak jaga rumah
138

lah ’Selama aku pergi, jaga rumah’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut

waktunya terabatas yaitu cuma selama dia pergi. Hal ini berbeda jika dibandingkan

dengan data (103a) dan (103b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti data (103a) pemarkah imbah yang menyatakan

peristiwa tersebut sudah berlangsung yang menekankan pada baigan akhir situasi

Imbah aku tulak jaga rumah lah ’Selesai aku pergi, jaga rumah’ dan data (103b)

pemarkah ’talah’ yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi yang menekankan

pada baigan akhir situasi Talah aku tulak jaga rumah lah ’Siap aku pergi, jaga

rumah’. Bersasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes

subtitusi pemarkah satumat, salawas, lima manit dan sebagainya sebagai pemarkah

leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi

yang mendeskripsikan mendeskripsikan keterbatasan situasi yang berlangsung dalam

kurun waktu terbatas. Dengan demikian, pemarkah leksikal satumat, salawas, lima

manit dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas duratif.

4.2.10 Aspektualitas Diminutif

Aspektualitas diminutif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang

keberlangsungannya mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit.

Dalam bahasa Indonesia dapat juga diamati pada verba reduplikasi, yaitu ’malu-

malu’, ’pusing-pusing’, dan sebagainya dengan dasar verba statif. Pada bahasa Banjar

Hulu dapat diamati pada kata basasupan. Perhatikan data berikut:


TABEL 25
ASPEKTUALITAS DIMINUTIF
139

No Pemarkah Data

10. basasupan (104) Masok sini? basasupan pulang kau ni?


’Masuk sini malu-malu pula kau ini’

’Malu-malu pula kau masuk ke sini’ (5)

(105) Parak lagi wan inya? jangan basasupan


’Dekat lagi dengan dia jangan malu-malu’

’Lebih dekat lagi dengan dia jangan malu- malu ’ (1)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal basasupan terdapat

pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas basasupan mendeskripsikan situasi

yang keberlangsungannya mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit

yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :


(104) Masok sini? basasupan pulang kau ni?
Masuk sini malu-malu pula kau ini

’Malu-malu pula kau masuk ke sini’ (5)

(104a) Masok sini? hanyar pulang kau ni?


Masuk sini baru pula kau ini

’Masuk ke sini baru pula kau’

(104b) Masok sini? imbah pulang kau ni?


Masuk sini selesai pula kau ini

’Masuk ke sini selesai pula kau’

Pemarkah aspektualitas basasupan pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas duratif yang mendeskripsikan situasi yang keberlangsungannya

mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit, seperti pada data (104)

Masok sini? basasupan pulang kau ni? ’Malu-malu pula kau masuk ke sini’ artinya

situasi yang terjadi pada kalimat ersebut mengandung ’agak’ yaitu pada kata malu-
140

malu. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (104a) dan (104b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (104a) pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja

berlangsung Masok sini? hanyar pulang kau ni? ’Masuk ke sini baru pula kau’ dan

data (104b) pemarkah imbah yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi yang

menekankan pada baigan akhir situasi Masok sini? imbah pulang kau ni? ’Masuk ke

sini selesai pula kau’


(105) Parak lagi wan inya? jangan basasupan
Dekat lagi dengan dia jangan malu-malu

’Lebih dekat lagi dengan dia jangan malu-malu’ (1)

(105a) *Parak lagi wan inya? jangan sakaligus


Dekat lagi dengan dia jangan sekaligus

’Lebih dekat lagi dengan dia jangan sekaligus’

(105b) *Parak lagi wan inya? jangan tatarusan


Dekat lagi dengan dia jangan terus-menerus

’Lebih dekat lagi dengan dia jangan terus-menerus’

Pemarkah aspektualitas basasupan pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas duratif yang mendeskripsikan situasi yang keberlangsungannya

mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit, seperti pada data (105)

Parak lagi wan inya? jangan basasupan ’Lebih dekat lagi dengan dia jangan

malu-malu’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat ersebut mengandung ’agak’ yaitu

pada kata malu-malu. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (105a) dan

(105b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti data (105a) pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa tersebut
141

berlangsung secara sekaligus Parak lagi wan inya? jangan sakaligus ’Lebih dekat

lagi dengan dia jangan sekaligus’ dan data (105b) pemarkah tatarusan yang

menyatakan situasi tersebut terjadi terus-menerus Parak lagi wan inya? jangan

tatarusan ’Lebih dekat lagi dengan dia jangan terus-menerus’. Berdasarkan

penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah

basasupan sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain

jika untuk menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi yang

keberlangsungannya mengandung nuansa agak atau melakukan sesuatu sedikit.

Dengan demikian, pemarkah leksikal basasupan pada bahasa Banjar Hulu memiliki

makna aspektualitas diminutif.

4.2.11 Aspektualitas Atenuatif

Aspektualitas atenuatif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang

berlangsung tidak sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah. Dalam bahasa

Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan verba reduplikasi dengan dasar

verba statis dan verba aktivitas tipe ’duduk-duduk’, ’minum-minum’, ’ngomong-

ngomong’ dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas atenuatif dapat

diamati pada kata duduk-duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya. Perhatikan

data berikut:
TABEL 26
ASPEKTUALITAS ATENUATIF

No Pemarkah Data

11. duduk-duduk, (106) Aku ni? duduk-duduk narai di hadapan


minum- Aku ini duduk-duduk cuma di depan
142

minum, bual-
bual dan ’Aku cuma duduk-duduk di depan’ (P)
sebagainya
(107) Ka kadai kupiku? kita minum-minum
Ke warung kopiku kita minum-minum

’Kita minum-minum ke warung kopiku’ (1)


Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal reduplikasi duduk-

duduk dan minum-minum terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas

duduk-duduk dan minum-minum dan sebagainya mendeskripsikan situasi yang

berlangsung tidak sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah yang ditunjukkan

melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(106) Aku ni? duduk-duduk narai di hadapan


Aku ini duduk-duduk cuma di depan

’Aku cuma duduk-duduk di depan’ (P)

(106a) *Aku ni? manduduki narai di hadapan


Aku ini menduduki cuma di depan

’Aku cuma menduduki di depan’

(106b) *Aku ni? tiba-tiba narai di hadapan


Aku ini tiba-tiba cuma di depan

’Aku cuma tiba-tiba di depan’

Pemarkah aspektualitas duduk-duduk pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas atenuatif yang mendeskripsikan situasi yang berlangsung tidak

sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah, seperti pada data (106) Aku ni?

duduk-duduk narai di hadapan ’Aku cuma duduk-duduk di depan’ artinya situasi

yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi alakadarnya yaitu pada kata
143

duduk-duduk. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (106a) dan (106b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (106a) pemarkah manduduki yang menyatakan peristiwa tersebut

berlangsung berkali-kali Aku ni? manduduki narai di hadapan ’Aku cuma

menduduki di depan’ dan data (106b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi

tersebut terjadi tiba-tiba Aku ni? tiba-tiba narai di hadapan ’Aku cuma tiba-tiba di

depan’
(107) Ka kadai kupiku? kita minum-minum
Ke warung kopiku kita minum-minum

’Kita minum-minum ke warung kopiku’ (1)

(107a) *Ka kadai kupiku? kita biasanya


Ke warung kopiku kita biasanya

’Kita biasanya ke warung kopiku’

(107b) *Ka kadai kupiku? kita tiba-tiba


Ke warung kopiku kita tiba-tiba

’Kita tiba-tiba ke warung kopiku’


Pemarkah aspektualitas minum-minum pada contoh tersebut merupakan

makna aspektualitas atenuatif yang mendeskripsikan situasi yang berlangsung tidak

sepenuhnya, alakadarnya, dalam intensitas lemah, seperti pada data (107) Ka kadai

kupiku? Kita minum-minum ’Kita minum-minum ke warung kopiku’ artinya situasi

yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi alakadarnya yaitu pada kata

minum-minum. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (107a) dan (107b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (98a) pemarkah biasanya yang menyatakan peristiwa tersebut biasa
144

terjadi Ka kadai kupiku? Kita biasanya ’Kita biasanya ke warung kopiku’ dan data

(98b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi tersebut terjadi tiba-tiba Ka kadai

kupiku? kita tiba-tiba ’Kita biasanya ke warung kopiku’. Berdasarkan penjelasan

tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah duduk-duduk,

minum-minum, bual-bual dan sebagainya, sebagai pemarkah leksikal tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang

mendeskripsikan situasi yang berlangsung tidak sepenuhnya, alakadarnya, dalam

intensitas lemah. Dengan demikian, pemarkah duduk-duduk, minum-minum, bual-

bual dan sebagainya pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas

atenuatif.

4.2.12 Aspektualitas Akumulatif


Aspektualitas akumulatif merupakan keserentakan mendeskripsikan situasi

yang berlangsung bukan saja mencapai hasil, melainkan hasil itu mencakup

semua/beberapa objek (pada verba transitif) atau semua/beberapa subjek (pada verba

intransitif). Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat diamati pada penggunaan

adverbia ’sekaligus’, ’secara bersamaan’, dan sebagainya. Pada bahasa Banjar Hulu

aspektualitas akumualatif dapat diamati pada kata sakaligus, dan basasamaan/

taumbai/baumbaian, Perhatikan data berikut:


TABEL 27
ASPEKTUALITAS AKUMULATIF

No Pemarkah Data

12. sakaligus, (108) Inya taumbai wan kami tulak


dan Dia bersamaan dengan kami pergi
basasamaan/
145

taumbai/ ’Dia pergi serentak dengan kami’ (4)


baumbaian
(109) Kau ambil sakaligus dua leh hayamnya?
Kau ambil sekaligus dua ayamnya

’Sekaligus dua kau ambil ayamnya’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sakaligus, dan

basasamaan/taumbai/baumbaian terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah

aspektualitas sakaligus, dan basasamaan/taumbai/baumbaian mendeskripsikan

situasi yang berlangsung bukan saja mencapai hasil, melainkan hasil itu mencakup

semua/beberapa objek (pada verba transitif) atau semua/beberapa subjek (pada verba

intransitif) yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(108) Inya taumbai wan kami tulak


Dia bersamaan dengan kami pergi’

’Dia pergi serentak dengan kami’ (4)


(108a) *Inya kadang wan kami tulak
Dia kadang dengan kami pergi

Dia pergi kadang dengan kami

(108b) *Inya jarang wan kami tulak


Dia jarang dengan kami pergi

’Dia pergi jarang dengan kami’

Pemarkah aspektualitas taumbai pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas akumulatif yang mendeskripsikan situasi keserentakan, seperti pada data

(108) Inya taumbai wan kami tulak ’Dia pergi serentak dengan kami’ artinya

situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi serentak yaitu pada kata
146

bersamaan. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (108a) dan (108b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (108a) pemarkah kadang yang menyatakan peristiwa tersebut kadang-

kadang terjadi Inya kadang wan kami tulak ’Dia pergi kadang dengan kami’ dan

data (108b) pemarkah jarang yang menyatakan situasi tersebut jarang terjadi Inya

jarang wan kami tulak ’Dia pergi jarang dengan kami’


(109) Kau ambil sakaligus dua leh hayamnya?
Kau ambil sekaligus dua ayamnya

’Sekaligus dua kau ambil ayamnya’ (5)

(109a) *Kau ambil sudah dua leh hayamnya?


Kau ambil sudah dua ayamnya

’Sudah dua kau ambil ayamnya’

(109b) Kau ambil balum dua leh hayamnya?


Kau ambil belum dua ayamnya

’Belum dua kau ambil ayamnya’

Pemarkah aspektualitas sekaligus pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas akumulatif yang mendeskripsikan situasi keserentakan, seperti pada data

(109) Kau ambil sakaligus dua leh hayamnya? ’Sekaligus dua kau ambil ayamnya’

artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi serentak yaitu

pada kata sekaligus. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (109a) dan (109b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (109a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah

terjadi Kau ambil sudah dua leh hayamnya? ’Sudah dua kau ambil ayamnya’ dan

data (109b) pemarkah balum yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi ’Kau
147

ambil balum dua leh hayamnya? ’Belum dua kau ambil ayamnya’. Berdasarkan

penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah

sakaligus, dan basasamaan/taumbai/baumbaian sebagai pemarkah leksikal tidak

dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang

mendeskripsikan situasi keserentakan. Dengan demikian, pemarkah leksikal

sakaligus, dan basasamaan/taumbai/baumbaian pada bahasa Banjar Hulu memiliki

makna aspektualitas akumulatif.

4.2.13 Aspektualitas Distributif


Aspektualitas distributif merupakan ketersebaran yang mendeskripsikan

situasi yakni pencapaian hasil yang umumnya berlangsung secara berturut-turut.

Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada penggunaan sufiks–i dengan dasar

pungtual seperti ’memetiki’, ’membumbui’, dan sebagainya atau secara eksplisit

melalui pemakaian adverbia ’berturut-turut’, ’satu persatu’. Pada bahasa Banjar Hulu

makna aspektualitas distributif dapat diamati pada kata manyusuni?, mambili?, ’

manambangi? dan sebagainya. Pada adverbia dapat diamati pada kata baturutan,

’satu-satu? dan sauteng-sauteng, Perhatiakan data berikut:


TABEL 28
ASPEKTUALITAS DISTRIBUTIF

No Pemarkah Data

13. sufiks-i (110) Lapah manyapui? lantai ne


(berturut- Lelah menyapui lantai ini
turut)
manyusuni?, ’Lelah menyapui lantai ini’ (P)
manambangi
? dan
sebagainya
148

baturutan,
/satu-satu?/
sauteng-
sauteng
(111) Kau ni? tiga kali? baturutan kada bagawi?
Kau ini tiga kali berturut-turut tidak bekerja

’Tiga kali berturut-turut kau tidak bekerja’ (P)


(112) Satu-satu? masuk ka kantor lah
Satu-satu masuk ke kantor ya

’Satu-satu masuk ke kantor’ (P)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sufiks–i dengan dasar

pungtual seperti menyapui?, membumbui?, dan sebagainya atau secara eksplisit

melalui pemakaian adverbia batututan, satu-satu terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

Pemarkah aspektualitas sufiks–i dengan dasar pungtual seperti sufiks–i dengan dasar

pungtual seperti menyapui?, membumbui?, dan sebagainya atau secara eksplisit

melalui pemakaian adverbia batututan, satu-satu mendeskripsikan situasi yakni

pencapaian hasil yang umumnya berlangsung secara berturut-turut yang ditunjukkan

melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(110)Lapah manyapui? lantai ne


Lelah menyapui lantai ini

’Lelah menyapui lantai ini’ (P)

(110a) *Lapah sudah lantai ne


Lelah sudah lantai ini

’Lelah sudah lantai ini’

(110b) *Lapah balum lantai ne


Lelah belum lantai ini
149

’Lelah belum lantai ini’

Pemarkah aspektualitas manyapui? pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas distributif yang mendeskripsikan situasi yakni pencapaian hasil yang

umumnya berlangsung secara berturut-turut., seperti pada data (110) Lapah

manyapui? lantai ne ’Lelah menyapui lantai ini’ artinya situasi yang terjadi pada

kalimat tersebut mengandung situasi berlangsung secara berturut-turut yaitu pada kata

menyapui. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (101a) dan (110b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (110a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah terjadi

Lapah sudah lantai ne ’Lelah sudah lantai ini’ dan data (110b) pemarkah balum

yang menyatakan situasi tersebut belum terjadi Lapah balum lantai ne? ’Lelah

belum lantai ini’.


Hal yang hampir sama juga ditemui pada aspektualitas sebelumnya yaitu

aspektualitas iteratif yang diamati pada sufiks-i juga. Perbedaannya ada pada

keberlangsungan yang dihasilkan yaitu aspektualitas distrubutif keberlangsungan

yang menghasilkan secara berturut-turut, sedangkan aspektualitas iteratif hanya

keberlangsunan yang terjadi berulang-ulang tanpa ada hasil yang berturut-turut,

perhatikan data berikut:

TABEL 29
CONTOH PERBEDAAN
ASPEKTUALITAS DISTRIBUTIF DAN ITERATIF
150

Aspektualitas Distributif Aspektualitas Iteraif

Lambatnya pang kau mamilihi? buahnya? Jangan kau manggaruki? kudesmu?


Lembatnya kau memilihi buahnya Jangan kau menggaruki lukamu

’Lambat sekali kau memilihi buahnya’ ’Jangan kau menggaruk-menggaruk


lukamu’

Sesuai dengan yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai perbedaan kedua

aspektualitas ini. Kata mamilihi? menyatakan keberlangsungan yang berulang-ulang

dengan pencapaian hasilnya yang berurut, sesuai dengan definisi aspktualitas

distributif. Kata manggarki? menyatakan keberlangsungan yang teradi berulang-

ulang ’menggaruk-garuk’ tanpa ada hasil yang berturut inilah aspektualitas iteratif.
(111)Kau ni? tiga kali? baturutan kada? bagawi?
Kau ini tiga kali berturut-turut tidak bekerja

’Tiga kali berturut-turut kau tidak bekerja’ (P)


(111a) *Kau ni? tiga kali? tiba-tiba kada? bagawi?
Kau ini tiga kali tiba-tiba tidak bekerja

’Tiga kali tiba-tiba kau tidak bekerja’

(111b) *Kau ni? tiga kali? hanyar kada? bagawi?


Kau ini tiga kali baru tidak bekerja

’Tiga kali baru kau tidak bekerja’

Pemarkah aspektualitas baturutan pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas distributif yang mendeskripsikan situasi yakni pencapaian hasil yang

umumnya berlangsung secara berturut-turut., seperti pada data (111) Kau ni? tiga

kali? baturutan kada bagawi? ’Tiga kali berturut-turut kau tidak bekerja’

artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi berlangsung

secara berturut-turut yaitu pada kata beruturut-turut. Hal ini berbeda jika
151

dibandingkan dengan data (111a) dan (111b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (111a) pemarkah tiba-tiba

yang menyatakan peristiwa tersebut tiba-tiba terjadi Kau ni? tiga kali? tiba-tiba

kada bagawi? ’Tiga kali tiba-tiba kau tidak bekerja’ dan data (102b) pemarkah

hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Kau ni? tiga kali? hanyar

kada bagawi? ’Tiga kali baru kau tidak bekerja’


(112) Satu-satu? masuk ka kantor lah
Satu-satu masuk ke kantor ya

’Satu-satu masuk ke kantor’ (P)

(112a) *Talah masuk ka kantor lah


Siap masuk ke kantor ya

’Siap masuk ke kantor’


(112b) *Karap masuk ka kantor lah
Sedang masuk ke kantor ya

’Sedang masuk ke kantor’


Pemarkah aspektualitas satu-satu? pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas distributif yang mendeskripsikan situasi yakni pencapaian hasil yang

umumnya berlangsung secara berturut-turut., seperti pada data (112) Satu-satu?

masuk ka kantor lah ’Satu-satu masuk ke kantor’ artinya situasi yang terjadi pada

kalimat tersebut mengandung situasi berlangsung secara berturut-turut masuk yaitu

pada kata satu-satu masuk. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (112a) dan

(112b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti data 112) pemarkah talah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah siap

terjadi Talah masuk ka kantor lah ’Siap masuk ke kantor’ dan data (112b) pemarkah

karap yang menyatakan situasi tersebut baru terjadi Karap masuk ka kantor lah
152

’Sering masuk ke kantor’. Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan

bahwa secara tes subtitusi pemarkah leksikal sufiks–i dengan dasar pungtual seperti

menyapui?, membumbui?, dan sebagainya atau secara eksplisit melalui pemakaian

adverbia baturutan, satu-satu sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan situasi yang mendeskripsikan situasi

yakni pencapaian hasil yang umumnya berlangsung secara berturut-turut. Dengan

demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sufiks–i dengan dasar pungtual seperti

menyapui?, membumbui?, dan sebagainya atau secara eksplisit melalui pemakaian

adverbia batututan, satu-satu pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas

distributif.

4.2.14 Aspektualitas Finitif


Aspektualitas finitif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi yang

berakhir tanpa indikasi ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, yaitu yang

kebanyakkan terdapat pada verba perfektif atau imperfektif. Dalam bahasa Indonesia

dapat diamati pada penggunaan kata ’gagal’, ’batal’, dan sebagainya. Pada bahasa

Banjar Hulu dapat diamati pada kata batal, kada? jadi/kada? lulus?. Perhatikan data

berikut:
TABEL 30
ASPEKTUALITAS FINITIF

No Pemarkah Data

14. batal, (113)Kau kada?lulus ujian leh


kada? jadi/ Kau tidak lulus ujian ya
kada?
lulus? ’Kau tidak lulus ujian’ (5)
153

(114)Jangan parak aku, batal wudhu kaina?


Jangan dekati aku, batal wudhu nanti

’Jangan dekati aku, nanti wudhunya batal’ (P)

(115)Abah kada? jadi tulak


Abah tidak jadi pergi

’Aku tidak jadi pergi’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal batal, kada? jadi/

kada? lulus? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas ’batal’,

’kada? jadi’/’kada? lulus? mendeskripsikan situasi yang berakhir tanpa indikasi

ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil yang ditunjukkan melalui pemarkah

tersebut. Perhatikan data berikut :

(113)Kau kada?lulus ujian leh


Kau tidak lulus ujian ya

’Kau tidak lulus ujian’ (5)

(113a) *Kau talah ujian leh


Kau siap ujian ya

’Kau siap ujian’

(113b) *Kau karap ujian leh


Kau sering ujian ya

’Kau sering ujian’

Pemarkah aspektualitas kada?lulus pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas finitif yang mendeskripsikan situasi yang berakhir tanpa indikasi

ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil., seperti pada data (113) Kau kada?lulus
154

ujian leh ’Kau tidak lulus ujian’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut

mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada kata tidak lulus. Hal ini

berbeda jika dibandingkan dengan data (113a) dan (113b) menggunakan tes subtitusi

yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (113a) pemarkah

talah yang menyatakan peristiwa tersebut sudah siap terjadi Kau talah ujian leh’

’Kau siap ujian’ dan data (113b) pemarkah karap yang menyatakan situasi tersebut

baru terjadi Kau karap ujian leh ’Kau sering ujian’.


(114) Jangan parak aku, batal wudhu kaina?
Jangan dekati aku, batal wudhu nanti

’Jangan dekati aku, nanti wudhunya batal’ (P)

(114a) *Jangan parak aku, tiba-tiba wudhu kaina?


Jangan dekati aku, tiba-tiba wudhu nanti

’Jangan dekati aku, nanti wudhunya tiba-tiba’

(114b) *Jangan parak aku, sedang wudhu kaina?


Jangan dekati aku, sedang wudhu nanti

’Jangan dekati aku, nanti wudhunya sedang’

Pemarkah aspektualitas batal pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas finitif yang mendeskripsikan situasi yang berakhir tanpa indikasi

ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, seperti pada data (114) Jangan parak aku,

batal wudhu kaina? ’Jangan dekati aku, nanti wudhunya batal’ artinya situasi yang

terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada

kata batal. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (114a) dan (114b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti data (114a) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi
155

tiba-tiba Jangan parak aku, tiba-tiba wudhu kaina? ’Jangan dekati aku, nanti

wudhunya tiba-tiba’ dan data (114b) pemarkah sadang yang menyatakan situasi

tersebut sedang terjadi Jangan parak aku, sadang wudhu kaina? ’Jangan dekati aku,

nanti wudhunya sedang’.


(115) Abah kada? jadi tulak
Abah tidak jadi pergi

’Bapak tidak jadi pergi’ (4)


(115a) *Abah jarang tulak
Abah jarang pergi

’Bapak jarang pergi’

(115b) *Abah kadang tulak


Abah kadang pergi

’Bapak kadang pergi’


Pemarkah aspektualitas kada? jadi? pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas finitif yang mendeskripsikan situasi yang berakhir tanpa indikasi

ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil, seperti pada data (115) Abah kada? jadi

tulak ’Bapak tidak jadi pergi’ artinya situasi yang terjadi pada kalimat tersebut

mengandung situasi tanpa ketercapaian hasil yaitu pada kata batal. Hal ini berbeda

jika dibandingkan dengan data (115a) dan (115b) menggunakan tes subtitusi yaitu

jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (115a) pemarkah jarang

yang menyatakan peristiwa tersebut jarang terjadi Abah jarang tulak ’Bapak jarang

pergi’ dan data (115b) pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut kadang-

kadang terjadi Abah kadang-kadang tulak ’Bapak kadang-kadang pergi’. Kemudian,

untuk kata ’gagal’ tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu, contoh:
TABEL 31
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *gagal
156

(A) (*B)

(116) Aku kada? lulus masuk kuliah *Aku? gagal masuk kuliah
Aku tidak lulus masuk kuliah Aku gagal masuk kuliah

’Aku tidak lulus seleksi masuk perguruan tinggi’(2) ’Aku gagal masuk perguruan tinggi’

Berdasarkan contoh tersebut, kata ’gagal’ tidak digunakan dalam bahasa

Banjar Hulu tetapi sebagai penggantinya yang digunakan yaitu kada? lulus.

Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi

pemarkah batal, kada? jadi/kada? lulus? sebagai pemarkah leksikal tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan situasi yang berakhir

tanpa indikasi ketercapaian hasil atau tanpa disertai hasil. Dengan demikian,

pemarkah leksikal batal, kada? jadi/kada? lulus? pada bahasa Banjar Hulu memiliki

makna aspektualitas finitif.

4.2.15 Aspektualitas Komitatif


Aspektualitas komitatif merupakan sambilan yang mendeskripsikan situasi

yang merupakan penyerta situasi lain. Dalam bahasa Indonesia dapat diamati pada

penggunaan konjungsi ’sambil’ dan ’seraya’. Pada bahasa Banjar Hulu makna

aspektualitas komitatif dapat diamati pada kata sambil. Perhatikan data berikut:

TABEL 32
ASPEKTUALITAS KOMITATIF

No Pemarkah Data

15. sambil (117) Sambil maulah kueh ayunakan adingmu


Sambil membuat kue ayunkan adikmu
157

’Sambil membuat kue ayun adikmu’ (4)

(118)Manunton TV sambil mangatik laptop


Menonton TV sambil mengetik laptop

’Menonton TV sambil mengetik di laptop’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sambil terdapat pada

bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sambil mendeskripsikan

mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta situasi lain atau kesambilan yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(117) Sambil maulah kueh ayunakan adingmu


Sambil membuat kue ayunkan adikmu

’Sambil membuat kue ayun adikmu’ (4)

(117a) *Hanyar maulah kueh ayunakan adingmu


Baru membuat kue ayunkan adikmu

’Baru membuat kue ayun adikmu’

(117b) *Masih maulah kueh ayunakan adingmu


Masih membuat kue ayunkan adikmu

’Masih membuat kue ayun adikmu’

Pemarkah aspektualitas sambil pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas komitatif yang mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta

situasi lain atau kesambilan, seperti pada data (117) Sambil maulah kueh ayunakan

adingmu ’Sambil membuat kue ayun adikmu’ artinya situasi yang terjadi pada

kalimat tersebut mengandung situasi penyerta atau kesambilan yaitu pada sambil. Hal

ini berbeda jika dibandingkan dengan data (117a) dan (117b) menggunakan tes
158

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (117a)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi Hanyar maulah

kueh ayunakan adingmu ’Baru membuat kue ayun adikmu’ dan data (117b)

pemarkah masih yang menyatakan situasi tersebut sedang terjadi Masih maulah kueh

ayunakan adingmu ’Masih membuat kue ayun adikmu’.

(118) Manunton TV sambil mangatik laptop


Menonton TV sambil mengetik laptop

’Menonton TV sambil mengetik di laptop’ (5)

(118a) *Manunton TV batal mangatik laptop


Menonton TV batal mengetik laptop

’Menonton TV batal mengetik di laptop’

(118b) *Manunton TV sudah mangatik laptop


Menonton TV sudah mengetik laptop

’Menonton TV sudah mengetik di laptop’

Pemarkah aspektualitas sambil pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas komitatif yang mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta

situasi lain atau kesambilan, seperti pada data (118) Manunton TV sambil mangatik

laptop ’Menonton TV sambil mengetik di laptop’ artinya situasi yang terjadi pada

kalimat tersebut mengandung situasi penyerta atau kesambilan yaitu pada sambil. Hal

ini berbeda jika dibandingkan dengan data (118a) dan (118b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (118a)

pemarkah batal yang menyatakan peristiwa tersebut batal terjadi, seperti pada data

Manunton TV batal mangatik laptop ’Menonton TV batal mengetik di laptop’ dan


159

data (118b) pemarkah sudah yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi

Manunton TV sudah mangatik laptop ’Menonton TV sudah mengetik di laptop’.

Kemudian, kata *’seraya’ tidak terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Hal ini dapat

dibuktikan pada contoh berikut :

TABEL 33
PEMARKAH ASPEKTUALITAS *saraya

(A) (*B)

(119) Inya? baduduk disana sambil badua *Inya badudok disana saraya? badua
Dia duduk disana sambil berdoa Dia duduk disana sambil berdoa

’Dia duduk sambil berdoa di sana’(3) ’Dia duduk sambil berdoa di sana’

Berdasarkan contoh tersebut, kata *’saraya’ tidak berterima dalam bahasa

Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari. Walaupun dalam bahasa Indonesia hal

itu berterima dalam penggunaannya. Pada bahasa Banjar Hulu yang digunkan ialah

sambil . Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes

subtitusi pemarkah sambil sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan situasi yang merupakan penyerta situasi

lain atau kesambilan. Dengan demikian, pemarkah leksikal sambil pada bahasa

Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas komitatif.

4.2.16 Aspektualitas Habituatif


Asperktualitas habituatif merupakan makna yang mendeskripsikan

penghilangan situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak

terbatas. Dengan demikian, habituatif menekankan kebiasaan. Dalam bahasa

Indonesia dapat diamati pada penggunaan kata ’biasa’, ’biasakan’ dan ’biasanya’.
160

Pada bahasa Banjar Hulu dapat diamati pada biasa?, biasakan dan biasanya?/

’rajen’. Perhatikan data berikut:


TABEL 34
ASPEKTUALITAS HABITUATIF

No Pemarkah Data

16. biasa?, (120) Kadak dibiasakan babahasa Banjar


biasakan dan Tidak dibiasakan berbahasa Banjar
biasanya?
’rajen’ ’Tidak dibiasakan berbahasa Banjar’ (2)

(121) Rajen minta ulahakan teh susu?


Biasanya minta dibuatkan teh susu

’Biasanya minta dibuatkan teh susu’ (3)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal biasa?, biasakan dan

biasanya?/’rajen’ terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas biasa?,

biasakan dan biasanya?/’rajen’ mendeskripsikan penghilangan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas yang ditunjukkan melalui

pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(120) Kada? dbiasakan babahasa Banjar


Tidak dibiasakan berbahasa Banjar

Tidak dibiasakan berbahasa Banjar (2)

(120a) *Kada? hanyar babahasa Banjar


Tidak baru berbahasa Banjar

Tidak baru berbahasa Banjar

(111b) *Kada? sakilas babahasa Banjar


Tidak sekilas berbahasa Banjar

Tidak sekilas berbahasa Banjar


161

Pemarkah aspektualitas biasakan pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas habituatif yang mendeskripsikan penghilangan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas, seperti pada data (120) Kadak

di biasakan babahasa banjar ’Tidak dibiasakan berbahasa Banjar’ artinya situasi

yang terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi kebiasaan yaitu pada baisakan.

Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (120a) dan (120b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (120a)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja terjadi, seperti pada

data Kadak di hanyar babahasa banjar ’Tidak baru berbahasa Banjar’ dan data

(120b) pemarkah sakilas yang menyatakan situasi tersebut sudah terjadi Kadak di

sakilas babahasa banjar ’Tidak sakilas berbahasa Banjar’.

(121) Rajen minta ulahakan teh susu?


Biasanya minta dibuatkan teh susu

’Biasanya minta dibuatkan teh susu’ (3)

(121a) *Jarang minta ulahakan teh susu?


Jarang minta dibuatkan teh susu

’Jarang minta dibuatkan teh susu’

(121b) *Kadang minta ulahakan teh susu?


Kadang minta dibuatkan teh susu

’Kadang minta dibuatkan teh susu’


Pemarkah aspektualitas rajen pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas habituatif yang mendeskripsikan penghilangan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas, seperti pada data (121) Rajen
162

minta ulahakan teh susu? ’Biasanya minta dibuatkan teh susu’ artinya situasi yang

terjadi pada kalimat tersebut mengandung situasi suatu kebiasaan yang berlangsung.

Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (121a) dan (121b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti data (121a)

pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa jarang terjadi seperti pada data Kadak

di jarang babahasa banjar ’Jarang minta dibuatkan teh susu’ dan data (121b)

pemarkah kadang yang menyatakan situasi tersebut kadang-kadang terjadi Kadak di

kadang babahasa banjar ’Kadang minta dibuatkan teh susu’. Berdasarkan penjelasan

tersebut, hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi pemarkah biasa?, biasakan

dan biasanya?/rajen sebagai pemarkah leksikal tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan penghilangan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung dalam waktu tak terbatas. Dengan demikian, pemarkah

leksikal biasa?, biasakan dan biasanya?/rajen pada bahasa Banjar Hulu memiliki

makna aspektualitas komitatif.

4.2.17 Aspektualitas Kompletif atau Resultif

Aspektualitas Kompletif atau resultif merupakan makna yang

mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara bulat dan menyeluruh dari awal

sampai akhir dan biasanya disertai hasil. Dalam bahasa Indonesia makna ini dapat

diamati pada penggunaan adverbia ’sudah’ dan ’telah’ bersama verba aktivitas dan

verba statis. Pada bahasa Banjar Hulu aspektualitas kompletif atau resultif ditandai

dengan pemarkah aspektualitas sudah, contoh:


163

TABEL 35
CONTOH PERBEDAAN
ASPEKTUALITAS KOMPLETIF DAN INGRESIF

Aspektualitas Kompletif Aspektualitas Ingresif


(122) Adingkku sudah maulah karupuk ubi? Adingkku sudah barabah
Adikku sudah membuat kerupuk ubi Adikku sudah berbaring

’Adikku sudah membuat kerupuk ubi’ (P) ’Adikku sudah berbarin’

(123) Umaku? sudah bamasak nasi Umakku sudah guring


Ibuku sudah memasak nasi Ibuku sudah tidur

’Ibu sudah memasak nasi (P) ’Ibu sudah tidur’

Berdasarkan contoh tersebut, makna aspektualitas kompeltif atau resultif

terdapat pada bahasa Banjar Hulu yang dapat diamati pada kata sudah. Hal yang

sama juga kita temukan pada aspektualitas sebelumnya yaitu aspektualtias ingresif

yang ditandai dengan pemarkah aspektualitas sudah. Perbedaan antara kedua ini ialah

dapat diamati pada table. Aspektualitas kompletif atau resultif dan ingresif memiliki

keberlangsungan yang sama yaitu dari awal sampai akhir. Hanya saja, pada

aspektualitas kompletif atau resultif memberikan hasil dari keberlangsungan situasi,

sedangkan aspektualitas ingresif tidak. Aspektualitas kompletif, memiliki pemarkah

aspektualitas sudah yang memiliki hasil seperti data (122), yaitu hasilnya kerupuk ubi

yang sudah dibuat sudah maulah karupuk ubi? ’sudah membuat kerupuk ubi’ dan

data (123) nasi yang sudah dimasak sudah bamasak nasi ’sudah memasak nasi’.

Sedangkan aspektualitas ingresif, juga memiliki pemarkah aspektualitas sudah tetapi

tidak memiliki hasil, seperti sudah barabah ’sudah berbaring’ dan sudah guring

’sudah tidur’. Berdasarkan penjelasan tersebut, hal ini membuktikan bahwa pemarkah
164

’sudah’ untuk mendeskripsikan situasi yang berlangsung secara bulat dan

menyeluruh dari awal sampai akhir dan biasanya disertai hasil. Dengan demikian,

pemarkah leksikal sudah pada bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas

kompletif.

4.2.18 Aspektualitas Frekuentif


Aspektualitas ferkuentif merupakan makna yang mendeskripsikan situasi

keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau

kebutuhan. Makna ini menekankan pada kekerapan. Dalam bahasa Indonesia makna

ini dapat diamati pada penggunaan adverbia ’sering’, ’jarang’, ’kadang-kadang’. Pada

bahasa Banjar Hulu aspekutalitas frekuentif dapat diamati pada kata karap,jarang,

kadang-kadang.Perhatikan data berikut:


TABEL 36
ASPEKTUALITAS FREKUENTIF

No Pemarkah Data

18. karap,jarang (124) Karap bangat kau ni kasini?


, kadang- Sering betul kau ini kesini
kadang,
’Kau sering kesini’ (2)
(125) Jarang bangat kau ni kasini?
Jarang betul kau ini kesini

’Jarang kau kesini’ (2)


(126) Kadang-kadang kau ni kasini?
Kadang-kadang kau ini kesini

’Kau kadang-kadang kesini’ (2)


Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal karap,jarang, kadang-

kadang terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas karap,jarang,


165

kadang-kadang mendeskripsikan situasi keberulangannya tidak alami, tidak tetap,

dapat diatur yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut :

(124) Karap bangat kau ni ka sini?


Sering betul kau ini ke sini

’Kau sering ke sini’ (2)

(124a) *Sakaligus bangat kau ni ka sini?


Sekaligus betul kau ini ke sini

’Kau sekaligus ke sini’

(115b) *Tiba-tiba bangat kau ni ka sini?


Tiba-tiba betul kau ini ke sini

’Kau tiba-tiba ke sini’

Pemarkah aspektualitas karap pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas ferkuentif mendeskripsikan situasi keberulangannya tidak alami, tidak

tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data (124)

Karap bangat kau ni ka sini? ’Kau sering ke sini’ artinya keberulangannya tidak

alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau kebutuhan (sering,

jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (124a)

dan (124b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (124a) pemarkah sakaligus yang menyatakan peristiwa

serentak terjadi seperti pada data Sakaligus bangat kau ni ka sini? ’Kau sekaligus ke

sini’ dan data (124b) pemarkah tiba-tiba yang menyatakan situasi tersebut tiba-tiba

terjadi Tiba-tiba bangat kau ni ka sini? ’Kau tiba-tiba ke sini’.


166

(125) Jarang bangat kau ni ka sini?


Jarang betul kau ini ke sini

’Kau jarang ke sini’ (1)

(125a) *Sudah bangat kau ni ka sini?


Sudah betul kau ini ke sini

’Kau sudah ke sini’

(125b) *Hanyar bangat kau ni ka sini?


Baru betul kau ini ke sini

’Kau baru ke sini’

Pemarkah aspektualitas jarang pada contoh tersebut merupakan makna

aspektualitas ferkuentif mendeskripsikan situasi keberulangannya tidak alami, tidak

tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data (125)

Jarang bangat kau ni ka sini? ’Kau jarang ke sini’ artinya keberulangannya tidak

alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau kebutuhan (sering,

jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan data (125a)

dan (125b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti data (125a) pemarkah sudah yang menyatakan peristiwa sudah

terjadi seperti pada data Sudah bangat kau ni ka sini? ’Kau sudah ke sini’ dan data

(125b) pemarkah hanyar yang menyatakan situasi tersebut baru saja terjadi Hanyar

bangat kau ni ka sini? ’Kau baru ke sini’.

(126) Kadang-kadang kau ni ka sini?


Kadang-kadang kau ini ke sini

’Kadang-kadang kau ke sini’ (2)

(126a) Sakilas kau ni ka sini?


167

Sekilas kau ini ke sini

’Sekilas kau ke sini’

(117b) Imbah kau ni ka sini?


Selesai kau ini ke sini

’Selesai kau ke sini’

Pemarkah aspektualitas kadang-kadang pada contoh tersebut merupakan

makna aspektualitas ferkuentif mendeskripsikan situasi keberulangannya tidak alami,

tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau kebutuhan, seperti pada data

(126) Kadang-kadang kau ni ka sini? ’Kadang-kadang kau ke sini’ artinya

keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur tergantung pada keadaan atau

kebutuhan (sering, jarang, dan kadang-kadang). Hal ini berbeda jika dibandingkan

dengan data (126a) dan (126b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti data (126a) pemarkah sakilas yang menyatakan

peristiwa sekilas terjadi seperti pada data Sakilas kau ni ka sini? ’Sekilas kau ke sini’

dan data (126b) pemarkah imbah yang menyatakan situasi tersebut sudah selesai

terjadi Imbah kau ni ka sini? ’Selesai kau ke sini’.

Berdasarkan data tersebut, makna aspektualitas frekuentif terdapat pada

bahasa Banjar Hulu yang dapat diamati pada kata karap, jarang, kadang-kadang.

Makna dari masing-masing contoh tersebut menyatakan keberlangsungannya masing-

masing yang membuktikan aspektualitas frekuntif tidak tetap, dapat diatur sesuai

keadaan seperti kata karap’sering’, jarang ’jarang’, kadang-kadang ’kadang-

kadang’. Semuanya menyatakan keberlangasungan yang dapat diatur sesuai situasi


168

yang dibutuhkan. Hal yang sama juga ditemukan pada aspektualitas itertif pada kata

karap. Hanya saja antara aspektualitas tersebut memiliki perbedaan.


TABEL 37
PERBEDAAN ASPEKTUALITAS FREKUENTIF DAN ITERATIF

Aspektualitas Frekuentif Aspektualitas Iteratif


Pemarkah aspektualitas : Pemarkah aspektualitas :
Sering Karap, jarang jarang, kadang- karap
kadang kadang-kadang
Situasi keberulangan tidak tetap dan Situasi keberulangan tetap.
dapat diatur sesuai keadaan

Berdasarkan perbedaan tersebut, kedua aspektualitas frekuentif dan iteratif

merupakan keberulangan hanya saja pada situasi-situasi khsusus saja yang berbeda.

Kata karap merupakan pemarkah yang digunakan kedua aspektualitas. Karena sama-

sama menyatakan keberlangsungan yang berulang. Hal ini membuat kata ’karap’

menjadi unik karena bisa berada pada aspektualtias frekuentif dan iteratif. Makna

aspektualitas iteretif sudah pasti makna aspkektualitas frekuentif juga seperti karap

’sering’. Sedangkan makna aspektualitas frekuentif belum tentum makna

aspektualitas iteratif seperti jarang jarang ’jarang’, kadang-kadang ’kadang-kadang’.

Berdasarkan penjelasan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa secara tes subtitusi

pemarkah karap, jarang, kadang-kadang sebagai pemarkah leksikal tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk mendeskripsikan situasi

keberulangannya tidak alami, tidak tetap, dapat diatur, tergantung pada keadaan atau

kebutuhan. Dengan demikian, pemarkah leksikal karap, jarang, kadang-kadang pada

bahasa Banjar Hulu memiliki makna aspektualitas frekuentif.


169

4.3 Rekapitulasi Aspektulitas Bahasa Banjar Hulu


Aspektualitas bahasa Banjar Hulu yang ditunjukkan pemarkah leksikal

memberikan makna aspektualitas yang terbagi menjadi 18 klasifikasi aspektualitas

dan 16 pemarkah leksikal. Data pemarkah, makna aspektualitas dan data berupa

kalimat yang mengandung aspektualitas pada bahasa Banjar Hulu dapat dilihat pada

tabel berikut :

TABEL 38
REKAPITULASI ASPEKTULITAS BAHASA BANJAR HULU

No Aspektualitas Pemarkah Data


1. Ingresif sudah Jadi kau samister tarakhir dah lih ?
Jadi kau semester terakhir dah ya?

’Jadi kau sudah semester terkahir ?’

Satu sisi sudah tapujok inya? tu?


Satu sisi sudah terpojok dia itu

’Satu sisi dia sudah terpojok’

2. Inkoatif hanyar/mula Aku hanyar nukar baju


Aku baru beli baju
i
’Aku baru beli baju

Mulai busan aku? disini?


Mulai bosan aku disini

Mulai bosan aku di sini’


3. Terminatif imbah/talah Imbah makan aku taguring
/salasai/ Selesai makan aku tertidur
habis/lapas /
sampai ’Setelah selesai makan aku tertidur’

Sudah talah aku makan


170

Sudah siap aku makan

’Sudah siap aku makan’

Sudah salasai aku makan


Sudah selesai aku makan

’Sudah selesai aku makan’

Sudah habis aku makan


Sudah habis aku makan

’Sudah habis aku makan’


Lapas baranak inya? tagugur
Usai melahirkan dia terjatuh

’Usai melahirkan dia terjatuh’

Awak tu kan sampai kasana bamalam


Saya tu kan sampai kesana bermalam

’Sampai kesana saya bermalam’


4. Imperfektif balum Aku balum membaca buku?
Aku belum membaca buku

’Aku belum membaca buku’

Ayah balum datang


Ayah belum datang’

’Ayah belum datang’

5. Progresif sadang/ Aku sadang balajar bahasa Indonesia


masih Aku sedang belajar bahasa Indonesia

’Aku sedang belajar bahasa Indonesia’

Adingmu masih manunton TV


Adikmu masih menonton TV’

’Adikmu masih menonton TV’

6. Intensif tarus/ Igat tarus bajumu? ni?


tatarusan Kotor terus bajumu ini
171

/kada?
imbah- ’Bajumu kotor terus’
imbahnya/k
ada? habis- Kulihat kau bagawi? kada? imbah-imbahnya
habisnya Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya

’Kulihat kau bekerja tidak henti-hentinya’

Kada? habis-habisnya? mangunyah kau ni?


Tidak habis-habisnya mengemil kau ni

’Kau ini tidak habis-habisnya mengemil


7. Iteratif reduplikasi Inya ne karap pang bauurut wan aku ni?
sufiks-i Dia ini sering berurut dengan aku ini
bakali-
kali,karap, ’Dia sering berurut dengan aku’

Abahnya Sambli tu bagawi tu pang wan Udin hari-hari)


Abahnya Sambli itu bekerja tu dengan Udin hari-hari

’Setiap hari abahnya Sambli bekerja dengan Udin’

Umaku? mancubiti? ading


Ibuku mencubiti adik

’Ibuku mencubiti adik’


8. Semelfaktif sakilas dan Kakak tu? tiba-tiba haja bakuciak mainta tulong
tiba-tiba? Kakak itu tiba-tiba saja berteriak minta tolong

’Kakak itu tiba-tiba berteriak minta tolong’

Sakilas aku manireng ada ai


Sekilas aku melihat ada

’Sekilas aku melihat ada’


9. Duratif satumat, Kakak satumat narai tulak
salawas/ Kakak sebentar saja pergi
lawas,
lima manit ’Kakak Cuma pergi sebentar’
dan
sebagainya. Sudah lima manit aku disini? kada? ada? urang lalu?
Sudah limat menit aku di sini tidak ada orang lewat
172

’Sudah lima menit akau di sini tidak ada orang lewat’

Lama pang saikit dari pada biasanya


Lama sedikit dari pada biasanya

’ Sedikit lama dari pada biasanya’

10. Diminutif basasupan Masok sini? basasupan pulang kau ni?


Masuk sini malu-malu pula kau ini

’Masuk kesini malu-malu pula kau’


Parak lagi wan inya? jangan basasupan
Dekat lagi dengan dia jangan malu-malu

’Lebih dekat lagi dengan dia jangan malu-malu’


11. Atenuatif duduk- Aku ni? duduk-duduk narai di hadapan
duduk, Aku ini duduk-duduk cuma di depan
minum-
minum, bual- ’Aku cuma duduk-duduk di depan
bual dan
sebagainya Ka kadai kupiku? kita minum-minum
Ke warung kopiku kita minum-minum

’Kita minum-minum ke warung kopiku’

12. Akumulatif sakaligus, Inya taumbai wan kami tulak


taumbai Dia bersamaan dengan kami pergi
/basasamaan
/baumbaian ’Dia pergi bersamaan dengan kami’

Kau ambil sakaligus dua leh hayamnya?


Kau ambil sekaligus dua ayamnya

’Sekaligus dua kau ambil ayamnya’

13. Distributif sufiks-i Lapah manyapui? lantai dari tadi?


(berturut- Lelah menyapui lantai dari tadi
turut)
manyusuni?, ’Lelah menyapui lantai dari tadi’
manambangi
? dan Kau ni? tiga kali? baturutan kada bagawi?
sebagainya Kau ini tiga kali berturut-turut tidak bekerja
baturuta,
’Tiga kali berturut-turut kau tidak bekerja’
173

/satu-satu?/
sauteng- Satu-satu? masuk ka kantor lah
sauteng Satu-satu masuk ke kantor ya

’Satu-satu masuk ke kantor’

14. Finitif batal, kada? Kau kada?lulus ujian leh


jadi/kada? Kau tidak lulus ujian ya
lulus?
’Kau tidak lulus ujian’

Jangan parak aku, batal wudhu kaina?


Jangan dekati aku, batal wudhu nanti

’Jangan dekati aku, nanti wudhunya batal ’

Abah kada? jadi tulak


Abah tidak jadi pergi

’Aku tidak jadi pergi’

15. Komitatif sambil Sambil maulah kueh ayunakan adingmu


Sambil membuat kue ayunkan adikmu

’Sambil membuat kue ayun adikmu’

Manunton TV sambil mangatik laptop


Menonton TV sambil mengetik laptop

’Menonton TV sambil mengetik di laptop’

16. Habituatif ’biasa?’/ Kadak dibiasakan babahasa Banjar


rajen/biasak Tidak dibiasakan berbahasa Banjar
an
basanya? Tidak dibiasakan berbahasa Banjar’

Rajen minta ulahakan teh susu?


Biasanya minta dibuatkan teh susu

’Biasanya minta dibuatkan teh susu’

17. Kompletif sudah Adingkku sudah maulah karupuk ubi?


Adikku sudah membuat kerupuk ubi

’Adikku sudah membuat kerupuk ubi’


174

Umaku? sudah bamasak nasi


Ibuku sudah memasak nasi

’Ibu sudah memasak nasi’

18. Frekuentif karap, Karap bangat kau ni kasini?


jarang, Sering betul kau ini kesini
kadang-
kadang ’Sering kau kesini’
Jarang bangat kau ni kasini?
Jarang betul kau ini kesini

’Jarang kau kesini’

Kadang-kadang kau ni kasini?


Kadang-kadang kau ini kesini

’Kadang-kadang kau kesini’

Anda mungkin juga menyukai