Pemarkah Aspek
Pemarkah Aspek
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan mengenai (1) pemarkah aspektualitas leksikal
bahasa Banjar Hulu dan (2) makna aspektualitas bahasa Banjar Hulu (3)
memberikan makna lampau yang sudah terjadi atau dilakukan yang ditunjukkan
artinya peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data
(1a) dan (1b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (1a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut
belum terjadi dan (1b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut
sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (1) ialah situasi yang sudah
Berdasarkan data (2) pemarkah udah menyatakan situasi yang lampau artinya
peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (2a) dan
(2b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
44
lain seperti (2a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi
dan (2b) pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi,
sedangkan yang dimaksud kalimat (2) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu udah
artinya peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data
(3a) dan (3b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (3a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut
belum terjadi dan (3b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut
sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (3) ialah situasi yang sudah
Berdasarkan data (4) pemarkah ’sudah menyatakan situasi yang lampau artinya
peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (4a) dan
(4b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti (4a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi
dan (4b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,
sedangkan yang dimaksud kalimat (4) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu sudah
Berdasarkan data (5) pemarkah dah menyatakan situasi yang lampau artinya
peristiwa tersebut sudah terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (5a) dan
(5b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti (4a) pemarkah balum yang menyatakan persitiwa tersebut belum terjadi
dan (4b) pemarkah sadang yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,
sedangkan yang dimaksud kalimat (4) ialah situasi yang sudah terjadi yaitu bulek
dah ’sudah balik’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah sudah tidak dapat
digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang sudah
46
baru terjadi yang lebih menekankan kepada kemulaiannya. Perhatikan data berikut:
Berdasarkan data (6) pemarkah hanyar menyatakan situasi yang baru terjadi
peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (6a) dan (6b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (6a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi
tetapi tidak menitikberatkan pada kemulaian terjadinya situasi serta tidak diketahui
kapan waktu situasi sudah terjadi dan (6b) pemarkah balum yang menyatakan
peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (6) ialah
situasi yang baru saja terjadi yaitu Hanyar nukar baju? ’Baru saja membeli baju’
Berdasarkan data (7) pemarkah hanyar menyatakan situasi yang baru terjadi
peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (7a) dan (7b)
48
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (7a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi
tetapi tidak menitik beratkan pada kemulaian terjadinya situasi serta tidak diketahui
kapan waktu situasi sudah terjadi dan (7b) pemarkah balum yang menyatakan
peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud kalimat (7) ialah
situasi yang baru saja terjadi yaitu Hanyar tamat S2 ’Baru tamat S2’
(8) Hanyaram satumat aku duduk disini?,
Baru saja sebentar aku duduk disini
peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (8a) dan (8b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (8a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang terjadi
dan (8b) pemarkah masih yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,
sedangkan yang dimaksud kalimat (8) ialah situasi yang baru saja terjadi yaitu
Hanyaram satumat aku duduk disini? ’ aku baru saja sebentar duduk disini’
Berdasarkan data (9) pemarkah mulai menyatakan situasi yang baru terjadi
peristiwa yang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (9a) dan (9b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (9a) pemarkah sadang yang menyatakan persitiwa tersebut sedang terjadi
dan (9b) pemarkah masih yang menyatakan peristiwa tersebut sedang berlangsung,
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (9) ialah situasi yang baru saja terjadi yaitu
Mulai lapah bagawi? ’Mulai lelah bekerja’. Hal ini membuktikan bahwa
jika untuk menyatakan peristiwa yang baru saja terjadi. Dengan demikian,
Banjar Hulu.
yang menyatakan situasi yang sudah selesai terjadi atau dikerjakan yang lebih
menitikberatkan pada bagian akhir dari situasi yang berlangsung. Perhatikan data
berikut:
50
situasi akhir yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:
akhir peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (10a) dan (10b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (10a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi
tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui
kapan waktu situasi sudah terjadi dan (10b) pemarkah masih yang menyatakan
peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (10)
ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir
Berdasarkan data (11) pemarkah talah menyatakan situasi yang sudah terjadi
peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (11a) dan (11b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (11a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi
tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui
52
kapan waktu situasi sudah terjadi dan (11b) pemarkah masih yang menyatakan
peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (11)
ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitik beratkan pada bagian akhir
peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (12a) dan (12b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (12a) pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi
tetapi tidak menitikberatkan pada bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui
kapan waktu situasi sudah terjadi dan (12b) pemarkah masih yang menyatakan
peristiwa tersebut sedang berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (12)
ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir
situasi yaitu Pak Ules salasai S2 inya? ’Pak Ules selesai kuliah S2’
Berdasarkan data (13) pemarkah habis menyatakan situasi yang sudah terjadi
peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (13a) dan (13b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
terjadi tetapi lebih menitikberatkan pada situasi bagian akhir, sedangkan yang
dimaksud pada kalimat (13) ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih
menitik beratkan pada bagian akhir situasi yaitu Aku handak mainta habis sudah
’Aku mau minta tetapi sudah habis’. Walaupun ada kata sudah pada kalimat
tersebut tidak termasuk pada pemarkah sudah, melainkan pemarkah habis. Karena
pada kalimat tersebut lebih menekankan siutasi akhir habis dari pada sudah.
Berdasarkan data (14) pemarkah lapas menyatakan situasi yang sudah terjadi
peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (14a) dan (14b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (14) ialah situasi yang sudah
terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir situasi yaitu Lapas
peristiwa itu terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (15a) dan (15b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (15a) berterima dalam bahasa Banjar Hulu pemarkah sudah yang
bagian akhir situasi terjadi serta tidak diketahui kapan waktu situasi sudah terjadi
dan (15b) berterima dalam bahasa Banjar Hulu pemarkah balum yang menyatakan
peristiwa tersebut belum berlangsung, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (15)
ialah situasi yang sudah terjadi hanya saja lebih menitikberatkan pada bagian akhir
55
situasi yaitu Sampai kasana guring ’Sampai ke sana tidur’. Hal ini membuktikan
dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa sudah terjadi yang
sama halnya dengan fungsi pemarkah ’belum’ pada bahasa Indonesia. Perhatikan
data berikut:
terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (16a) dan (16b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (16a)
pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (16b)
sedangkan yang dimaksud kalimat (16) ialah situasi yang belum terjadi yaitu Aku
terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (17a) dan (17b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (17a)
pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (17b)
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (17) ialah situasi yang belum terjadi yaitu
terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (18a) dan (18b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (18a)
pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (18b)
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (18) ialah situasi yang belum terjadi yaitu
Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?! ’Belum kau kembalikan punya
orang itu’
(19) Adengmu? balum manaliponku lagi?
Adikmu belum menelponku lagi
terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (19a) dan (19b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (19a)
pemarkah sudah yang menyatakan persitiwa tersebut sudah terjadi dan (19b)
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (19) ialah situasi yang belum terjadi yaitu
Balum jua lagi kau bulikkan bat urang tu?! ’Belum kau kembalikan punya
orang itu’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah balum tidak dapat digantikan
dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang belum terjadi. Dengan
Hulu.
yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia
untuk menyatakan situasi yang sedang berlangsung atau masih dalam proses.
dalam proses yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data berikut:
Berdasarkan data (20) pemarkah masih menyatakan situasi yang masih dalam
proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (20a) dan
(20b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
lain seperti (20a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut baru saja
terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (20b) pemarkah balum
pada kalimat (20) ialah situasi yang sedang terjadi atau masih dalam proses yaitu
dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data
(21a) dan (21b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (21a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut
baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (21b)
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (21) ialah situasi yang sedang terjadi atau
masih dalam proses yaitu Tu jua masih ada haja ’Itupun masih ada saja’
dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data
(22a) dan (22b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (22a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut
baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (22b)
61
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (22) ialah situasi yang sedang terjadi atau
masih dalam proses yaitu Umamua? sadang bamasak ’Ibumu sedang masak’
(23) Pa nya? yang sadang kau ulah ?
Apa yang sedang kau buat ?
dalam proses atau sedang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data
(23a) dan (23b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (23a) pemarkah hanyar yang menyatakan persitiwa tersebut
baru saja terjadi yang menekankan pada kemulaian situasi terjadi dan (23b)
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (23) ialah situasi yang sedang terjadi atau
masih dalam proses yaitu Pa nya? yang sadang kau ulah ? ’Apa yang sedang kau
buat’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah sadang/masih tidak dapat digantikan
dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang sedang terjadi atau
tarus/tatarusan/kada?imbah-imbahnya/kada?habis-habisnyatarus/tatarusan/kada?
berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (24a) dan (24b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
seperti (24a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut sering terjadi
berlangsung terus-menerus. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (25a) dan (25b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
situasi yang berlangsung terus-menerus atau tidak henti-hentinya. Hal ini dapat
dibandingkan dengan data (26a) dan (26b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (26a) pemarkah kadang yang
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (26) ialah situasi yang terus-menerus atau
dibandingkan dengan data (27a) dan (27b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (27a) pemarkah kadang yang
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (27) ialah situasi yang terus-menerus atau
kau ni? ’Tidak habis-habisnya kau ini bersolek’. Hal ini membuktikan bahwa
digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa terjadi secara
ini dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya yaitu menyatakan situasi rediuplikasi
dan sebagainya sufiks-i mamukuli? dan sebagainya, karap, jarang dan kadang/
terjadi tidak tetap, dapat diatur tergantung kebutuhan yang ditunjukkan melalui
sering terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (28a) dan (28b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
kalimat (28) ialah situasi yang keberlangsungannya sering terjadi yaitu Karap
berlangsung jarang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (29a) dan (29b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
kalimat (29) ialah situasi yang jarang terjadi yaitu Jarang bangat kau ni kasini?
berlangsung kadang-kadang terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (30a)
dan (30b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan
pemarkah lain seperti (30a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa tersebut
peristiwa tersebut jarang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (30) ialah
situasi yang kadang-kadang terjadi yaitu Kadang bahasa malayu kadang bahasa
berlangsung berkali-kali terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (31a) dan
(31b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
(31) ialah situasi yang berkali-kali terjadi yaitu Bakali-Kali? inya? lalu? ’Berkali-
berlangsung berkali-kali terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (32a) dan
(32b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
70
keberlangsungannya kurang jelas situasi verba pukul yang terjadi dan (32b)
sekali atau situasi verba pukul yang terjadi kurang jelas, sedangkan yang dimaksud
pada kalimat (32) ialah situasi yang berkali-kali terjadi yaitu Inya? mamukuli
dibandingkan dengan data (33a) dan (33b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
dan (33b) pemarkah berkali-kali yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi berkali-
kali tetapi kalimat tersebut tidak jelas maknanya, sedangkan yang dimaksud pada
kadang’ tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan
peristiwa terjadi secara perulang yang tidak tetap, dapat diatur sesuai dengan situasi
Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sakilas dan tiba-
tiba?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan
bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba
dan tiba-tiba? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas sakilas
72
atau sekilasa saja yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut. Perhatikan data
berikut :
sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (34a) dan
(34b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
peristiwa tersebut sudah selesai terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (34)
ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi yaitu Kadak jalas
jua aku?, sakilas mirip inya? ’Aku pun tidak jelas melihatnya, sekilas dia mirip’
sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (35a) dan
(35b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
(35) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi yaitu Sakilas
berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan
data (36a) dan (36b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti (36a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa
pada kalimat (36) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi
berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi. Hal ini dapat dibandingkan dengan
data (37a) dan (37b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti (37a) pemarkah jarang yang menyatakan persitiwa
pada kalimat (37) ialah situasi yang berlangsung sekilas atau tiba-tiba saja terjadi
yaitu Hikam ni tiba-tiba haja? muncol ’Kamu ini muncul tiba-tiba’. Hal ini
membuktikan bahwa pemarkah sakilas dan tiba-tiba? tidak dapat digantikan dengan
pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa terjadi secara sekilas dan tiba-tiba
saja terjadi. Dengan demikian, pemarkah aspektualitas leksikal sakilas dan tiba-
diamati pada kata satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya. Pemarkah
yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia
75
satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar
Hulu. Pemarkah aspektualitas satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya
keberlangsung terbatas pada kata satumat ’sebentar’. Hal ini dapat dibandingkan
dengan data (38a) dan (38b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (38a) pemarkah karap yang menyatakan
76
terhadap waktu yang dimaksudkan dan (38b) pemarkah jarang yang menyatakan
situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang
dimaksudkan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (38) ialah situasi yang
keberlangsung terbatas pada kata salawas ’selama’. Hal ini dapat dibandingkan
dengan data (39a) dan (39b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (39a) pemarkah karap yang menyatakan
terhadap waktu yang dimaksudkan dan (39b) pemarkah jarang yang menyatakan
peristiwa tersebut jarang terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu situasi yang
sedangkan yang dimaksud pada kalimat (39) ialah situasi yang keberlangsungannya
77
memiliki keterbatasan waktu yang jelas yaitu Salawas dua bulan kada tahaga Oki
keberlangsung terbatas pada kata sajam ’sejam’. Hal ini dapat dibandingkan dengan
data (40a) dan (40b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti
dengan pemarkah lain seperti (40a) pemarkah karap yang menyatakan persitiwa
situasi yang dimaksud melalui pemarkahnya kurang jelas terhadap waktu yang
jarang terjadi walaupun memiliki keterbatasan waktu situasi yang dimaksud melalui
keterbatasan waktu yang jelas yaitu Kalau bapumpung labih kurang sajam lah
’Kalau naik pompon kurang lebih sejam’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah
satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya tidak dapat digantikan dengan
satumat, salawas/ lawas, lima manit dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar
Hulu.
4.1.10 Pemarkah Aspektualitas Leksikal basasupan ’malu-malu’
Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan
berikut:
(41) Jangan basasupan makan lah
Jangan malu-malu makannya ya
berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit. Hal ini dapat dibandingkan
dengan data (41a) dan (41b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (41a) pemarkah sudah yang menyatakan
yang menyatakan peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada
kalimat (41) ialah situasi yang berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu
berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit. Hal ini dapat dibandingkan
dengan data (42a) dan (42b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (42a) pemarkah jarang yang menyatakan
yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi, sedangkan yang dimaksud pada
kalimat (42) ialah situasi yang berlangsung ’agak’ atau ’melakukan sesuatu sedikit’
yaitu Kau ni? basasupan pulang duduk wan inya? ’Kau malu-malu pula duduk
dengan dia’. Hal ini membuktikan bahwa pemarkah basasupan tidak dapat
80
yang terjadi tidak sepenuhnya, alakadarnya dan dalam intensitas lemah. Pada
berikut:
duduk, minum-minum, bual-bual dan sebagainya terdapat pada bahasa Banjar Hulu.
81
lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (43a) dan (43b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (43a)
terjadi dan (43b) pemarkah tarus yang menyatakan peristiwa tersebut terus-menerus
terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (43) ialah situasi yang
dengan kawannya’
(44) Minum-minum kita lah kawarung tu?
Minum-minum kita yuk kewarung itu
lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (44a) dan (44b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (44a)
kadang terjadi dan (44b) pemarkah jarang yang menyatakan peristiwa tersebut
jarang terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (44) ialah situasi yang
warung’
(45) Abahmu? bual-bual wan pak Sudin
Bapakmu ngomong-ngomong dengan pak Sudin
lemah. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (45a) dan (45b) menggunakan tes
subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (45a)
83
tiba terjadi dan (44b) pemarkah satumat yang menyatakan peristiwa tersebut terjadi
sebentar saja, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (45) ialah situasi yang
lemah yaitu Abahmu? bual-bual wan pak sudin ’Bapakmu berbicara dengan pak
bual dan sebagainya tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk
dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk
dibandingkan dengan data (46a) dan (46b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (46a) pemarkah tiba-tiba yang
pemarkah karap yang menyatakan peristiwa tersebut sering terjadi, sedangkan yang
dimaksud pada kalimat (46) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi secara
serentak atau bersamaan yaitu Inya? taumbai wan kami tulak ’Dia pergi
dibandingkan dengan data (47a) dan (47b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (47a) pemarkah satumat yang
yang dimaksud pada kalimat (47) ialah situasi yang keberlangusungannya terjadi
secara serentak atau bersamaan yaitu Kau mimum sakaligus dua buteng ubat ne lah
dibandingkan dengan data (48a) dan (48b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika
86
pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain seperti (48a) pemarkah sudah yang
pemarkah hanyar yang menyatakan peristiwa tersebut baru terjadi, sedangkan yang
dimaksud pada kalimat (48) ialah situasi yang keberlangsungannya terjadi secara
serentak atau bersamaan yaitu Tulak basasamaan kita lah ’Kita pergi sama-sama’.
terjadi secara serentak atau bersamaan yang ditunjukkan melalui pemarkah tersebut.
terjadi secara berturut-turut. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi sehari-
hari dapat diamati pada kata sufiks-i manysuni?, manambangi? dan sebagainya
bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan
berikut:
berikut:
(49) Panat manyusini? buku? ni?
Lelah menyusuni buku ini
dengan data (49a) dan (49b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (49a) pemarkah mamukuli yang menyatakan
persitiwa tersebut keberlangsungannya berkali-kali terjadi tapi tidak ada urutan dan
terjadi tapi tidak ada urutan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (49) ialah
88
dengan data (50a) dan (50b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (50a) pemarkah sakaligus yang menyatakan
’Sekaligus keluarnya’
’Bersamaan keluarnya’
dengan data (51a) dan (51b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (51a) pemarkah sakaligus yang menyatakan
sauteng tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan
situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian. Pada bahasa Banjar
Hulu dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata batal, kada?
jadi/kada? lulus?. Pemarkah yang dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama
fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan situasi kegagalan atau situasi
jadi/kada? lulus? terdapat pada bahasa Banjar Hulu. Pemarkah aspektualitas batal,
kada? jadi/kada? lulus? memberikan makna situasi kegagalan atau situasi yang
data berikut:
Berdasarkan data (52) pemarkah kada lulus menyatakan situasi yang berakhir
tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (52a) dan (52b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (52) ialah
91
situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yaitu Kada lulus
UNRI hanyar masuk UIN ’Tidak lulus UNRI baru masuk UIN’
(53) Jangan marukok, batal puasa
Jangan merokok, batal puasa
tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (53a) dan (53b)
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
kalimat (53) ialah situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian
yaitu Jangan marukok, batal puasa ’Jangan merokok, karena batal puasanya’
(54) Aku kada? jadi? tulak ka Batam
Aku tidak jadi pergi ke Batam
tanpa pencapaian. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (54a) dan (54b)
92
menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah lain
peristiwa tersebut belum terjadi, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (54) ialah
situasi kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yaitu Aku kada?
jadi? tulak ka batam ’Aku tidak jadi pergi ke Batam’. Hal ini membuktikan bahwa
kegagalan atau situasi yang berakhir tanpa pencapaian yang ditunjukkan melalui
yang menggambarkan situasi penghantar atau penyerta. Pada bahasa Banjar Hulu
dalam berkomunikasi sehari-hari dapat diamati pada kata sambil. Pemarkah yang
dimaksud dalam bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia
dengan data (55a) dan (55b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (55a) pemarkah sakaligus yang menyatakan
bersamaan, sedangkan yang dimaksud pada kalimat (55) ialah situasi kesambilan
dengan data (56a) dan (56b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya
diganti dengan pemarkah lain seperti (56a) pemarkah sadang yang menyatakan
yang menyatakan peristiwa tersebut suatu peristiwa yang biasa terjadi, sedangkan
yang dimaksud pada kalimat (56) ialah situasi kesambilan yang menggambarkan
situasi penghantar atau penyerta yaitu Ka pasar sambil maantar adingmu? ’Pergi
leksikal sambil tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan
Banjar Hulu.
suatu kebiasaan yang berlangsung. Pada bahasa Banjar Hulu dalam berkomunikasi
sehari-hari dapat diamati pada kata biasa?/rajen. Pemarkah yang dimaksud dalam
bahasa Banjar Hulu sama fungsinya dengan bahasa Indonesia untuk menyatakan
kebiasaan yang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (57a) dan
(57b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
pada kalimat (57) ialah situasi sebagai suatu kebiasaan yang berlangsung yaitu Aku
kebiasaan yang berlangsung. Hal ini dapat dibandingkan dengan data (58a) dan
(58b) menggunakan tes subtitusi yaitu jika pemarkahnya diganti dengan pemarkah
yang dimaksud pada kalimat (58) ialah situasi sebagai suatu kebiasaan yang
berlangsung yaitu Rajen minta tukarakan ikan wan sambal ’Biasanya minta
tidak dapat digantikan dengan pemarkah lain jika untuk menyatakan peristiwa yang
penggunaan pemarkah pada bahasa Banjar Hulu yang menunjukkan unsur situasi,
dan variasi dalam penggunaan pemarkah aspektualitas bahasa Banjar Hulu. Hal ini
97
tentu memberikan kekayaan akan teori aspektualitas selain dari teori aspektualitas
bahasa Banjar Hulu memiliki perbedaan dan variasi yang unik terhadap
penggunaannya selain dari bahasa Indonesia. Hal ini memberikan kontribusi yang
besar bagi perkembangan teori lingusitik dalam kajian semantik verba. Pemarkah
inilah yang akan lebih dikaji lagi pada bagian makna aspektualitas yang