Anda di halaman 1dari 56

42

BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai (1) pemarkah aspektualitas leksikal

bahasa Banjar Hulu dan (2) makna aspektualitas bahasa Banjar Hulu (3)

rekapitulasi pemarkah dan makna aspektualitas bahasa Banjar Hulu

4.1 Pemarkah Aspektualitas Leksikal


4.1.1 Pemarkah Aspektualitas Leksikal sudah/udah/dah ’sudah’

Pemarkah aspektualitas leksikal sudah/udah/dah dalam bahasa Banjar Hulu

menyatakan makna keberlangsungan situasi yang menjelaskan dari awal, tengah,

dan akhir situasi tersebut. Perhatikan data berikut:

(1) Anakku? sudah basunat


Anakku sudah bersunat

’Anakku sudah disunat’ (5)


(2) Umamu? udah bamasak di dapor
Ibumu sudah memasak di dapur

’Ibumu sudah memasak di dapur’ (5)


(3) Sudah kupadahakan wan ikam
Sudah kusampaikan sama kamu

’Aku sudah sampaikan padamu’ (2)

(4) Habisan sudah maninggal kuitanku?


Habis semua sudah meninggal orang tua

’Orang tuaku sudah meninggal’ (3)


(5) Tapi bulek dah ne?
Tapi balik sudah ini

’Tapi sudah pulang’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

sudah terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sudah

memberikan makna lampau yang sudah terjadi atau dilakukan yang ditunjukkan

melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:


43

(1) Anakku? sudah basunat


Anakku sudah bersunat

’Anakku sudah disunat’ (5)

(1a) *Anakku? balum basunat


Anakku belum bersunat

’Anakku belum disunat’

(1b) *Anakku? sadang basunat


Anakku sedang bersunat

’Anakku sedang disunat ’

Berdasarkan data (1) pemarkah sudah menyatakan situasi yang lampau

artinya peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data

(1a) dan (1b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (1a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut

belum terjadi dan (1b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut

sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (1) ialah situasi yang sudah

terjadi yaitu sudah basunat ’sudah disunat’

(2) Umamu? udah bamasak di dapor


Ibumu sudah memasak di dapur

’Ibumu sudah memasak di dapur’ (5)

(2a) *Umamu? balum bamasak di dapor


Ibumu belum memasak di dapur

’Ibumu sudah memasak di dapur’

(2b) *Umamu? karap bamasak di dapor


Ibumu sering memasak di dapur

’Ibumu sering memasak di dapur’

Berdasarkan data (2) pemarkah udah menyatakan situasi yang lampau artinya

peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (2a) dan

(2b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
44

lain seperti (2a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi

dan (2b) pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi,

sedangkan yang dimaksud kalimat (2) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu udah

bamasak ’sudah memasak’

(3) Sudah kupadahakan wan ikam


Sudah kusampaikan sama kamu

’Aku sampaikan padamu’ (2)

(3a) *Belum kupadahakan wan ikam


Belum kusampaikan sama kamu

’Aku belum sampaikan padamu’

(3b) *Sadang kupadahakan wan ikam


Sedang kusampaikan sama kamu

’Aku sedang sampaikan padamu’

Berdasarkan data (3) pemarkah sudah menyatakan situasi yang lampau

artinya peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data

(3a) dan (3b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (3a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut

belum terjadi dan (3b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut

sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (3) ialah situasi yang sudah

terjadi yaitu sudah kupadahakan ’sudah kusampaikan’

(4) Habisan sudah maninggal kuitanku?


Habis semua sudah meninggal orang tua

’Orang tuaku sudah meninggal’ (3)

(4a) *Habisan balum maninggal kuitanku?


Habis semua belum meninggal orang tua

’Orang tuaku belum meninggal’

(4b) *Habisan sedang maninggal kuitanku?


Habis semua sedang meninggal orang tua
45

’Orang tuaku sedang meninggal’

Berdasarkan data (4) pemarkah ’sudah menyatakan situasi yang lampau artinya

peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (4a) dan

(4b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (4a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi

dan (4b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud kalimat (4) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu sudah

maninggal ’sudah meninggal’

(5) Tapi bulek dah ne?


Tapi balik sudah ini

’Tapi sudah pulang’ (4)

(5a) *Tapi bulek balum ne?


Tapi balik belum ini

’Tapi belum pulang’

(5b) *Tapi bulek sadang ne?


Tapi balik sedang ini

’Tapi sedang pulang’

Berdasarkan data (5) pemarkah dah menyatakan situasi yang lampau artinya

peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (5a) dan

(5b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (4a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi

dan (4b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud kalimat (4) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu bulek

dah ’sudah balik’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah sudah tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang sudah
46

terjadi. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sudah terdapat pada

bahasa Banjar Hulu.

4.1.2 Pemarkah Aspektualitas Leksikal hanyar ’baru’/mulai ’mulai’


Pemarkah aspektualitas leksikal ’baru’/’mulai’ dalam bahasa Banjar Hulu

untuk menunjukkan situasi tersebut digunakan kata hanyar/mulai yang berarti

'baru’/’mulai’. Makna hanyar/mulai digunakan untuk menyatakan keberlangsungan

situasi yang baru saja terjadi. Perhatikan data berikut:

(6) Aku hanyar nukar baju?


Aku baru beli baju

’Aku baru beli baju’ (2)


(7) Hanyar tamat S2
Baru tamat S2

’Baru tamat S2’ (2)


(8) Hanyaram satumat aku duduk disini?,
Baru saja sebentar aku duduk disini

’Aku baru saja duduk disini’ (5)


(9) Abangmu? mulai lapah bagawi?
Abangmu mulai lelah bekerja

’Abangmu mulai lelah bekerja’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

’hanyar’/’mulai’ terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas

’hanyar’/’mulai’ memberikan makna baru saja terjadi atau keberlangsungannya

baru terjadi yang lebih menekankan kepada kemulaiannya. Perhatikan data berikut:

(6) Aku hanyar nukar baju?


Aku baru beli baju

’Aku baru beli baju’ (2)


47

(6a) *Aku sudah nukar baju?


Aku sudah beli baju

’Aku sudah beli baju’

(6b) *Aku balum nukar baju?


Aku belum beli baju

’Aku belum beli baju’

Berdasarkan data (6) pemarkah hanyar menyatakan situasi yang baru terjadi

artinya keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada kemulaian

peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (6a) dan (6b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (6a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi

tetapi tidak menitikberatkan pada kemulaian terjadinya situasi serta tidak diketahui

kapan waktu situasi sudah terjadi dan (6b) pemarkah balum yang menyatakan

peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (6) ialah

situasi yang baru saja terjadi yaitu Hanyar nukar baju? ’Baru saja membeli baju’

(7) Hanyar tamat S2


Baru tamat S2

’Baru tamat S2’ (2)

(7a) *Sudah tamat S2


Sudah tamat S2

’Sudah tamat S2’

(7b) *Balum tamat S2


Belum tamat S2

’ Belum tamat S2’

Berdasarkan data (7) pemarkah hanyar menyatakan situasi yang baru terjadi

artinya keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada kemulaian

peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (7a) dan (7b)
48

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (7a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi

tetapi tidak menitik beratkan pada kemulaian terjadinya situasi serta tidak diketahui

kapan waktu situasi sudah terjadi dan (7b) pemarkah balum yang menyatakan

peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (7) ialah

situasi yang baru saja terjadi yaitu Hanyar tamat S2 ’Baru tamat S2’
(8) Hanyaram satumat aku duduk disini?,
Baru saja sebentar aku duduk disini

’Aku baru saja duduk disini’ (5)

(8a) *Sadang satumat aku duduk disini?,


Sedang sebentar aku duduk disini

’Aku sedang saja duduk disini’

(8b) *Masih satumat aku duduk disini?,


Masih sebentar aku duduk disini

’Aku masih duduk disini’

Berdasarkan data (8) pemarkah hanyaram menyatakan situasi yang baru

terjadi artinya keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada kemulaian

peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (8a) dan (8b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (8a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang terjadi

dan (8b) pemarkah masih yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud kalimat (8) ialah situasi yang baru saja terjadi yaitu

Hanyaram satumat aku duduk disini? ’ aku baru saja sebentar duduk disini’

(9) Abangmu? mulai lapah bagawi?


Abangmu mulai lelah bekerja

’Abangmu mulai lelah bekerja’ (5)

(9a) *Abangmu? sadang lapah bagawi?


Abangmu sedang lelah bekerja
49

’Abangmu sedang lelah bekerja’

(9b) *Abangmu? masih lapah bagawi?


Abangmu masih lelah bekerja

’Abangmu masih lelah bekerja’

Berdasarkan data (9) pemarkah mulai menyatakan situasi yang baru terjadi

artinya keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada kemulaian

peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (9a) dan (9b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (9a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang terjadi

dan (9b) pemarkah masih yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (9) ialah situasi yang baru saja terjadi yaitu

Mulai lapah bagawi? ’Mulai lelah bekerja’. Hal ini membuktikan bahwa

pemarkah hanyar/hanyaram/mulai tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain

jika untuk menyatakan peristiwa yang baru saja terjadi. Dengan demikian,

pemarkah aspektualitas leksikal hanyar/hanyaram/mulai terdapat pada bahasa

Banjar Hulu.

4.1.3 Pemarkah Aspektualitas Leksikal imbah/salasai ’selesai’/lapas


’usai’ /sampai ’sampai’ /habis ’habis’ talah ’siap’

Pemarkah aspektualitas leksikal ’selesai’ dalam bahasa Banjar Hulu

digunakan imbah/talah/salasai/habis/lapas/sampai. Pemarkah imbah/ talah/salasai/


habis/lapas/sampai sama dengan teori bahasa Indonesia yaitu sebagai pemarkah

yang menyatakan situasi yang sudah selesai terjadi atau dikerjakan yang lebih

menitikberatkan pada bagian akhir dari situasi yang berlangsung. Perhatikan data

berikut:
50

(10) Aku imbah makan


’Aku habis makan’

Aku habis makan (2)


(11) Sudah talah kah kau makan ?
Sudah siapkah kau makan ?

’Kau sudah selesai makan ? ’ (5)


(12) Pak Ules salasai S2 inya?
Pak Ules selesai S2 dia

’Pak Ules sudah selesai S2’ (2)


(13) Aku handak mainta habis sudah
Aku mau minta habis sudah

’Aku mau minta sudah habis’ (3)


(14) Lapas Tuasan masuk Pintasan
Setelah Tuasan masuk Pintasan

’Setelah Tuasan masuk Pintasan’ (1)


(15) Sampai ka sana guring
Sampai ke sana tidur

’Sampai ke sana tidur’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

imbah/talah/salasai/habis/lapas/sampai terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

Pemarkah aspektualitas imbah/talah/salasai/habis/lapas/sampai memberikan

makna yang sudah terjadi yang keberlangsungannya lebih menekankan kepada

situasi akhir yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(10) Aku imbah makan


Aku habis makan

’Aku habis makan’ (2)


(10a) * Aku sudah makan
Aku sudah makan

’Aku sudah makan’

(10b) *Aku masih makan


51

Aku masih makan

’Aku masih makan’

Berdasarkan data (10) pemarkah imbah menyatakan situasi yang sudah

terjadi terjadi yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian

akhir peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (10a) dan (10b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (10a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi

tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui

kapan waktu situasi sudah terjadi dan (10b) pemarkah masih yang menyatakan

peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (10)

ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir

situasi yaitu Imbah makan ’Habis makan’


(11) Sudah talah kah kau makan ?
Sudah siapkah kau makan ?

’Kau sudah selesai makan?’ (5)

(11a) * Sudah sudah kah kau makan ?


Sudah sudah kau makan ?

’Kau sudah makan?’

(11b) * Sudah masih kah kau makan ?


Sudah masih kau makan ?

’Kau masih makan?’

Berdasarkan data (11) pemarkah talah menyatakan situasi yang sudah terjadi

terjadi yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian akhir

peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (11a) dan (11b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (11a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi

tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui
52

kapan waktu situasi sudah terjadi dan (11b) pemarkah masih yang menyatakan

peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (11)

ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitik beratkan pada bagian akhir

situasi yaitu Talah kah kau makan ?’Kau siap makan?’

(12) Pak Ules salasai S2 inya?


Pak Ules selesai S2 dia

’Pak Ules selesai kuliah S2’ (2)

(12a) *Pak Ules sudah S2 inya?


Pak Ules sudah S2 dia

’Pak Ules sudah kuliah S2’

(12b) *Pak Ules masih S2 inya?


Pak Ules masih S2 dia

’Pak Ules masih kuliah S2’

Berdasarkan data (12) pemarkah salasai menyatakan situasi yang sudah

terjadi yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian akhir

peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (12a) dan (12b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (12a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi

tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui

kapan waktu situasi sudah terjadi dan (12b) pemarkah masih yang menyatakan

peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (12)

ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir

situasi yaitu Pak Ules salasai S2 inya? ’Pak Ules selesai kuliah S2’

(13) Aku handak mainta habis sudah


Aku mau minta habis sudah

’Aku mau minta sudah habis’ (3)

(13a) *Aku handak mainta sadang sudah


Aku mau minta sedang sudah
53

’Aku mau minta sudah sedang’

(13b) *Aku handak mainta hanyar sudah


Aku mau minta baru sudah

’Aku mau minta sudah baru’

Berdasarkan data (13) pemarkah habis menyatakan situasi yang sudah terjadi

yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian akhir

peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (13a) dan (13b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (13a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang

berlangsung (13b) pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut sudah

terjadi tetapi lebih menitikberatkan pada situasi bagian akhir, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (13) ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih

menitik beratkan pada bagian akhir situasi yaitu Aku handak mainta habis sudah

’Aku mau minta tetapi sudah habis’. Walaupun ada kata sudah pada kalimat

tersebut tidak termasuk pada pemarkah sudah, melainkan pemarkah habis. Karena

pada kalimat tersebut lebih menekankan siutasi akhir habis dari pada sudah.

(14) Lapas Tuasan masuk Pintasan


Setelah Tuasan masuk Pintasan

’Setelah Tuasan masuk Pintasan’ (1)


(14a) * Sadang Tuasan masuk Pintasan
Sadang Tuasan masuk Pintasan

’Sedang Tuasan masuk Pintasan’

(14b) *Hanyar Tuasan masuk Pintasan


Baru Tuasan masuk Pintasan

’Baru Tuasan masuk Pintasan’

Berdasarkan data (14) pemarkah lapas menyatakan situasi yang sudah terjadi

terjadi yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian akhir


54

peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (14a) dan (14b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (14a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang

berlangsung (14b) pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut sedang

berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (14) ialah situasi yang sudah

terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir situasi yaitu Lapas

Tuasan masuk Pintasan ’Usai lewat Tuasan masuk Pintasan’

(15) Sampai ka sana guring


Sampai ke sana tidur

’Sampai ke sana tidur’ (4)

(15a) * Sudah ka sana guring


Sudah ke sana tidur

’Sudah ke sana tidur’

(15b) * Balum kasana guring


Belum ke sana tidur

’Belum ke sana tidur’

Berdasarkan data (15) pemarkah sampai menyatakan situasi yang sudah

terjadi yang keberlangsungan peristiwa tersebut menitikberatkan pada bagian akhir

peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (15a) dan (15b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (15a) berterima dalam bahasa Banjar Hulu pemarkah sudah yang

menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi tetapi tidak menitikberatkan pada

bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui kapan waktu situasi sudah terjadi

dan (15b) berterima dalam bahasa Banjar Hulu pemarkah balum yang menyatakan

peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (15)

ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir
55

situasi yaitu Sampai kasana guring ’Sampai ke sana tidur’. Hal ini membuktikan

bahwa pemarkah imbah/ talah/salasai/habis/lapas/sampai tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa sudah terjadi yang

menitikberatkan pada bagian akhir terjadinya situasi tersebut. Dengan demikian,

pemarkah aspektualitas leksikal imbah/ talah/salasai/habis/lapas/sampai terdapat

pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.4 Pemarkah Aspektualitas Leksikal balum ’ belum’


Pemarkah aspektualitas leksikal ’belum’ pada bahasa Banjar Hulu dalam

berkomunikasi sehari-hari menggunakan kata balum. Pemarkah yang dimaksudpun

sama halnya dengan fungsi pemarkah ’belum’ pada bahasa Indonesia. Perhatikan

data berikut:

(16) Aku balum makan lagi?


Aku belum makan lagi

’Aku belum makan’ (2)


(17) Balum tulak jua leh kau ?
Belum pergi juga ya kau ?

’Kau belum pergi ?’ (2)

(18) Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?!


Belum juga lagi kau balikkan punya orang itu

’Kau belum kembalikan punya orang itu’ (5)


(19) Adengmu? balum manaliponku lagi?
Adikmu belum menelponku lagi

’Adikmu belum menelponku’ (5)


Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

balum terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas balum

memberikan makna yang keberlangsungannya belum terjadi yang ditunjukkan

melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:


56

(16) Aku balum makan lagi?


Aku belum makan lagi

’Aku belum makan’ (2)

(16a) *Aku sudah makan lagi?


Aku sudah makan lagi

’Aku sudah makan’

(16b) *Aku hanyar makan lagi?


Aku hanyar makan lagi

’Aku hanyar makan’

Berdasarkan data (16) pemarkah balum menyatakan situasi yang belum

terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (16a) dan (16b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (16a)

pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (16b)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja berlangsung,

sedangkan yang dimaksud kalimat (16) ialah situasi yang belum terjadi yaitu Aku

balum makan lagi? ’Aku belum makan’


(17) Balum tulak jua leh kau ?
Belum pergi juga ya kau ?

’Kau belum pergi ?’ (2)


(17a) *Sudah tulak jua leh kau ?
Sudah pergi juga ya kau ?

’Kau sudah pergi ?’

(17b) *Hanyar tulak jua leh kau ?


Baru pergi juga ya kau ?

’Kau baru pergi ?’


Berdasarkan data (17) pemarkah balum menyatakan situasi yang belum

terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (17a) dan (17b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (17a)

pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (17b)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja berlangsung,


57

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (17) ialah situasi yang belum terjadi yaitu

Balum tulak jua leh kau ? ’Kau belum pergi ?’


(18) Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?!
Belum juga lagi kau balikkan punya orang itu

’Kau belum kembalikan punya orang itu’ (5)

(18a) *Sudah jua lagi kau bulikkan bat urang tu?!


Sudah juga lagi kau balikkan punya orang itu

’Kau sudah kembalikan punya orang itu’

(18b) * Hanyar jua lagi kau bulikkan bat urang tu?!


Hanyar juga lagi kau balikkan punya orang itu

’Kau hanyar kembalikan punya orang itu’

Berdasarkan data (18) pemarkah balum menyatakan situasi yang belum

terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (18a) dan (18b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (18a)

pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (18b)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (18) ialah situasi yang belum terjadi yaitu

Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?! ’Belum kau kembalikan punya

orang itu’
(19) Adengmu? balum manaliponku lagi?
Adikmu belum menelponku lagi

’Adikmu belum menelponku’ (5)

(19a) *Adengmu? sudah manaliponku lagi?


Adikmu sudah menelponku lagi

’Adikmu sudah menelponku’

(19b) *Adengmu? hanyar manaliponku lagi?


Adikmu baru menelponku lagi

’Adikmu baru menelponku’


58

Berdasarkan data (19) pemarkah balum menyatakan situasi yang belum

terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (19a) dan (19b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (19a)

pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (19b)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru saja berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (19) ialah situasi yang belum terjadi yaitu

Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?! ’Belum kau kembalikan punya

orang itu’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah balum tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang belum terjadi. Dengan

demikian, pemarkah aspektualitas leksikal balum terdapat pada bahasa Banjar

Hulu.

4.1.5 Pemarkah Aspektualitas Leksikal sadang ’sedang’/masih ’masih’


Pemarkah aspektualitas leksikal ’sedang’/’masih’ pada bahasa Banjar Hulu

dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sadang/masih. Pemarkah

yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia

untuk menyatakan situasi yang sedang berlangsung atau masih dalam proses.

Perhatikan data berikut:

(20) Masih kah Jaimah ne baladang


Masihkah Jaimah ini berladang ?

’Jaimah masih berladang ? ’ (4)


(21) Tu jua masih ada haja
Itu juga masih ada saja

’Itupun masih ada saja’ (4)


(22) Umamua? sadang bamasak
Ibumu sedang bermasak
’Ibumu sedang masak’ (5)
(23) Pa nya? yang sadang kau ulah ?
Apa yang sedang kau buat ?
59

’Apa yang sedang kau buat ?’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

sadang/masih terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas

sadang/masih memberikan makna yang keberlangsungannya sedang terjadi atau

dalam proses yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(20) Masih Jaimah ne baladang


Masih Jaimah ini berladang

’Jaimah masih berladang’ (4)

(20a) *Hanyar Jaimah ne baladang


Baru Jaimah ini berladang ?

’Jaimah baru berladang ?’

(20b) *Balum Jaimah ne baladang


Belum Jaimah ini berladang ?

’Jaimah belum berladang ?’

Berdasarkan data (20) pemarkah masih menyatakan situasi yang masih dalam

proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (20a) dan

(20b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (20a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut baru saja

terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (20b) pemarkah balum

yang menyatakan peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud

pada kalimat (20) ialah situasi yang sedang terjadi atau masih dalam proses yaitu

Masih Jaimah ne baladang ’Jaimah masih berladang’

(21) Tu jua masih ada haja


Itu juga masih ada saja

’Itupun masih ada saja’ (4)

(21a) *Tu jua hanyar ada haja


Itu juga baru ada saja
60

’Itupun baru ada saja’

(21b) * Tu jua balum ada haja


Itu juga balum ada saja

’ Itupun balum ada saja’

Berdasarkan data (21) pemarkah masih menyatakan situasi yang masih

dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data

(21a) dan (21b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (21a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut

baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (21b)

pemarkah balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (21) ialah situasi yang sedang terjadi atau

masih dalam proses yaitu Tu jua masih ada haja ’Itupun masih ada saja’

(22) Umamua? sadang bamasak


Ibumu sedang bermasak

’Ibumu sedang masak’ (5)

(22a) *Umamua? hanyar bamasak


Ibumu baru bermasak

’Ibumu baru masak’

(22b) *Umamua? balum bamasak


Ibumu belum bermasak

’Ibumu belum masak’

Berdasarkan data (22) pemarkah sadang menyatakan situasi yang masih

dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data

(22a) dan (22b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (22a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut

baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (22b)
61

pemarkah balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (22) ialah situasi yang sedang terjadi atau

masih dalam proses yaitu Umamua? sadang bamasak ’Ibumu sedang masak’
(23) Pa nya? yang sadang kau ulah ?
Apa yang sedang kau buat ?

’Apa yang sedang kau buat ?’ (5)

(23a) * Pa nya? yang hanyar kau ulah ?


Apa yang baru kau buat ?

’Apa yang baru kau buat ?’

(23b) *Pa nya? yang balum kau ulah ?


Apa yang belum kau buat ?

’Apa yang belum kau buat ?’

Berdasarkan data (23) pemarkah sadang menyatakan situasi yang masih

dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data

(23a) dan (23b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (23a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut

baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (23b)

pemarkah balum yang menyatakan peristiwa tersebut belum berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (23) ialah situasi yang sedang terjadi atau

masih dalam proses yaitu Pa nya? yang sadang kau ulah ? ’Apa yang sedang kau

buat’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah sadang/masih tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang sedang terjadi atau

keberlangsungannya masih dalam proses. Dengan demikian, pemarkah

aspektualitas leksikal sadang/masih terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.6 Pemarkah Aspektualitas Leksikal tarus ’terus’/tatarusan ’terus-


terusan’/kada? imbah-imbahnya ’tidak henti-hentinya’/kada?habis-
habisnya ’tidak habis-habisnya’
62

Pemarkah aspektualitas leksikal ’terus’/’terus-menerus’/’tidak henti-

hentinya’/’tidak habis-habisnya’ dalam bahasa Banjar Hulu yang digunakan dalam

berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata tarus/tatarusan/kada? imbah-

imbahnya/kada?habis-habisnya. Pemarkah ini menyatakan makna keberlangsungan

yang terus-menerus secara runtun. Perhatikan data berikut.

(24) Bahunda tarus bulek


Bermotor terus pulang

’Pulangnya naik motor terus’ (3)


(25) Nangapa pulang manangis tatarusan ?
Kenapa pula menangis terus-menerus ?

’Kenapa terus-menerus menangis ?’ (P)


(26) Kau kulihat kada? imbah-imbahnya mahuluti? inya?
Kau kulihat tidak henti-hentinya mengejek dia

’Kulihat tidak henti-hentinya kau mengejek dia’ (P)


(27) Kada? habis-habisnya? babingkeng kau ni?
Tidak habis-habisnya berdandan kau ni

’Tidak selesai-selesai kau ini bersolek’ (P)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

tarus/tatarusan/kada?imbah-imbahnya/kada?habis-habisnyatarus/tatarusan/kada?

imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

Pemarkah aspektualitas tarus/tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-

habisnya memberikan makna yang keberlangsungannya terjadi terus-menerus yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:


(24)Bahunda? tarus bulek
Bermotor terus pulang

’Pulangnya naik motor terus’ (3)

(24a) Bahunda? karap bulek


Bermotor sering pulang

’Pulangnya naik motor sering’


63

(24b) Bahunda? jarang bulek


Bermotor jarang pulang

’Pulangnya naik motor jarang’

Berdasarkan data (24) pemarkah tarus menyatakan situasi yang

berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (24a) dan (24b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (24a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut sering terjadi

tetapi tidak menyatakan terus-menerus dan (24b) pemarkah jarang yang

menyatakan peristiwa tersebut jarang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (24) ialah situasi yang terus-menerus keberlangsungannya yaitu Bahunda?

tarus bulek ’Pulangnya naik motor terus’

(25) Nangapa pulang manangis tatarusan ?


Kenapa pula menangis terus-menerus ?

’Kenapa terus-menerus menangis ?’ (P)

(25a) *Nangapa pulang manangis kadang ?


Kenapa pula menangis kadang-kadang ?

’Kenapa kadang-kadang menangis ?’

(25b) *Nangapa pulang manangis jarang ?


Kenapa pula menangis jarang ?

’Kenapa jarang menangis ?’

Berdasarkan data (25) pemarkah tatarus menyatakan situasi yang

berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (25a) dan (25b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (25a) pemarkah kadang yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya kadang-kadang terjadi dan (25b) pemarkah jarang yang

menyatakan peristiwa tersebut jarang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada


64

kalimat (25) ialah situasi yang terus-menerus keberlangsungannya yaitu Nangapa

pulang manangis tatarusan ? ’Kenapa terus-menerus menangis ?’


(26) Kau kulihat mahuluti? inya? kada? imbah-imbahnya
Kau kulihat mengejekinya tidak henti-hentinya

’Kulihat tidak henti-hentinya kau mengejek dia’ (P)

(26a) *Kau kulihat mahuluti? inya? kadang


Kau kulihat mengejekinya kadang-kadang

’Kulihat terkadang kau mengejek dia’

(26b) *Kau kulihat mahuluti? inya? jarang


Kau kulihat mengejekinya jarang

’Kulihat jarang kau mengejek dia’

Berdasarkan data (26) pemarkah kada? imbah-imbahnya menyatakan

situasi yang berlangsung terus-menerus atau tidak henti-hentinya. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (26a) dan (26b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (26a) pemarkah kadang yang

menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya kadang-kadang terjadi dan

(26b) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut jarang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (26) ialah situasi yang terus-menerus atau

tidak henti-henti keberlangsungannya yaitu Kau kulihat mahuluti? inya? kada?

imbah-imbahnya ’ Kulihat tidak henti-hentinya kau mengejek dia’


(27) Kada? habis-habisnya babingkeng kau ni?
Tidak habis-habisnya berdandan kau ni

’Tidak selesai-selesai kau ini bersolek’ (P)

(27a) *Kadang babingkeng kau ni?


Terkadang berdandan kau ni

’Terkadang kau ini bersolek’

(27b) *Jarang babingkeng kau ni?


Jarang berdandan kau ni

’Jarang kau ini bersolek’


65

Berdasarkan data (27) pemarkah kada? habis-habisnya menyatakan situasi

yang berlangsung terus-menerus atau tidak habis-habisnya. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (27a) dan (27b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (27a) pemarkah kadang yang

menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya kadang-kadang terjadi dan

(27b) pemarkah ’jarang’ yang menyatakan peristiwa tersebut jarang berlangsung,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (27) ialah situasi yang terus-menerus atau

tidak habis-habisnya keberlangsungannya yaitu Kada? habis-habisnya babingkeng

kau ni? ’Tidak habis-habisnya kau ini bersolek’. Hal ini membuktikan bahwa

pemarkah tarus/tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya tidak dapat

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa terjadi secara

terus-menerus atau tidak henti-hentinya. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas

leksikal tarus/tatarusan/kada? imbah-imbahnya/kada?habis-habisnya terdapat pada

bahasa Banjar Hulu.


4.1.7 Pemarkah Aspektualitas Leksikal manyambat-nyambat Reduplikasi
Verba Pungutual yang Menyatakan Berkali-Kali, ’mamukuli?’ Sufiks-
i, ,karap ’sering’, jarang ’jarang’ dan kadang/kadang-kadang ’kadang-
kadang’

Pemarkah aspektualitas leksikal reduplikasi verba pungutual yang

menyatakan berkali-kali dan sebagainya, sufiks-i berkali-kali dan sebagainya,

’sering’, ’jarang’ dan ’kadang-kadang’ yang merupakan pemarkah aspektualitas

frekuentif pada bahasa Banjar Hulu digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari

dapat diamati pada kata reduplikasi manyambat-nyambat dan sebagainya sufiks-i

mamukuli? dan sebagainya, karap, jarang dan kadang/kadang-kadang. Pemarkah

ini dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya yaitu menyatakan situasi rediuplikasi

manyambat-nyambat, menyebut-nyebut dan sebagainya, sufiks-i mamukuli?,


66

’memukuli’ dan sebagainya, karap’sering’, jarang ’jarang’, kadang/kadang-kadang

’kadang-kadang’ yang terjadi atau dilakukan. Perhatikan data berikut:

(28) Karap bangat sidin tatamuku? di jalan


Sering betul beliau bertemuku di jalan

’Beliau sering bertemu aku di jalan’ (5)


(29) Jarang bangat kau ni? kasini?
Jarang betul kau ini kesini

’ Kau jarang ke sini’ (3)


(30) Kadang bahasa malayu kadang bahasa banjar
Kadang bahasa Melayu kadang bahasa Banjar

’Kadang-kadang bahasa Melayu, kadang-kadang bahasa Banjar’ (2)

(31) Bakali-kali? inya? lalu?


’Berkali-kali dia lewat ? ’

’Berkali-kali dia lewat ?’ (P)


(32) Inya? mamukuli? aku?
Dia memukuli aku

’Dia memukuli aku’ (P)


(33) Inya? manyambat-nyambat ngaranmu?
Dia menyebut-nyebut namamu

’Dia menyebut-nyebut namamu’ (P)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

frekuentif yaitu reduplikasi manyambat-nyambat dan sebagainya sufiks-i

mamukuli? dan sebagainya, karap, jarang dan kadang/kadang-kadang terdapat

pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas reduplikasi manyambat-nyambat

dan sebagainya sufiks-i mamukuli? dan sebagainya, karap, jarang dan kadang/

kadang-kadang memberikan makna yang perulangan situasi keberlangsungannya


67

terjadi tidak tetap, dapat diatur tergantung kebutuhan yang ditunjukkan melalui

pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:


(28) Karap bangat sidin tatamuku? di jalan
Sering betul beliau bertemuku di jalan

’Beliau sering bertemu aku di jalan’ (5)

(28a) *Jarang bangat sidin tatamuku? di jalan


Jarangg betul beliau bertemuku di jalan

’Beliau jarang bertemu aku di jalan’

(28b) *Kadang bangat sidin tatamuku? di jalan


Kadang betul beliau bertemuku di jalan

’Beliau kadang bertemu aku di jalan’

Berdasarkan data (28) pemarkah karap menyatakan situasi yang berlangsung

sering terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (28a) dan (28b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (28a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya jarang terjadi dan (28b) pemarkah kadang yang menyatakan

peristiwa tersebut kadang-kadang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (28) ialah situasi yang keberlangsungannya sering terjadi yaitu Karap

bangat sidin tatamuku? di jalan ’Beliau sering bertemu aku di jalan’


(29) Jarang bangat kau ni kasini?
Jarang betul kau ini kesini

’Kau jarang kesini’ (3)

(29a) *Karap bangat kau ni kasini?


Sering betul kau ini kesini

’Kau sering kesini’

(29b) * Kadang bangat kau ni kasini?


Kadang betul kau ini kesini

’Kau kadang-kadang kesini’


68

Berdasarkan data (29) pemarkah jarang menyatakan situasi yang

berlangsung jarang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (29a) dan (29b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (29a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sering terjadi dan (29b) pemarkah kadang yang menyatakan

peristiwa tersebut kadang-kadang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (29) ialah situasi yang jarang terjadi yaitu Jarang bangat kau ni kasini?

’Kau jarang kesini’

(30) Kadang bahasa malayu kadang bahasa Banjar


Kadang bahasa Melayu kadang bahasa Banjar

’Kadang-kadang bahasa Melayu, kadang-kadang bahasa Banjar’ (2)

(30a) *Karap bahasa malayu jarang bahasa Banjar


Sering bahasa Melayu jarang bahasa Banjar

’Sering bahasa Melayu, jarang bahasa Banjar’

(30b) *Jarang bahasa malayu karap bahasa Banjar


Jarang bahasa Melayu sering bahasa Banjar

’Jarang bahasa Melayu, sering bahasa Banjar’

Berdasarkan data (30) pemarkah kadang menyatakan situasi yang

berlangsung kadang-kadang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (30a)

dan (30b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan

pemarkah lain seperti (30a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sering terjadi dan (30b) pemarkah jarang yang menyatakan

peristiwa tersebut jarang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (30) ialah

situasi yang kadang-kadang terjadi yaitu Kadang bahasa malayu kadang bahasa

banjar ’Kadang-kadang bahasa Melayu, kadang-kadang bahasa Banjar’

(31) Bakali-kali? inya? lalu?


69

Berkali-kali dia lewat ?

’Berkali-kali dia lewat ?’ (P)

(31a) *Jarang inya? lalu?


Jarang dia lewat ?

’Jarang dia lewat ?’

(31b) *Kadang inya? lalu?


Kadang-kadang dia lewat ?

’Kadang-kadang dia lewat ?’

Berdasarkan data (31) pemarkah bakali-kali? menyatakan situasi yang

berlangsung berkali-kali terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (31a) dan

(31b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (31a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya jarang terjadi dan (31b) pemarkah kadang yang menyatakan

peristiwa tersebut kadang-kadang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat

(31) ialah situasi yang berkali-kali terjadi yaitu Bakali-Kali? inya? lalu? ’Berkali-

kali dia lewat’


(32) Inya? mamukuli aku?
Dia memukuli aku

’Dia memukuli aku’ (P)

(32a) *Inya? mamukulkan aku?


Dia memukulkan aku

’Dia memukulkan aku’

(32b) *Inya? mamukul aku?


Dia memukul aku

’Dia memukul aku’

Berdasarkan data (32) pemarkah sufiks-i mamukuli? menyatakan situasi yang

berlangsung berkali-kali terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (32a) dan

(32b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
70

lain seperti (32a) pemarkah mamukulkan yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya kurang jelas situasi verba pukul yang terjadi dan (32b)

pemarkah mamukul yang menyatakan peristiwa tersebut hanya terjadi pemukulan

sekali atau situasi verba pukul yang terjadi kurang jelas, sedangkan yang dimaksud

pada kalimat (32) ialah situasi yang berkali-kali terjadi yaitu Inya? mamukuli

aku?’ ’Dia memukuli aku’


(33) Inya? manyambat-nyambat ngaranmu?
Dia menyebut-nyebut namamu

’Dia menyebut-nyebut namamu’ (P)

(33a) * Inya? manyambat ngaranmu?


Dia menyebut namamu

’Dia menyebut namamu’

(33b) *Inya? berkali-kali ngaranmu?


Dia berkali-kali namamu

’Dia berkali-kali namamu’

Berdasarkan data (33) pemarkah reduplikasi manyambat-nyambat

menyatakan situasi yang berlangsung berkali-kali terjadi. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (33a) dan (33b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (33a) pemarkah manyambat

yang menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya hanya sekali dilakukan

dan (33b) pemarkah berkali-kali yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi berkali-

kali tetapi kalimat tersebut tidak jelas maknanya, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (33) ialah situasi yang manyambat-nyambat ’menyebut-nyebut’ berkali-kali

terjadi yaitu Inya? manyambat-nyambat ngaranmu? ’Dia menyebut-nyebut

namamu’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah rediuplikasi manyambat-

nyambat, menyebut-nyebut dan sebagainya, sufiks-i mamukuli?, ’memukuli’ dan


71

sebagainya, karap’sering’, jarang ’jarang’, kadang/kadang-kadang ’kadang-

kadang’ tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan

peristiwa terjadi secara perulang yang tidak tetap, dapat diatur sesuai dengan situasi

atau kebutuhannya. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal rediuplikasi

manyambat-nyambat, menyebut-nyebut dan sebagainya, sufiks-i mamukuli?,

’memukuli’ dan sebagainya, karap’sering’, jarang ’jarang’, kadang/kadang-kadang

’kadang-kadang’ terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.8 Pemarkah Aspektualitas Leksikal sakilas ’sekilas’ dan tiba-tiba?


’tiba-tiba’

Pemarkah aspektualitas leksikal ’sekilas’ dan ’tiba-tiba’ pada bahasa Banjar

Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sakilas dan tiba-

tiba?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan

bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba

saja terjadi. Perhatikan data berikut:

(34) Kadak jalas jua aku?, sakilas mirip inya?


Tidak jelas juga aku, sekilas mirip dia

’Aku pun tidak jelas melihatnya, sekilas dia mirip’ (P)


(35) Sakilas narai aku manirengnya?
Sekilas cuma aku melihatnya

’Tadi hanya sekilas aku melihatnya’ (5)


(36) Adingku? tiba-tiba manangis inya?
Adikku tiba-tiba menangis dia

’Adikku tiba-tiba menangis’ (P)


(37) Hikam ni tiba-tiba haja? muncol
Kamu ini tiba-tiba saja muncul

’Kamu ini muncul tiba-tiba’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal sakilas

dan tiba-tiba? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sakilas
72

dan tiba-tiba? memberikan makna situasi yang keberlangsungannya terjadi tiba-tiba

atau sekilasa saja yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data

berikut :

(34) Kadak jalas jua aku?, sakilas mirip inya?


Tidak jelas juga aku, sekilas mirip dia

’Aku pun tidak jelas melihatnya, sekilas dia mirip’ (P)

(34a) *Kadak jalas jua aku?, karap mirip inya?


Tidak jelas juga aku, sering mirip dia

’Aku pun tidak jelas melihatnya, sering dia mirip’

(34b) *Kadak jalas jua aku?, imbah mirip inya?


Tidak jelas juga aku, selesai mirip dia

’Aku pun tidak jelas melihatnya, selesai dia mirip’


Berdasarkan data (34) pemarkah sakilas menyatakan situasi yang berlangsung

sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (34a) dan

(34b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (34a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sering terjadi dan (34b) pemarkah imbah yang menyatakan

peristiwa tersebut sudah selesai terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (34)

ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi yaitu Kadak jalas

jua aku?, sakilas mirip inya? ’Aku pun tidak jelas melihatnya, sekilas dia mirip’

(35) Sakilas narai aku manirengnya?


Sekilas cuma aku melihatnya

’Hanya sekilas aku melihatnya’ (5)

(35a) *Jarang narai aku manirengnya?


Jarang cuma aku melihatnya

’Hanya jarang aku melihatnya’

(35b) *Kadang narai aku manirengnya?


Kadang cuma aku melihatnya

’Hanya kadang aku melihatnya’


73

Berdasarkan data (35) pemarkah sakilas menyatakan situasi yang berlangsung

sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (35a) dan

(35b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (35a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya jarang terjadi dan (35b) pemarkah kadang yang menyatakan

peristiwa tersebut kadang-kadang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat

(35) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi yaitu Sakilas

narai aku manirengnya? ’Hanya sekilas aku melihatnya’

(36) Adingku? tiba-tiba manangis inya?


Adikku tiba-tiba menangis dia

’Adikku tiba-tiba menangis’ (P)

(36a) *Adingku? jarang manangis inya?


Adikku jarang menangis dia

’Adikku jarang menangis’

(36b) *Adingku? kadang manangis inya?


Adikku kadang menangis dia

’Adikku kadang menangis’

Berdasarkan data (36) pemarkah tiba-tiba menyatakan situasi yang

berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan

data (36a) dan (36b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti (36a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa

tersebut keberlangsungannya jarang terjadi dan (36b) pemarkah kadang yang

menyatakan peristiwa tersebut kadang-kadang terjadi, sedangkan yang dimaksud

pada kalimat (36) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi

yaitu Adingku? tiba-tiba manangis inya? ’Adikku tiba-tiba menangis’


74

(37) Hikam ni tiba-tiba haja? muncol


Kamu ini tiba-tiba saja muncul

’Kamu ini muncul tiba-tiba’ (5)

(37a) *Hikam ni jarang haja? muncol


Kamu ini jarang saja muncul

’Kamu ini muncul jarang’

(37b) *Hikam ni kadang-kadang haja? muncol


Kamu ini kadang-kadang saja muncul

’Kamu ini muncul kadang-kadang’

Berdasarkan data (37) pemarkah tiba-tiba menyatakan situasi yang

berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan

data (37a) dan (37b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti (37a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa

tersebut keberlangsungannya jarang terjadi dan (37b) pemarkah kadang yang

menyatakan peristiwa tersebut kadang-kadang terjadi, sedangkan yang dimaksud

pada kalimat (37) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi

yaitu Hikam ni tiba-tiba haja? muncol ’Kamu ini muncul tiba-tiba’. Hal ini

membuktikan bahwa pemarkah sakilas dan tiba-tiba? tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa terjadi secara sekilas dan tiba-tiba

saja terjadi. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sakilas dan tiba-

tiba? terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.9 Pemarkah Aspektualitas Leksikal satumat ’sebentar’, salawas ’selama’,


lima manit ’lima menit’ dan Sebagainya

Pemarkah aspektualitas leksikal ’sebentar’, ’selama’, ’lima menit’ dan

sebagainya pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat

diamati pada kata satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya. Pemarkah

yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia
75

untuk menyatakan situasi yang keberlangsungannya memiliki keterbatasan waktu.

Perhatikan data berikut:

(38) Tunggu satumat disini lah


Tunggu sebentar di sini ya

’Tunggu sebentar di sini’ (P)


(39) Lawas kada tahaga Oki
Lama tidak ketemu Oki

’Lama tidak ketemu Oki’ (3)


(40) Kalau bapumpung labih kurang sajam lah
Kalau berpompong lebih kurang sejam lah

’Kalau naik pompong kurang lebih sejam’ (1)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar

Hulu. Pemarkah aspektualitas satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya

memberikan makna situasi yang keberlangsungannya memiliki keterbatasan waktu

yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:


(38) Tunggu satumat disini lah
Tunggu sebentar di sini ya

’Tunggu sebentar di sini’ (P)

(38a) Tunggu karap disini lah


Tunggu sering di sini ya

’Tunggu sering di sini’

(38b) Tunggu jarang disini lah


Tunggu jarang di sini ya

’Tunggu jarang di sini’

Berdasarkan data (38) pemarkah satumat menyatakan situasi yang memiliki

keberlangsung terbatas pada kata satumat ’sebentar’. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (38a) dan (38b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (38a) pemarkah karap yang menyatakan
76

persitiwa tersebut keberlangsungannya sering terjadi walaupun memiliki

keterbatasan waktu situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas

terhadap waktu yang dimaksudkan dan (38b) pemarkah jarang yang menyatakan

peristiwa tersebut kadang-kadang terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu

situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang

dimaksudkan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (38) ialah situasi yang

keberlangsungannya memiliki keterbtasan waktu yang jelas yaitu Tunggu satumat

disini lah ’Tunggu sebentar di sini’


(39) Salawas dua bulan kada tahaga Oki
Selama dua bulan tidak ketemu Oki

’Selama dua bulan tidak ketemu Oki’ (3)

(39a) *Karap dua bulan kada tahaga Oki


Sering dua bulan tidak ketemu Oki

’Sering dua bulan tidak ketemu Oki’

(39b) *Jarang dua bulan kada tahaga Oki


Jarang dua bulan tidak ketemu Oki

’Jarang dua bulan tidak ketemu Oki’

Berdasarkan data (39) pemarkah salawas menyatakan situasi yang memiliki

keberlangsung terbatas pada kata salawas ’selama’. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (39a) dan (39b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (39a) pemarkah karap yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya sering terjadi walaupun memiliki

keterbatasan waktu situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas

terhadap waktu yang dimaksudkan dan (39b) pemarkah jarang yang menyatakan

peristiwa tersebut jarang terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu situasi yang

dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang dimaksudkan,

sedangkan yang dimaksud pada kalimat (39) ialah situasi yang keberlangsungannya
77

memiliki keterbatasan waktu yang jelas yaitu Salawas dua bulan kada tahaga Oki

’Selama dua bulan tidak ketemu Oki’

(40) Kalau bapumpung labih kurang sajam lah


Kalau berpompong lebih kurang sejam lah

’Kalau naik pompong kurang lebih sejam’ (1)

(40a) *Kalau bapumpung labih kurang karap lah


Kalau berpompong lebih kurang sering lah

’Kalau naik pompong kurang lebih sering’

(40b) *Kalau bapumpung labih kurang jarang lah


Kalau berpompong lebih kurang jarang lah

’Kalau naik pompong kurang lebih jarang’


Berdasarkan data (40) pemarkah sajam menyatakan situasi yang meiliki

keberlangsung terbatas pada kata sajam ’sejam’. Hal ini dapat dibandingkan dengan

data (40a) dan (40b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti

dengan pemarkah lain seperti (40a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa

tersebut keberlangsungannya sering terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu

situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang

dimaksudkan dan (40b) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut

jarang terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu situasi yang dimaksud melalui

pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang dimaksudkan, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (39) ialah situasi yang keberlangsungannya memiliki

keterbatasan waktu yang jelas yaitu Kalau bapumpung labih kurang sajam lah

’Kalau naik pompon kurang lebih sejam’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah

satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang keberlangsungannya memiliki

keterbatasan waktu yang jelas. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal


78

satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar

Hulu.
4.1.10 Pemarkah Aspektualitas Leksikal basasupan ’malu-malu’

Pemarkah aspektualitas leksikal ’malu-malu’ yang menyatakan

keberlangusungannya ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedkit’ pada bahasa Banjar

Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata basasupan.

Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan

bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang keberlangsungannya’agak’ atau

’melakukan sesuatu sedikit. Perhatikan data berikut:

(41) Jangan basasupan makan lah


Jangan malu-malu makannya ya

’Jangan malu-malu makannya’ (5)

(42) Kau ni? basasupan pulang duduk wan inya?


Kau ini malu-malu pula duduk dengan dia

’Kau malu-malu pula duduk dengan dia’ (5)


Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal

basasupan terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas basasupan

memberikan makna situasi yang keberlangsungannya ’agak’ atau melakukan

sesuatu sedkit’ yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data

berikut:
(41) Jangan basasupan makan lah
Jangan malu-malu makannya ya

’Jangan malu-malu makannya’ (5)

(41a) *Jangan sudah makan lah


Jangan sudah makannya ya

’Jangan sudah makannya’

(41b) *Jangan balum makan lah


Jangan belum makannya ya

’Jangan belum makannya’


79

Berdasarkan data (41) pemarkah basasupan menyatakan situasi yang

berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (41a) dan (41b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (41a) pemarkah sudah yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya sudah terjadi dan (41b) pemarkah balum

yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (41) ialah situasi yang berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu

sedikit’yaitu Jangan basasupan makan lah ’Jangan malu-malu makannya’


(42) Kau ni? basasupan pulang duduk wan inya?
Kau ini malu-malu pula duduk dengan dia

’Kau malu-malu pula duduk dengan dia’ (5)

(42a) *Kau ni? jarang pulang duduk wan inya?


Kau ini jarang pula duduk dengan dia

’Kau jarang pula duduk dengan dia’

(42b) *Kau ni? hanyar pulang duduk wan inya?


Kau ini baru pula duduk dengan dia

’Kau baru pula duduk dengan dia’

Berdasarkan data (42) pemarkah basasupan menyatakan situasi yang

berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (42a) dan (42b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (42a) pemarkah jarang yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya jarang terjadi dan (42b) pemarkah hanyar

yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (42) ialah situasi yang berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit’

yaitu Kau ni? basasupan pulang duduk wan inya? ’Kau malu-malu pula duduk

dengan dia’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah basasupan tidak dapat
80

digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang

keberlangsungannya memiliki keterbatasan waktu yang jelas. Dengan demikian,

pemarkah aspektualitas leksikal basasupan terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.11 Pemarkah Aspektualitas Leksikal duduk-duduk ’duduk-duduk’,


minum-minum ’minum-minum’, bual-bual ’ngomong-ngomong’ dan
Sebagainya

Pemarkah aspektualitas leksikal ’duduk-duduk’, ’minum-minum’,

’ngomong-ngomong’ dan sebagainya yang menyatakan keberlangusungan

yang terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas lemah. Pada

bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada

kata duduk-duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya. Pemarkah yang

dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa

Indonesia untuk menyatakan situasi yang keberlangsungan yang terjadi tidak

sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas lemah. Perhatikan data

berikut:

(43) Oommu? duduk-duduk wan kawannya


Oommu duduk-duduk dengan kawannya

’Oommu duduk-duduk dengan kawannya’ (5)


(44) Minum-minum kita lah kawarung tu?
Minum-minum kita yuk kewarung itu

’Kita minum-minum di warung’ (5)


(45) Abahmu? bual-bual wan pak Sudin
Bapakmu ngomong-ngomong dengan pak Sudin

’Bapakmu berbicara dengan pak Sudin’ (4)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah aspektualitas leksikal duduk-

duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu.
81

Pemarkah aspektualitas duduk-duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya

memberikan makna situasi yang keberlangsungan yang terjadi tidak sepenuhnya,

alakadaarnya dan dalam intensitas lemah yang ditunjukkan melalui pemarkah

tersebut. Perhatikan data berikut:

(43) Oommu? duduk-duduk wan kawannya


Oommu duduk-duduk dengan kawannya

’Oommu duduk-duduk dengan kawannya’ (5)

(43a) *Oommu? hanyar wan kawannya


Oommu baru dengan kawannya

’Oommu baru dengan kawannya’

(43b) *Oommu? tarus wan kawannya


Oommu terus-menerus dengan kawannya

’Oommu terus-menerus dengan kawannya’

Berdasarkan data (43) pemarkah duduk-duduk menyatakan situasi yang

keberlangsungan yang terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (43a) dan (43b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (43a)

pemarkah ’hanyar’ yang menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya baru

terjadi dan (43b) pemarkah tarus yang menyatakan peristiwa tersebut terus-menerus

terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (43) ialah situasi yang

keberlangusungannya terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah yaitu Oommu? duduk-duduk wan kawannya ’Oommu duduk-duduk

dengan kawannya’
(44) Minum-minum kita lah kawarung tu?
Minum-minum kita yuk kewarung itu

’Kita minum-minum di warung’ (5)

(44a) * Kadang kita lah kawarung tu?


Kadang-kadang kita yuk kewarung itu
82

’Kita kadang-kadang di warung’

(44b) * Jarang kita lah kawarung tu?


Jarang kita yuk kewarung itu

’Kita Jarang di warung’

Berdasarkan data (44) pemarkah minum-minum menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (44a) dan (44b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (44a)

pemarkah kadang yang menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya kadang-

kadang terjadi dan (44b) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut

jarang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (44) ialah situasi yang

keberlangsungannya terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah yaitu Minum-minum kita lah kawarung tu? ’Kita minum-minum di

warung’
(45) Abahmu? bual-bual wan pak Sudin
Bapakmu ngomong-ngomong dengan pak Sudin

’Bapakmu berbicara dengan pak Sudin’ (4)

(45a) *Abahmu? tiba-tiba wan pak Sudin


Bapakmu tiba-tiba dengan pak Sudin

’Bapakmu tiba-tiba dengan pak Sudin’

(45b) *Abahmu? satumat wan pak Sudin


Bapakmu sebentar dengan pak Sudin

’Bapakmu sebentar dengan pak Sudin’

Berdasarkan data (45) pemarkah bual-bual menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (45a) dan (45b) menggunakan tes

subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (45a)
83

pemarkah tiba-tiba yang menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya tiba-

tiba terjadi dan (44b) pemarkah satumat yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi

sebentar saja, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (45) ialah situasi yang

keberlangusungannya terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas

lemah yaitu Abahmu? bual-bual wan pak sudin ’Bapakmu berbicara dengan pak

Sudin’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah duduk-duduk, minum-minum, bual-

bual dan sebagainya tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk

menyatakan peristiwa yang keberlangusungan yang terjadi tidak sepenuhnya,

alakadarnya dan dalam intensitas lemah yang ditunjukkan melalui pemarkah

tersebut. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal duduk-duduk, minum-

minum, bual-bual dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.12 Pemarkah Aspektualitas Leksikal sakaligus ’sekaligus’, taumbai


’serentak’ dan basasamaan ’secara bersamaan’

Pemarkah aspektualitas leksikal ’sekaligus’, ’serentak’ dan ’secara

bersamaan’ yang menyatakan keberlangusungan terjadi secara serentak atau

bersamaan. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat

diamati pada kata sakaligus, taumbai/basasamaan. Pemarkah yang dimaksud

dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk

menyatakan situasi yang keberlangusungan terjadi secara serentak atau

bersamaan. Perhatikan data berikut:

(46) Inya? taumbai wan kami tulak


Dia bersamaan dengan kami pergi

’Dia pergi bersamaan dengan kami’ (4)


(47) Kau mimum sakaligus dua buteng ubat ne lah
Kau minum sekaligus dua butir obat ini ya

’Obat ini kau minum dua butir sekaligus’ (5)


(48) Tulak basasamaan kita lah
84

Pergi bersama-sama kita ya

’Kita pergi sama-sama’ (5)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sakaligus, taumbai/

basasamaan terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sakaligus,

taumbai/basasamaan memberikan makna situasi yang keberlangsungannya terjadi

secara serentak atau bersamaan yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut.

Perhatikan data berikut:

(46) Inya? taumbai wan kami tulak


Dia bersamaan dengan kami pergi

’Dia pergi bersamaan dengan kami’ (4)

(46a) *Inya? tiba-tiba wan kami tulak


Dia sekaligus dengan kami pergi

’Dia pergi sekaligus dengan kami’

(46b) *Inya ? karap wan kami tulak


Dia sering dengan kami pergi

’Dia pergi sering dengan kami’

Berdasarkan data (46) pemarkah taumbai menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara serentak atau bersamaan. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (46a) dan (46b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (46a) pemarkah tiba-tiba yang

menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya terjadi tiba-tiba dan (46b)

pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (46) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi secara

serentak atau bersamaan yaitu Inya? taumbai wan kami tulak ’Dia pergi

bersamaan dengan kami’


(47) Kau mimum sakaligus dua buteng ubat ne lah
Kau minum sekaligus dua butir obat ini ya

’Obat ini kau minum dua butir sekaligus’ (5)


85

(47a) *Kau mimum satumat dua buteng ubat ne lah


Kau minum sebentar dua butir obat ini ya

’Obat ini kau minum dua butir sebentar’

(47b) *Kau mimum imbah dua buteng ubat ne lah


Kau minum selesai dua butir obat ini ya

’Obat ini kau minum dua butir selesai’

Berdasarkan data (47) pemarkah sakaligus menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara serentak atau bersamaan. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (47a) dan (47b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (47a) pemarkah satumat yang

menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya terjadi sebentar dan (47b)

pemarkah imbah yang menyatakan peristiwa tersebut selesai terjadi, sedangkan

yang dimaksud pada kalimat (47) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi

secara serentak atau bersamaan yaitu Kau mimum sakaligus dua buteng ubat ne lah

’Obat ini kau minum dua butir sekaligus’


(48) Tulak basasamaan kita lah
Pergi bersama-sama kita ya

’Kita pergi sama-sama’ (5)

(48a) *Tulak sudah kita lah


Pergi sudah kita ya

’Kita pergi sudah’

(48b) *Tulak hanyar kita lah


Pergi baru kita ya

’Kita pergi baru’

Berdasarkan data (48) pemarkah basasamaan menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara serentak atau bersamaan. Hal ini dapat

dibandingkan dengan data (48a) dan (48b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
86

pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (48a) pemarkah sudah yang

menyatakan persitiwa tersebut keberlangsungannya sudah terjadi dan (48b)

pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (48) ialah situasi yang keberlangsungannya terjadi secara

serentak atau bersamaan yaitu Tulak basasamaan kita lah ’Kita pergi sama-sama’.

Hal ini membuktikan bahwa sakaligus, taumbai/basasamaan tidak dapat digantikan

dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang keberlangsungannya

terjadi secara serentak atau bersamaan yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut.

Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sakaligus, taumbai/basasamaan

terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.13 Pemarkah Aspektualitas Leksikal baturutan ’berturut-turut’, satu-


satu? ’satu per satu’, Verba Pungtual Sufiks-i yang Menyatakan
Berturut-turut manysuni? ’menyusuni’ dan Sebagainya

Pemarkah aspektualitas leksikal ’berturut-turut’, ’satu per satu’, verba

pungtual sufiks-i ’menyusini’ dan sebagainya yang menyatakan keberlangsungan

terjadi secara berturut-turut. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-

hari dapat diamati pada kata sufiks-i manysuni?, manambangi? dan sebagainya

baturutan, satu-satu? atau sauteng-sauteng. Pemarkah yang dimaksud dalam

bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan

situasi yang keberlangsungan terjadi secara secara berturut-turut. Perhatikan data

berikut:

(49) Panat manyusini? buku? ni?


Lelah menyusuni buku ini

’Lelah menyusuni buku ini’ (5)

(50) Lima hari? baturutan talambat kasakulah


Lima hari berturut-turut terlambat ke sekolah
87

’Lima hari berturut-turut terlambat ke sekolah’ (P)


(51) Satu-satu? kaluar rumahnya lah
Satu-satu keluar rumahnya ya

’Satu-satu keluarnya’ (P)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sufiks-i (berturut-

turut) manysuni?, manambangi? dan sebagainya baturutan, satu-satu? dan

sauteng-sauteng terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sufiks-i

(berturut-turut) manysuni?, manambangi? dan sebagainya baturutan, satu-satu?

dan sauteng-sauteng memberikan makna situasi yang keberlangusungannya terjadi

secara berturut-turut yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data

berikut:
(49) Panat manyusini? buku? ni?
Lelah menyusuni buku ini

’Lelah menyusuni buku ini’ (5)

(49a) *Panat memukuli? buku? ni?


Lelah memukuli buku ini

’Lelah memukul-mukul buku ini’

(49b) *Panat menyambati? buku? ni?


Lelah mengejekki buku ini

’Lelah mengejek-ngejek buku ini’

Berdasarkan data (49) pemarkah manyusini? menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara berturut-turut. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (49a) dan (49b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (49a) pemarkah mamukuli yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya berkali-kali terjadi tapi tidak ada urutan dan

(48b) pemarkah manyambati yang menyatakan peristiwa tersebut berkali-kali

terjadi tapi tidak ada urutan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (49) ialah
88

situasi yang keberlangusungannya terjadi beruturut-turut (berurutan) yaitu Panat

manyusini? buku? Ni ’Lelah menyusuni buku ini’


(50) Lima? hari? baturutan talambat kasakulah
Lima hari berturut-turut terlambat ke sekolah

’Lima hari berturut-turut terlambat ke sekolah’ (P)

(50a) *Lima? hari? sakaligus talambat kasakulah


Lima hari sekaligus terlambat ke sekolah

’Lima hari sekaligus terlambat ke sekolah’

(50b) *Lima? hari? taumabai talambat kasakulah


Lima hari bersamaan terlambat ke sekolah

’Lima hari bersamaan terlambat ke sekolah’

Berdasarkan data (50) pemarkah baturutan menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara berturut-turut. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (50a) dan (50b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (50a) pemarkah sakaligus yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya sekaligus terjadi dan (50b) pemarkah

taumbai yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi bersamaan, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (50) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi

beruturut-turut (berurutan) yaitu Lima hari? baturutan talambat kasakulah’

’Lima hari berturut-turut terlambat ke sekolah’


(51) Satu-satu? kaluar rumahnya lah
Satu-satu keluar rumahnya ya

’Satu-satu keluarnya’ (P)

(51a) *Sakaligus kaluar rumahnya lah


Sekaligus keluar rumahnya ya

’Sekaligus keluarnya’

(51b) *Taumbai kaluar rumahnya lah


Bersamaan keluar rumahnya ya
89

’Bersamaan keluarnya’

Berdasarkan data (51) pemarkah satu-satu menyatakan situasi yang

keberlangsungannya terjadi secara berturut-turut. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (51a) dan (51b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (51a) pemarkah sakaligus yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya sekaligus terjadi dan (51b) pemarkah

taumbai yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi bersamaan, sedangkan yang

dimaksud pada kalimat (51) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi

beruturut-turut (berurutan) yaitu Satu-satu? kaluar rumahnya lah ’Satu-satu

keluarnya’. Hal ini membuktikan bahwa leksikal sufiks-i (berturut-turut)

manysuni?, manambangi? dan sebagainya baturutan, satu-satu? dan sauteng-

sauteng tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan

peristiwa yang keberlangusungannya terjadi secara berturut-turut yang ditunjukkan

melalui pemarkah tersebut. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal

sufiks-i (berturut-turut) manysuni?, manambangi? dan sebagainya baturutan, satu-

satu? dan sauteng-sauteng terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.14 Pemarkah Aspektualitas Leksikal gagal, batal ’batal’, urung, ’kada?


jadi’/’kada? lulus?

Pemarkah aspektualitas leksikal ’gagal’, ’batal’,’urung’ yang menyatakan

situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian. Pada bahasa Banjar

Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata batal, kada?

jadi/kada? lulus?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama

fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi kegagalan atau situasi

yang berakhir tanpa pencapaian. Perhatikan data berikut:

(52) Kada lulus UNRI hanyar masuk UIN


90

Tidak lulus UNRI baru masuk UIN

’Tidak lulus UNRI baru masuk UIN’ (2)


(53) Jangan marukok, batal puasa
Jangan merokok, batal puasa

’Jangan merokok, karena membatalkan puasanya’ (5)


(54) Aku kada? jadi? tulak ka batam
Aku tidak jadi pergi ke batam

’Aku tidak jadi pergi ke Batam’ (1)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal batal, kada?

jadi/kada? lulus? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas batal,

kada? jadi/kada? lulus? memberikan makna situasi kegagalan atau situasi yang

berakhir tanpa pencapaian yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan

data berikut:

(52) Kada? lulus UNRI hanyar masuk UIN


Tidak lulus UNRI baru masuk UIN

’Tidak lulus UNRI baru masuk UIN’ (2)

(52a) *Sudah UNRI hanyar masuk UIN


Sudah UNRI baru masuk UIN

’Sudah UNRI baru masuk UIN’

(52b) *Balum UNRI hanyar masuk UIN


Balum UNRI baru masuk UIN

’Balum UNRI baru masuk UIN’

Berdasarkan data (52) pemarkah kada lulus menyatakan situasi yang berakhir

tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (52a) dan (52b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (52a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sudah terjadi dan (52b) pemarkah balum yang menyatakan

peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (52) ialah
91

situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yaitu Kada lulus

UNRI hanyar masuk UIN ’Tidak lulus UNRI baru masuk UIN’
(53) Jangan marukok, batal puasa
Jangan merokok, batal puasa

’Jangan merokok, karena membatalkan puasanya’ (5)

(53a) *Jangan marukok, tarus puasa


Jangan merokok, terus puasa

’Jangan merokok, nanti terus puasanya’

(53b) *Jangan marukok, sambil puasa


Jangan merokok, sambil puasa

’Jangan merokok, karena sambil puasanya’

Berdasarkan data (53) pemarkah batal menyatakan situasi yang berakhir

tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (53a) dan (53b)

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (53a) pemarkah tarus yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya terus-menerus terjadi dan (53b) pemarkah sambil yang

menyatakan peristiwa tersebut situasi kesambilan, sedangkan yang dimaksud pada

kalimat (53) ialah situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian

yaitu Jangan marukok, batal puasa ’Jangan merokok, karena batal puasanya’
(54) Aku kada? jadi? tulak ka Batam
Aku tidak jadi pergi ke Batam

Aku tidak jadi pergi ke Batam(1)

(54a) *Aku sudah tulak ka Batam


Aku sudah pergi ke Batam

Aku sudah pergi ke Batam


(54b) *Aku balum tulak ka Batam
Aku belum pergi ke Batam

Aku belum pergi ke Batam

Berdasarkan data (54) pemarkah batal menyatakan situasi yang berakhir

tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (54a) dan (54b)
92

menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain

seperti (54a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sudah terjadi dan (54b) pemarkah balum yang menyatakan

peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (54) ialah

situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yaitu Aku kada?

jadi? tulak ka batam ’Aku tidak jadi pergi ke Batam’. Hal ini membuktikan bahwa

Aspektualitas leksikalbatal, kada? jadi/kada? lulus? tidak dapat digantikan dengan

pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang keberlangsungannya situasi

kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yang ditunjukkan melalui

pemarkah tersebut. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal batal,

kada? jadi/kada? lulus? terdapat pada bahasa Banjar Hulu.

4.1.15 Pemarkah Aspektualitas Leksikal sambil ’sambil’

Pemarkah aspektualitas leksikal sambil yang menyatakan situasi kesambilan

yang menggambarkan situasi penghantar atau penyerta. Pada bahasa Banjar Hulu

dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sambil. Pemarkah yang

dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia

untuk menyatakan situasi kesambilan yang menggambarkan situasi penghantar atau

penyerta. Perhatikan data berikut:

(55) Mambawa mutor sambil basmsan


Membawa motor sambil bersmsan

’Membawa motor sambil smsan’ (4)


(56) Ka pasar sambil maantar adingmu?
Ke pasar sambil mengantar adikmu

’Pergi ke pasar sambil mengantar adikmu’ (5)


93

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal sambil terdapat pada

bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sambil memberikan makna situasi

kesambilan yang menggambarkan situasi penghantar atau penyerta yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(55) Mambawa mutor sambil basmsan


Membawa motor sambil bersmsan

’Membawa motor sambil smsan’ (4)

(55a) *Mambawa mutor sakaligus basmsan


Membawa motor sekaligus bersmsan

’Membawa motor sekaligus smsan’

(55b) *Mambawa mutor taumbai basmsan


Membawa motor bersamaan bersmsan

’Membawa motor bersamaan smsan’

Berdasarkan data (55) pemarkah sambil menyatakan situasi kesambilan yang

menggambarkan situasi penghantar atau penyerta. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (55a) dan (55b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (55a) pemarkah sakaligus yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya terjadi serentak atau bersamaan dan (55b)

pemarkah taumbai yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi serentak atau

bersamaan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (55) ialah situasi kesambilan

yang menggambarkan situasi penghantar atau penyerta yaitu Mambawa mutor

sambil basmsan ’Membawa motor sambil smsan’


(56) Ka pasar sambil maantar adingmu?
Ke pasar sambil mengantar adikmu

’Pergi ke pasar sambil mengantar adikmu’ (5)

(56a) *Ka pasar sadang maantar adingmu?


Ke pasar sedang mengantar adikmu

’Pergi ke pasar sedang mengantar adikmu’


(56b) *Ka pasar biasa maantar adingmu?
94

Ke pasar biasa mengantar adikmu

’Pergi ke pasar biasa mengantar adikmu’

Berdasarkan data (56) pemarkah sambil menyatakan situasi kesambilan yang

menggambarkan situasi penghantar atau penyerta. Hal ini dapat dibandingkan

dengan data (56a) dan (56b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya

diganti dengan pemarkah lain seperti (56a) pemarkah sadang yang menyatakan

persitiwa tersebut keberlangsungannya sedang terjadi dan (56b) pemarkah biasa

yang menyatakan peristiwa tersebut suatu peristiwa yang biasa terjadi, sedangkan

yang dimaksud pada kalimat (56) ialah situasi kesambilan yang menggambarkan

situasi penghantar atau penyerta yaitu Ka pasar sambil maantar adingmu? ’Pergi

ke pasar sambil mengantar adikmu’. Hal ini membuktikan bahwa aspektualitas

leksikal sambil tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan

peristiwa yang keberlangsungannya situasi kesambilan yang menggambarkan

situasi penghantar atau penyerta yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut.

Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sambil terdapat pada bahasa

Banjar Hulu.

4.1.16 Pemarkah Aspektualitas Leksikal biasa?/rajen ’biasa’

Pemarkah aspektualitas leksikal ’biasa’ yang menyatakan situasi sebagai

suatu kebiasaan yang berlangsung. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi

sehari-hari dapat diamati pada kata biasa?/rajen. Pemarkah yang dimaksud dalam

bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan

situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung. Perhatikan data berikut:

(57) Aku sudah biasa dah


Aku sudah biasa dah
95

’Aku sudah biasa’ (1)

(58) Rajen minta tukarakan ikan wan sambal


Biasanya minta belikan ikan dengan sambal

’Biasanya minta dibelikan ikan’ (3)

Berdasarkan contoh kalimat tersebut, pemarkah leksikal biasa?/rajen terdapat

pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas biasa?/rajen memberikan makna

situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung yang ditunjukkan melalui

pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:

(57) Aku sudah biasa dah


Aku sudah biasa dah

’Aku sudah biasa’ (1)

(57a) *Aku sudah sadang dah


Aku sudah sedang dah

’Aku sudah sedang’

(57b) *Aku sudah sambil dah


Aku sudah sambil dah

’Aku sudah sambil’

Berdasarkan data (57) pemarkah biasa menyatakan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (57a) dan

(57b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (57a) pemarkah sedang yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya sedang terjadi dan (57b) pemarkah sambil yang menyatakan

peristiwa tersebut suatu peristiwa sambil/kesambilan, sedangkan yang dimaksud

pada kalimat (57) ialah situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung yaitu Aku

sudah biasa dah ’Aku sudah biasa’


(58) Rajen minta tukarakan ikan wan sambal
Biasanya minta belikan ikan dengan sambal

’Biasanya minta dibelikan ikan’ (3)


96

(58a) *Sakaligus minta tukarakan ikan wan sambal


Sekaligus minta belikan ikan dengan sambal

’Sekaligus minta dibelikan ikan ’

(58b) *Taumbai minta tukarakan ikan wan sambal


Bersamaan minta belikan ikan dengan sambal

’Bersamaan minta dibelikan ikan’

Berdasarkan data (58) pemarkah rajen menyatakan situasi sebagai suatu

kebiasaan yang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (58a) dan

(58b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah

lain seperti (58a) pemarkah sakaligus yang menyatakan persitiwa tersebut

keberlangsungannya terjadi serentak atau bersamaan dan (58b) pemarkah taumbai

yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi serentak atau bersamaan, sedangkan

yang dimaksud pada kalimat (58) ialah situasi sebagai suatu kebiasaan yang

berlangsung yaitu Rajen minta tukarakan ikan wan sambal ’Biasanya minta

dibelikan ikan’. Hal ini membuktikan bahwa aspektualitas leksikal biasa?/rajen

tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang

keberlangsungannya situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung yang

ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas

leksikal biasa?/rajen terdapat pada bahasa Banjar Hulu.


Setiap data yang dijelaskan dalam penelitian ini menggunakan pemarkah

aspektualitas berdasarkan penggunaannya pada bahasa Banjar Hulu yang

memberikan situasi penjelas yang unik. Data tersebut menjelaskan setiap

penggunaan pemarkah pada bahasa Banjar Hulu yang menunjukkan unsur situasi,

keadaan, peristiwa sesuai hakikat dari aspektualitas. Terdapat perbedaan, keunikan

dan variasi dalam penggunaan pemarkah aspektualitas bahasa Banjar Hulu. Hal ini
97

tentu memberikan kekayaan akan teori aspektualitas selain dari teori aspektualitas

pada bahasa Indonesia yang sudah dikembangkan sebelumnya.


Berdasarkan penjelasan tersebut, pemarkah aspektualitas yang terdapat pada

bahasa Banjar Hulu memiliki perbedaan dan variasi yang unik terhadap

penggunaannya selain dari bahasa Indonesia. Hal ini memberikan kontribusi yang

besar bagi perkembangan teori lingusitik dalam kajian semantik verba. Pemarkah

inilah yang akan lebih dikaji lagi pada bagian makna aspektualitas yang

ditumbulkan pada masing-masing pemarkah aspektualitas bahasa Banjar Hulu.

Sehingga memberikan penjelasan yang lebih mendalam dan mudah dipahami

tentang teori aspektualitas yang terdapat pada bahasa Banja Hulu.

Anda mungkin juga menyukai