Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi
yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan.
Risiko dapat dibedakan menjadi:
Risiko Sistematis (systematic risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi,
karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor
yang serentak mempengaruhi harga saham di pasar modal, misalnya perubahan
dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan perpajakan, kebijakan
pemerintah, dan lain sebagainya.
Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk)
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena
risiko ini hanya ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Misalnya faktor
struktur modal, struktur aset, tingkat likuiditas, tigkat keuntungan, dan lain
sebagainya.
Dalam melaksanakan investasi, investor diharapkan memahami adanya beberapa
risiko antara lain;
1) Risiko Finansial
Yaitu risiko yang diterima oleh investor akibat dari ketidakmampuan emiten saham/
obligasi memenuhi kewajiban pembayaran dividen/ bunga serta pokok investasi.
2) Risiko Pasar
Yaitu risiko akibat menurunnya harga pasar substansial baik keseluruhan saham
maupun saham tertentu aki bat perubahan tingkat inflasi ekonomi, keuangan
negara, perubahan manajemen perusahaan, atau kebijakan pemerintah
3) Risiko Psikologis
Yaitu risiko bagi investor yang bertindak secara emosional dalam menghadapi
perubahan harga saham berdasarkan optimisme dan pesimisme yang dapat
mengakibatkan kenaikan dan penurunan harga saham.
4) Risiko Likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat
segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti
5) Risiko Tingkat Bunga
Merupakan risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang belaku dipasar
biasanya risiko ini berjalan belawanan dengan harga-harga instrumen pasar Modal.
6) Risiko Mata Uang
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang
Domestik (misalnya rupiah) terhadap mata uang negara lain (misalnya dolar
Amerika Serikat)
7) Risiko Daya Beli
Merupakan risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi. Perubahan
ini akan menyebabkan berkurangya daya beli uang yang diinvestasikan maupun
bunga yang diperoleh dari investasi, sehingga nilai riil pendapatan menjadi lebih
kecil.
Pasar uang
Pasar uang (Money Market) adalah suatu wadah tempat pertemuan antara pemilik
dana (Funder) dengan calon konsumen (Consumer) baik bertemu langsung
maupun melalui perantara (Broker) atas transaksi permintaan atau penawaran
(Demand /Supply) terhadap sejumlah dana atau surat-surat berharga jangka
pendek umumnya dibawah 270 hari.
B. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan memberikan rasa aman dari risiko atau
kerugian yang mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukannilai pertanggungan dan premi
yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara
cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah
pihak. Semakin besar nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang harus dibayar
oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan. Pihak
penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai
dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut dibebankan juga pada penanggung
dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa diakibatkan
oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).
C. Risiko dan Ketidakpastian
Secara umum, risiko adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang
menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari
kerugian finansial atau kemungkinan terjadinya kerugian. Berikut ini adalah jenis-jenis risiko:
1. Risiko murni
Adalah risiko yang apabila benar-benar terjadi, akan memberikan kerugian dan apabila tidak
terjadi, tidak akan menimbulkan kerugian dan tidak juga memberikan keuntungan.
2. Risiko spekulatif
Adalah risiko yang berkaitang dengan terjadinya dua kemungkinan, yaitu kemungkinan untuk
mendapatkan keuntungan dam kemungkinan untuk mendapat kerugian.
3. Risiko individu
Adalah risiko yang kemungkinan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu ini masih
dipilah menjadi 3 jenis :
a. Risiko pribadi (personal risk)
Adalah risiko yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk memperoleh manfaat ekonomi.
Atau dengan kata lain risiko ini berfungsi untuk menanggung dirinya sendiri atau orang yang ia
asuransikan.
b. Risiko harta (property risk)
Adalah risiko yang ditanggungkan atas harta yang dimilikinya rusak, hilang atau dicuri. Dengan
kerusakan atau kehilangan tersebut, pemilik akan kehilangan kesempatan ekonomi yang diperoleh
dari harta yang dimilikinya.
c. Risiko tanggung gugat (liability risk)
Risiko yang mungkin kita alami atau derita sebagai tanggung jawab akibat kerugian atau lukanya
pihak lain. Misalkan, pemberian asuransi oleh mandor bangunan kepada para pekerjanya.
Risiko yang dihadapi perlu ditangani dengan baik untuk mempertimbangkan kehidupan
perekonomian di masa mendatang. Dalam menangani risiko tersebut minimal ada lima cara yang
dapat dilakukan, antara lain:
1. Menghindari risiko (risk avoidance)
Dapat dilaksanakan dengan cara mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul sebelum kita
melakukan aktivitas-aktivitas. Setelah mengetahui risiko yang mungkin timbul kit bisa menetukan
apakah aktivitas tersebut bisa kita lanjutkan atau kita hentikan.
2. Mengurangi risiko (risk reduction)
Tindakan ini hanya bersifat meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi.
3. Menahan risiko (risk retention)
Berarti kita tidak melakukan aktivitas apa-apa terhadap risiko tersebut. Risiko tersebut dapat
ditahan karena secara ekonomis biasanya melibatkan jumlah yang kecil. Bahkan kadang-kadang
orang tidak sadar akan usaha menahan risiko ini.
4. Membagi risiko (risk sharing)
Tindakan ini melibatkan orang lain untuk sama-sama menghadapi risiko.
5. Mentransfer risiko (risk transferring)
Berarti memindahkan risiko kerugian kepada pihak lain yang bersedia serta mampu memikul
beban risiko.
D. Prinsip Asuransi
Kerugiaan tidak dapat diperkirakan. Risiko yang bisa diasuransikan berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya kerugian. Kemungkian tersebut tidak dapat diperkirakan
terjadinya.
Kewajaran. Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang
memiliki nilai material baik bagi tertanggung maupun bagi penanggung.
Catastrophic. Risiko yang mungkin terjadi haruslah tidak akan menimbulkan suaatu
kemungkinan rugi yang sangat besar, yaitu jika sebagian besar pertanggungan
kemungkinan akan mengalami kerugian pada waktu yang bersamaan.
Homogen. Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan, barang atau harta yang akan
dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak barang yang serupa atau sejenis.
2. Utmost Good Faith (itikad baik)
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi oleh itikad baik. Antar pihak
tertanggung dan penanggung harus saling mengungkapkan keterbukaan. Kewajiban dari kedua
belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure.
3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang menimpa
tertanggung dengan ganti rugi finansial. Konsep ini tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau
anggota tubuh yang rusak atau cacat karena indemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial.
4. Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu persitiwa secara berantai
atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari suatu
sumber baru dan independent.
5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada
tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami
suatu peristiwa kerugian.
6. Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain yang memiliki
kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung
meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama besar.
E. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang mengadakan
perjanjian asuransi. Dengan adanya polis asuransi perjanjian antara edua belah pihak
mendapatkan kekuatan secara hukum. Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor
rangka, dan nomor mesin kendaraan.
F. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung yang berupa
pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi tergantung pada faktor-
faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkaat risiko dan jumlah nilai pertanggungan.
Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan
dalam polis asuransi.
G. Penggolongan Asuransi
1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas
kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang
dipertanggungkan.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelakasanaannya
dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance) : Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan
dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan,
triwulanan, semesteran, dan tahunan).
Asuransi jiwa kelompok (group life insurance) : Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan
tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di
mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance) : Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan
jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah
pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.
3) Reasuransi (reinsurance)
Adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari
asuransi. Reasuransi adalah suatu system penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan
seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan
reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek
asuransi. Sedangkan reasuransi adalah proses untuk untuk mengasuransikan kembali
pertanggung jawaban pada pihak tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :
Treaty dan facultative reinsurance : Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah
pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus
menerima jumlah yang ditawarkan.
Reasuransi proporsional : Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur
dilakukan secara proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi
adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company.
Reasuransi nonproporsional : Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk
tidak membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di treaty. Treaty
dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara
ceding company dan reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima
setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.
b. Usaha Penunjang
Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan
asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk
kepentingan tertanggung.
Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penetapan
reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak untuk kepentingan
perusahaan asuransi.
Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian
pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
Asuransi kecelakaan
Asuransi jiwa
Anuitas
Asuransi industri
Asuransi kerugian (general insurance)
Reasuransi (reinsurance)
2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan pendirian selesai, dimana
izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.
J. Asuransi Kredit
Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan terutama di bidang perkreditan
yang selalu dikaitkan dengan jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak yang
sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang
dan bank sebagai pemberi kredit.
Kredit adalah pinjaman uang yang diberikan oleh pemberi kepada nasabahnya. Untuk melindungi
diri dari kemungkinan nasabah yang tidak dapat mengembalikan kredit, pemberi kredit menutup
asuransi atas kredit tersebut. Dalam asuransi kredit, yang menjadi pihak tertanggung adalah
pemberi kredit (bank dan/atau lembaga keuangan) dan yang ditanggung oleh penanggung adalah
risiko kredit di mana tidak diperolehnya kembali kredit kepada para nasabahnya (yang umumnya
terdiri atas para pengusaha). Asuransi kredit bertujuan :
1. Melindungi pemberi kredit dari kemungkinan tidak diperolehnya kembali kredit yang
diberikan kepada para nasabahnya.
2. Membantu kegiatan, pengarahan, dan keamanan perkreditan baik kredit perbankan
maupun kredit lainnya diluar perbankan.
Dengan adanya asuransi kredit ini bank terdorong untuk lebih giat membantu para nasabahnya
dalam menyediakan modal untuk mengembangkan usahanya. Pengelolaan asuransi kredit di
Indonesia dipercayakan oleh pemerintah kepada PT Asuransi Kredit Indonesia (PT Askrindo) yang
berkantor pusat di Jakarta, di mana yang menjadi tertanggung adalah bank-bank pemerintah,
bank-bank swasta, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Sebagai imbalan atas jaminan yang
diberikan oleh PT Askrindo, bank membayar premi atas kredit yang ditanggung. Premi tersebut
menjadi beban bank, tetapi dalam praktik, ada juga bank yang membebankan premi tersebut
kepada nasabahnya yang memperoleh kredit. Walaupun begitu, yang menjadi tertanggung bukan
nasabahnya, tetapi bank pemberi kredit.
Sewa guna usaha (leasing)
Kata leasing berasal dari bahasa Inggris yaitu kata lease yang berarti menyewakan.
Leasing sebagai suatu lembaga pembiayaan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang
masih sangat muda atau baru dilaksanakan di Indonesia pada awal tahun 1970-an dan baru
diatur untuk pertama kali dalam peraturan perundang-undangan Republik Indonesia sejak
tahun 1974. Eksistensi prananta hukum leasing di Indonesia sendiri suda h ada beberapa
perusahaan leasing yang statusnya sama sebagai suatu lembaga keungan non bank. Oleh
karena itu, maka yang dimaksudkan dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiyaan
perusahaa dalam bentuk penyediaan atau menyewakan barang-barang modal untuk
digunakan oleh perusahaan lain dalam jangka waktu tertentu dengan kriteria sebagai berikut
: Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, (Jakarta : Salemba
Empat, 2006), hal.190.
pembiyaan perusahaan
pembayaran sewa dilakukan secara berkala
penyediaan barang-barang modal
disertai dengan hak pilih atau hak opsi
adanya nilai sisa yang disepakati.
Fungsi Leasing
Fungsi leasing sebenarnya hampir setingkat dengan bank, yaitu sebagai sumber pembiayaan
jangka menengah (dari satu tahun sampai lima tahun). Ditinjau dari segi perekonomian
nasional, leasing telah memperkenalkan suatu metode baru untuk memperoleh barang modal
dan menambah modal kerja. Sampai saat ini belum ada undang-undang khusus yang
mengatur tentang leasing namun demikian praktek bisnis leasing telah berkembang dengan
cepat, dan untuk mengantisipasi kebutuhan agar secara hukum mampunyai pegangan yang
jelas dan pasti, pada tahun 1971 telah dikeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri
Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor: Kep-
122/MK/IV/1/1974; No. 32/M/ SK/2/1974/; dan No.30/Kpb/1/1974, tertanggal 7 Februari 1974
tentang Perizinan Usaha Leasing.
Menurut Surat Keputusan Bersama di atas, yang dimaksud dengan leasing adalah :
Kemudian di dalam Peraturan Presiden No. 9 tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan, pasal
1 Angka (5) disebutkan :
“Sewa Guna Usaha (Leasing) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (Finance Lease) maupun Sewa Guna
Usaha tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha
(Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara angsuran.”
Oleh Subekti mengartikan leasing adalah: (R. Subekti, Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional,
(Bandung; Alumni, 1985), hal. 55.)
“Perjanjian sewa-menyewa yang telah berkembang di kalangan pengusaha, di mana lessor
(pihak yang menyewakan, yang sering merupakan perusahaan leasing) menyewakan suatu
perangkat alat perusahaan (mesin-mesin) termasuk servis, pemeliharaan dan lain-lain kepada
lesse (penyewa) untuk jangka wkatu tertentu.”
Sedangkan menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan mengatakan bahwa leasing adalah:
“Suatu perjanjian dimana si penyewa barang modal (lesse) menyewa barang modal untuk
usaha tertentu, untuk jangka waktu tertentu dan jumlah angsuran tertentu .” Sri Soedewi
Masjchoen Sofwan , Hukum Perjanjian, (Yogyakarta: Gadjah Mada,1988), hal. 28.
Defenisi yang dikemukakan oleh Sri Soedewi Masjchoen Sofwan memandang bahwa
institusi leasing merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara pihak lesse dan pihak
lessor. Oleh kerena itu antara pihak lessor dan lesse terdapat hubungan hukum sewa
menyewa. Objek yang disewa adalah barang modal. Jangka waktu dan jumlah angsuran
ditentukan oleh para pihak.
Kemudian oleh Salim H.S mengartikan leasing sebagai: Salim, Op.cit,hal. 33.
“Kontrak sewa-menyewa yang dibuat antara pihak lessor dengan lesse dimana pihak lessor
menyewakan kepada lesse barang-barang produksi yang harganya mahal untuk digunakan oleh
lesse, dan pihak lesse berkewajiban membayar harga sewa sesuai dengan kesepakatan
yang dibuat antara pihak lesse dengan lessor dengan disertai hak opsi, yaitu untuk membeli
atau memperpanjang sewa.”
Dari pengertian leasing yang dikemukakan oleh Salim di atas dapat di temukan unsur-unsur
yang terkandung dalam leasing yaitu:
Sebelum memulai kegiatan usaha di bidang leasing ini, maka antara pihak penyewa dengan
pihak yang menyewakan (lessor dan lesse) harus terlebih dahulu membuat kontrak leasing.
Dengan demikian dalam usaha leasing tentunya terdapat beberapa pihak yang bersangkutan
dalam perjanjian leasing yang terdiri dari : Mangasa Sinurat dan Jane Erawati, Aspek Hukum
Dalam Ekonomi, ( Medan : Universitas HKBP Nommensen, 2008 ), hal.136.
1. Pihak yang disebut lessor, yaitu pihak yang menyewakan barang, dapat terdiri dari
perusahaan. Pihak penyewa ini disebut juga sebagai investor.
2. Pihak yang disebut dengan lesse, yaitu pihak yang menikmati barang tersebut
dengan membayar sewa guna usaha yang mempunyai hak opsi.
3. Pihak yang disebut dengan lender atau disebut juga debt-holders atau loan participants
dalam transaksi leasing. Mereka umumya terdiri dari bank, insurance company, trust dan
yayasan.
4. Pihak supplier, yaitu penjual dan pemilik barang yang disewakan. Supplier ini dapat
terdiri dari perusahaan (manufacturer) yang berada di dalam negeri atau yang
mempunyai kantor pusat di luar negeri.
Apabila seorang pengusaha tidak mempunyai modal atau hanya memiliki modal terbatas tetapi
ingin mendirikan pabrik, pengusaha tersebut dapat memperolehnya dengan cara leasing,
misalnya pengusaha tersebut hanya mempunyai tanah dan bangunan, maka untuk membeli
mesinnya, pengusaha tersebut dapat melakukannya dengan cara leasing atau menyewa
dari suatu leasing company, karena leasing company merupakan salah satu sumber dana bagi
pengusaha yang membutuhkan barang modal, selama jangka waktu tertentu dengan
membayar sewa.
Dengan leasing pengusaha dapat memperoleh barang modal dengan sewa beli yang dapat
diangsur setiap bulan atau setiap triwulan kepada lessor. Usaha pembiayaan melalui leasing ini
dapat diperoleh dalam waktu yang cepat. Bagi perusahaan yang modalnya lemah, dengan
adanya perjanjian leasing akan memberikan kesempatan pada perusahaan tersebut untuk
berkembang dan dapat memiliki barang modal yang dibutuhkan perusahaan yang bersangkutan.
Antara lesse dan lessor di dalam perjanjian leasing dapat mengadakan kesepakatan dalam hal
menetapkan besar dan banyaknya anggsuran sesuai dengan kemampuan lesse. Dalam hal
kredit besar dan banyaknya angsuran ditentukan oleh kreditor berdasarkan dari analisis bank.
Dalam hukum perdata, ada tiga bentuk ikatan yang mirip satu sama lainnya, namun
berlainan dalam hukumnya yaitu sewa guna usaha (leasing), sewa beli dan jual beli secara
angsuran.Richard Burton Simatupang, Aspek Hukum Dalam Bisnis, ( Jakarta : PT Rineka
Cipta,2003), hal.109. Baik perjanjian sewa beli maupun jual beli dengan angsuran ketentuannya
belum diatur dalam KUHPerdata. Maka dengan keluarnya Keputusan Menteri Perdagangan dan
Koperasi Nomor 34/KP/II/80 tanggal 1 Februari 1980 tentang Perizinan Kegiatan Usaha Sewa
Beli (hire purchase), jual beli dengan angsuran (kredit sale) dan sewa (renting), diberikan
defenisi-defenisi sebagai berikut:
1. Sewa beli (hire purchase) adalah jual beli barang dimana penjual melaksanakan
penjualan barang dengan cara memperhitungkan setiap pembayaran yang dilakukan
oleh pembeli dengan pelunasan atas harga barang yang disepakati bersama dan yang
diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas barang tersebut baru beralih dari
penjual kepada pembeli setelah jumlah harganya lunas dibayar pembeli kepada penjual.
2. Jual beli secara angsuran (kredit sale) adalah adalah jual beli dimana penjual
melaksanakan penjualan barang dengan cara menerima pelunasan pembayaran barang
yang dilakukan oleh pembeli dalam beberapa kali angsuran atas harga barang yang
telah disepakati bersama dan yang diikat dalam suatu perjanjian, serta hak milik atas
barang tersebut beralih dari penjual kepada pembeli pada saat barangnya diserahkan
penjual kepada pembeli.
Persamaan antara perjanjian leasing dengan kedua perjanjian di atas adalah bahwa pada
perjanjian leasing, lesse membayar imbalan jasa kepada lessor dalam waktu tertentu.
Sedangkan pada perjanjian sewa beli dengan angsuran, pembeli membayar angsuran kepada
penjual dalam waktu tertentu sesuai dengan perjanjian. Richrard Burton Simatupang, Op.Cit, hal.
110
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme penggunaan lembaga leasing, secara garis besar
dapat diuraikan sebagai berikut : Eddy P. Soekadi, Mekanisme Leasing, ( Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1987), hal.153.
Keterangan :
Dalam praktek leasing akhir-akhir ini, yang sering kali menjadi objek leasing adalah sepeda
motor tanpa adanya hak opsi dari pemakai barang. Oleh karena itu lebih tepat kalau jual-beli
sepeda motor ini tergolong pembiayaan konsumen. Dari ciri-ciri leasing yang tersebut, ada dua
jenis leasing yaitu finance lease dan operating lease perbedaan antara kedua jenis leasing ini
adalah menurut Mulyadi adalah sebagai berikut: Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan
yang Lahir dari Perjanjian, (Jakarta, Grafindo Persada, 1989), hal 92.
1. Finance lease adalah suatu perjanjian pembiayaan dimana lessor diminta untuk
membiayai pengadaan barang modal untuk lesse, sedangkan pada operating lesse
perjanjian menitikberatkan pada pemberian jasa.
2. Pada finance lease, risiko ekonomis atas objeknya berada pada lesse karena lease
wajib membayar kembali modal yang disediakan lessor untuk membayar barang yang
bersangkut an ditambah bunga dan ongkos lain selama kontrak berjalan apapun yang
terjadi, sedangkan pada operating lease risiko ekonomis atas barang modal yang dilease
ada pada lessor.
3. Pada finance lease, lesse hanya memikul risiko berkenaan dengan keadaan keuangan,
kemampuan membayar serta bonafiditas lesse, sedangkan pada operating lesse, lessor
menanggung risiko hilangnya atau rusaknya objek yang di-lease.
4. Pada finance lease, jangka waktu kontrak sama dengan masa kegunaan barang modal
yang bersangkutan menurut persetujuan lessor, sedangkan pada operating lesse jangka
waktu perjanjian pada umumnya tidak sama dengan masa kegunaan barang modal yang
bersangkutan.
5. Pada akhir masa finance lease, lesse mempunyai hak opsi untuk membeli barang modal
tersebut dari lessor dengan harga yang disetujui terlebih dahulu, tetapi harga barang
modal pada finance lesse tak berarti jumlahnya, sedangkan pada operating lease
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli.
6. Pada finance lease, pada prinsipnya dilarang mengakhiri kontrak sebelum jangka waktu
yang diperjanjikan berakhir, kecuali diperjanjikan lain, sedangkan pada operating lease
jangka waktu leasing tidak tertentu dan dapat diakhiri oleh lesse.
7. Pada finance lease, lessor pada umumnya memberikan jasa-jasa untuk penggunaan,
pengoperasian dan pemeliharaan barang modal yang di-lease, sedangkan pada
operating lease hal ini tidak ada.
Penggadaian
Dasar hukum kegiatan pegadaian atau usaha gadai yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor
10 Tahun 1990 tentang Perusahaan Umum Pegadaian. Dalam PP tersebut, pegadaian atau
usaha gadai dimaknai sebagai kegiatan menjaminkan barang-barang berharga kepada
pihak tertentu, guna mendapatkan sejumlah uang senilai barang yang dijaminkan yang akan
ditebus sesuai dengan kesepakatan antara nasabah dengan lembaga gadai. Usaha
kegiatan gadai, antara lain meliputi :
Melayani jasa penaksiran.
Melayani jasa penitipan barang.
Memberikan pinjaman dengan jaminan.
Perum Pegadaian merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mempunyai misi
ikut membantu program pemerintah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat
golongan menengah ke bawah. Misi tersebut dilakukan dengan kegiatan utama yang berupa
penyaluran kredit gadai serta melakukan usaha lain yang menguntungkan.
2. Fungsi Pegadaian
Fungsi utama dari pegadaian yaitu memberikan pinjaman atau pembiayaan kepada
masyarakat yang membutuhkan dana cash dengan jaminan barang berharga tertentu.
Besarnya dana yang diberikan akan disesuaikan dengan taksiran nilai barang berharga
yang dijaminkan oleh si peminjam. Adapun tugas pokok pegadaian berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 39 Tahun 1971 sebagai berikut :
Membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai
kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, dan industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/
pegawai negeri dengan ekonomi lemah dan bersifat konsumtif.
Berperan serta dalam mencegah adanya pemberian pinjaman yang tidak wajar, ijon,
pegadaian gelap dan praktek riba lainnya.
Menyalurkan kredit maupun usaha-usaha lainnya yang bermanfaat terutama bagi pemerintah
dan masyarakat.
Membina pola perkreditan supaya benar-benar terarah dan bermanfaat dan bila perlu
memperluas daerah operasinya.
3. Peran Pegadaian
Peran pegadaian diantaranya dapat dilcetahui dengan mehhat tujuan dari pegadaian itu
sendiri yang diantaranya sebagai berikut.
Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hukum gadai.
Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya.
Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syari’ah memiliki efek jaring pengaman sosial
karena masyarakat yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.
a. Bagi Nasabah
Tersedianya dana segar dengan prosedur yang relatif lebih mudah dan sederhana serta
dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayan/kredit perbankan umumnya.
Disamping itu, nasabah juga mendapat manfaat penaksiran nilai suatu barang bergerak
secara profesional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang bergerak yang aman dan dapat
dipercaya.
4. Jenis Pegadaian
a. Pegadaian Konvensional
Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh pegadaian konvensional, adalah sebagai
berikut.
1. Kelebihan pegadaian konvensional, pegadaian konvensional yang dimiliki ialah
pegadaian ini sudah memiliki banyak cabang bahkan sudah sampai ke desa-desa.
b. Pegadaian Syariah
Secara umum pegadaian syaraiah adalah suatu lembaga keuangan atau devisi dari form
pegadaian dengan memberikan uang pinjaman kepada nasabah yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah Islam.
Prinsip kegiatan usaha pegadaian meliputi prinsip konvensional dan prinsip syariah.
Pegadaian konvensional adalah pegadaian yang inenjalankan operasionalnya berpegang
kepada prinsip bunga. Adapun pegadaian syariah adalah pegadaian yang dalain
menjalankan operasionalnya berpegang kepada prinsip syari ah. Menurut Andri Soemitera
(2009) baliwapada dasamya, pegadaian syariah berjalan dengan dua akad transaksi syariah
yaitu sebagai berikut:
Akad Rahn, yaitu akad menahanhartamilik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang
diterimanya. Pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau
sebagian piutangnya. Dengan akad ini, pegadaian menahan barang bergerak sebagai jaminan atau
utang nasabah.
Akad Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan/ atau jasa melalui pembayaran
upali sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya sendiri. Melalui akad ini
dimungkinkan bagi pegadaian untuk menarik sewa atas penyiinpanan barang bergerak milik nasabah
yang telah melakukan akad.
6. Produk Pegadaian
Menurut Kasmir (201l) bahwa usaha sekaligus menjadi produk dari pegadaian adalah
sebagai berikut.
Adapun menurut Ktut Silvanita (2009) bahwa produk pegadaian meliputi jasa taksiran, jasa
titipan, kredit konsiuntif, kredit produksi, dan tabungan emas Ongkos Naik Haji (ONH).