Anda di halaman 1dari 19

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411-0393

Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

DAMPAK MANAJEMEN LABA TERHADAP PERENCANAAN PAJAK DAN


PERSISTENSI LABA

Nila Trisna Syanthi


nila.trisna.syanthi@gmail.com
Made Sudarma
Erwin Saraswati
Universitas Brawijaya

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of earnings management on tax planning and earnings persistence using
firm size as a control variable. The analytical method used is panel data regression using secondary data from the
Indonesia Stock Exchange. The sample consists of 40 manufacturing firms in period of 2006-2010. The test
results found that both real earnings management and accrual earnings management increase earnings
persistence, while tax planning does not affect earnings persistence. Firms do real earnings management through
the manipulation of sales and reduction of discretionary expenses to influence earnings persistence, while
overproduction does not affect earnings persistence. In addition, the firms do not perform earnings management
in tax planning. The firms that perform earnings management would have more persistent earnings than firms
that do not perform earnings management. The larger the firm size, the more persistent the earnings. This study
supports the agency theory which explains that earnings management is done by signaling motivation.

Keywords: Earnings management, tax planning, earnings persistence.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh manajemen laba terhadap perencanaan pajak dan
persistensi laba dengan menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol. Metode analisis
yang digunakan adalah regresi data panel dengan menggunakan data sekunder dari Bursa Efek
Indonesia. Sampel terdiri atas 40 perusahaan manufaktur selama periode 2006-2010. Berdasarkan hasil
pengujian ditemukan bahwa baik manajemen laba riil maupun manajemen laba akrual meningkatkan
persistensi laba, sedangkan perencanaan pajak tidak mempengaruhi persistensi laba. Perusahaan
melakukan manajemen laba riil melalui manipulasi penjualan dan pengurangan beban diskresi tunai
untuk mempengaruhi persistensi laba, sedangkan produksi barang secara berlebihan terbukti tidak
mempengaruhi persistensi laba. Selain itu, perusahaan terbukti tidak melakukan manajemen laba
dalam melakukan perencanaan pajak. Perusahaan yang melakukan manajemen laba akan memiliki
laba yang lebih persisten dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan manajemen laba.
Semakin besar ukuran perusahaan, semakin persisten laba perusahaan. Penelitian ini mendukung
teori keagenan yang menjelaskan bahwa manajemen laba dilakukan dengan motivasi signaling.

Kata kunci: Manajemen laba, perencanaan pajak, persistensi laba.

PENDAHULUAN nesia saat ini. Fenomena ini muncul akibat


Fenomena penggelapan pajak (tax adanya perbedaan kepentingan antara per-
evasion) seperti kasus penggelapan pajak usahaan sebagai wajib pajak dengan peme-
yang dilakukan oleh Grup Asian Agri, Grup rintah sebagai pemungut pajak, sehingga
Bakrie, Makindo, dan Grup Ramayana mendorong wajib pajak untuk cenderung
(Mathari et al., 2010) merupakan salah satu melakukan minimalisasi beban pajak baik
isu penting yang sering dibahas di Indo- secara legal maupun illegal. Wajib pajak

192
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 193

menginginkan pembayaran pajak semini- karena manajer telah beralih dari mana-
mal mungkin, karena beban pajak yang jemen laba berbasis akrual ke manajemen
besar akan menurunkan laba bersih setelah laba riil untuk menghindari deteksi yang
pajak (earnings after tax), tingkat pengemba- dilakukan auditor dan regulator (Graham et
lian (rate of return), dan arus kas (cash flows). al., 2005; Cohen dan Zarowin, 2008; dan
Sebaliknya, pemerintah menginginkan pe- Ibrahim et al., 2011). Namun, untuk menguji
nerimaan pajak yang relatif besar guna pengaruh manajemen laba secara ke-
membiayai pengeluaran negara. seluruhan, peneliti tidak dapat meneliti satu
Perencanaan pajak (tax planning) me- teknik manajemen laba saja, karena adanya
rupakan salah satu fungsi dari manajemen hubungan substitusi antara manajemen laba
pajak yang digunakan untuk mengestimasi riil dengan manajemen laba akrual. Ketika
jumlah pajak yang akan dibayar dan hal-hal manipulasi aktivitas riil tinggi, maka mana-
yang dapat dilakukan untuk menghindari jer akan mengurangi jumlah manajemen
pajak. Isu dalam penelitian ini adalah ada- laba akrual, dan sebaliknya (Zang, 2006).
nya motif perencanaan pajak yang di- Manajemen laba riil cenderung dilaku-
gunakan perusahaan untuk melakukan kan sebelum tahun fiskal berakhir, se-
penghematan pajak yang tidak sesuai de- dangkan manajemen laba akrual cenderung
ngan peraturan perpajakan. Terungkapnya dilakukan setelah tahun fiskal berakhir
kasus penggelapan pajak yang dilakukan (Zang, 2006 dan Gunny, 2009). Kebijakan
oleh beberapa perusahaan di Indonesia akrual akan menghasilkan kekaburan laba
membuktikan bahwa perusahaan melaku- yang mengurangi kualitas laba dan me-
kan perencanaan pajak yang agresif dengan nyebabkan rendahnya persistensi laba
cara melakukan pembiayaan fiktif, transaksi (Sunarto, 2010). Namun, manajemen laba
ekspor fiktif, dan transfer pricing untuk me- riil juga dapat menyebabkan rendahnya
rekayasa omzet penjualan. persistensi laba, karena manajemen laba
Perencanaan pajak terkait dengan pe- dapat dilakukan perusahaan melalui mani-
laporan laba perusahaan. Laba yang tinggi pulasi akrual murni dan manipulasi akti-
akan menyebabkan beban pajak perusahaan vitas riil (Scott, 2009:403).
juga tinggi. Oleh karena itu, manajemen Manajemen laba maupun perencanaan
perusahaan akan menggunakan berbagai pajak sama-sama memiliki potensi untuk
teknik manajemen laba untuk mencapai mempengaruhi laba akuntansi dan laba
target laba (Zang, 2006). Perencanaan pajak fiskal (Chen et al., 2007). Manajemen laba
dan manajemen laba terkait satu sama lain, akan meningkatkan laba akuntansi, sehing-
karena sama-sama bertujuan untuk men- ga laba fiskal juga akan meningkat. Se-
capai target laba dengan merekayasa angka baliknya, perencanaan pajak akan mengura-
laba dalam laporan keuangan. Berbagai ngi laba fiskal yang juga akan mengurangi
tindakan yang dilakukan oleh perusahaan laba akuntansi. Perusahaan yang melaku-
untuk menggelapkan pajak menunjukkan kan manajemen laba dan perencanaan pajak
bahwa perencanaan pajak dilakukan de- akan memiliki laba akuntansi dan laba
ngan memanipulasi aktivitas operasi per- fiskal yang berbeda dalam jumlah yang
usahaan (real earnings management). relatif besar (Hanlon, 2005). Oleh karena itu,
Saat ini, manajemen laba berbasis akti- dilakukan peningkatan kesesuaian antara
vitas riil telah banyak mendapat perhatian laba akuntansi dan laba fiskal dengan satu
dari para peneliti (Graham et al., 2005; pengukuran.
Gunny, 2005; Zang, 2006; Roychowdhury, Peningkatan kesesuaian antara laba
2006; Yu, 2008; Cohen dan Zarowin, 2008; akuntansi dan laba fiskal mengurangi jum-
Gunny, 2009; Cohen dan Zarowin, 2010; lah perencanaan pajak perusahaan, tetapi di
Ratmono, 2010; Subekti et al., 2010; Ibrahim sisi lain mengurangi kandungan informasi
et al., 2011; serta Lee dan Swenson, 2011), laba akuntansi, karena perusahaan akan
194 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

cenderung melakukan manajemen laba dan General Anti Avoidance Rule (GAAR)
yang tidak diikuti oleh peningkatan laba guna memberikan kepastian hukum bagi
kena pajak (Hanlon dan Shevlin, 2005; wajib pajak maupun pemerintah (Darus-
Hanlon et al., 2006; dan Hanlon et al., 2007; salam dan Septriadi, 2009). Selain itu,
Ayers et al., 2008; serta Atwood et al., 2010). penelitian Chen et al. (2007) dan Atwood et
Penyesuaian antara laba akuntansi dan laba al. (2010) hanya fokus pada manajemen laba
fiskal menyebabkan laba akuntansi per- akrual, sedangkan penelitian ini menguji
usahaan memiliki persistensi yang lebih kedua teknik manajemen laba, baik mana-
rendah untuk periode satu tahun ke depan. jemen laba akrual maupun manajemen laba
Selain itu, perusahaan yang memiliki laba riil. Penelitian ini menggunakan teori ke-
fiskal lebih besar dari laba akuntansi (large agenan untuk menjelaskan manajemen laba
negative book-tax differences) memiliki persis- perusahaan.
tensi komponen akrual yang lebih tinggi Penelitian ini memiliki keunikan di-
dibandingkan dengan arus kas (Wijayanti, bandingkan dengan penelitian lainnya da-
2006). lam hal pengukuran variabel perencanaan
Penelitian ini menggabungkan peneliti- pajak. Perencanaan pajak diukur dengan
an Chen et al.(2007) dan Atwood et al. (2010) menggunakan proksi cash effective tax rate
dengan menguji dampak manajemen laba yang telah digunakan oleh beberapa peneliti
terhadap perencanaan pajak, serta bagai- di Amerika Serikat. Sejauh ini, peneliti
mana pengaruh manajemen laba dan pe- belum menemukan adanya penelitian di
rencanaan pajak terhadap persistensi laba. Indonesia yang menggunakan proksi yang
Persistensi laba merupakan komponen dari sama.
karakteristik kualitatif relevansi yaitu pre- Penelitian ini memberi kontribusi ter-
dictive value, sehingga persistensi laba sering hadap literatur manajemen laba khususnya
digunakan sebagai pertimbangan kualitas kaitan antara manajemen laba dengan pe-
laba (Jonas dan Blanchet, 2000). Peneliti rencanaan pajak. Teori keagenan menge-
tertarik untuk melakukan penelitian ini, lompokkan motivasi manajemen akrual
karena adanya perbedaan hasil penelitian dalam dua kategori, yaitu opportunistic dan
terdahulu mengenai hubungan antara signaling (Beaver, 2002). Perilaku mana-
manajemen laba dengan perencanaan pajak jemen laba yang dibuktikan dalam peneliti
(Chen et al., 2007; Hanlon dan Shevlin, 2005; an ini mendukung motivasi signaling, kare-
Hanlon et al., 2006; dan Hanlon et al., 2007; na manajemen laba terbukti dilakukan per-
Ayers et al., 2008; serta Atwood et al., 2010). usahaan untuk memberi sinyal mengenai
Adapun perbedaan penelitian ini de- kemakmuran pemegang saham.
ngan penelitian terdahulu adalah penelitian Penelitian ini memberi kontribusi pada
Chen et al. (2007) dan Atwood et al. (2010) literatur kualitas laba (earnings quality)
dilakukan berdasarkan peraturan pajak di dengan membuktikan adanya keterkaitan
Amerika Serikat, sedangkan penelitian ini antara dua teknik manajemen laba, yakni
dilakukan di Indonesia yang memiliki per- manajemen laba riil dan akrual dengan
aturan pajak yang berbeda. Di Indonesia, perencanaan pajak dan persistensi laba
belum ada definisi yang jelas mengenai tax yang belum dilakukan oleh peneliti sebelum
planning, aggresive tax planning, acceptable tax nya (Hanlon, 2005; Chen et al.,2007; dan
avoidance, dan unacceptable tax avoidance, Atwood et al., 2010). Persistensi laba adalah
sehingga menimbulkan penafsiran yang salah satu bagian penting dari kualitas laba.
berbeda antara wajib pajak dengan aparat Dalam melakukan analisis terhadap laporan
pajak. Sebaliknya, Amerika Serikat memiliki keuangan, para peneliti tertarik untuk
peraturan perundang-undangan perpajakan mengetahui bagaimana laba saat ini atau
untuk mencegah penghindaran pajak be- laba di masa lalu serta komponen-kompo-
rupa Specific Anti Avoidance Rule (SAAR) nen laba digunakan untuk memprediksi
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 195

laba dan arus kas di masa depan. Hasil laporan laba mengarah pada overstate ear-
penelitian ini memberi bukti empiris bahwa nings yang mengakibatkan laba menjadi
manajemen perusahaan cenderung melaku- kabur (opaque). Motivasi opportunistic yang
kan manajemen laba untuk memberi sinyal dilakukan oleh manajemen berhubungan
kepada pemegang saham mengenai kinerja dengan kompensasi berdasarkan kontrak
perusahaan yang lebih baik di masa depan. yang disepakati dengan pihak pemilik
Dengan kata lain, laba sekarang perusahaan (Sunarto, 2009).
yang melakukan manajemen laba dapat di- Pada motivasi signaling, manajemen
gunakan untuk memprediksi laba dan arus menyajikan informasi keuangan (khususnya
kas di masa depan. laba) yang diharapkan dapat memberi si-
nyal kemakmuran kepada pemegang sa-
LANDASAN TEORETIS ham. Laporan laba yang dapat memberi
Teori Keagenan (Agency Theory) dan sinyal kemakmuran adalah laba yang relatif
Manajemen Laba (Earnings Management) tumbuh dan stabil (sustainable). Sustainable
Teori keagenan (agency theory) meng- earnings (laba yang berkelanjutan) adalah
implikasi adanya asimetri informasi antara laba yang memiliki kualitas tinggi dan
manajer sebagai agen dan pemilik (pe- sebagai indikator laba di masa depan yang
megang saham) sebagai prinsipal. Asimetri selanjutnya disebut persistensi laba (Sloan,
informasi muncul ketika manajer lebih 1996).
mengetahui informasi internal dan prospek Stockholder akan diuntungkan jika
perusahaan di masa yang akan datang manajemen laba digunakan untuk memberi
dibandingkan pemegang saham dan stake- sinyal tentang informasi privat yang di-
holder lainnya. Jika dikaitkan dengan pe- miliki oleh manajer (Healy dan Palepu,
ningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat 1995), atau untuk mengurangi biaya politik
asimetri informasi, manajer dapat memberi (political cost) (Watts dan Zimmerman,
sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada 1986). Namun, stockholder akan dirugikan
investor guna memaksimalkan nilai saham jika manajemen laba digunakan untuk
perusahaan. Sinyal yang diberikan dapat menghasilkan keuntungan abnormal pri-
dilakukan melalui pengungkapan (disclo- badi bagi manajer, seperti menaikkan
sure) informasi akuntansi. Namun, adanya kompensasi (Healy,1985) atau mengurangi
kecenderungan manajer untuk mencari ke- kemungkinan pemecatan ketika kinerja
untungan sendiri (moral hazard) dan tingkat manajer rendah (Weisbach, 1988).
asimetri informasi yang tinggi, ditambah Manajemen laba didefinisikan sebagai
motif-motif tertentu, memperbesar kemung- kebijakan akuntansi atau tindakan-tindakan
kinan manajemen memanfaatkan pos-pos yang dipilih oleh manajer untuk mencapai
akrual guna menyajikan laba yang sesuai beberapa tujuan khusus dalam pelaporan
dengan kepentingan manajemen yang laba (Scott, 2009:403). Definisi ini mengan-
mungkin tidak sesuai dengan kepentingan dung pengertian bahwa manajemen laba
prinsipal, seperti pemilik, pemegang saham, dapat dilakukan dengan cara manipulasi
atau pemberi pinjaman. akrual murni atau dengan memanipulasi
Teori keagenan mengelompokkan moti- aktivitas riil.
vasi manajemen laba akrual dalam 2 Manajemen laba dengan manipulasi
kategori: opportunistic dan signaling (Beaver, akrual murni merupakan manipulasi laba
2002). Pada motivasi opportunistic, mana- dengan discretionary accrual yang tidak me-
jemen melalui kebijakan akuntansi yang miliki pengaruh terhadap aliran kas secara
agresif melaporkan angka laba lebih tinggi langsung. Penilaian pada akuntansi keua-
daripada laba yang sesungguhnya. Apabila ngan melibatkan “kebebasan manajerial
laba yang dilaporkan tidak dapat meng- (managerial discretion)”. Idealnya, kebebasan
gambarkan laba yang sesungguhnya, maka ini meningkatkan nilai ekonomis atas angka
196 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

akuntansi, karena kecakapan manajer dapat c. Mengurangi beban diskresi seperti beban
dikerahkan dalam membuat penilaian dan penelitian dan pengembangan, beban
mengkomunikasikan informasi yang dimili- iklan, beban administrasi dan umum, ter-
ki melalui pilihan dan perkiraan akuntansi utama pada periode saat pengeluaran
(Wild et al., 2005). Misalnya, seorang mana- tersebut tidak langsung menyebabkan
jer dapat mengurangi penyisihan piutang pendapatan dan laba. Pengurangan be-
tak tertagih berdasarkan informasi pihak ban diskresi pada akhir periode me-
dalam yaitu meningkatkan status keuangan nyebab kan rekening biaya berkurang di
seorang pelanggan utama. Namun, dalam bawah normal dan berdampak pada
praktiknya, banyak manajer yang menyalah akrual abnormal yang positif. Dengan
gunakan kebebasan ini untuk melakukan kata lain, strategi ini dapat meningkat-
manajemen laba dan mempercantik laporan kan laba dan arus kas periode saat ini,
keuangan, sehingga manajemen laba (ear- tetapi dengan risiko menurunkan arus
nings management) dapat mengurangi ting- kas periode mendatang.
kat kepercayaan atas proses pelaporan.
Manipulasi aktivitas riil merupakan Perencanaan Pajak (Tax Planning)
manipulasi yang dilakukan oleh manajemen Manajemen akan merencanakan pem-
melalui aktivitas perusahaan sehari-hari bayaran pajak yang relatif sedikit, karena
selama periode akuntansi berjalan dengan pembayaran pajak yang relatif besar dapat
tujuan tertentu yaitu memenuhi target laba mengurangi optimalisasi alokasi sumber
tertentu atau untuk menghindari kerugian. dana, dan tidak kurang membayar pajak,
Beberapa teknik yang dapat dilakukan da- agar tidak membayar sanksi administrasi
lam manipulasi aktivitas riil antara lain yang merupakan pemborosan dana
manipulasi penjualan, produksi yang ber- (Suandy, 2006: 9).Perencanaan pajak (tax
lebihan (overproduction), dan pengurangan planning) merupakan upaya wajib pajak
biaya diskresi (Roychowdhury, 2006). untuk meminimalkan pajak yang terutang
a. Manipulasi penjualan dilakukan dengan melalui skema yang memang telah jelas
cara meningkatkan penjualan secara tem- diatur dalam peraturan perundang-unda-
porer yaitu dengan menawarkan poto- ngan perpajakan dan sifatnya tidak me-
ngan harga yang tinggi atau dengan cara nimbulkan perdebatan antara wajib pajak
menawarkan jangka waktu kredit (piu- dan otoritas pajak.
tang usaha) yang lebih ringan. Strategi Perencanaan pajak (tax planning) dapat
ini menyebabkan aliran kas masuk ke- dilakukan melalui penghindaran pajak (tax
giatan operasi periode sekarang lebih avoidance) dan penggelapan pajak (tax eva-
rendah dibandingkan tingkat penjualan sion) (Faiz, 2011). Penghindaran pajak (tax
normal dan pertumbuhan abnormal dari avoidance) diartikan sebagai suatu skema
piutang. transaksi yang ditujukan untuk meminimal-
b. Produksi yang berlebihan atas unit ba- kan beban pajak dengan memanfaatkan
rang yang akan dijual dilakukan oleh kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan
manager pada perusahaan manufaktur. perpajakan suatu negara. Sebaliknya, peng-
Produksi yang berlebihan menyebabkan gelapan pajak (tax evasion) diartikan sebagai
turunnya rata-rata biaya per unit dan suatu skema memperkecil pajak terutang
turunnya harga pokok penjualan. Turun- dengan cara tidak melaporkan sebagian
nya harga pokok penjualan menyebab- penjualan atau memperbesar biaya dengan
kan naiknya margin operasi dan me- cara fiktif (Darussalam dan Septriadi, 2009).
nyebabkan aliran kas kegiatan operasi Tax evasion biasa dilakukan perusahaan
lebih rendah daripada tingkat penjualan dengan cara membuat faktur palsu, tidak
normal. mencatat sebagian penjualan, atau laporan
keuangan palsu, tetapi praktik penggelapan
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 197

pajak tersebut sering terdeteksi, sehingga Persistensi Laba


modus penggelapan pajak sekarang ber- Laba dibedakan dalam dua kelompok:
ubah. Perusahaan biasanya melaporkan sustainable earnings (earnings persistent atau
pajak yang relatif kecil, sehingga akan ada core earnings) dan unusual earnings atau
pemeriksaan oleh aparat pajak. Di Indo- transitory earnings. Persistensi laba merupa-
nesia, prestasi pegawai pajak ditentukan kan laba yang mempunyai kemampuan
berdasarkan tagihan yang berhasil di- sebagai indikator laba periode mendatang
kumpulkan, semua pegawai berlomba- (future earnings) yang dihasilkan oleh per-
lomba untuk dapat mengumpulkan setoran usahaan secara berulang-ulang (repetitive)
sebanyak-banyaknya. Hasil pemeriksaan dalam jangka panjang (sustainable). Sebalik-
biasanya kurang bayar yang sangat besar, nya, unusual earnings atau transitory earnings
sehingga perusahaan akan berusaha me- merupakan laba yang dihasilkan secara
nyuap pegawai pajak, agar kurang bayar temporer dan tidak dapat dihasilkan secara
menjadi kecil, hal ini dianggap meng- berulang-ulang (non-repeating), sehingga
untungkan kedua belah pihak (Hutami, tidak dapat digunakan sebagai indikator
2012). laba periode mendatang (Penman dan
Perencanaan pajak adalah salah satu Zhang, 1999). Persistensi laba yang ber-
insentif pajak yang mempengaruhi manajer kelanjutan (sustainable) dinyatakan sebagai
perusahaan untuk melakukan manajemen laba yang mempunyai kualitas tinggi,
laba (Wijaya dan Martani, 2011). Beberapa sedangkan jika laba unusual, laba dinyata-
peneliti telah membuktikan bahwa per- kan memiliki kualitas yang buruk.
usahaan me-manage laba akuntansi untuk Persistensi laba merupakan ukuran
meminimalkan beban pajak dalam me- yang menjelaskan kemampuan perusahaan
nanggapi penurunan tarif pajak peng- untuk mempertahankan jumlah laba yang
hasilan dengan mentransfer labanya pada diperoleh saat ini sampai satu periode masa
periode setelah undang-undang perpajakan depan (Sloan, 1996). Laba dikatakan persis-
untuk memperoleh penghematan pajak ten, apabila laba saat ini dapat digunakan
(Roubi dan Richardson, 1998; Setyowati, sebagai pengukur laba periode mendatang
2002; Yamashita dan Otogawa, 2007; Wijaya (Sunarto, 2010). Konsep mengenai persis-
dan Martani, 2011). Dengan demikian, tensi laba dipandang sebagai pengukur
terdapat hubungan positif antara mana- kualitas laba, karena persistensi laba me-
jemen laba dengan perencanaan pajak. Jika ngandung unsur nilai predictive value, se-
manajer perusahaan melakukan manajemen hingga dapat digunakan pengguna laporan
laba yang agresif guna meminimalkan keuangan untuk mengevaluasi kejadian-
beban pajak, berarti perusahaan dapat kejadian di masa lalu, sekarang, dan masa
dikatakan melakukan perencanaan pajak depan (Jonas dan Blanchet, 2000).
yang agresif. Kebijakan akrual diskresi yang dilaku-
kan oleh manajemen menimbulkan dua
H1a : Discretionary accruals berpengaruh konsekuensi. Pertama, jika kebijakan ter-
positif terhadap perencanaan pajak. sebut membawa keinformasian laba, maka
H1b : Manipulasi penjualan berpengaruh kebijakan tersebut akan meningkatkan kua-
positif terhadap perencanaan pajak. litas laba, sehingga laba semakin persisten.
H1c : Peningkatan produksi secara berlebi- Kedua, jika kebijakan tersebut tidak mem-
han berpengaruh positif terhadap bawa keinformasian laba, maka kebijakan
perencanaan pajak. tersebut akan menurunkan kualitas laba,
H1d : Pengurangan beban diskresi tunai ber- sehingga laba menjadi kabur (opaque).
pengaruh positif terhadap perencana- Kekaburan laba (earnings opacity) berhubu-
an pajak. ngan dengan keagresifan laba (earnings
aggressiveness) dan perataan laba (earnings
198 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

smoothing). Keagresifan laba merupakan yang baik akan cenderung mengurangi laba
laporan laba yang mengarah pada overstate bersih perusahaan guna mendapat keuntu-
earnings, sehingga laba yang dilaporkan ngan pajak melalui peluang kebijakan
menjadi kabur (opaque). Dengan kata lain, diskresi yang diberikan oleh PSAK dan
laba akuntansi tidak dapat mengukur peraturan perpajakan yang berlaku saat ini.
kinerja ekonomi (Bhattacharya et al., 2003). Peningkatan kesesuaian antara laba
Manajemen laba secara oportunis ter- akuntansi dengan laba fiskal akan me-
kait dengan earnings aggressiveness yang ngurangi perencanaan pajak perusahaan
menyebabkan kekaburan informasi laba. dan kandungan informasi laba akuntansi
Kebijakan akrual yang menghasilkan ke- (Hanlon dan Shevlin, 2005; Hanlon et al.,
kaburan laba akan mengurangi kualitas laba 2006; Hanlon et al., 2007). Semakin tinggi
dan menyebabkan rendahnya persistensi tingkat kesesuaian antara laba akuntansi
laba (Sunarto, 2010). Jadi, semakin tinggi dan laba fiskal, semakin rendah perencana-
manajemen laba yang dilakukan oleh per- an pajak dan semakin rendah persistensi
usahaan, maka semakin rendah keinfor- laba akuntansi (Atwood et al., 2010).
matifan laba.Perusahaan dengan mana- Perencanaan pajak yang agresif me-
jemen laba yang tinggi memiliki laba akun- ningkatkan kekaburan informasi laba per-
tansi yang kurang informatif dibandingkan usahaan (Balakhrisnan et al., 2011) atau
dengan perusahaan dengan manajemen mengurangi keinformatifan laba akuntansi
laba yang rendah (Ayers et al., 2008). (Chen et al., 2007). Kekaburan laba (earnings
Manajemen laba riil cenderung dilakukan opacity) berhubungan dengan keagresifan
sebelum tahun fiskal berakhir, sedangkan laba (earnings aggressiveness) yang menye-
manajemen laba akrual cenderung dilaku- babkan rendahnya persistensi laba (Sunarto,
kan setelah tahun fiskal berakhir (Zang, 2010). Perusahaan dengan perencanaan
2006 dan Gunny, 2009). Saat manipulasi pajak yang tinggi relatif memiliki laba fiskal
aktivitas riil tinggi, maka manajer akan yang kurang informatif dibandingkan
cenderung mengurangi jumlah manajemen dengan perusahaan dengan perencanaan
laba akrual, dan sebaliknya (Zang, 2006). pajak yang rendah (Chen et al., 2007; Ayers
et al., 2008). Semakin tinggi perencanaan
H2a : Discretionary accruals berpengaruh ne- pajak, semakin rendah keinformatifan laba
gatif terhadap persistensi laba. akuntansi atau semakin rendah persistensi
H2b : Manipulasi penjualan berpengaruh laba akuntansi.
negatif terhadap persistensi laba.
H2c : Peningkatan produksi secara berlebi- H3 : Perencanaan pajak berpengaruh negatif
han berpengaruh negatif terhadap terhadap persistensi laba.
persistensi laba.
H2d : Pengurangan beban diskresi tunai METODE PENELITIAN
berpengaruh negatif terhadap persis- Jenis Penelitian
tensi laba. Penelitian ini merupakan penelitian
penjelasan (eksplanatory) yang berusaha
Rendahnya persistensi laba perusahaan untuk menjelaskan fenomena penggelapan
yang memiliki perbedaan laba akuntansi pajak yang dilakukan perusahaan melalui
dan laba kena pajak kemungkinan disebab- perencanaan pajak dan manajemen laba.
kan oleh banyaknya akrual dalam per- Adanya beberapa hipotesis yang dirumus-
usahaan (Hanlon, 2005). Perusahaan yang kan dan ingin diuji dalam penelitian ini
me miliki perencanaan pajak yang baik menunjukkan bahwa penelitian ini ter-
akan mendapat keuntungan dari tax shields, masuk penelitian dengan tipe pengujian
sehingga dapat meminimalisasi pembaya- hipotesis (hypothesis testing) yang bersifat
ran pajak. Hal ini berarti, perencanaan pajak kausal, karena berusaha menjelaskan
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 199

adanya hubungan sebab akibat antara dipercaya. (2) Perusahaan manufaktur yang
manajemen laba, perencanaan pajak, dan mempublikasi laporan keuangan secara
persistensi laba. konsisten dan lengkap selama periode 2006-
2010 dan menggunakan satuan mata uang
Populasi dan Sampel rupiah dalam laporan keuangan. (3) Per-
Populasi dalam penelitian ini adalah usahaan manufaktur yang mencatat beban
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek pajak tangguhan dalam laporan keuangan-
Indonesia. Data penelitian yang digunakan nya. (4) Perusahaan tidak mengalami ke-
adalah data laporan keuangan perusahaan rugian dalam laporan keuangan komersial
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek dan laporan keuangan pajak, karena yang
Indonesia periode 2006-2010 yang diperoleh ingin diuji dalam penelitian ini adalah
dari situs resmi BEI di www.idx.co.id. Alasan persistensi laba. Selain itu, kerugian dapat
penggunaan perusahaan manufaktur, ka- dikompensasi ke masa depan (carryforward)
rena salah satu pengukuran manajemen menjadi pengurang biaya pajak tangguhan
laba, yakni beban produksi tidak dapat dan diakui sebagai aset pajak tangguhan,
diaplikasikan untuk perusahaan non manu- sehingga dapat mengaburkan arti akun
faktur (Roychowdhury, 2006). Adapun biaya pajak tangguhan (Hanlon, 2005).
kriteria penentuan sampel dalam penelitian Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sam-
ini adalah: (1) Perusahaan manufaktur yang pel yang digunakan dalam penelitian ini
terdaftar di BEI dan mempublikasi laporan terlihat dalam tabel 1.
keuangan auditan per 31 Desember, agar
informasi yang dilaporkan lebih dapat

Tabel 1
Prosedur Pemilihan Sampel

Jumlah perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian untuk tahun 2006 dan
2010 diperoleh dengan rincian sebagai berikut:
Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI 428
Jumlah perusahaan non manufaktur 226
Jumlah perusahaan manufaktur 202
Laporan keuangan tidak berakhir pada 31 Desember, data tidak 78
lengkap, dan tidak menggunakan satuan mata uang rupiah
Tidak mencatat beban pajak tangguhan 3
Melaporkan kerugian 81
Jumlah perusahaan yang menjadi sampel 40
Jumlah dalam perusahaan tahun 200 perusahaan tahun
(firms-years)

Metode Pengumpulan Data Operasionalisasi Variabel


Dalam penelitian ini, data yang di- Laba Akuntansi
gunakan adalah data sekunder berupa lapo- Laba akuntansi, yakni selisih pendapa-
ran keuangan tahunan perusahaan yang tan dan keuntungan setelah dikurangi
telah diaudit periode 2006-2010, yang di beban dan kerugian (Wild et al., 2005: 407).
peroleh melalui www.idx.co.id dan harga Dalam penelitian ini, yang ingin diuji
pasar saham perusahaan yang diperoleh adalah persistensi laba, yakni laba yang
melalui www.duniainvestasi.com. Teknik pe- mempunyai kemampuan sebagai indikator
ngumpulan data yang digunakan adalah laba periode mendatang (future earnings)
pengumpulan data arsip (archival). yang dihasilkan oleh perusahaan secara
200 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

berulang-ulang (repetitive) dalam jangka DACCjt=β1(1/TAjt-1)+β2(ΔRE5Vjt-ΔRECjt)


panjang (sustainable) (Sunarto, 2010). Con- /TAjt-1)+β3(PPEjt/TAjt-1)+β4 (ROAjt/TAjt1)
struct ini diukur dengan koefisien regresi ................................................................…(4)
(α1) antara laba akuntansi sebelum pajak
satu periode ke depan dengan laba akun- DACCjt = (TACCjt/TAjt-1) - NDACCjt…(5)
tansi sebelum pajak periode sekarang. Per-
samaannya adalah sebagai berikut (Hanlon, Keterangan:
2005): TACCjt : Total akrual perusahaan j
PTBIt+1 = α0 + α1 PTBIt + ɛt+1 ……………….(1) pada periode t.
NIBEjt : Net income before extraordinary
Keterangan: item perusahaan j pada
PTBIt+1 : Pre-tax book income pada periode periode t.
t+1. CFOjt : Operating cash flow perusaha-
PTBIt : Pre-tax book income pada periode t. an j pada periode t.
ɛ : error term. TAjt-1 : Total aset perusahaan j pada
periode t.
Manajemen Laba ΔREVjt : Perubahan pendapatan per-
Manajemen laba adalah kebijakan usahaan j pada periode t.
akuntansi atau tindakan-tindakan yang di- PPEjt : Nilai aset tetap bersih per-
pilih oleh manajer untuk mencapai bebe- usahaan j pada periode t.
rapa tujuan khusus dalam pelaporan laba ROAjt : Return on Assets perusahaan j
(Scott, 2009: 403). Manajemen laba dilaku- pada periode t.
kan oleh para manajer, karena manajer me- NDACCjt : Non-discretionary accruals per-
miliki kewenangan untuk memilih metode usahaan j pada periode t.
dan menetapkan kebijakan akuntansi. ΔRECjt : Perubahan piutang usaha
Construct ini terdiri atas: perusahaan j pada periode t.
a. Manajemen laba akrual adalah bentuk DACCjt : Discretionary accruals perusa-
manajemen laba yang dilakukan dengan haan j pada periode t.
memanfaatkan kebebasan dalam me-
milih kebijakan akuntansi. Construct ini b. Manajemen laba riil adalah bentuk
diproksikan dengan akrual diskresioner manajemen laba yang dilakukan melalui
(discretionary accruals) menggunakan mo- manipulasi aktivitas operasional perusa-
del pengukuran performance matched dis- haan (Roychowdhury, 2006). Construct
cretionary accruals yang diajukan oleh ini diproksikan dengan abnormal cash flow
Khotari et al. (2005). from operations (abn.CFO), abnormal pro-
Model perhitungan discretionary accruals duction costs (abn.PROD), dan abnormal
menggunakan model performance matched discretionary expenses (abn.DISCR).
discretionary accruals adalah: 1. Abnormal Cash Flow from Operations
TACCjt = NIBEjt – CFOjt………………...(2) Perhitungan normal CFO:
CFOjt/Ajt-1=α0+α1(1/Ajt-1)+β1(St/
TACCjt/TAjt-1= β1(1/TAjt-1)+β2 (ΔREVjt/ Ajt-1)+β2(∆Sjt/Ajt1)+ɛjt…………….(6)
TAjt-1)+β3(PPEjt/TAjt-1)+β4(ROAjt/TAjt-
1)+ɛjt…....................................................... (3) Selanjutnya, koefisien regresi per-
samaan 6 di atas digunakan untuk
Berdasarkan persamaan di atas, NDACC menghitung nilai normal CFO. Ab-
(non-discretionary accruals) dapat dihitung normal CFO adalah arus kas operasi
dengan memasukkan kembali koefisien- aktual dikurangi dengan normal CFO.
koefisien β.
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 201

2. Abnormal Production Costs ΔSjt : Perubahan penjualan perusa-


Normal COGS: haan j pada periode t.
COGSjt/Ajt-1=α0+α1(1/Ajt-1)+β1 ∆Sjt-1 : Perubahan penjualan perusa-
(Sjt/Ajt-1)+ ɛjt.....................................(7) haan j pada periode t-1.
Ajt-1 : Total aset perusahaan j pada
Normal ∆INV: periode t-1.
∆INVjt/Ajt-1=α0+α1(1/Ajt-1)+β1(∆Sjt
/Ajt-1)+β2(∆Sjt-1/Ajt1)+ɛjt………...(8) Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak (tax planning) meru-
Rowchowdhury (2006) merumuskan pakan langkah yang ditempuh oleh wajib
PRODjt = COGSjt - ∆INVjt. Dengan pajak untuk meminimumkan beban pajak
menggunakan persamaan (7) dan (8), tahun berjalan maupun tahun yang akan
maka model estimasi untuk normal datang, agar pajak yang dibayar dapat di-
production costs adalah sebagai berikut: tekan seefisien mungkin dan dengan ber-
PRODjt/Ajt-1=α0+α1(1/Ajt-1)+β1(Sjt bagai cara yang memenuhi ketentuan per-
/Ajt-1)+β2(∆Sjt/Ajt -1)+β3(∆Sjt -1/Ajt- pajakan (Wijaya dan Martani, 2011). Con-
1)+ɛjt……………..................................(9) struct ini diproksikan dengan current effec-
tive tax rate (CurETR) (Chen et al., 2007;
Koefisien regresi persamaan 9 di atas Ayers et al., 2008). Current effective tax rate
digunakan untuk menghitung nilai (CurETR) untuk tiap periode adalah current
normal normal production costs. Ab- tax expense dibagi dengan pre-taxable income.
normal PROD adalah PROD aktual Namun, untuk mengurangi pengaruh item
dikurangi dengan normal PROD. pajak transitori, maka digunakan rumus
sebagai berikut:
3. Abnormal Discretionary Expenses ∑ ∑
CurETRjt= …(11)
Normal discretionary expenses: ∑
DISEXPjt/Ajt-1=α0+α1(1/Ajt-1)+β1
(Sjt-1/At-1)+ɛjt………..........……....(10) Keterangan:
CurETRjt: Current efective tax rate per-
Koefisien regresi persamaan 10 di atas usahaan j pada periode t.
digunakan untuk menghitung nilai ∑ CTE : Jumlah current tax expense
normal discretionary expenses. Abnor- perusahaan j selama 5 tahun dari
mal DISEXP adalah DISEXP aktual periode t-4 sampai periode t.
dikurangi dengan normal DISEXP. ∑ DTE : Jumlah deferred tax expense
perusahaan j selama 5 tahun dari
Keterangan: periode t-4 sampai periode t.
CFOjt : Arus kas operasi perusaha- ∑ PTBI : Jumlah pre-tax book income
an j pada periode t.
perusahaan j selama 5 tahun dari
COGSjt : Harga pokok penjualan
periode t-4 sampai periode t.
perusahaan j pada periode
t. Current tax expense (CTE) dihitung
∆INVjt : Perubahan persediaan per- menggunakan actual cash taxes paid (pajak
usahaan j pada periode t. aktual yang dibayar dengan kas). Perhitu-
PRODjt : Beban produksi perusaha- ngan ini dilakukan, karena perhitungan
an j pada periode t. beban pajak kini menggunakan akuntansi
DISEXPjt : Pengeluaran diskresi per- berbasis akrual yang kemungkinan memili-
usahaan j pada periode t. ki kesalahan dalam mengukur beban pajak
Sjt : Penjualan perusahaan j pa-
da periode t.
202 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

aktual yang harus dibayar oleh perusahaan TaxPlant=α0+α1Abn.CFOt+α2


kepada pemerintah (Ayers et al., 2008). Abn.PRODt+α3Abn.DISEXPt+α4DA
CCt+α5SIZEt+ɛt+1………………..(13)
Ukuran perusahaan (size)
Ukuran perusahaan diukur dari natu- Keterangan:
ral logaritma nilai pasar ekuitas perusahaan PTBIt+1 = Persistensi laba satu peri-
pada akhir tahun, yaitu jumlah saham ode ke depan.
beredar pada akhir tahun dikalikan dengan α0 = koefisien konstanta.
harga pasar saham akhir tahun (Siregar dan α1 – α6 = koefisien variabel bebas.
Utama, 2006). Abn.CFOt = Abnormal Cash Flow from
Operation.
Metode Analisis Abn.PRODt = Abnormal Production Cost.
Penelitian ini menggunakan metode Abn.DISEXPt = Abnormal Discretionary Ex-
regresi time-series cross-section (pooled regres- penses.
sion). Sebelum dilakukan pengujian regresi, DACCt = Discretionary Accruals.
terlebih dahulu dilakukan uji stasionaritas TaxPlant = Tax Planning.
data dan uji asumsi klasik untuk menge- SIZEt = Ukuran perusahaan.
tahui apakah data yang digunakan telah ɛt+1 = residual regresi.
memenuhi syarat ketentuan dalam model Analisis regresi ini bertujuan untuk
regresi. Pengolahan data dilakukan dengan membuktikan bahwa manajemen laba ber-
menggunakan software Eviews Ver 6.0. pengaruh terhadap perencanaan pajak yang
Model estimasi regresi linier berganda selanjutnya mempengaruhi persistensi laba.
yang digunakan dalam penelitian ini ada- Analisis dilakukan dengan melihat nilai
lah: koefisien determinasi yang disesuaikan
PTBIt+1 = α0+α1Abn.CFOt+α2Abn.PRODt+α3 (adjusted R-squared) dari regresi tersebut.
Abn.DISEXPt+α4DACCt+α5TaxPlan
t+α6SIZEt+ɛt+1.………................................…..(12)

Tabel 2
Statistik deskriptif data penelitian (disajikan dalam milyaran Rp kecuali ROA)

Rata-rata Maksimum Minimum Deviasi Standar


Arus kas operasi 1.570 29.800 -447 4.530
Harga pokok penjualan 5.810 103.000 21,100 12.900
Pengeluaran diskresi 1.550 24.600 4,850 3.840
Biaya produksi 5.650 9.600 22,400 12.600
Total akrual 1.090 11.800 -7,020 1.320
Persediaan 1.270 20.200 9,140 3.000
Laba bersih sebelum pajak 1.700 25.600 1,360 4.280
Penjualan (pendapatan bersih) 9.360 130.000 61,300 18.700
Piutang 754 9.390 3,520 1.330
Laba operasi 1.680 26.500 -67 4.140
Aset tetap bersih 3.640 76.400 1,360 10.900
Total asset 7.660 97.900 42,100 17.400
ROA 16,291 57,070 0,020 13,100
Beban pajak (cash) 932 21.900 0,774 3.100
Beban pajak tangguhan -0,903 877 -380 98.900
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 203

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Hasil Uji Statistik Deskriptif
Hasil Uji Hipotesis

Tabel 3
Hasil Uji Hipotesis 1
TaxPlant = α0 + α1 Abn.CFOt + α2 Abn.PRODt + α3 Abn.DISEXPt + α4 DACCt + α5 SIZEt + ɛt+1
Variabel Koefisien Prob
Abnormal cashflow from operation 0,228 0,229
Abnormal production cost 0,058 0,627
Abnormal discretionary expenditure 0,085 0,566
Discretionary accruals 0,178 0,411
Firm size -0,013 0,341
*** signifikan pada level 1%, ** 5%, * 10%.

Tabel 3 menunjukkan tidak satupun disebabkan oleh perbedaan kebijakan pe-


proksi manajemen laba yang memiliki pe- laporan keuangan perusahaan dengan ke-
ngaruh signifikan terhadap perencanaan bijakan dalam melakukan strategi pajak,
pajak. Tindakan perusahaan melakukan karena manajer perusahaan mengatur laba
manipulasi penjualan, produksi berlebihan, untuk mencapai target kinerja yang ke-
menunda beban diskresi tunai, dan meng- mungkinan bertentangan dengan tujuan pa-
ambil kebijakan akrual diskresi tidak mem- jak (Ayers et al., 2006). Oleh karena ukuran
pengaruhi perencanaan pajak perusahaan. perusahaan tidak berpengaruh terhadap
Ukuran perusahaan juga tidak mempe- perencanaan pajak, maka besar kecilnya
ngaruhi perencanaan pajak secara signi- perusahaan tidak mempengaruhi perilaku
fikan. Dengan demikian, hasil penelitian ini perencanaan pajak perusahaan.
menolak H1a, H1b, H1c dan H1d yang me- Perilaku manajemen perusahaan yang
nyatakan bahwa manajemen laba riil dan melakukan manajemen laba untuk memberi
manajemen laba akrual berpengaruh positif informasi privat kepada pemegang saham
terhadap perencanaan pajak, sehingga da- bertentangan dengan tujuan perilaku peren-
pat disimpulkan bahwa manajemen laba canaan pajak perusahaan yang bersifat jang-
tidak mempengaruhi perencanaan pajak. ka pendek dan cenderung tidak sustainable.
Dengan kata lain, perusahaan tidak melaku- Jadi, saat perencanaan pajak tidak dipe-
kan manajemen laba dalam melakukan ngaruhi oleh manajemen laba, hal ini ke-
perencanaan pajak. Hal ini mengandung mungkinan disebabkan oleh perbedaan
arti bahwa manajemen laba yang dilakukan tujuan perusahaan dalam melakukan mana-
perusahaan tidak sekaligus bertujuan untuk jemen laba dan perencanaan pajak, karena
memanipulasi jumlah pajak yang akan di- manajemen laba bertujuan untuk menyaji-
bayar oleh perusahaan. kan laba akuntansi yang berkelanjutan,
Penelitian ini tidak menemukan bukti sedangkan laba fiskal tidak berkelanjutan.
bahwa manajemen laba dilakukan untuk Ukuran perusahaan tidak berpengaruh ter-
mendukung perencanaan pajak, maka da- hadap perencanaan pajak. Dengan demi-
pat dikatakan bahwa keinformatifan laba kian, besar kecilnya perusahaan tidak mem-
fiskal tidak berkurang, karena adanya pengaruhi perilaku perencanaan pajak per-
manajemen laba. Perilaku ini kemungkinan usahaan.
204 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

Tabel 4
Hasil Uji Hipotesis 2 dan 3

PTBIt+1 = α0 + α1Abn.CFOt + α2 Abn.PRODt + α3Abn.DISEXPt + α4 DACCt + α5TaxPlant +


α6 SIZEt + ɛt+1.
Variabel Koefisien Prob
Abnormal cashflow from operation 0,952 0,020**
Abnormal production cost 0,030 0,918
Abnormal discretionary expenditure 0,612 0,026**
Discretionary accruals 1,426 0,005***
Cash effective tax rate -0,010 0,928
Firm size 0,060 0,001***
*** signifikan pada level 1%, ** 5%, * 10%.

Hasil estimasi tabel 4 menunjukkan andalkan manajemen laba akrual untuk


abnormal cash flow from operation (Abn.CFO), mengatur laba (Roychowdhury, 2006).
abnormal discretionary expenditure (Abn. Perusahaan yang melakukan mana-
DISEXP), discretionary accruals (DACC), dan jemen laba riil untuk mencapai target laba
ukuran perusahaan (SIZE) mempengaruhi memiliki kinerja masa depan yang lebih
persistensi laba secara signifikan. Hasil baik dibandingkan dengan perusahaan
penelitian ini menolak H2a, H2b, H2c, H2d, yang tidak melakukan manajemen laba riil,
sehingga membuktikan bahwa perusahaan karena manajer perusahaan menggunakan
di Indonesia melakukan manajemen laba kebijakan diskresi operasi untuk memper-
untuk tujuan efisiensi atau tidak oportunis oleh manfaat yang memungkinkan kinerja
yakni agar laba dapat dijadikan pengukur perusahaan yang lebih baik di masa depan.
kinerja perusahaan yang lebih baik di masa Manajer mengatur laba untuk meng-
datang (laba yang persisten). Dengan demi- komunikasi informasi privat tentang pros-
kian, hasil penelitian ini mendukung teori pek perusahaan dan menilai biaya serta
keagenan (motivasi signaling). Dalam hal manfaat manajemen laba riil secara hati-hati
ini, manajer dimotivasi untuk menyajikan untuk menghindari penurunan kinerja
angka laba yang mampu mencerminkan perusahaan di masa depan (Taylor dan Xu,
kinerja perusahaan di masa depan, sehingga 2008).
pihak-pihak yang berkepentingan dengan Penelitian ini menggunakan tiga proksi
perusahaan mampu mengambil keputusan manajemen laba riil yang mewakili tinda-
yang lebih baik dalam menilai perusahaan. kan perusahaan dalam mengatur kegiatan
Pengaruh positif manajemen laba ter- operasi guna menghindari melaporkan rugi.
hadap persistensi laba terkait dengan sinyal Namun, hasil penelitian ini membuktikan
kompetensi manajemen perusahaan (Bartov bahwa manipulasi penjualan yang dilaku-
et al., 2002). Perusahaan menggunakan dis- kan dengan memberi potongan harga dan
cretionary accruals sebagai sinyal nilai per- persyaratan kredit yang lebih lunak, serta
usahaan (Subramanyam, 1996). Graham et menunda pengeluaran diskresi tunai dapat
al. (2005) menemukan bahwa 74,1% ekse- meningkatkan nilai perusahaan yang me-
kutif perusahaan berusaha mencapai tolak mungkinkan manajer menyajikan laba yang
ukur laba, karena hal tersebut mampu lebih mencerminkan kinerja perusahaan di
membantu menyampaikan prospek per- masa depan. Sedangkan, tindakan untuk
tumbuhan perusahaan di masa depan ke- mengatur angka laba dengan meningkatkan
pada para pemegang saham. Manajemen jumlah produksi barang secara berlebihan
perusahaan tidak mungkin hanya meng- terbukti tidak mempengaruhi persistensi
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 205

laba.Ukuran perusahaan juga terbukti me- katan harga saham, meningkatkan kredi-
miliki pengaruh positif terhadap persistensi bilitas manajemen guna memenuhi harapan
laba. Dengan demikian, semakin besar per- para pemegang saham, dan menghindari
usahaan, semakin persisten laba perusaha- tuntutan hukum (Gunny, 2009). Graham et
an. al. (2005) menemukan bahwa 86,3% ekse-
Manipulasi penjualan mengarah pada kutif perusahaan yakin pencapaian target
perilaku manajer yang berusaha meningkat- laba membantu meningkatkan kredibilitas
kan penjualan selama periode berjalan perusahaan di pasar modal. Manajemen
untuk mencapai target laba. Pencapaian tar- perusahaan melakukan manajemen laba riil
get laba berhubungan positif dengan kinerja selama manfaat yang diterima lebih besar
perusahaan di masa depan (Gunny, 2005). dari biaya yang akan dikeluarkan oleh per-
Jadi, manipulasi penjualan yang dilakukan usahaan (Gunny, 2009).
perusahaan dapat membantu manajemen Hasil penelitian ini juga menunjukkan
perusahaan untuk mencapai target laba perencanaan pajak dan abnormal production
yang mengarah pada persistensi laba. Demi- cost (Abn.PROD) tidak berpengaruh ter-
kian juga dengan penundaan pengeluaran hadap persistensi laba, sehingga menolak
diskresi tunai seperti penundaan investasi H3. Hal ini membuktikan bahwa perencana-
Research & Development yang manfaatnya an pajak tidak berpengaruh terhadap persis-
belum pasti akan menambah nilai perusa- tensi laba. Perilaku ini kemungkinan di-
haan di masa depan. sebabkan oleh tujuan utama perencanaan
Manipulasi harga pokok penjualan pajak yang efektif adalah untuk memak-
dengan meningkatkan produksi secara ber- simalkan return setelah pajak, bukan untuk
lebihan untuk memanfaatkan biaya over- meminimalisasi beban pajak (McGuire et al.,
head tetap tidak mempengaruhi persistensi 2012). Oleh karena manfaat pajak dan biaya
laba, karena tindakan manajemen laba riil pelaporan keuangan saling bertentangan
ini merupakan cerminan dari niat perusa- satu sama lain.
haan untuk melakukan pemotongan harga, Beberapa peneliti di Indonesia (Wulan-
pemberian persyaratan kredit yang lunak dari et al., 2004; Wijaya dan Martani, 2011;
untuk meningkatkan penjualan dan/atau serta Subagyo dan Oktavia, 2010) telah me-
penurunan harga pokok penjualan (Taylor nemukan bukti bahwa perusahaan memani
dan Xu, 2008). Dengan demikian, produksi pulasi laba untuk meminimalkan pembaya-
berlebih dan manipulasi penjualan merupa- ran pajak. Dengan demikian, perencanaan
kan tindakan yang tidak terpisah satu sama pajak di Indonesia cenderung agresif, kare-
lain. Dalam hal ini perusahaan harus me- na hanya memiliki fokus jangka pendek dan
miliki persediaan yang cukup banyak untuk tidak berkelanjutan. Akibatnya, perencana-
memanipulasi penjualan dan pemanfaatan an pajak kurang mencerminkan informasi
biaya overhead tetap tidak boleh melebihi mengenai persistensi laba perusahaan.
biaya marjinal periode berjalan. Jika biaya Klijnveld et al. (2007) berpendapat bahwa
marjinal meningkat, maka peningkatan pen- perencanaan pajak yang berkelanjutan me-
jualan juga akan meningkatkan harga rupakan tujuan jangka panjang penting bagi
pokok penjualan. perusahaan, karena perubahan yang tak
Pengaruh positif manajemen laba riil terduga dalam nilai pajak perusahaan di-
terhadap persistensi laba merupakan tinda- pandang sebagai sinyal dari manajemen
kan manajemen yang berusaha mencapai yang buruk oleh para analis keuangan.
tolak ukur laba untuk memberi manfaat Semakin berkelanjutan strategi pajak
bagi perusahaan dan memungkinkan kiner- perusahaan, semakin persisten laba, arus
ja yang lebih baik di masa depan. Manfaat kas, dan akrual sebelum pajak perusahaan
yang diperoleh perusahaan dalam usaha (McGuire et al., 2012). Strategi pajak yang
mencapai tolak ukur laba meliputi pening- berkelanjutan memberi sinyal mengenai
206 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

seberapa besar harapan manajer perusahaan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
tentang sejauh mana laba saat ini mampu manajemen laba cenderung dilakukan
bertahan ke masa depan. Strategi pajak untuk tujuan efisiensi. Perusahaan melaku-
yang berkelajutan juga digunakan oleh kan manajemen laba untuk menyampaikan
investor untuk menilai persistensi laba dan informasi privat tentang prospek perusaha-
komponen-komponen laba perusahaan. an di masa depan kepada stakeholders serta
Minimalisasi pajak dan keberlanjutan sinyal kredibilitas manajemen perusahaan.
(sustainability) mewakili dua dimensi yang Perilaku ini mendukung teori keagenan.
berbeda dari strategi pajak perusahaan Dalam hal ini, manajemen didorong oleh
(McGuire et al., 2012). Strategi pajak yang motivasi signaling.
berkelanjutan memiliki fokus jangka pan- Perilaku manajemen laba perusahaan
jang dengan mempertahankan kekonsiste- ini dilakukan melalui manipulasi penjualan,
nan hasil dari penghindaran pajak dari menunda pengeluaran diskresi tunai, dan
waktu ke waktu, sedangkan minimalisasi kebijakan akrual diskresi. Sedangkan, pe-
pajak memiliki fokus jangka pendek dengan ningkatan produksi secara berlebihan tidak
meminimalisasi kewajiban pajak selama berpengaruh terhadap persistensi laba per-
satu periode. Strategi pajak perusahaan di usahaan. Persistensi laba juga tidak di-
lakukan melalui berbagai aktivitas peren- pengaruhi oleh perencanaan pajak. Baik
canaan pajak. manajemen laba riil maupun akrual tidak
Salah satu perusahaan tambang dunia mempengaruhi perencanaan pajak perusa-
yang memiliki anak perusahaan di Indo- haan. Hal ini menunjukkan adanya per-
nesia, yakni Rio Tinto Group memiliki per- bedaan tujuan pelaporan keuangan dan
nyataan misi untuk menyelaraskan strategi pelaporan pajak, karena manajemen laba
pajak dengan strategi bisnis perusahaan dan dilakukan untuk memberi sinyal kemakmu-
menuntut departemen pajak perusahaan, ran kepada stakeholders, sedangkan peren-
agar memiliki strategi pajak yang trans- canaan pajak cenderung bertujuan untuk
paran dan berlanjut dalam jangka panjang meminimalisasi beban pajak dalam jangka
(Tinto, 2011). Misi perusahaan seperti ini pendek.
masih jarang ditemui pada perusahaan- Manajemen laba memiliki pengaruh
perusahaan di Indonesia, sehingga kemung- terhadap persistensi laba, sehingga semakin
kinan fenomena penggelapan pajak me- besar manajemen laba yang dilakukan per-
rupakan akibat dari perencanaan pajak usahaan, semakin persisten laba yang di
yang bersifat jangka pendek, yakni mini- miliki oleh perusahaan.Variabel kontrol
malisasi beban pajak selama satu periode ukuran perusahaan juga memiliki pengaruh
pelaporan. terhadap persistensi laba, tetapi tidak mem-
pengaruhi besarnya perencanaan pajak.
SIMPULAN, SARAN, DAN Semakin besar ukuran perusahaan, semakin
KETERBATASAN persisten laba perusahaan. Besar kecilnya
Simpulan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi
Penelitian ini bertujuan untuk me- perencanaan pajak.
nemukan bukti empiris dampak manajemen
laba terhadap perencanaan pajak yang Keterbatasan
selanjutnya mempengaruhi persistensi laba. Penelitian ini memiliki beberapa keter-
Penelitian ini dilakukan, karena beberapa batasan antara lain: (1) Penelitian ini meng-
bukti empiris sebelumnya telah membukti- gunakan tiga teknik manajemen laba riil
kan bahwa manajemen laba dan perencana- yakni manipulasi penjualan, produksi ber-
an pajak terkait satu sama lain dan sama- lebih, dan pengurangan beban diskresi
sama memiliki potensi dalam mem- tunai. Peneliti sebelumnya ada yang mem-
pengaruhi laba akuntansi dan laba fiskal. bedakan teknik manajemen laba dengan
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 207

lebih rinci yakni penurunan beban diskresi akrual jangka pendek terkait dengan pos
R&D (research and development), penurunan modal kerja dan akrual jangka panjang
beban diskresi SG&A (sales, general, and seperti penyusutan dan amortisasi. Peng-
advertising), pengaturan waktu penjualan ukuran proksi perencanaan pajak dapat
aset tetap (Taylor dan Xu, 2008). (2) Peneliti- menggunakan ETR (Efective Tax Rate) dan
an ini secara tidak langsung membuktikan CurETR (Current Efective Tax Rate). Kedua
bahwa manajemen berusaha mencapai tar- proksi tersebut berdasarkan beban pajak
get laba untuk memberi informasi yang kini akrual. (4) Pengukuran persistensi laba
lebih tepat tentang prospek kinerja perusa- untuk penelitian berikutnya dapat meng-
haan di masa depan, tetapi peneliti belum gunakan persistensi akrual dan persistensi
menggunakan tolak ukur laba dalam men- arus kas, selain persistensi laba total, karena
jelaskan pengaruh manajemen laba ter- laba memiliki dua komponen, yakni akrual
hadap persistensi laba. (3) Data beban pajak dan arus kas.
tangguhan dalam laporan keuangan perusa-
haan lebih banyak dicantumkan dalam DAFTAR PUSTAKA
catatan atas laporan keuangan, sedangkan Atwood, T. J., M.S. Drake, dan L. A. Myers.
laporan keuangan yang diperoleh peneliti 2010. Book-Tax Conformity, Earnings
sebagian besar hanya meliputi neraca, lapo- Persistence and The Association Bet-
ran laba rugi, laba ditahan, dan arus kas. ween Earnings and Future Cash Flows.
Jika hal ini tetap dipaksakan, maka sampel Journal of Accounting and Economics 50:
penelitian akan semakin kecil, sehingga 111-125.
peneliti akan memiliki hambatan normalitas Ayers, B. C., J. X. Jiang, dan P. E. Yeung.
data. (4) Persistensi laba dalam penelitian 2006. Discretionary Accruals and
ini merupakan persistensi laba total, se- Earnings Management: An Analysis of
hingga peneliti tidak dapat menarik ke- Pseudo Earnings Targets. The
simpulan mengenai komponen laba yang Accounting Review 81 (3): 617-652.
menjadi penyebab rendahnya persistensi Ayers, B. C., J. X. Jiang, dan S.K. Laplante.
laba akibat perencanaan pajak perusahaan. 2008. Taxable Income as a Performance
Measure: The Effects of Tax Planning
Saran and Earnings Quality. Contemporary
Saran untuk penelitian selanjutnya: (1) Accounting Research 26 (1).http://ssrn.
Peneliti berikutnya dapat meneliti pengaruh com/abstract=930406. Diakses tanggal 8
penurunan beban diskresi R&D (research and Maret 2012.
development), penurunan beban diskresi Balakrishnan, K., J. Blouin, dan W. Guay.
SG&A (sales, general, and advertising), dan 2011. Does Tax Aggressiveness Reduce
pengaturan waktu penjualan aset tetap ter- Financial Reporting Transparency?
hadap persistensi laba. (2) Peneliti berikut- http://ssrn.com/abstract=1792783.
nya dapat menggunakan reference point laba Diakses tanggal 8 Maret 2012).
nol dan laba periode sebelumnya sebagai Bartov, E., D. Givoly, dan C. Hayn. 2002.
tolak ukur laba seperti yang dilakukan oleh The Reward to Meeting or Beating
Gunny (2009). Penggunaan reference point Earnings Expectations. Journal of
juga dapat membantu peneliti berikutnya Accounting and Economics 33 (2): 173-
untuk menguji pengaruh manajemen laba 204.
berdasarkan teori prospek. (3) Pengukuran Bhattacharya, U., H. Daouk., dan M.
manajemen laba akrual pada penelitian Welker. 2003. The World Price of Ear-
berikutnya dapat menggunakan proksi nings Opacity. The Accounting Review
short-term dan long-term discretionary accruals 78 (3): 641-678.
dengan model performance matched discretio-
nary accruals, karena akrual terbagi menjadi
208 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

Beaver, W.H. 2002. Perspectives on Recent Tax Differences. The Accounting Review
Capital Market Research. The Accoun- 80 (1): 137-166.
ting Review 77(2): 453-474. Hanlon, M. dan T. Shevlin. 2005. Book-Tax
Chen, L.H., D.S. Dhaliwal, dan M.A. Conformity for Corporate Income: An
Trombley. 2007. The Impact of Ear- Introduction to The Issues.
nings Management and Tax Planning www.nber.org/chapters/c0166.pdf.
on The Information Content of Ear- Diakses tanggal 15 Maret 2012.
nings. http://ssrn.com/abstract=1028808. Hanlon, M., E.L. Maydew, dan T. Shevlin.
Diakses tanggal 8 Maret 2012. 2006. Book-Tax Conformity and The
Cohen, D.A. dan P. Zarowin. 2008. Econo- Information Content of Earnings.
mic Consequences of Real and Accrual- http://ssrn.com/abstract=881561. Diakses
Based Earnings Management Activities. tanggal 15 Maret 2012).
jindal.utdallas.edu/files/Zarowin.pdf. _____________. 2007. An Unintended
Diakses tanggal 8 Maret 2012. Consequence of Book-Tax Conformity:
_________. 2010. Accrual-based and Real A Loss of Earnings Informativeness.
Earnings Management Activities http://ssrn.com/abstract=1280509.Diakses
around Seasoned Equity Offerings. tanggal 15 Maret 2012.
Journal of Accounting and Economics 50: Healy, P.M. 1985. The Effects of Bonus
2-19. Schemes on Accounting Decisions.
Darussalam dan D. Septriadi. 2009. Tax Journal of Accounting and Economics 7:
Avoidance, Tax Planning, Tax Evasion, 85-107.
dan Anti Avoidance Rule. http://www. Healy, P.M. dan K.G. Palepu, 1995. The
ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&i Challenges of Investor Communication:
d=36&q=&hlm=2. Diakses tanggal 8 The Case of CUC International, Inc.
Oktober 2012. Journal of Financial Economics 38: 111-
Faiz, D. 2011. Manfaat Perencanaan Pajak 140.
(Tax Planning). http://blogpejantantang Hutami, S. 2012. Tax Planning (Tax
gung.blogspot.com/2011/05/manfaat- Avoidance Dan Tax Evasion) Dilihat
perencanaan-pajak-tax-planning.html. dari Teori Etika.
Diakses tanggal 3 Juni 2012. ejournal.politama.ac.id/index.php/politekno
Graham, J.R., C.R. Harvey, dan S. Rajgopal. sains/article/.../25/22. Diakses tanggal 6
2005. The Economic Implications of Oktober 2012).
Corporate Financial Reporting. http:// Ibrahim, S., L. Xu, dan G. Rogers. 2011. Real
ssrn.com/abstract=491627. Diakses tang- and Accrual-Based Earnings Manage-
gal 10 September 2012. ment and Its Legal Consequences:
Gunny, K. 2005. What Are the Consequen- Evidence From Seasoned Equity
ces of Real Earnings Management? Offerings.
w4.stern.nyu.edu/.../docs/.../Gunny_paper. http://www.emeraldinsight.com/journals.ht
pdf. Diakses tanggal 10 September 2012. m?articleid=1941454. Diakses tanggal 10
________. 2009. The Relation Between September 2012.
Earnings Management Using Real Jonas, G.J. dan J. Blanchet. 2000. Assessing
Activities Manipulation and Future Quality of Financial Reporting. Accoun-
Performance: Evidence From Meeting ting Horizons 14 (3): 353-363.
Earnings Benchmarks. Kothari, S.P.; A.J. Leone, dan C.E. Wasley.
http://ssrn.com/abstract=816025Diakses 2005. Performance Matched Discretio-
tanggal 10 September 2012. nary Accrual Measures. Journal of
Hanlon, M. 2005. The Persistence and Accounting and Economics 39: 163-197.
Pricing of Earnings, Accruals and Cash Klijnveld, Peat, Marwick, Goerdeler
Flows When Firm Have Large Book- (KPMG). 2007. The Governance of Tax:
Dampak Manajemen Laba Terhadap Perencanaan…– Syanthi, Sudarma, Saraswati 209

A Discussion Paper. www.audit-commit Governance terhadap Pengelolaan


tee-institute.be/dbfetch/... Diakses tanggal Laba (Earnings Management). Jurnal
26 Desember 2012. Riset Akuntansi Indonesia. 9(3): 307-326.
Lee, N. dan C. Swenson. 2011. Earnings Sloan, R. G. 1996. Do Stock Prices Fully
Management through Discretionary Reflect Information in Accruals and
Expenditures in The U.S., Canada, and Cash Flows About Future Earnings?
Asia. International Business Research 4 The Accounting Review 71 (3): 289-315.
(2): 257-266. Suandy, E. 2006. Perencanaan Pajak, Edisi 3.
Mathari, R., R. Amelia, dan R. Prakoso. Salemba Empat. Jakarta.
2010. Empat Kasus Pajak Besar: Grup Subagyo dan Oktavia. 2010. Manajemen
Bakrie. Laba Sebagai Respon Atas Perubahan
http://www.beritasatu.com/mobile/ekonomi Tarif Pajak Penghasilan Badan di
/10707-empat-kasus-pajakbesar-grup- Indonesia. Prosiding Simposium Nasional
bakrie.html. Diakses tanggal 4 Juni 2012. Akuntansi XIII Purwokerto.
McGuire, S. T., S. S. Neuman, dan T.C. Subekti, I., A. Wijayanti, dan K. Akhmad.
Omer. 2012. Sustainable Tax Strategies 2010. The Real and Accruals Earnings
and Earnings Persistence. Management: Satu Perspektif dari
http://ssrn.com/abstract=1950378.Diakses Teori Prospek. Prosiding Simposium
tanggal 21 Desember 2012. Nasional Akuntansi XIII Purwokerto.
Penman, S. H. dan X. J. Zhang. 1999. Subramanyam, K. R. 1996. The Pricing of
Accounting Conservatism, the Quality Discretionary Accruals. Journal of
of Earnings, and Stock Returns. Accounting and Economics 22(1-3): 249-
http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abs 281.
tract_id=201048.Diakses tanggal 9 Sunarto. 2009. Teori Keagenan dan Manaje-
Oktober 2012. men Laba.Kajian Akuntansi 1 (1): 13-28.
Ratmono, D. 2010. Manajemen Laba Riil dan ______. 2010. Peran Persistensi Laba ter-
Berbasis Akrual: Dapatkah Auditor hadap Hubungan Antara Keagresifan
yang Berkualitas Mendeteksinya? Pro- Laba dan Biaya Ekuitas. Kajian Akun-
siding Simposium Nasional Akuntansi tansi 2(1): 22-38
XIII Purwokerto. Taylor, G. K. dan R. Z. Xu. 2008. Conse-
Roubi, R. R. dan A. W. Richardson. 1998. quences of Real Earnings Management
Managing Discretionary Accruals in on Subsequent Operating Performance.
Response to Reductions in Corporate Research in Accounting Regulation 22:
Tax Rates in Canada, Malaysia, and 128-132.
Singapore. The International Journal of Tinto, R. 2011. Our Tax Strategy and
Accounting 33 (4): 455-467. Governance.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Mana- http://www.riotinto.com/ourapproach/
gement through Real Activities Mani- 21725_our_tax_strategy_and_governance.
pulation. http://ssrn.com/abstract=477941 asp. Diakses tanggal 26 Desember 2012.
(diakses tanggal 11 Februari 2012). Watts, R. L. dan J. L. Zimmerman. 1986.
Scott, W. R. 2009. Financial Accounting Positive Accounting Theory. Prentice
Theory, Fifth Edition. Pearson Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs. New
Hall. Canada. Jersey.
Setyowati, L. 2002. Rekayasa Akrual untuk Weisbach, M.S. 1988. Outside Directors and
Meminimalkan Pajak.Jurnal Riset Akun- CEO Turnover. Journal of Financial
tansi Indonesia 5 (3): 325-340. Economics 20: 431-460.
Siregar, S. V. N. P. dan S. Utama. 2006. Wijaya, M. dan D. Martani. 2011. Praktik
Pengaruh Struktur Kepemilikan, Uku- Manajemen Laba Perusahaan dalam
ran Perusahaan, dan Praktek Corporate Menanggapi Penurunan Tarif Pajak
210 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 2, Juni 2013 : 192 - 210

Sesuai UU No. 36 Tahun 2008. Prosiding Yamashita, H. dan K. Otogawa. 2007. Do


Simposium Nasional Akuntansi XIV Aceh. Japanese Firms Manage Earnings in
Wijayanti, H. T. 2006.Analisis Pengaruh Response to Tax Rate Reduction in the
Perbedaan Antara Laba Akuntansi dan Late 1990s?
Laba Fiskal terhadap Persistensi Laba, www.ms.kuki.tus.ac.jp/~shelf/MS-07-
Akrual, dan Arus Kas. Prosiding Simpo- 01.pdf. Diakses tanggal 8 Maret 2012.
sium Nasional Akuntansi IX Padang. Yu, W. 2008. Accounting-Based Earnings
Wild, J. J., K. R. Subramanyam, dan R.F. Management and Real Activities Mani
Halsey. 2005. Financial Statement Analy- pulation. Disertasi. Doctor of Philoso-
sis. Bachtiar, Y.S. dan S.N. Harahap phy in the School of Management.
(penerjemah). Analisis Laporan Keua- Georgia Institute of Technology.
ngan. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta. Zang, A. Y. 2006. Evidence on The Trade-off
Wulandari, D., Kumalahadi, dan J.E. Between Real Activities Manipulation
Prasetyo. 2004. Indikasi Manajemen and Accrual-based Earnings Manage-
Laba Menjelang Undang-Undang Per- ment. http://ssrn.com/abstract=1891759.
pajakan 2000 pada Perusahaan Manu- Diakses tanggal 10 September 2012.
faktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Prosiding Simposium Nasional
Akuntansi VII Denpasar.

Anda mungkin juga menyukai