Anda di halaman 1dari 19

1

A. Muqadimah Tahsinul Al-Qur’an


1. Definisi Tahsinul Qur’an
Tahsinul berasal dari bahasa berasal dari kata Hassanah-Yuhassainu-
Tahsin yang berarti membaguskan atau membuat menjadi bagus.
Tahsinul Qur’an adalah memperindah dan memperbaiki bacaan Al-
Qur’an secara benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Ilmu tajwid adalah ilmu tata cara membaca al-Qur’an yang baik dan
benar,menyembunyikan huruf nun dan tanwin, bacaan Mad, hukum waqaf
wal ibtida’ dan lain-lain yang terkait dengan cara membaca al-Qur’an yang
baik dan benar.

2. Urgensi Tahsinul Al-Qur’an


Menjaga atau memperbaiki tahsunul Al-Qur’an merupakan tanda
bagusnya keimanan seseorang. Seseorang yang tidak berusaha memperbaiki
bacaan al-Qur’an,maka keimanannya terhadap al-Qur’an sebagai kitab patut
diragukan. Karena bacaan yang bagus adalah cerminan rasa keyakinan
kepada kitab suci al-Qur’an. Manfaat lain dari Tahsinul Al-Qur’an adalah
dapat merangsang hati untuk melakukan tadabbur (perenungan) ayat yang
sedang dibaca. Hanya dengan tilawah yang baik dan suara yang bagus
lantunan suara ayat-ayat suci al-Qur’an menjadi indah, meresap dan
menggerakkan pikiran si pembacanya.

3. Nilai-nilai Tilawah dan Tadabbur Al-Qur’an


Berbagai teks atau nushush ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi
SAW, yang shahih atau sekurangnya hasan sebenarnya telah menjelaskan
dengan rinci ma’ani (nilai-nilai) tilawah wa tadabbur al-Qur’an,antara lain :
a. Ta’abbudan lillah, sebagai bentuk ibadah kepada Allah Ta’ala. Al-
Qur’an adalah satu-satunya kitab atau bacaan yang membacanya saja
sudah merupakan ta’abbud kepada Allah Ta’ala.
b. Tarsihkan lil iman memperkokoh keimanan. Ketika allah Ta’ala
menyebutkan ciri-ciri orang mukmin.
2

c. Tazkiyatan lin nufus, menyucikan jiwa. Ayat ayat al-Qur’an adalah


kalamullah yang suci, dan salah satu fungsinya adalah menyucikan jiwa
dan menyembuhkan penyakit-penyakitnya, yang terkadang orang yang
bersangkutan sendiri tidak merasakan dan menyadari adanya penyakit
dalam jiwanya.
d. Taqwiman lil fikrah, meluruskan pola piker manusia. Kemampuan akal
manusia, betapapun jeniusnya, tetap terbatas. Karena itu sesuatu yang
semula dinyatakan benar oleh akal belakangan dibatalkan oleh akal yang
sama.
e. Ta’arrufan bimanhajillah, mengenal manhaj allah taala. Al Qur’an
adalah petunjuk allah Ta’ala dan pemisah antara yang hak dengan yang
batil.

B. Pengantar Ilmu Tajwid


1. Definisi Tahsinul Qur’an
Menurut bahasa tajwid artinya membaguskan (membunyikan).
Sedangkan menurut istilah , tajwid adalah membaguskan bacaan al
Qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid yang berlaku
(memberikan segala sifat-sifatnya yang hak pada tiap-tiap huruf).
Imam Ali bin Thalib mengatakan bahwa tajwid adalah mengeluarkan
setiap huruf dari makhrajnya dan memberikan hak setiap huruf (yaitu sifat
yang melekat pada huruf tersebut seperti qalqalah, hams, dll) dan mustahaq
huruf (yaitu sifat–sifat huruf yang terjadi karena sebab-sebab tertentu,
seperti idzhar, idgham dll.)
Adapun pengertian ilmu tajwid menurut istilah adalah ilmu yang
membahas tata membaca al Qur’an .
2. Dasar Hukum Mempelajari Ilmu Tajwid
Hukum mempelajari ilmu tajwid fardhu kifayah (yang menentukan
ialah syara’ – ‫)و َر ِّت ٌل القُ ْرانَ ت َْرتِّ ْي َل‬
َ yaitu merupakan kewajiban kolektif. Artinya
mempelajari ilmu tajwid secara mendalam tidak diharuskan bagi setiap
orang, tetapi cukup diawali oleh beberapa orang saja. Jika dalam satu kaum
3

tidak ada seorangpun yang mempelajari ilmu Tajwid, maka berdosalah


kaum itu.
Adapun hukum membaca Al-Qur’an dengan memekai aturan-aturan
Tajwid adalah fardhu ain, yang merupakan kewajiban pribadi. Membaca
Al-Qur’an sebagai sebuah ibadah haruslah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan. Ketentuan itulah yang terangkum dalam ilmu tajwid.
Faedah mempelajari ilmu tajwid ialah supaya aman lidahnya dari pada
tersalah dalam membaca Al-Qur’anul Karim.

C. Cara Membaca Huruf Hijaiyah


Tabel 1. Cara Membaca Huruf Hijaiyah

‫مخارجاالحروف على التفصيل‬ ‫باجاءن‬ ‫خط‬


‫تمفت كلوار سكال حروف اتسى جالن ساتو فرساتو‬ ‫حروف الهجائية‬ ‫حروف الهجائية‬
Dari pangkal kerongkongan yang
‫الف‬ ‫ا‬
mengiringi dada
Antara dua bibir atas dan bawah sebelah
‫باء‬ ‫ب‬
dalam
Antara ujung lidah dengan pangkal dua
‫تاء‬ ‫ت‬
gigi atas
Antara tengah lidah dengan ujung dua gigi
‫ثاء‬ ‫ث‬
atas
Antara tengah lidah dengan tengah langit-
‫جيم‬ ‫ج‬
langit
Daru tengah-tengah kerongkongan ‫حاء‬ ‫ح‬
Dari penghabisan kerongkongan sebelah
‫خاء‬ ‫خ‬
atas mengiringi mulut
Antara ujung lidah dengan pangkal dua
‫دال‬ ‫د‬
gigi atas
Antara ujung lidah dengan ujung dua gigi
‫ذال‬ ‫ذ‬
atas
Antara kepala lidah dengan gusi dua gigi
‫راء‬ ‫ر‬
atas
Antara kepala lidah dengan papan urat
‫زاى‬ ‫ز‬
dua gigi atas
Antara kepala lidah dengan papan urat
‫سين‬ ‫س‬
dua gigi atas
Antara tengah lidah dengan tengah langit-
‫شين‬ ‫ش‬
langit
4

Antara kepala lidah dengan papan urat


‫صاد‬ ‫ص‬
dua gigi atas
Antara salah satu dua tepi lidah dengan
‫ضاد‬ ‫ض‬
geraham atas
Antara ujung lidah dengan pangkal dua
‫طاء‬ ‫ط‬
gigi atas
Antara ujung lidah dengan ujung dua gigi
‫ظاء‬ ‫ظ‬
atas
Dari tengah-tengah kerongkongan sama
‫عين‬ ‫ع‬
dengan makhraj Ha
Dari penghabisan kerongkongan sebelah
‫غين‬ ‫غ‬
atas yang mengiringi mulut
Antara perut bibir bawah dengan ujung
‫فاء‬ ‫ف‬
dua gigi atas
Antara pangkal lidah, pangkal langit-
‫قاف‬ ‫ق‬
langit pada lak-lahan
Antara pangkal lidah dengan langit-langit
‫كاف‬ ‫ك‬
di muka makhraj Qaf
Antara dua tepi lidah dengan gusi gigi
‫الم‬ ‫ل‬
Ruba’I atas
Antara dua bibir atas dan bawah sebelah
‫ميم‬ ‫م‬
luar
Antara kepala lidah dengan gusi dua gigi
‫نون‬ ‫ن‬
atas di bawah makhraj Ra
Antara dua bibir atas dan bawah ‫واو‬ ‫و‬
Dari pangkal kerongkongan dengan
mengiringi dada hamper serupa dengan ‫هاء‬ ‫ه‬
Alif
Dari pangkal kerongkongan yang
‫همزة‬ ‫ء‬
mengiringi dada di atas makhraj Ha
Antara tengah lidah dengan tengah langit-
langit/bersamaan dengan makhraj ‫ياء‬ ‫ي‬
Jim/Syien

(Syeikh MuhamMad Nasir Mukhti : Kitab Nihayah al Gaul Mufid ‘Adalah)

D. Tujuan Mempelajari Ilmu Tajwid


Tujuan mempelajari ilmu tajwid ialah agar dapat membaca ayat-ayat al-
Qur’an secara betul (fasih) sesuai dengan yang diajarkan oleh Nabi
MuhamMad SAW. Dengan kata lain, agar dapat memelihara lisan dari
kesalahan-kasalahan ketika membaca al-Qur’an.
5

Tujuan mempelajari ilmu tajwid adalah untuk agar untuk menjaga lisan
agar terhindar dari kesalahan dalam membaca Al-Qur’an. Allahnu atau
kesalahan dalam membaca Al-Qur’an dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Allahnu jaliyyu, adalah kesalahan yang terjadi ketika membaca lafazh-lafazh
dalam Al-Qur’an, baik yang dapat merubah arti ataupun tidak, sehingga
menjalahi urf’ qurro (seperti ‘ain dibaca hamzah, atau merubah harakat
fathah menjadi dzammah, dll). Melakukan kesalahan ini dengan sengaja
hukumnya haram.
2. Allahu khofiyyu, adalah kesalahan yang terjadi katika membaca lafazh-
lafazh dalam Al-Qur’an yang menjalahi ‘urf qurro, kurang panjang dalam
membaca Mad wajib muttashil, dll. Melakukan kesalahan ini dengan
sengaja hukummya makruh.

E. Isti’azah, Basmallah dan Awal Surat


1. Definisi Isti’azah
Arti isti’azah menurut bahasa adalah berlindung,berupaya kuat dan
berpegang teguh.Sedangkan menurut istilah adalah suatu permohonan
Kepada allah guna mendapatkan kekuatan sehingga dengannya terpelihara
dari godaan syaitan yang terkutuk.
Isti’azah dikenal dengan ta’awud dan ulama sepakat menegaskan
bahwa kalimat istiadzah tidak termasuk ayat al Qur’an . Diantara manfaat
ta’awudz ialah untuk menyucikan mulut dari perkataan sia-sia dan buruk
yang biasa dilakukan dan untuk mengharunkannya. Adapun lafadz
isti’adzah yang asli dari rasulullah SAW adalah:
‫ان الر ِّج ْي ِّم‬ َ ‫ع ْوذ ُبِّاللِّ ِّمنَ الش ْي‬
ِّ ‫ط‬ ُ َ‫ا‬
2. Hukum Membaca Isti’azah
Seseorang qori’ (pembaca al-Qur’an ) bila hendak dia membaca al
Qur’an , baik pada awal surat maupun di tengah-tengahnya, maka ia sunnah
membaca ta’awwudz’ (doa minta perlindungan allah dari godaan syaitan).

3. Definisi Basmallah
6

Basmallah (bahasa arab: ‫ ) بَ ْس َملَ ْة‬adalah ucapan pembukaan bismillah


( ِّ‫“ بِّ ْس ِّم للا‬Dengan nama Allah “), lengkapnya adalah bissmi-llahi arrahmani
ar- rahimi. Kalimat ini tertera dalam setiap awalan surat di dalam muslim
melakukan shalat, juga memula kegiatan harian lainnya, dan biasanya
digunakan sebagai pembuka kalimat (mukadimah) dalam konstitusi atau
piagam di negara-negara Islam.
Kalimat basmallah juga pernah di tulis pada zaman Nabi Sulaiman
untuk ratu Bilqis sesuai dengan informasi dalam al Qur’an yaitu di surat 27
(an-Naml) ayat 30.
‫من الر ِّح ْي ِّم‬
ِّ ْ‫ِّب ْس ِّم للاِّ الر ح‬
Bismi- llahi ar-rahmani ar- rahimi
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
penyayang”
Bacaan ini disebut Tasmiyah dan bagi orang islam sangat dianjurkan
membacanya untuk memulai setiap kegiatannya. Sehingga apa yang di
kerjakan diniatkan atas nama Allah dan semoga mendapatkan restu atas
pekerjaan tersebut.

4. Cara membaca ta’awuz, basmallah dan ayat


Cara membaca ta’awudz, basmallah dan surat ada empat macam:
a. ‫ قطع الجيم‬Seluruhnya diputuskan yaitu ta’awuz, basmallah, dan surat
dibaca terpisah-pisah
b. ‫ وصل الجيم‬Seluruhnya disambung, yaitu ta’awuz, basmallah dan surat
dibaca bersambung.
c. Ta’awuz diwakafkan, basmallah disambung dengan surat.
d. Ta’awuz disambung dengan basmallah, tidak disambung dengan surat.
Cara membaca basmallah di akhir dan di awal surat ada 4 macam. 3
macam diantaranya hukumnya boleh dan yang satu macam lagi, terlarang.
Tiga macam yang diperbolehkan ialah :
7

a. ‫ قطع الكل‬Tidak disambung seluruhnya, yaitu : akhir surat I tidak


diwasalkan dengan awal basmallah, akhir basmallah tidak diwasalkan
dengan surat II.
b. ‫ وصل الكل‬Disambung seluruhnya, yaitu akhir surat pertama disambung
dengan basmallah, akhir basmallah disambung dengan awal surat kedua.
c. Akhir surat pertama dihentikan, basmallah disambung dengan awal surat
kedua.
Adapun yang terlarang ialah: akhir surat pertama disambung dengan
basmalah, akhir basmallah tidak diwasalkan dengan awal surat kedua.

F. Makharijul Huruf
1. Definisi Makharijul Huruf
Kata makharijul huruf berasal dari bahasa arab, yang terdiri dari dua
kata, yaitu sebagai berikut:
a. Makharij
Kata ini adalah jama’ dari kata makhraj yang berarti tempat keluar.
b. Al-huruf
Kata ini adalah jama’ al-harfu yang berarti huruf.
Jadi menurut bahasa yang dimaksud dengan makharijul huruf itu ialah
tempat- tempat keluarnya huruf.
Sedangkan menurut istilah dalam ilmu tajwid, yang dimaksud dengan
makharijul huruf yaitu tempat-tempat atau letak keluarnya huruf-huruf
hijaiyah ketika membunyikannya. Sebagai seorang muslim, mempelajari
ilmu tentang makharijul huruf ini sangatlah penting. Dengan mempelajari
ilmu ini, akan dapat membunyikan huruf-huruf arab dengan tepat sesuai
dengan tempat keluarnya (makhraj-nya), sehingga dapat membaca al-
Qur’an dengan fasih dan benar.

2. Cara Mengetahui Makharijal Huruf


Cara mengetahui makhraj suatu huruf, hendaklah huruf tersebut
disukunkan atau ditasydidkan, kemudian tambahkan satu huruf hidup di
8

belakangnya, lalu bacalah. Tatkala suara bertahan, maka tampaklah makhraj


huruf dari huruf yang bersangkutan. Contoh:
‫( ب‬huruf Ba’) menjadi ‫( اب‬dibaca: ab) atau ‫( اب‬dibaca: abb)
‫( س‬huruf Sin) menjadi ‫( اس‬dibaca: as) atau ‫( اس‬dibaca: ass)
‫( ق‬huruf Qaf) menjadi ‫( اق‬dibaca: aq) atau ‫( اق‬dibaca: aqq)
3. Pembagian Makharijul Huruf
Para ulama berbeda pendapat tentang pembagiam makhrijul huruf.
Imam syibawaih dan Asy-syathibiy berpendapat bahwa makhrijul huruf
terbagi atas 16 makhraj, sementara menurut imam Al-fara’ terbagi atas 14
makhraj. Namun pendapat yang paling masyhur dalam hal ini adalah yang
menyatakan bahwa makharijal huruf terbagi atas 17 makhraj. Imam Khalil
bin AhMad menjelaskan bahwa pendapat inilah yang banyak dipegang oleh
qari’ termasuk imam Ibnu Jazariy serta para ahli nahwu.
Selanjutnya,ketujuh belas makhraj ini di klasifikasikan dalam lima
tempat. Lima tempat inilah yang merupakan letak makhraj dari setiap huruf
yang telah kita ketahui saat ini.
Lima tempat yang dimaksud dalam makhrijal huruf itu adalah :
a. Al-jauf, rongga tenggorokan dan mulut
b. Al-halq, tenggorokan
c. Al-lisan, lidah
d. Asy-syafatan, dua bibir
e. Al-khaisyum, pangkal hidung

G. Shifatul Huruf
1. Definisi sifat huruf
Pengertian menurut bahasa: apa-apa yang ada pada sesuatu yang dapat
memberikan makna, seperti hitam, putih dan apa-apa yang menyerupainya.
Pengertian menurut istilah: sifat yang baru datang pada saat huruf itu
keluar dari makhrajnya, yaitu jelas, lunak dan lain sebagainya.

2. Tujuan mengetahui sifat huruf


9

Agar huruf yang keluar dari mulut kita semakin sesuai dengan
keaslian huruf-huruf al- Qur’an itu sendiri.
Melalui sifatnya, seseorang akan mampu membedakan suatu huruf,
dengan keadaan pengucapan seperti tertahan, berdesing, melantun dan
sebagainya.
Kelebihan memahami sifat huruf ini adalah sebagai pelengkap kepada
makhraj. Dengan mengetahui sifatnya, kita dapat membedakan lafadz
pengucapan bagi huruf yang makhrajnya sama.
Tambahan pula, kita akan dapat mengenal huruf yang kuat dan lemah
atau huruf yang dilafadzkan secara tebal dan tipis karena sifat yang wujud
pada hurufnya.
Sifat huruf juga membantu ketepatan sebutan suatu huruf supaya
dapat dilafadzkan dengan betul, terutamanya bagi huruf yang hampir sama
pengucapanya seperti huruf tha (‫ )ث‬dengan sin (‫)س‬, ha’ (‫ )ح‬dengan ha (‫)هـ‬.

3. Pembagian sifat huruf


Sifat huruf terbagi kepada dua:
a. Sifat yang mempunyai lawan: (Ash-Shifatul Mutadhadah-
‫)الصفات المتضادة‬. Sifat ini disebut juga sifat lazimah-‫ لذمة‬yaitu: ciri kekal
yang pasti ada pada setiap pengucapan huruf dalam semua keadaan, baik
itu pada keadaan berbaris maupun mati.
Terdapat 10 sifat tergolong dalam katagori ini:
‫ الهمس‬Al-Hamsu Lawannya ‫ الجهر‬Al-Jahru
‫ الشيدة‬Asy-Syiddah Lawannya ‫ الرخاوة‬Ar-Rakhawah
‫ اإلستعالء‬Al-Isti’la’ Lawannya ‫ اإلستفال‬Al-Istifal
‫ األطباق‬Al-Itbaq Lawannya ‫ اإلنفتاح‬Al-Infitah
‫ اإلذالق‬Al-Izhlaq Lawannya ‫ اإلصمات‬Al-Ishmat
b. Sifat yang tidak mempunyai lawan
Sifat ini disebut juga dengan ash-shifatul ghairu mutadhadah- ‫الصفات‬
‫ غير المتضادة‬atau sifat ‘aridhah ‫عارضة‬
10

Ash-shifatul ghairu mutadhadah atau sifat ‘aridhah yaitu : ciri yang


berubah-ubah bagi suatu huruf, seperti tarqiq (tipis), tafkim (tebal),
ghunnah (dengung), Idgham (meleburkan huruf), atau ikhfa
(menyamarkan huruf), panjang atau pendek dan seumpamanya.
Terdapat 7 sifat tergolong dalam katagori ini:
1) Safir ‫( سفر‬berdesir)
2) Qalqalah ‫( قلقلة‬terangkat-angkat)
3) Lin ‫( لين‬mengelibir lidah)
4) Inhifar ‫( إن هرف‬jondrong lidah kelangit)
5) Takrir ‫( تكرير‬lunak)
6) Tafasysyi ‫( تفشي‬berhamburan angin)
7) Istitolah ‫( إستطالة‬berlanjutan)

H. Nun mati dan Tanwin


1. Definisi nun mati dan tanwin
Nun mati adalah huruf Nun (‫ )ن‬yang bertanda sukun (‫)ــْـ‬. Tanwin
adalah tanda dhammahtain (‫ )ــٌـ‬, fatahtain (‫ )ــًـ‬atau kasrahtain (‫)ــٍـ‬.
Adapun perbedaan pokok “nun mati” dan “tanwin” ialah nun
bersukun tetap nyata dalam penulisan dan pengucapannya, baik ketika
wasal (bersambung) atau ketika wakaf (berhenti) sedangkan tanwin tetap
nyata terdengar dalam pengucapan dan ketika washal, tetapi tidak dalam
penulisan dan wakaf.
ْ mati dan tanwin
2. Definisi nun (‫)ن‬
Tata cara membaca ‘Nun Mati dan Tanwin’ pada saat bertemu dengan
salah satu huruf hijaiyah. Hukum ini terdiri dari 4 jenis, yaitu:
a. Idzhar
Jika nun mati atau tanwin bertemu/menghadap salah satu huruf
idzhar yaitu ‫ هـ‬،‫ أ‬،‫ غ‬،‫ ع‬،‫ خ‬،‫ ح‬cara membacanya jelas, dan terang tidak
diperbolehkan untuk mendengung.
11

b. Idgham
Menurut bahasa: idgham artinya meleburkan/memasukkan. Hukum
bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1) Idgham ma’al ghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (‫)م‬, nun
(‫)ن‬, wau (‫)و‬, dan ya’ (‫)ي‬, maka ia huruf dibaca dengan dengung.
2) Idgham bilaghunnah
ْ atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (‫)ر‬, dan
Jika nun mati (‫)ن‬
lam (‫)ل‬, maka ia harus dibaca tanpa dengung.
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgham
tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti ‫ان‬ ٌ ‫صن ََو‬ ٌ ‫قَن ََو‬،
َ dan ،‫ان‬
ٌ َ‫ بُ ْني‬،‫أَدٌّ ْنيَا‬, maka nun mati (‫)ن‬
‫ان‬ ْ atau tanwin tersebut dibaca jelas.
3) Iqlab
ْ atau tanwin bertemu dengan
Hukun ini terjadi apabila nun mati (‫)ن‬
ْ atau tanwin
huruf ba’ (‫)ب‬. Dalam bacaan ini, bacaan nun mati (‫)ن‬
berubah menjadi bunyi mim (‫)م‬.
4) Ikhfa’haqiqi
ْ atau tanwin (‫ـــًـــ‬، ‫ ــٍـــ‬، ‫ )ــٌـــ‬bertemu dengan huruf-
Jika nun mati (‫)ن‬
huruf seperti ta’ (‫)ت‬, tha’ (‫)ث‬, jim (‫)ج‬, dal (‫)د‬, dzal (‫)ذ‬, zai (‫)ز‬, sin (‫)س‬,
syin (‫)ش‬, sod (‫)ص‬, dhod (‫)ض‬, tho (‫)ط‬, zho (‫)ظ‬, fa’(‫)ف‬, qof (‫)ق‬, dan kaf
(‫)ك‬, maka ia harus dibaca samar-samar (antara idzhar dan idgham)

I. Bacaan Min Mati


1. Definisi mim (‫ ) ْم‬mati
Mim mati/min sukun (‫ ) ْم‬adalah huruf mim yang berharakat sukun/mati
dan huruf sebelumnya berharakat fathah, kasrah, atau dhammah, seperti
kalimat berikut :
a. Mim pada kata Lam
b. Mim pada kata Yahum
c. Mim pada kata Lahum
12

2. Hukum bacaan Mim Mati (‫) ْم‬


Hukum ini terdiri dari tiga jenis,yaitu :
a. Ikhfa syafawi
Apabila mim mati (‫ ) ْم‬bertemu dengan ba (‫ )ب‬maka cara membacanya
harus dibunyikan samar-samar dibibir dan di dengungkan.
b. Idgham mimi
Apabila mim bersukun bertemu dengan mim, maka cara membacanya
adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyditkan dan wajib
dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga dengan idhgam mislain atau
mutamasilain.
c. Idzhar syafawi
Apabila mim mati (‫ ) ْم‬bertemu dengan salah satu huruf hijaiyah selain
huruf mim dan ba (‫ )ب‬maka cara membacanya dengan jelas di bibir dan
mulut tertutup.

J. Bacaan Idgham
1. Pembagian Idgham
Idgham adalah melebur atau memasukkan bunyi satu huruf ke dalam
huruf berikutnya, sehingga yang terdengar adalah bunyi huruf yang
berikutnya itu. Terdapat tiga jenis Idgham:
a. Idgham mutamatsilain (melebur dua huruf yang sama)
yaitu pertemuan dua yang sama sifat dan makhrajnya (tempat
keluarnya). Setiap huruf dal (‫ )د‬bertemu dal (‫)د‬, ba (‫ )ب‬bertemu ba (‫)ب‬
dan sebagainya. Contoh :
َ‫صاك‬ َ ‫ إٍض ِّْربْ بِّ َع‬، ‫قَدْ دَ َخلٌ ْوا = قَد َخلُ ْوا‬
َ َ‫صاكَ = إٍض ِّْر بِّع‬
b. Idgham mutaqaribain (yang hampir)
Ialah pertemuan dua huruf yang berhampiran sifat dan makhrajnya
seperti ba (‫ )ب‬bertemu mim (‫)م‬, qaf (‫ )ق‬bertemu kaf (‫ )ك‬dan tha’ (‫)ط‬
bertemu zhal (‫)ذ‬. Contoh :
‫ اَلَ ْم ن َْخلُ ْق ُك ْم = اَلَ ْم ن َْخلُ ُّك ْم‬، ‫إِّ ْر َكبْ َم َعنَا = إِّ ْركَ م َعنَا‬
c. Idgham mutajanisain ( sejenis).
13

Ialah pertemuan dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama
sifatnya seperti ta (‫ )ت‬dan tlho (‫)ظ‬, lam (‫ )ل‬dan ra (‫ )ر‬serta zhal (‫ )ذ‬dan
dha (‫)ض‬. Contohnya :
‫ظلَ ُم ْوا‬ َ ْ‫ ِّإذ‬، ‫ب‬
َ ‫ظلَ ُم ْوا = ِّإ‬ ِّ ‫ قُ ْل َر‬، ُ‫طا ئِّفَة‬
ِّ ‫ب = قُر‬ َ ‫طا ِّئفَةُ = هَم‬
َ ‫ت‬
ْ ‫َهم‬

K. Hukum Mad
1. Defenisi Mad
Menurut bahasa Mad artinya panjang. Sedangkan dalam pengertian
ilmu tajawid Mad adalah memanjangkan bunyi huruf hijaiyah karena
adanya pertemua antara huruf hijaiyah yang berharakat fathah bertemu
dengan alif mati (ْ‫)ا‬, huruf hijaiyah berharakat dhammah bertemu dengan
waw mati, dan huruf hijaiyah berharakat kasrah bertemu dengan huruf ya
mati (‫ي‬
ْ ). Huruf Mad ada 3. Alif (‫)ا‬, waw (‫ )و‬dan ya (‫)ي‬.

2. Jenis-jenis Mad
Secara garis besar bacaan Mad dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Mad tabi’I (Mad asli)
Mad tabi’I adalah bacaan huruf hijaiyah yang dipanjangkan secara
bahasa, atau sering disebut Mad pokok (Mad asli). cara membacanya
yaitu dipanjangkan dipanjangkan 1 alif (‫ ( )ا‬2 harkat). disebut Mad
tabi’i
b. Mad far’I (cabang atau turunan)
Mad fari’I adalah semua Mad selain Mad tabi’i, karena bersumber
dari Mad tabi’i maka disebut Mad far’I yang mempunyai arti Mad
cabang / turunan.
Adapun Mad far’I ini ada 14 macam yaitu : Mad wajib muttasil
Mad wajib muttasil adalah bacaan Mad tabi’i yang bertemu dengan
huruf hamzah (‫ )ء‬dalam satu kata. panjang bacaannya 3 alif (‫( )ا‬6
harkat), Contoh:
‫ْئ‬ ُ ،‫ يَشا َ َء‬،‫َجا َء‬
ِّ ‫ ِّسي‬،‫ بَنِّيْئ‬،‫س ْوء‬
14

c. Mad jaiz munfasil


Adalah bacaan Mad tabi’i yang bertemu dengan huruf hamzah
tetapi tidak dalam satu kata. Adapun panjang bacaannya 2 setengah alif
(‫ )ا‬atau (5 harkat). Contoh:
َ ُ‫قُ ْوا َ ْنف‬
ُ ‫ َيااَيًّ َهاالن‬،‫س ُك ْم‬
‫اس‬
d. Mad arid lissukun
Adalah jika ada bacaan Mad tabi’i bertemu dengan huruf ijaiyah
hidup yang dibaca mati/wakaf. Panjang bacaannya yaitu 1 alif (‫( )ا‬2
harkat) atau 2 alif (‫( )ا‬4 harkat) atau 3 alif (‫( )ا‬6 harkat) Contoh:
ُ‫ َحزَ َرال َم ْوت‬، ُ‫ ُح ْسنُ الث َواب‬، َ‫خَا ِّلد ُْون‬
e. Mad badal
Adalah apabila ada dua buah huruf hamzah dan huruf hamzah yang
bertama berharkat sedangkan huruf hamzah yang kedua disukun (mati).
Contoh:
َ‫ َخس ِِّّريْن‬،‫ أَدَ َم‬،‫َحتى‬
f. Mad iwad
Adalah apabila ada huruf hijaiyah yang berharkat fathah tanwin
yang dibaca wakaf di akhir kalimat. Panjang bacaannya 1 alif (‫( )ا‬2
harkat) Contoh:
‫ تَ ْق ِّدي ًْرا‬،‫ َع ِّل ْي ًما‬،‫ َح ِّك ْي ًما‬،‫ َح ِّل ْي ًما‬،‫َر ِّح ْي ًما‬
g. Mad layyin
Adalah apabila ada salah satu huruf hijaiyah yang berharkat fathah
sebelum wawu sukun (‫)و‬
ْ ya sukun (‫ي‬
ْ ).
h. Mad lazim musaqqal harfi
Mad lazim musaqqal harfi adalah permulaan surat dalam al-Qur’an
yang terdapat salah satu/lebih huruf : ‫ م‬،‫ ك‬،‫ ي‬،‫ ل‬،‫ ع‬،‫ ص‬،‫ ق‬،‫ ن‬yang bisa
disingkat dengan lafal ‫ نقص عليكم‬. Adapun panjang bacaannya yaitu 3
alif (‫ )ا‬6 harakat. Mad ini juga bisa disebut dengan ‫ مد لزم حرف المشبع‬.
15

i. Mad lazim mukhaffaf harfi


Adalah permulaan surat dalam al-Qur’an yang terdapat satu/lebih
dari huruf: ‫ حي طهر‬yaitu‫ ر‬،‫ هـ‬،‫ ط‬،‫ ي‬،‫ ح‬. Adapun panjang bacaannya
yaitu 1 alif (‫ )ا‬atau 2 harakat. Contoh:
‫ الر‬،‫ عسق‬،‫حم‬
j. Mad lazim musakkal kilmi
Adalah apabila ada Mad tabi’I bertemu dengan huruf hijaiyah yang
bertasydid dalam satu kata. Panjang bacaannya yaitu 3 alif (‫ )ا‬atau 6
harakat. Contoh:
َ‫ َولَضا ِّليْن‬،ٍ‫ام ْن دَابة‬
ِّ ‫ َو َم‬،‫قَا َل اَت َحا ُّج ْونَنَى‬
k. Mad lazim khaffaf kilmi.
Adalah apabila ada Mad tabi’I bertemu dengan huruf hijaiyah yang
bersukun. Panjang bacaannya 3 alif (‫ )ا‬atau 6 harakat. Contoh:
‫ األنَ َوقَدْ ُك ْنت ُ ْم‬،‫اي‬
َ َ‫َو َمحْ ي‬
l. Mad tamkin
Adalah apabila ada huruf yang bertasydid dan berharakat kasrah
(‫ )ـــِّــ‬bertemu dengan sukun (‫)ـــْــ‬. Panjang bacaannya yaitu 1 alif (‫)ا‬
atau 2 harakat dan penempatan bacaannya pada tasydid serta Mad tabi’i
m. Mad farqi
Adalah bacaan panjang yang membedakan antara pertanyaan atau
bukan. Contoh:
‫ الذك ََري ِّْن‬،‫ للاُ َخي ٌْر‬،‫للاُ اَذِّنَ لَك ْم‬
n. Mad silah qasirah
Adalah apabila ada kata ganti ( ha’ dhammir - ‫ )ه‬yang didahului
dengan huruf yang berharakat (-). Adapun panjang bacaannya yaitu 1
alif (‫ )ا‬atau 2 harakat.
o. Mad silah thawilah
Adalah apabila ada Mad silah qasirah yang bertemu dengan
hamzah. Adapun panjang bacaannya yaitu 2⅓ alif (‫( )ا‬2 harakat)
16

L. Wakaf dan ibtida’


1. Definisi wakaf dan ibtida’
Wakaf adalah menghentikan bacaan atau suara sejenak pada akhir
suku kata untuk mengambil nafas maksud kehendak melanjutkan bacaan
selanjutnya
Ibtida’ adalah memulai bacaan kembali sesudah wakaf dari awal suku
kata pada ayat berikutnya

2. Manfaat mengetahui wakaf dan ibtida’


Pengetahuan tentang tanda wakaf (tanda-tanda berhenti pada
tempatnya) dan ibtida’ (memulai bacaan) berperan penting didalam tata cara
membaca al-Qur’an dalam rangka menjaga validitas ma’na ayat-ayat al-
Qur’an, dan menghindari kesamaran serta agar tidak jatuh kedalam
kesalahan. Dan pengetahuan ini membutuhkan pemahaman yang mendalam
tentang ilmu bahasa arab (degan berbagai macam cabangnnya, ilmu kira’at,
dan ilmu tafsir, sehingga tidak merusak makna ayat.
Wakaf yaitu berhenti di akhir kalimat karena mengambil nafas. Wakaf
secara terperinci terbagi kepada dua belas (12) macam, yaitu seperti pada
tablel 2:
Tabel 2. Wakaf secara terperinci

No ‫وقف‬ Keterangan Contoh


Isyarah wakaf lazim
yaitu wajib berhenti ً‫َماذَا َ َردَللاُ بِّهذَا َمثَال‬
1 ‫م‬
pada kalimat yang
terdapat tanda Mim (‫)م‬
Isyarah wakaf mutlak
yaitu lebih baik
berhenti dari pada di
2 ‫ط‬ ‫ط‬
َ‫الديْن‬
ِّ ‫َما ِّل ِّك يَ ْو ِّم‬
sambung pada kalimat
yang terdapat tanda tha’
(‫)ط‬
Isyarah wakaf jaiz yaitu
boleh berhenti dan
3 ‫ج‬ ‫ج‬
‫ِّم ْن قَ ْب ِّل ْك‬
boleh juga di sambung
dengan kalimat
17

berikutnya pada kalimat


yang terdapat tanda (‫)ج‬
Isyarah wakaf
mujawwaz yaitu boleh
berhenti pada kalimat
4 ‫ز‬ yang terdapat tanda (‫)ز‬ ‫ز‬
‫الذيْنَ ال ْشت ََر ُوال َحيَ َواة ُ الدُّ ْنيَا ِّباأل َ ِّخ َر ِّة‬
ِّ َ‫ا ُ ْولَئِّك‬
tetapi jika di sambung
dengan kalimat
berikutnya lebih baik
Isyarah wakaf
murakhash yaitu di beri
kelonggaran untuk
berhenti pada kalimat
5 ‫ص‬ yang terdapat tanda ‫َوا َ ْنزَ َل‬ ‫ص‬
‫َوالس َما َء بِّنا َ ًء‬
(‫ )ص‬karena dharurah di
sebabkan atas
panjangnya ayat atau
kehabisan nafas
Isyarah wakaf Qila
Alaih yaitu tanda wakaf
6 ‫ق‬ yang tiada (‫ )ق‬di ‫ثم ا ْست ََوا‬ ‫ق‬
‫ض َج ِّم ْيعًا‬ ْ ‫ه َُوالَذِّي َخلَقَ ُك ْم َما فِّى‬
ِّ ‫األر‬
tetapkan atas sebagaian
besar ulama
Isyarah wakaf
mustahabbu yaitu baik
berhenti pada kalimat
7 ‫قف‬ yang terdapat tanda ‫َوبِّ ْال َوا ِّلدَي ِّْن‬ ‫قف‬
َ‫الَ ت َ ْعبُد ُْونَ إِّال للا‬
(‫ )قف‬tetapi tidak salah
jika di sambung dengan
kalimat berikutnya
Isyarah wakaf
mustahabbu wasluhu
yaitu baik di sambung
‫صلم‬ َ‫َو َيبْقَ َو جْ هُ َر ِّبك‬ ٍ َ‫ُك ُّل َم ْن َعلَ ْي َها ف‬
‫ان‬
‫صلم‬
8
atau wasal pada kalimat
yang terdapat tanda
(‫)صلم‬
Isyarah wakaf muthabiq
ala ma qablahu yaitu
untuk menerangkan
9 ‫ك‬
hukum wakafnya
seperti hukum wakaf
yang sebelumnya
Isyarah wakaf sima’I
yaitu tempat wakaf
10 ‫تت‬ ‫تت‬
ُ‫َو َما ت َ ْفعَلُ ْو ِّم ْن َخي ٍْر َي ْعلَ ْمهُ للا‬
Nabi atau wakaf munzil
tempat wakaf Jibril atau
18

wakaf qhufran yaitu


lebih baik berhenti pada
kalimat yang terdapat
tanda (‫)تت‬
Isyarah wakaf
muanaqah yaitu harus
11 ‫ثث‬ berhenti pada salah satu َ‫ب ِّف ْي ِّه ه ُْودَ ِّل ْل ُمت ِّقيْن‬
َ ‫ذ ِّلكَ ال ِّكت َابُ الَ َر ْي‬
kalimat yang terdapat
tandanya
Isyarah wakaf adam
wakaf ilaih yaitu tidak
salah wakaf pada
kalimat yang terdapat ً ‫ُكل َما ُر ِّزقُ ْو ِّم ْن َها ِّم ْن ث َ َم َر ٍة ِّر ْزقا‬
‫ال‬

12 ‫ال‬
tanda (‫)ال‬ kecuali َ‫َو ِّمما َرزَ ْقنَا ُه ْم يُ ْن ِّفقُ ْون‬
terdapat itu, maka harus
berhenti tetapi diulangi
lagi
19

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan terjemahannya. Departemen Agama RI. Bandung: Diponegoro,


2008.

Annuri, Ahmad, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an & Ilmu Tajwid, Jakarta:
Pustaka al Kautsar, 2010.

Anonim, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya Dilengkapi dengan Asbabun


Nuzul dan Hadits Sahih, Bandung: Yayasan Penyelenggara
Penerjemahan/Penafsiran Al-Qur’an, 2010.

Kamus Arab-Indonesia Al Munawir

Kemendikbud, “Kamus Besar Bahasa Indonesia Online”,


http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/kbbi/index.php (21 Maret
2017).

Muzammil, Ahmad, Panduan Tahsin Tilawah, Jakarta: Alfin Press, 2009.

Rusyd, Raisya Maula Ibnu, Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfizh untuk
Pemula, Yogyakarta: Saufa, 2015.

Anda mungkin juga menyukai