Kelompok Tutorial 11
Pembimbing : drg. Hengky Bowo Ardhiyanto, M.DSc.
Oleh :
Ketua : Muchamad Ziyad Afif (181610101119)
Sekretaris Papan : Karenina Cahyanissa (181610101118)
Sekretaris Meja : Regia Pramesthi Aulia S. (181610101113)
Anggota : Syifa Af Ida Haffiz (181610101111)
Kartika Apriliani (181610101112)
Ulfa Umaimah (181610101114)
Rana Salsabila Satiwi (181610101115)
Refina Dikta Eryananda (181610101116)
Risma Nur Baiti (181610101117)
Salsabila Izdihar (181610101120)
Puji dan syukur kepada kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat, rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui struktur limfatik rongga mulut. Dalam
penyelesaian laporan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Dalam penulisan laporan ini, penulis sadar bahwa masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran agar penulis
dapat memperbaiki dan tidak terulang di waktu kedepan. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 30
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
I.2 Skenario 3 Struktur dan Komposisi Saliva
Seorang dengan infeksi pulpa, sering disertai rasa demam dan adanya benjolan
seperti meradang di bagian leher, bahkan hanya karena terkena jilbab. Benjolan itu
merupakan pembesaran kelenjar getah bening yang disebut dengan lymphadenopaty. Akan
tetapi terkadang pasien jarang yang melihat pembesaran kelenjar getah bening dan datang
dengan keluhan utama berupa kelenjar bengkak, atau pembesaran kelenjar getah bening,
dan biasanya ditemukan oleh dokter. Pembesaran kelenjar ini dapat dikaitkan dengan
berbagai gangguan yang mencakup masalah medis yang relatif jinak seperti faringitis,
penyakit pulpa, abses periodontal, atau infeksi streptokokus yang lain, hingga penyakit
yang mengancam jiwa seperti keganasan. Penemuan kelenjar yang membesar merupakan
temuan fisik penting yang menuntut evaluasi sistematis. Oleh karena itu selalu dilakukan
pemeriksaan kelenjar tersebut apabila terjadi infeksi di rongga mulut. Pemeriksaan di
fokuskan pada ukuran, bentuk, dan konsistensi, fiksasi serta rasa sakit. Misalnya
pembesaran kelenjar getah bening yang memiliki bentuk tidak teratur dan konsistensi keras
yang kenyal dapat diinfiltrasi oleh sel-sel ganas, sedangkan yang lunak menunjukkan
proses inflamasi.
6
Jaringan di sepanjang tubuh yang mengalirkan limfa di jaringan dan bermuara
kembali ke darah
Sistem linear yang berakhir buntu terbagi menjadi 2 sentral dan periferal
Memiliki pembuluh yang memiliki katup untuk mencegah cairan bergerak ke arah
yang salah
3. Penyakit pulpa
Pulpitis reversible (radang pulpa yang tidak parah, dapat dihilangkan. Dapat
disebabkan oleh karies)
Pulpitis irreversible
Pulpitis hiperplastik bentukan seperti pulpitis irreversible yang sudah akut
Nekrosis pulpa (pulpa sudah mati dan tidak dapat diaktifkan kembali)
4. Infeksi streptococcus:
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri berjenis streptococcus (tipe a dan tipe b)
Terdapat pada bagian kulit dan tenggorokan (tipe a) terdapat pada usus, vagin dan
rectum (tipe b)
Dapat menyebabkan infeksi tenggorokan, radang paru-paru hingga radang selaput
otak
5. Abses periodontal:
Abses lateral/parietal: daerah inflamasi yang terlokasir oleh pus dibawah gingiva
(attached gingiva yang dapat menyebabakan destruksi ligamen periodontal dan
tulang alveolar) dan poket periodontal
Gejala: sakit ketika membuka mulut dan susah mengunyah
Adanya faktor iritasi seperti plak, kalkulus, invasi bakteri, dan impaksi makanan
6. Faringitis:
Peradangan pada membran mukosa faring disebabkan bakteri (grup abeta,
hemolitik, streptococcus, dan dapat berupa virus gondongan atau mumps), virus,
alergi, neuplasia tumor, dan trauma.
Menyerang selaput lendir yang mendasari faring
7. Infiltrasi:
Di campur tangani oleh sel-sel tertentu yang akan masuk
8. Kelenjar getah bening:
7
Agregat nodular sistem limfoit yang terletak di sepanjang jalur limfa yang
berisikan sel b sel t makrofag dan sel imun lainnya bersifat filter
Terdapat 500-700 untuk mengfiltrasi bakteri
Bagian dari sistem kekebalan tubuh yang melawan infeksi yang disebabkan
bakteri atau virus (bertanggung jawab melakukan pembengkakan sebagai upaya
untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri atau virus tersebut)
Dalam kondisi abnormal kelenjar dapat mengalami pembengkakan akibat adanya
penggumpalan jaringan ikat kecil didalamnya
9
Ketiak, dagu, pangkal paha, dan belakang kepala
7. Bagaimana mekanisme kerja sistem limfatik?
Caian limfa masuk ke pembuluh limfatik yang nantinya akan diteruskan ke trunkus
limfatik yang mana ananti didalam trunkus akan di teruskan ke 2 jalur yaitu duktus
toracicus dan duktus limfatik kanan. Duktus limfatik kanan akan menyebarkan ke
bagian atas tubuh melalui vena subclavia kanan sedangkan duktus toracicus ke bagian
tubuh lainnya melalui vena subclavia kiri. Mekanisme linear yang berakhir di duktus.
10
I.7 Learning Objectives
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi sistem limfatik
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur dan komponen sistem limfatik
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami lokasi kelenjar limfatik
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami struktur dan komponen limfa
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem limfatik pada kepala, leher dan
rongga mulut
11
BAB II
PEMBAHASAN
- Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening adalah suatu sistem
yang membawa cairan dan protein yang hilang kembali ke darah.Cairan
memasuki sistem ini dengan cara.
- Sistem limfa merupakan bagian pelengkap dari sistem imunitas dan berperan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit.
Dari semua pemahaman di atas, bisa kita simpulkan bahwa :
Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening dalam tubuh yang berasal dari cairan atau protein yang hilang,
sistem ini dianggap juga sebagai sistem pelengkap dari sisitem imunitas tubuh.
Sistem limfatik (lymphatic system) atau sistem getah bening membawa cairan dan
protein yang hilang kembali ke darah .Cairan memasuki sistem ini dengan cara berdifusi
12
ke dalam kapiler limfa kecil yang terjalin di antara kapiler-kapiler sistem kardiovaskuler.
Apabila sudah berada dalam sistem limfatik, cairan itu disebut limfa (lymph) atau
getah bening, komposisinya kira-kira sama dengan komposisi cairan interstisial. Sistem
limfatik mengalirkan isinya ke dalam sistem sirkulasi di dekat persambungan vena cava
dengan atrium kanan.
Sirkulasi darah ada dibawah tekanan dan komponennya (plasma) masuk melalui
dinding kapiler yang tipis ke jaringan sekitar. Cairan ini disebut cairan interstisial yang
membasahi semua jaringan dan sel. Bila cairan ini tidak dikembalikan ke sirkulasi dapat
terjadi edema, pembengkakan progresif yang dapat mengancam nyawa. Hal ini terjadi
karena cairan dikembalikan ke darah melalui dinding venul. Jadi sistem tersebut
menampung cairan yang keluar dari pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan, dan
mengembalikannya ke pembuluh darah. Hal itu memastikan adanya keseimbangan cairan
dalam sistem sirkulasi. Sel limfosit, SD, makrofag, dan sel lainnya juga dapat masuk
melalui dinding tipis sel endotel yang longgar dari pembuluh limfe primer dan masuk ke
dalam arus limfe
Pembuluh limfa, seperti vena , mempunyai katup yang mencegah aliran balik
cairan menuju kapiler. Kontraksi ritmik (berirama) dinding pembuluh tersebut membantu
mengalirkan cairan ke dalam kapiler limfatik. Seperti vena, pembuluh limfa juga sangat
bergantung pada pergerakan otot rangka untuk memeras cairan ke arah jantung.
Di sepanjang pembuluh limfa terdapat organ yang disebut nodus (simpul) limfa
(lymph node) atau nodus getah bening yang menyaring limfa. Di dalam nodus limfa
terdapat jaringan ikat yang berbentuk seperti sarang lebah denagn ruang-ruang yang
penuh dengan sel darah putih. Sel-sel darah putih tersebut berfungsi untuk menyerang
virus dan bakteri.
13
II.3 Sistem Limfatik dan Hubungannya dengan Sistem Imunisasi
Beberapa sistem tubuh membantu mempertahankan tubuh terhadap berbagai
bahaya – seperti sinar ultraviolet matahari, panas berlebihan, zat kimia beracun,
kerusakan fisik, dan ancaman mikroorganisme, seperti bakteri dan virus. Namun
demikian, sistem imunitas, bersama sistem limfatik, adalah cara perlindungan tubuh yang
utama dari serangan.
Sistem limfatik merupakan bagian pelengkap dari sistem imunitas dan berperan
penting dalam pertahanan tubuh terhadap penyakit. Bagian aktif sistem ini adalah cairan
limfa, yang awalnya berupa cairan intertisial yang terkumpul dari sel-sel di seluruh
tubuh. Cairan itu mengalir ke jejaring kapiler kecil di sela-sela jaringan yang kemudian
menyatu dan membentuk pembuluh yang lebih besar yang disebut limfatik (pembuluh
limpa). Nodus limfa (kelenjar limfa) adalah daerah penyaring dan penyimpan dalam
sistem ini, dan tersebar di sepanjang jalur limfa.
Tidak seperti darah, limfa tidak dipompa; limfa mengalir secara pasif saat
pembuluh limfa ditekan oleh kontraksi otot sekitar sewaktu bergerak. Cairan limfa
masuk ke peredaran darah melalui vena subklavia kiri dan kanan. Organ limfoid,
14
meliputi timus dan limfa, dan jaringan limfoid, seperti tonsil dan palak peyer, melengkapi
seluruh sistem. Organ limfoid mengandung sejumlah besar sel darah putih khusus,
terutama limfosit, yang melindungi tubuh dari benda asing seperti serang mikroorganisme
15
B. Trunkus Limfatikus
Terdiri atas bagian kiri dan kanan
Merupakan muara dari pembuluh limfe.
Terdiri atas :
Trunkus jugularis
Menerima limfe dari kepala dan leher
Trunkus subclavia
Menerima limfe dari exterminitas superior, glandula mama, dinding
thorax superficialis.
Trunkus Bronchomediastinalis
Menerima limfe dari struktur thorax bagian dalam.
Trunkus Intestinalis
Menerima limfe dari struktur abdomen.
Trunkus Lumbalis
Menerima limfe dari extremitas inferior, dinding abdomino perlvic dan
organ perlvis.
16
C. Duktus Limfatikus
Merupakan muara trunkus limfatikus.
Mengembalikan limfe ke sirkulasi vena.
Terdiri atas :
a. Duktus Limfatikus Destra
- Lokasi : dekat clavicular
- Bermuara ke pertemuan V. Subclavia dextra dan V. Jugularis
interna dextra
- Menerima limfe dari truncus lymphaticus leher dan kepala kanan,
ext superior kanan dan bagian kanan thorax.
b. Ductus Thoracicus
- Panjang 37,5 – 45 cm
- Basis terletak pada bagian anterior vert. lumbalis 2 yang dinamakan
cysterna chyli yang memerima limfe dari : truncus lumbalis dan
usus halus.
- Ductus thoracicus memanjang dari cysterna chyli di anterior corpus
vertebra menuju pertemuan V. Subclavia kiri dan V. Yugularis
interna kiriMenerima limfe dari :
17
- bagian kiri leher dan kepala
- bagian kiri extremitas Sup
- bagian kiri thorax
- bagian tubuh inferior diaphragma
2. Nodus Lymphaticus
- Terdapat sepanjang jalur pembuluh limfe berupa benda oval atau bulat yang
kecil.
- Ditemukan berkelompok yang menerima limfe dari bagian tubuh.
- Fungsi utama menyaring antigen dari limfe dan menginisiasi respon imun.
Secara histologis, terdiri atas :
- Cortex
Terdiri dari atas nodul limfatik.
- Medulla
Mempunyai untaian sel limfatik yang disokong oleh jaringan ikat disebut
medullary cords sinus medullaris berupa rongga.
- Vasa aferen
Membawa limfe ke nodus da vasa eferen membawa limfe keluar dari nodus.
3. Organ Limfatik
Organ dari sistem limfatik terdiri dari sumsum tulang belakang, limpa, timus,
kelenjar getah bening
o Thymus
Terletak di mediastinum anterior berupa 2 lobus
Merupakan pabrik sel T dan sel limfosit yang bersirkulasi.
Terdiri dari CORTEX (outer) yg kaya limfosit, dan MEDULA (inner).
Pada bayi dan anak-anak, timus agak besar dan sampai ke mediastinum
superior.
Timus terus berkembang sampai pubertas mencapai berat 30 -50 gr.
Kemudian mengalami regresi dan digantikan oleh jaringan lemak.
Pada orang dewasa timus mengalami atrofi dan hampir tidak berfungsi.
18
o Limpa (Spleen)
Terletak di Quadran atas kiri abdomen, di inferior diaphragma yang
memanjang dari iga 9 – 11.
Terletak dilateralis ginjal dan posterolateral gaster.
Bagian posterolateral disebut permukaan diaphragmatic dan bagian antero
medeoial berisi hillus dimana A, V dan Nervus, masuk-keluar melalui hillus
ini.
Limpa disuplai oleh A. Splenicus.
Fungsi:
-Menginisiasi respon imun bila ada antigen didalam darah.
-Reservoir eritrosit dan platelet.
-Memfagosit eritrosit dan platelet yang defective.
-Phagosit bacteri dan benda asing lainnya.
o Tonsil
Merupakan kelompok sel limfatik dan matrix extra seluler yang dibungkus oleh
capsul jaringan pemyambung, tapi tidak lengkap,terdiri atas:bagian tengah
(germinal center),Crypti, pinggir yang menonjol.Ditemukan dipharyngeal yaitu :
Tonsil pharyngeal (adenoid), dibagian posterior naso pharynx.
Tonsil palatina, posteo lateral cavum oral.
Tonsil lingualis, sepanjang 1/3 posterior lidah.
19
Bagian tengah disebut pusat benih (germinal center) yang berisi proliferasi
limfosit B dan makrofag.
Limfosit T terdapat diluar pusat benih.
Berfungsi menyaring dan membunuh antigen.
Terdapat Malt (Mucosa-Associated Lymphatic Tissue).
Kumpulan Nodul Lymphatic yang terdapat di lamina propria mucosa tractus
gastrointestinalis, respiratorius genitalis dan urinarius. Bila ada antigen, akan
menginisiasi respon imun. Sangat banyak di ileum, yang disebut peyer patches.
20
Jaringan limfoid secara kolektif adalah jaringan yang memproduksi, menyimpan,
atau memproses limfosit. Jaringanjaringan ini mencakup sumsum tulang, kelenjar limfe,
limpa, timus, tonsil, adenoid, apendiks, dan agregat jaringan limfoid di lapisan dalam
saluran cerna yang dinamai bercak Peyer atau gat-associated lymphoid tissue (GAIJI,
jaringan limfoit terkait usus) (Gambar 12-1). Jaringan limfoid berada di tempat-rempat
strategis untuk menghambat masuknya mikroorganisme sebelum mikroorganisme
tersebut memiliki kesempatan untuk menyebar jauh. Sebagai contoh, limfosit yang
menempari tonsil dan adenoid berada di tempat yang menguntungkan untuk berespons
terhadap mikroba yang terhirup, sementara mikroorganisme yang masuk melalui saluran
cerna segera dihadapi oleh limfosit di apendiks dan GALT. Patogen potensial yang
memperoleh akses ke limfe disaring melalui kelenjar limfe (limfonodus), tempat patogen-
patogen rersebur terpajan ke limfosit serta makrofag yang berada di lapisan dalam saluran
limfe. Limpa, jaringan limfoid terbesar melakukan fungsi imun pada darah serupa dengan
yang dilakukan oleh kelenjar limfe pada limfe. Melalui kerja populasi limfosit dan
makrofagnya, limpa membersihkan darah yang melaiuinya dari mikroorganisme dan
benda asing lain serta menyingkirkan sei-sel darah merah yang telah aus . Timus dan
sumsum tulang masing-masing berperan penring dalam memproses limfosit T dan B,
untuk mempersiapkan keduanya melaksanakan strategi imun spesifik.
21
II.7. Cairan Limfe
Kata “chyle” berasal dari bahasa Latin yang berarti “juice” dan digunakan untuk
mendeskripsikan cairan limfe yang berasal dari organ intestinal. Lemak dari makanan
ditransport lewat pembuluh limfe menuju ductus thoracicus ke sirkulasi darah vena.
Setleah makanan makanan berlemak, cairan limfe terlihat seperti air susu (Samsuri &
Soedarsono, 2010)
22
(Gambar Pembuluh limfe kanan dan dada)
Sistem limfatik tubuh terdiri dari sisterna kili, ductus thoraccus, kelenjar
limfe dan pembuluh limfe. Sisterna kili adalah sebuah kantong limfatik yang
terletak sebelah anterior dari vertebra L-2 dan sebelah posterolateral dari aorta
abdominalis. Ductus thoracicus bermula dari sisterna kili dekat vertebra Th-12
dan berjalan keatas melalui hiatus aorta diafragma, pada permukaan anterior
kolumna vertebralis diantara aorta torakalis dan vena Azygos, duktus torasikus
terletak di mediastinum posterior. Setinggi vertebra Th-4, ductus thoracicus
menyilang kekiri kolumna vertebralis dan berjalan keatas dibelakang arkus aorta,
dan bermuara pada vena subklavia. Beberapa buah pembuluh limfe
menghubungkan kelenjar limfe yang terletak sekitar vertebra lumbalis dan
sisterna kili.
23
subklavia kanan. Area drainase kiri membawa limfe yang berasal dari sisi kiri daerah
kepala, leher, lengan kiri, dan kuadran kiri atas tubuh, tubuh bagian bawah serta kedua
tungkai. Sisterna sili secara temporer menyimpan limfe saat mengalir ke atas dari bagian
bawah tubuh. Duktus torasikus membawa limfe ke atas menuju duktus limfatikus kiri
yang akan mengalirkan limfe ke sistem sirkulasi melalui vena subklavia
Skema Drainase Limfatik
Kelenjar limfe leher Terdapat perbedaan perkiraan jumlah nodus limfoid pada
24
kepala dan leher menurut para ahli. Bailey dan Love melaporkan sejumlah 300 nodus
terdapat di leher13. Cummings dkk melaporkan sepertiga dari lebih 500 kelenjar limfe
di tubuh terletak di atas klavikula.14 Menurut Roezin sekitar 75 buah kelenjar limfe
terdapat di setiap sisi leher dan kebanyakan pada rangkaian jugularis interna dan
spinalis assessorius (gambar 6). Kelenjar limfe yang selalu terlibat dalam metastasis
adalah kelenjar limfe di rangkaian jugularis interna yang terbentang dari klavikula
sampai dasar tengkorak. Rangkaian jugularis interna ini dibagi dalam kelompok
superior, media, dan inferior. Kelompok kelenjar limfe yang lain adalah submental, sub
mandibula, servikalis superfisialis, retrofaring, paratrakeal, spinalis asesorius, skalenus
anterior, dan supraklavikula.15
Penataan kelompok kelenjar limfe daerah kepala dan leher Agar lebih mudah
membicarakan lokasi dari temuan klinis daerah leher, maka leher dibagi dalam bentuk
segitiga-segitiga yang dipisahkan oleh otot sternokleidomastoid menjadi segitiga anterior
dan posterior (gambar 7). Segitiga posterior dibatasi oleh otot trapezius, klavikula, serta
sternokleidomastoid. Segitiga anterior dibatasi oleh m. sternohioid, digastrikus, dan
sternokleidomastoid. Segitiga-segitiga tersebut kemudian terbagi lagi menjadi segitiga-
segitiga yang lebih kecil; dalam segitiga posterior terdapat segitiga supraklavikular dan
25
segitiga oksipital. Segitiga anterior terbagi atas submandibula, karotid, dan segitiga
muskular .16 Pembagian kelompok kelenjar limfe leher bervariasi dan salah satu sistem
klasifikasi yang sering dipergunakan adalah menurut Sloan Kettering Memorial Center
Cancer Classification sebagai berikut: (gambar 8)
1. Kelenjar di segitiga submental dan submandibula
2. Kelenjar-kelenjar yang terletak di 1/3 atas, termasuk kelenjar limfe jugular superior,
kelenjar digastrik dan kelenjar limfe servikal postero superior.
3. Kelenjar limfe jugularis antara bifurkasio karotis dan persilangan m.omohioid
dengan m. sternokleidomastoid dan batas posterior m. sternokleidomastoid.
4. Kelompok kelenjar daerah jugularis inferior dan supraklavikula
5. Kelenjar yang berada di segitiga posterior servikal.
Klasifikasi lainnya adalah menurut Robbins dkk dari Committee for Head and
Neck Surgery and Oncology of the American Academy of Otolaryngology-Head and
Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 1991 yang kemudian dimodifikasi dan diperbaharui
pada tahun 2002 (gambar 9). Klasifikasi tersebut merupakan modifikasi dari Memorial
Sloan Kettering Cancer Center yang mengacu pada lokasi topografi tertentu daerah leher
sesuai pola konsisten kelenjar limfe yang ada. Pembagian ini mengakibatkan acuan
kelenjar limfe adalah sesuai levelnya dan bukan kelenjar limfe tertentu. Contohnya
26
kelompok kelenjar limfe juguler inferior terletak di area IV sementara kelenjar
jugulodigastrik berada di level II. Menurut klasifikasi ini, daerah leher dibagi atas 6 level
yaitu level I hingga VI dan tiap-tiapnya menaungi kelompok kelenjar limfe spesifik.
Level I akan dibagi menjadi level I A dan IB, level II menjadi IIA dan II B, dan level V
menjadi level VA dan VB, lebih jelasnya sebagai sebagai berikut: 17,18
1. Level IA merupakan tempat kelenjar limfe submental dan submandibula.
2. Level II A dan II B berlokasi di anteromedial saraf spinal assessorius sementara level
II B berlokasi di bagian posteromedialnya.
3. Level III dan level IV terletak sepanjang rantai jugular tengah dan bawah
4. Level V membatasi kelompok kelenjar di segitiga posterior. Level V A dan V B
dipisah oleh garis horisontal yang terletak di inferior kartilago krikoid.
5. Level VI merupakan kompartemen sentral yang berisi kelenjar paratrakea,
retrosternal, prekrikoid, dan pretiroid.
27
ASPEK KLINIS SISTEM LIMFE LEHER
Aspek klinis dari sistem limfe leher berkaitan erat dengan penatalaksanaan
suatu massa atau kelainan di leher. 17 Limfadenopati merupakan istilah umum bagi
nodus yang baik ukuran, konsistensi maupun jumlahnya abnormal. Ada banyak
klasifikasi berbeda untuk limfadenopati tetapi yang paling lazim adalah limfadenopati
generalisata jika nodus membesar di dua atau lebih area yang tidak berdekatan, atau
limfadenopati lokal jika hanya mengenai satu area. Perbedaan limfadenopati lokal
atau generalisata penting dalam menentukan diagnosis banding. 19Pembagian tradisional
massa di leher antara lain adalah tumor benigna atau maligna, primer atau metastasis,
serta kongenital atau inflamatorik. 20 Pembesaran kelenjar limfe merupakan jenis
massa leher yang sering ditemukan. 19, 21
Patologi
Perubahan anatomi yang bisa terjadi pada sistem limfe leher akibat suatu reaksi
patologis dapat berupa: 20
1. Defek pada kelenjar akibat kerusakan struktur normal kelenjar limfe oleh sel-
sel metastatik,
2. Pembesaran kelenjar bisa terjadi karena hiperplasia atau deposit sel-sel
inflamasi, atau metastasis,
3. Obstruksi saluran limfe akibat infeksi ataupun metastasis yang kemudian
menyebabkan kongesti dan melebarnya saluran limfe,
4. Pergeseran letak akibat proses metastasis yang mendesak saluran limfe,
5. Kolateralisasi, bisa merupakan akibat lanjut obstruksi.
28
(kecuali kelenjar saliva) sering memiliki etiologi, patologi, dan cara penyebaran
yang sama karena berasal dari epitel skuamus dan kesamaan struktur yang
berdekatan. Manifestasi leher dapat merupakan tumor primer atau metastasis dari
lokasi regional. Salah satu keganasan primer yang mengenai kelenjar limfe adalah
limfoma maligna.1
Kanker kepala dan leher menyebar sepanjang latar jaringan dan struktur
neurovaskuler ke daerah sekitarnya melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe
regional, kealiran darah paru, hepar dan tulang. Penyebaran sepanjang saluran limfe
yang menghubungkan tumor primer dengan kelenjar limfe regional lebih sering
terjadi melalui emboli.22
29
BAB III
KESIMPULAN
1. Struktur dan komponen sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe, nodus lymphaticus,
organ limfatik, dan nodul lympatic.
2. Sistem limfatik tubuh merupakan saluran yang meliputi seluruh tubuh sebagai jalur
tambahan untuk mengalirkan cairan interstisial kembali ke sirkulasi darah dan
sebaliknya, selain berperan dalam respon imun tubuh.
3. Penataan kelompok kelenjar limfe daerah leher memiliki beberapa variasi tergantung
kepentingan klinis yang ingin dicapai.
4. Perubahan anatomi dari kelenjar limfe akibat proses patologis bisa berupa defek pada
kelenjar, pembesaran kelenjar, obstruksi saluran limfe, pergeseran letak dan terbentuknya
sistem kolateral.
30
DAFTAR PUSTAKA
Samsuri dan Soedarsono. 2010. “Diagnosis dan Tatalaksana Kilotoraks”. Majalah Kedoteran
Respirasi. Volume 1.
Guyton, A.C., 2011. Textbook of Medical Physiology. 12 Ed. Ilyas, E. I. I. .2014.Saunders Elsevier,
Indonesia
21