Anda di halaman 1dari 28

AKUNTANSI BIAYA

PENAMBAHAN BAHAN,PRODUK HILANG/RUSAK,PENGARUH


PERSEDIAAN BARANG DALAM PROSES

Dosen pengampu: Dr. I Nyoman Wijana Asmara Putra, S.E.,M.Si.,

Nama kelompok VI:

1. I Made Hari Wicaksana (1607532039)


2. I Gede Prabandhana Ariantaka (1607532048)
3. Nyoman Diantha Anggriawan (1707532031)
4. I Gede Oka Dinantara (1707532003)
5. I Made Edy Putra (1707532097)

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2018
A. Bahan Baku Yang Ditambahkan Pada Departemen Lanjutan
Penambahan bahan baku pada departemen lanjutan setelah departemen pertama dapat
mengakibatkan salah satu dari tiga hal, yaitu (1) tidak meningkatkan unit produk tetapi
meningkatkan biaya produksi, (2) meningkatkan unit produk tetapi tidak meningkatkan biaya
produksi, atau (3) meningkatkan unit produk maupun biaya produksi.
Jika tambahan bahan baku pada departemen lanjutan mengakibatkan peningkatan unit
produk maka harga pokok per unit dari departemen pertama harus disesuaikan menjadi lebih
rendah dari pada sebelumnya.
Contoh

PT Gandaria memproses produknya melalui dua departemen produksi, yaitu Departemen


1 dan Departemen 2. Berikut ini adalah data produksi yang terjadi di Departemen 1 dan
Departemen 2 selama Mei 2000.

Departemen 1 Departemen 2

Barang dalam proses awal 0 unit 0 unit

Barang masuk proses Mei 2000 50.000 unit

Barang yang ditransfer ke Departemen 2 40.000 unit

Tambahan bahan pada Departemen 2 10.000 unit

Barang jadi ditransfer ke gudang 45.000 unit

Barang dalam proses akhir 10.000 unit

Biaya yang ditambahkan:

Biaya bahan baku Rp1.500.000,00 Rp600.000,00

Biaya tenaga kerja langsung 840.000,00 485.000,00

Biaya overhead pabrik (ditentukan di muka) 420.000,00 242.500,00

Tingkat penyelesaian barang dalam proses


akhir:
100% 100%
Biaya bahan baku
20% 70%
Biaya konversi

Pertanyaan:

1. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 1 untuk bulan Mei 2000.
2. Buatlah Laporan Harga Pokok Produksi Departemen 2 untuk bulan Mei 2000.
3. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan proses produksi di
Departemen 1 dan Departemen 2.

PT Gandaria

Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 1

Mei 2000

Kuantitas:

Unit masukan:

Unit masuk proses 50.000

Unit keluaran:

Unit barang jadi dan ditransfer ke Dep. 2 40.000

Unit barang dalam proses akhir 10.000 50.000

Unit Ekuivalen: Bahan Baku Konversi

Unit barang jadi dan ditransfer ke Dep. 2 40.000 40.000

Unit barang dalam proses akhir:

10.000 x 100% 10.000

10.000 x 20% . 2.000

50.000 42.000

Perhitungan Harga Pokok per Unit: Unit Harga Pokok

Total Biaya Ekuivalen per Unit

Biaya bahan baku Rp1.500.000,00 50.000 Rp30,00

Biaya tenaga kerja langsung 840.000,00 42.000 20,00

Biaya overhead pabrik 420.000,00 42.000 10,00

Rp2.760.000,00 Rp60,00
Harga Pokok Produk Diperhitungkan:

Barang jadi ditransfer ke Dep. 2 (40.000 x Rp60,00) Rp2.400.000,00

Barang dalam proses akhir:

Biaya bahan baku (10.000 x Rp30,00) Rp300.000,00

Biaya tenaga kerja langsung (10.000 x 20% x Rp20,00) 40.000,00

Biaya overhead pabrik (10.000 x 20% x Rp10,00) 20.000,00

360.000,00

Rp2.760.000,00

PT Gandaria

Laporan Harga Pokok Produksi - Departemen 2

Mei 2000

Kuantitas:

Unit masukan:

Unit masuk proses diterima dari Dep. 1 40.000

Unit yang ditambahkan di Dep. 2 10.000 50.000

Unit keluaran:

Unit barang jadi dan ditransfer ke gudang 45.000

Unit barang dalam proses akhir 5.000 50.000

Unit Ekuivalen: Bahan baku Konversi

Unit barang jadi dan ditransfer ke gudang 45.000 45.000

Unit barang dalam proses akhir:

5.000 x 100% 5.000

5.000 x 70% . 3.500

50.000 48.500

Perhitungan Harga Pokok per Unit: Unit Harga Pokok

Total Biaya Ekuivalen per Unit


Harga pokok dari Dep. 1 Rp2.400.000,00 40.000 Rp60,00

Penyesuaian . 10.000 (12,00)

Harga pokok dari Dep. 1 disesuaikan Rp2.400.000,00 50.000 Rp48,00

Biaya ditambahkan di Dep. 2:

Biaya bahan baku 600.000,00 50.000 Rp12,00

Biaya tenaga kerja langsung 485.000,00 48.500 10,00

Biaya overhead pabrik 242.500,00 48.500 5,00

Rp3.727.500,00 Rp75,00

Harga Pokok Produk Diperhitungkan:

Barang jadi ditransfer ke gudang (45.000 x Rp75,00) Rp3.375.000,00

Barang dalam proses akhir:

Harga pokok dari Dep. 1 (5.000 x Rp48,00) Rp240.000,0


0
Biaya bahan baku (5.000 x 100% x Rp12,00)
60.000,00
Biaya tenaga kerja langsung (5.000 x 70% x Rp10,00)
35.000,00
Biaya overhead pabrik (5.000 x 70% x Rp5,00) 352.500,00
17.500,00
Rp3.727.500,00

Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya di Dep. 1:

Persediaan barang dalam proses – Dep. 1 2.760.000

Persediaan bahan baku 1.500.000

Utang gaji dan upah 840.000

Biaya overhead pabrik dibebankan 420.000

Jurnal untuk mencatat transfer barang jadi ke Dep. 2:

Persediaan barang dalam proses – Dep. 2 2.400.000

Persediaan barang dalam proses – Dep. 1 2.400.000


Jurnal untuk mencatat pembebanan tanbahan biaya di Dep. 2:

Persediaan barang dalam proses – Dep. 2 1.327.500

Persediaan bahan 600.000

Utang gaji dan upah 485.000

Biaya overhead pabrik dibebankan 242.500

Jurnal untuk mencatat transfer barang jadi ke gudang:

Persediaan barang jadi 3.375.000

Persediaan barang dalam proses – Dep. 2 3.375.000

B. PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES


TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUK PER SATUAN

Pengaruh Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap


Perhitungan Harga Pokok Produk per Satuan
Produk yang hilang pada awal proses dianggap belum ikut menyerap biaya produksi
yang dikeluarkan dalam departemen yang bersangkutan, sehingga tidak diikutsertakan dalam
perhitungan-perhitungan unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah departemen
produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai dua akibat: (1) menaikkan
harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dan departemen produksi sebelumnya
dan (2) menaikkan harga pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen
produksi setelah departemen produksi yang pertama tersebut.
Contoh
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya: departemen
A dan departemen B, Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk bulan
januari 20X1
Data Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1
Departemen A Departemen B

1.000 kg
Produk yang dimasukkan dalam proses
700 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B
400 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang

Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian


sebagai berikut:

Biaya bahan baku & penolong 100% biaya konversi 40% 200 kg -

Biaya bahan penolong 60%, biaya konversi 50% - 100 kg

Produk yang hilang pada awal proses 100 kg 200 kg

Biaya Produksi dan Departcmen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1

Departemen A Departemen B

Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp -

Biaya bahan penolong 26.100 16.100

Biaya tenaga kerja 35.100 22.500

Biaya overbead pabrik 46.800 24.750

Jumlah biaya produksi Rp 130.500 Rp63.350

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1

Jumlah Produk yang dihasilkan Biaya produksi Biaya per kg Produk


Oleh Departemen A Dept. A yg dihasilkan Dept. A

Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)

Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg Rp 22.500 Rp25


Biaya bahan penolong 700 kg + 100% x 200 kg = 900 kg 26.100 29

Biaya tenaga kerja Biaya 700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 35.100 45


overhead pabrik
700 kg + 40% x 200 kg = 780 kg 46.800 60

Rp 130.500 Rp 159

Karena produk yang hilang terjadi pada awal proses, maka produk tersebut tidak ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam buknjanuari 20X1. Oleh
karena itu produk yang hilang tersebut tidak diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen A. Akibatnya biaya produksi per kg produk yang
dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya produk tersebut tidak hilang
dalam proses dan menjadi produk yang baik, maka unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi
1.000 kg (700 + 100% x 200 kg + 100 kg) dan biaya bahan baku per kg adalah sebesar Rp22,50
(Rp22.500:1.000 kg).

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan Januari 20X1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B:


700 x Rp 159 Rp 111.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan(200 kg):
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp25 = Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp45 = 3.600
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp60 = 4.800
Jumlah biaya produksi Departemen A 19.200
Rp 130.500

Laporan Biaya Produksi Dep. A Bulan Januari 20X1, Produk Hilang pada Awal Proses
FT Eliona Sari
Laporan Biaya Ptoduksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian;
biaya bahan baku dan penolong 100%; biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada awal proses 100

Biaya yang Dibebankan dalam Departemen A: 1000 kg


Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 25
Biaya bahan penolong 26.100 29
Biaya tenaga kerja 35.100 45
Biaya overhead pabrik 46.800 60
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500 Rp159

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Departemen B: 700 x Rp159 Rp 113.300
Harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir bulan (200 kg):
Biaya bahan baku Rp 5.000
Biaya bahan penolong 5.800
Biaya tenaga kerja 3.600
Biaya overhead pabrik 4.800
Jumlah biaya produksi Departemen A 19.200
Rp130.500

Produk yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Produk yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat terhadap (1) harga pokok per satuan produk yang
berasal dari departemen sebelumnya dan (2) harga pokok produksi per satuan yang
ditambahkan dalam departemen di mana produk yang hilang tersebut terjadi. Karena harga
pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung secara kumulatif, maka
terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200 kg tersebut, mengakibatkan
kenaikan harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari departemen A. Harga
pokok produk selesai yang berasal dari departemen A sebesar Rp111.300 yang semula dipikul
oleh 700 kg produk, dengan adanya produk yang hilang pada awal proses di departemen B
sebanyak 200 kg, harga pokok produksi tersebut hanya dipikul oleh jumlah produk yang lebih
sedikit, Penyesuaian (adjustment) perhitungan harga pokok produksi per kg produk yang
berasal dari departemen A.

Perhitungan Penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A

Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp111.300 :700 Rp159,00
Harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A
setelah adanya produk yang hilang dalam proses di Departemen B sebanyak 200 kg
adalah Rp111.300: (700 kg - 200 kg) 222,60
Penyesuaian harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp 63,60

Perhitungan Biaya Produksi Per Unit Departemen B Bulan Januari 20X1

Jumlah biaya Biaya per kg


Jumlah Produk yang Diha- Produksi yang yang Ditam-
silkan oleh Departemen B Ditambahkan bahkan
(unit ekuivalensi) di Dept. B Dept. B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg=460 kg Rp16.100 Rp 35

Biaya tenaga kerja 400 kg + 50% x 100 kg=450 kg 22.500 50

Biaya overhead pabrik 400 kg + 50% x 100 kg=450 kg 24.750 55

Rp63.350 Rp140

Perhitungan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer


ke gudang 400 kg x Rp362,60 Rp145,040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg):
Harga pokok dari Departemen A: 100 kg x Rp222,60 Rp22.260
Biaya bahan baku: 100 kg x 60% x Rp35 2.100
Biaya tenaga kerja: 100 kg x 50% Rp50 2.500
Biaya overhead pabrik: 100 kg x 50% x Rp55 2.750
29.610
Jumlah biaya kumulatif dalam Dept. B Rp174.650

Laporan Biaya Produksi Departemen B, bulan Januari 20X1. Produk Hilang Pada Awal Proses
di Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 20X1
Data Produksi 700kg
Jumlah produk yang diterima dari Departemen A
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang 400kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan dengan tingkat penyelesaian;
biaya bahan penolong 60%; biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada awal proses 200
700kg
Biaya yang Dibebankan Dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen A Rp113.300 Rp159,00
Penyesuaian harga pokok per satuan km adanya prod- yg
hilang dim proses 63,60
Rp113.300 Rp222,60
Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya bahan penolong Rp 16.100 Rp35,00
Biaya tenaga kerja 22.500 50,00
Biaya overhead pabrik 24.750 55,00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Departemen B Rp 63.350 Rp140,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp174.650 Rp362,60
Perhitungan biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang: 400 kg x Rp362,60 Rp145.040
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg)
Harga pokok produk dari Departemen A:l00 kg x Rp222,60 Rp22.260
Harga pokok yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya bahan penolong 2.100
Biaya tenaga kerja 2.500
Biaya overhead pabrik 2.750
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B 29.610
Rp174.650

PENGARUH TERJADINYA PRODUK YANG HILANG PADA AKHIR PROSES


TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PER SATUAN

Produk hilang pada akhir proses sudah ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan
dalam departemen yang bersangkutan, sehingga harus diperhitungkan dalam penentuan unit
ekuivalensi produk yang dihasilkan oleh departemen tersebut. Baik di departemen produksi
pertama maupun departemen-departemen produksi setelah departemen produksi pertama.
harga pokok produk yang hilang pada akhir proses harus dihitung. dan harga pokok ini
diperlakukan sebagai tambahan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke departemen
produksi berikutnya atau ke gudang, hal ini akan mengakibatkan pokok per satuan produk
selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang menjadi lebih tinggi.
Contoh
Untuk menggambarkan pengaruh terjadinya produk yang hilang pada akhir proses
terhadap perhitungan harga pokok per satuan, akan digunakan data yang disajikan dalam
contoh 3. Untuk itu disajikan kembali data contoh 3 berikut ini dengan perubahan pada
keterangan mengenai produk yang hilang, yang dalam contoh 3 terjadi pada awal proses, pada
contoh 4 diubah menjadi pada akhir proses.
PT Eliona Sari memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya:
departemen A dan departemen B.
Data Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1
Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 1000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg -
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 400 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian sebagai berikut
Biaya bahan baku & penolong 100% biaya konversi 40% 200 kg -
Biaya bahan penolong 60%, biaya konversi 50% - 100 kg
Produk yang hilang pada akhir proses 100 kg 200 kg

Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B Bulan Januari 20X1


Departemen A Departemen B
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp
Biaya bahan penolong 26.100 16.100
Biaya tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24.750
Jumlah biaya produksi Rp130.500 Rp 22.500

Perhitungan Biaya Produksi Pet Unit Departemen A Bulan Januari 20X1


Jumlah biaya Biaya per kg
Jumlah Produk yang Diha- Produksi yang yang Ditam-
silkan oleh Departemen B Ditambahkan bahkan
(unit ekuivalensi) di Dept. B Dept. B
Jenis Biaya (1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan baku 700 kg + 100% x 200 + 100kg=1000 kg 22.500 22,50
Biaya bahan 700 kg + 100% x 200 + 100kg=1000 kg 26.100 26,10
penolong
Biaya tenaga kerja 700 kg + 40% x 200 + 100kg=880 kg 35.100 39,89
Biaya overhead 700 kg + 40% x 200 + 100kg=880 kg 46.800 53,18
pabrik
130.500 142,67
Karena produk yang hilang terjadi pada akhir proses, maka produk tersebut sudah ikut
menyerap biaya produksi yang dikeluarkan oleh departemen A dalam bulan Januari 20X1, Oleh
karena itu produk yang hilang tersebut diikutsertakan dalam perhitungan unit ekuivalensi
produk yang dihasilkan oleh departemen A, Akibatnya biaya produksi per kg produk yang
dihasilkan oleh departemen A menjadi lebih rendah.

Perhitungan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1


Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen B: 700 x Rp141,67 Rp99.169,00
Penyesuaian harga.pokok produk selesai karena adanya
produk yang hilang pada akhir proses: 100 x Rp141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B
setelah disesuaikan: 700 x Rp161,91* Rp113.334,40 **
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg):
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp22,50 = Rp4.500,00
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp26,10 = 5.220,00
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp39,89 = 3.191,20
Biaya overhead pabrik 200 kg x 40% x Rp53,18 = 4.254,40
17.165,00
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500,00

*(99.169 + 14,167): 700 = Rp161,91.


** Jumlah seharusnya adalah Rp113.336, Jumlah tersebut disesuaikan karena adanya
pembulatan perhitungan, dan penyesuaian tersebut dimaksudkan agar supaya jika dijumlah
dengan harga pokok persediaan produk dalam proses akhir, hasilnya sebesar Rp130.500,
Jumlah biaya produksi Departemen A.

Produk yang Hiiang pada Akhir Proses di Departemen Produksi setelah Departemen
Produksi Pertama

Tidak seperti halnya dengan produk yang hilang pada awal proses di departemen
produksi kedua dan seterusnya, produk yang hilang pada akhir proses yang terjadi di
departemen setelah departemen produksi pertama hanya berakibat terhadap harga pokok per
satuan produk yang ditransfer ke departemen berikutnya atau ke gudang. Karena produk yang
hilang pada akhir proses ikut menyerap biaya yang dikeluarkan dalam departemen yang
bersangkutan, maka Jumlah produk yang hilang tersebut harus diperhitungkan dalam unit
ekuivalensi biaya produksi yang bersangkutan. Produk yang hilang pada akhir proses tidak
mempengaruhi harga pokok produksi per satuan produk yang diterima dari departemen
produksi sebelumnya.

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang Pada Akhir Proses
dalam Departemen Produksi Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen A
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Produk yang dimasukkan dalam proses 1.000
Produk selesai yang ditransfer ke departemen B 700 kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
penyelesaian; biaya bahan baku dan penolong 100%;
biaya konversi 40% 200
Produk yang hilang pada akhir proses 100
1.000 kg
Biaya yang dibebankan dalam departemen A:
Total Per kg
Biaya bahan baku Rp 22.500 Rp 22,50
Biaya bahan penolong 26.100 26,10
Biaya tenaga kerja 35.100 39,89
Biaya overhead pabrik 46.800 53,18
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500 Rp159,67

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen B: 700 x Rp141,67 Rp99.169,00
Penyesuaian karena adanya
produk yang hilang pada akhir proses: 100 x Rp141,67 14.167,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep. B :
700 x Rp161,91 Rp113.334,40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (200 kg):
Biaya bahan baku Rp4.500,00
Biaya bahan penolong 5.220,00
Biaya tenaga kerja 3.191,20
Biaya overhead pabrik 4.254,40

17.165,00
Jumlah biaya produksi Departemen A Rp130.500,00

Perhitungan Biaya Produksi Per Satuan Departemen B Bulan Januari 20X1

Jumlah biaya Biaya per kg


Jumlah Produk yang Dihasilkan oleh Biaya Produksi yang
Departemen B yang Ditambahkan Ditambahkan
(unit ekuivalensi) Dept. B Dept. B
Jenis Biaya 1) (2) (2) : (1)
Biaya bahan penolong 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 kg Rp16.100 Rp 24,39
Biaya tenaga kerja 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 kg 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 400 kg + 60% x 100 kg + 200 kg=660 kg 24.750 38,08
Rp63.350 Rp97,09

Perhitungan Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 20X1

Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang:


Harga pokok dari Dept. A: 400 kg x Rp161,91 Rp64.764,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept B: 400 kg x Rp97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses:
200 kg x (Rp161,91 + Rp97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang :
400 kg x Rp388,50* Rp155.400,00
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg):
Harga pokok dari departemen A: 100 kg x Rp161,91 Rp 16.191,00
Biaya bahan baku100 kg x 50% x Rp24,39 1.219,50
Biaya tenaga kerja 100 kg x 50% Rp34,62 1.731,00
Biaya overhead pabrik 100 kg x 50% x Rp38,08 1.904,00
21.045,00
Jumlah biaya kumulatif dalam Departemen B Rp176.445,50
*)Rp388,50 adalah hasil bagi Rp155.400 dengan 400 kg.

Laporan Biaya Produksi Departemen A Bulan Januari 20X1. Produk Hilang Pada Akhir Proses
dalam Departemen Setelah Departemen Pertama
PT Eliona Sari
Laporan Biaya Produksi Departemen B
Bulan Januari 20X1
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari Departemen A 700kg
Jumlah produk selesai yang ditransfer ke gudang 400kg
Jumlah produk dalam proses akhir bulan dengan tingkat penyelesaian;
biaya bahan penolong 60%; biaya konversi 50% 100
Jumlah produk yang hilang pada awal proses 200
700kg
Biaya yang Dibebankan Dalam Departemen B
Total Per kg
Harga pokok produk yang diterima dari Departemen A Rp113.334,40 Rp161,91
Biaya yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya bahan penolongan Rp 16.100 Rp24,39
Biaya tenaga kerja 22.500 34,62
Biaya overhead pabrik 24.750 38,08
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam Departemen B Rp 63.350 Rp97,09
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp176.684,40 Rp259,00

Perhitungan biaya
Harga pokok produk yang selesai ditransfer ke gudang:
Harga pokok produk dari Departemen A:400 kg x Rp161,91
Rp64.764,0
0
Harga pokok yang ditambahkan dalam Dept B: 400 kg x Rp97,09 38.836,00
Harga pokok produk yang hilang pada akhir proses:
200 kg x (Rp161,91 + Rp97,09) 51.800,00
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Gudang :
400 kg x Rp389,10* Rp155.638**

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan (100 kg):
Harga pokok dari departemen A: 100 kg x Rp161,91 Rp 16.191,00
Harga pokok yang ditambahkan dalam departemen B:
Biaya bahan penolong 1.219,50
Biaya tenaga kerja 1.731,00
Biaya overhead pabrik 1.904,00
21.045,00
Jumlah biaya produksi kumulatif dalam Departemen B Rp176.684,40

* Rp 155.638 : 400 kg = Rp389,10.


** Jumlah yang seharusnya adalah Rp 155.400. Jumlah tersebut disesuaikan agar jika
dijumlahkan dengan harga pokok persediaan produk dalam proses, hasilnya sebesar
Rp 176.684,40, jumlah biaya produksi kumulatif dalam departemen B bulan Januari
20X1

C. PERSEDIAAN AWAL BARANG DALAM PROSES


Dalam suatu departemen produksi, produk yang belum selesai diproses pada akhir
periode akan menjadi persediaan produk dalam proses pada awal priode berikutnya. Produk
dalam proses awal periode ini membawa harga pokok produksi per satuan yang berasal dari
periode sebelumnya, yang kemungkinan akan berbeda dengan harga pokok produksi persatuan
yang dikeluarkan oleh departemen produksi yang bersangkutan dalam periode sekarang.
Dengan demikian jika dalam periode sekarang dihasilkan produk selesai yang ditransfer ke
gudang atau ke departemen berikutnya , harga pokok yang melekat pada persediaan produk
dalam proses awal akan menimbulkan masalah dalam penentuan harga pokok selesai tersebut.
Dalam proses pembuatan produk, umumnya bahan baku hanya dimasukan dalam
proses di departemen produksi pertama. Departemen produksi berikutnya hanya menambahkan
biaya konversi saja. Tetapi adakalanya didalam departemen setelah departemen produksi
pertama ditambahkan pula bahan baku kedalam proses produksi. Tambahan bahan baku ini
kemungkinan akan menambah jumlah produk yang dihasilkan dalam departemen yang
bersangkutan. Tambahan bahan baku ini akan mempunyai pengaruh dalam penentuan harga
pokok produk.
Misalnya pada awal periode terdapat persediaan bahan baku sebanyak 100 kg yang
harga pokoknya Rp 1.000 per kg. Dalam periode tersebut terjadi pembelian bahan baku
sebanyak 400 kg dengan harga Rp 1.200 per kg. Jika pada akhir priode ternyata diketahui
jumlah bahan baku yang dipakai sebanyak 250 kg, timbul masalah harga pokok yang mana
yang akan digunakan untuk menghargai bahan baku yang dipakai tersebut. Untuk menentukan
harga pokok mana yang akan digunakan untuk menilai bahan baku yang dipakai tersebut,
akuntansi menggunakan berbagai anggapan mengenai aliran biaya. Adanya berbagai anggapan
ini menimbulkan berbagai metode penentuan harga pokok yang dipakai. Contohnya adalah
metode harga pokok rata-rata tertimbang, metode masuk pertama keluar pertama dan metode
masuk terakhir keluar pertama.
Jika dalam contoh pemakaian bahan baku tersebut diatas digunakan metode masuk
pertama, keluar pertama maka perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam
periode tersebut disajikan sebagai berikut:

Penggunaan Metode Masuk Pertama , Keluar Pertama


Persediaan bahan baku awal: 100 kg x Rp1.000 Rp100.000
Pembelian bahan baku selama periode 400 kg x Rp1200 Rp480.000
Jumlah bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp580.000
Harga pokok bahan baku yang dipakai selama periode
yang ditentukan atas dasar metode MPKP adalah:
100 kg x Rp1.000 Rp100.000
150 kg x Rp 1.200 Rp180.000
280.000
Persediaan bahan baku pada akhir periode Rp300.000
Jika contoh tersebut diterapkan pada metode harga pokok proses, yang pada awal
periode terdapat persediaan produk dalam proses, maka pengaruh adanya persediaan produk
dalam proses awal tersebut terhadap penentuan harga pokok produk selesai yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang tidak berbeda dengan contoh penentuan biaya bahan
baku tersebut diatas.
Misalkan pada awal periode terdapat persediaan produk dalam proses sebanyak 200 kg
dengan harga pokok yang dibawa dari priode sebelumnya sebesar Rp800.000. Misalkan dalam
priode sekarang produk yang diproduksi ( tidak termasuk persediaan dalam proses awal)
sebanyak 3200 kg sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang , baik
untuk menyelesaiakan persediaan produk dalam proses awal maupun untuk mengolah produk
yang dimasukkan dalam proses periode sekarang berjumlah Rp9.600.000. Jika produk jadi
yang dihasilkan dalam periode tersebut berjumlah 2.800 kg, harga pokok produksi per kilogram
manakah yang akan digunakan untuk menghargai produk jadi tersebut.
Perhitungan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
Kuantitas Total Biaya
Produk dalam proses awal 200 kg Rp800.000
Produk yang dimasukan dalam proses
dalam periode sekarang 3200 9.600.000
Jumlah produk yang diproses
dalam periode sekarang 3400 kg Rp10.400.000
Produk jadi yang dihasilkan
dalam periode sekarang 2800 kg ?
Produk dalam proses akhir periode 600 kg ?
Disini timbul persoalan penentuan harga pokok produk jadi yang dihasilkan dalam
periode sekarang, karena adanya dua macam harga pokok produksi per kg yang berbeda
yaitu:
Harga pokok per kg persediaan produk dalam proses awal:
Rp800.000 : 200 kg Rp4.000
Harga pokok per kg produksi periode sekarang:
Rp9.600.000 : 3.200 kg Rp3.000
Harga pokok produksi per kg manakah yang akan digunakan untuk menentukan harga pokok
2.800 kg produk jadi tersebut?
Seperti halnya dengan contoh pemakaian bahan baku dalam cotoh tersebut dimuka,
dalam metode harga pokok proses juga digunakan anggapan aliran biaya produksi, sehingga
untuk menentukan harga pokok produk jadi dalam contoh ini, terdapat dua metode yang dapat
digunakan: metode harga pokok rata-rata tertimbang dan metode masuk pertama keluar
pertama.
Jika digunakan metode MPKP, harga pokok produk jadi sebanyak 2.800 kg tersebut
dihitung sebagai berikut:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal:
200 kg @ Rp4.000 Rp800.000
Harga pokok produksi sekarang
2.600 kg @ Rp3.000 Rp7.800.000
Harga pokok produksi jadi 2.800 kg* Rp8.600.000
*produk jadi 2.800 kg tersebut terdiri dari 200 kg yang pada awal priode masih dalam proses,
dan sisanya sebanyak 2.600 kg (2.800 kg-200 kg) berasal dari produk yang dimasukan dalam
periode sekarang.

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang


Dalam metode ini, harga pokok persediaan produk dalam proses awal ditambahkan
kepada biaya produksi sekarang, dan jumlahnya kemudian dibagi dengan unit ekuivalensi
produk untuk mendapatkan harga pokok rata-rata tertimbang. Harga pokok rata-rata tertimbang
ini kemudian digunakan untuk menentukan harga pokok produk jadi yang ditransfer ke
departemen berikutnya atau ke gudang dengan cara mengalikannya dengan jumlah
kuantitasnya.
Untuk memberikan gambaran mengenai penggunaan metode harga pokok rata-rata
tertimbang dan metode MPKP disajikan dalam contoh berikut:
Contoh 1
PT Risa Rimendi memproduksi produknya melalui dua departemen produksi. Data produksi
dan biaya produksi bulan januari 2011 di kedua departemen tersebut disajikan sebagai berikut:
Data produksi dan biaya produksi bulan Januari 2011
Pt Risa Rimendi
Data Produksi Dan Biaya Produksi
Bulan Januari 2011
Data produksi: Dept.1 Dept. 2
Produk dalam proses awal
BBB 100%; BK 40% 4.000 kg
BTK 20%; BOP 60% 6.000 kg
Dimasukan dalam proses bulan ini 40.000 kg
Unit yang di transfer ke Dept. 2 35.000 kg
Unit yang diterima dari dDept. 1 35.000 kg
Produk jadi yang ditransfer ke gudang 38.000 kg
Produk dalam proses akhir
BBB 100%; BK 70% 9.000 kg
BTK 40%; BOP 80% 3.000 kg
Harga pokok produk dalam proses awal:
Harga pokok dari Dept. 1 Rp11.150.000
Biaya bahan baku Rp1.800.000
Biaya tenaga kerja Rp1.200.000 Rp1.152.000
Biaya overhead pabrik Rp1.920.000 Rp4.140.000
Biaya Produksi:
Biaya bahan baku Rp20.200.000
Biaya tenaga kerja Rp29.775.000 Rp37.068.000
Biaya overhead pabrik Rp37.315.000 Rp44.340.000

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Departemen Pertama


Dalam departemen produksi pertama, biaya yang harus diperhitungkan dalam
penentuan harga pokok produk adalah biaya yang melekat pada persediaan produk dalam
proses awal dan biaya produksi yang dikeluarkan dalam periode sekarang.biaya yang melekat
pada persediaan produk dalam proses awal merupakan biaya yang berasal dari periode
sebelumnya. Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang ini, biaya yang berasal dari
periode sebelumnya ditambah dengan biaya dari periode sekarang, kemudian dihitung rata-
ratanya dengan cara membagi jumlah tersebut dengan unit ekuivalensi unsur biaya yang
bersangkutan. Harga pokok rata-rata per unit ini kemudian dikalikan dengan jumlah unit
produk selesai yang ditransfer ke departemen berikutnya untuk menghitung total harga pokok
produk selesai tersebut. Harga pokok rata-rata per unit ini juga digunakan untuk menghitung
harga pokok persediaan produk dalam proses pada akhir periode.
a. Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen pertama dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang.
(a) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya bahan baku = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
(b) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya tenaga kerja = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
(c) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya overhead pabrik = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik
b. perhitungan biaya produksi per satuan departemen 1 bulan Januari 2011
Yang Yang Dikeluarkan
Unsur Melekat Dalam Periode Biaya
Biaya Pada Produk Sekarang Total Unit Produksi
Produksi Dalam Proses Biaya Ekuivalen Per Kg
(2) +(3) (4):(5)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
BBB Rp1.800.000 Rp20.200.000 Rp22.000.000 44.000* 500
BTK 1.200.000 29.775.000 30.975.000 41.300** 750
BOP 1.920.000 37.315.000 39.235.000 41.300** 950
*(100%x35.000) +(100%x9.000)=44.000
**(100%x35.000) +(70%x9.000)=41.300
Atas dasar perhitungan biaya per satuan produk departemen 1 tersebut ,dapat dihitung
harga pokok produk selesai yang ditransfer oleh departemen 1 ke departemen 2 dan harga
pokok persediaan produk dalam proses di departemen 1 pada akhir bulan januari 2011 sebagai
berikut:
Perhitungan harga pokok produk selesai dan persediaan produk dalam proses departemen 1.
Harga pokok produksi selesai yang ditransfer ke dept. ke 2
35.000 unit@2.200 Rp77.000.000
Harga pokok persesediaan produk dalam proses akhir:
BBB=100% x 9.000 unit x Rp500 Rp4.500.000
BTK=70% x 9.000 unit x Rp 750 4.725.000
BOP= 70% x 9.000 unit x 950 5.985.000
15.210.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept. 1 Rp92.210.000

Metode Harga Pokok Rata-Rata Tertimbang Dept. Setelah Dept.Pertama


Harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen produksi setelah departemen
produksi yang pertama merupakan harga pokok kumulatif, yaitu merupakan penjumlahan
harga pokok dari departemen sebelumnya dengan biaya produksi yang ditambahkan dalam
departemen yang bersangkutan.
Dalam metode harga pokok rata-rata tertimbang, untuk menghitung harga pokok per
satuan kumulatif produk yang dihasilkan departemen setelah departemen produksi pertama,
perlu dihitung harga pokok rata-rata per satuan produk yang berasal dari departemen
sebelumnya dan harga pokok rata-rata yang ditambahkan dalam departemen setelah
departemen pertama yang bersangkutan.
Rumus perhitungan harga pokok per unit produk departemen kedua dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang.
Harga pokok produk per satuan yang dibawa dari departemen sebelumnya
(a) harga pokok produk harga pokok produk harga pokok produk
Per unit yang dibawa = dalam proses awal + yang di transfer dari
Dari departemen yang berasal dari departemen sebelum-
Sebelumnya departemen sebelumnya nya dalam priode skrg
Produk dalam proses awal + produk yang di transfer
Dari dept sebelumnya
Dalam periode skrg
Harga pokok produk per unit yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama
(b) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya bahan baku = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya bahan baku
(c) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya tenaga kerja = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya tenaga kerja
(d) biaya bahan baku yang biaya bahan baku yang
Biaya over head pabrik = melekat pada produk dikeluarkan dalam
Per unit dalam proses awal + periode sekarang
Unit ekuivalensi biaya overhead pabrik
(e) total HPProd per satuan = (1)+(2)+(3)+(4)

Perhitungan harga pokok kumulatif per satuan produk departemen 2 dengan menggunakan
metode harga pokok rata-rata tertimbang.
Yang Yang Dikeluarkan
Unsur Melekat Dalam Periode Biaya
Biaya Pada Produk Sekarang Total Unit Produksi
Produksi Dalam Proses Biaya Ekuivalen Per Kg
(2) +(3) (4):(5)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
HP ygBerasal
Dari Dept 1 Rp11.150.000 Rp77.000.000 Rp88.150.000 41.000* 2150
Biaya yg Ditambah Dalam Dept 2
BTK 1.152.000 37.068.000 38.220.000 39.200** 975
BOP 4.140.000 44.340.000 48.480.000 40.400*** 1.200
*(100% x 38.000)+(100% x 3.000=41.000
**(100% x 38.000)+(40% x 3.000=39.200
***(100% x 38.000)+(80% x 3.000=40.400

Harga Pokok Produk Jadi dan Persediaan Produk Dalam Proses Departemen 2

Harga pokok produk selesai yang di transfer ke gudang


38.000 units
@ 4.325 Rp164.350.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir:
Yang berasal dari Dept.1:3.000 units x Rp2.150 Rp6.450.000
Yang ditambahkan dalam Dept. 2:
Biaya tenaga kerja 40% x 3.000 units x Rp975 1.170.000
Biaya overhead pabrik 80% x 3.000 units x Rp1.200 2.880.000

10.500.000
Jumlah biaya produksi yang dibebankan dalam Dept, 2
Rp174.850.000

Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama – Departemen Produksi Pertama


Metode masuk pertama, keluar pertama ( MPKP ) menganggap biaya produksi periode
sekarang pertama kali digunakan untuk menyelesaikan produk yang pada awal periode masih
dalam proses, baru kemudian sisanya digunakan untuk mengolah produk yang dimsukkan
dalam proses dalam periode sekarang. Oleh karena itu, dalam perhitungan ekuivalens, tingkat
penyelesaian persediaan produk dalam proses awl harus diperhitungkan.
Untuk ekuivalen bahan baku Departemen 1 (dalam contoh 1) dihitung dengan
memperhatikan tingkat penyelesaian bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal.
Karena tingkat penyelesaian biaya bahan baku dalam persediaan produk dalam proses awal
adalah 100%, maka biaya bahan baku yang dikeluarkan dalam periode sekarang sebesar
Rp.20.200.000 di Departemen 1 tersebut tidak lagi diserap untuk penyelesaian persediaan
produk dalam proses awal. Dengan demikian biaya bahan baku tersebut hanya digunakan untuk
menyelesaikan 31.000 kg (35.000 kg – 4.000 kg) produk selesai yang ditransfer ke Departemen
2 dan 9.000 unit produk yang pada akhir periode masih dalam proses di Departemen 1.
Perhitungan Unit Ekuivalensi Biaya Bahan Baku Departemen 1 denganMenggunakan
Metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal 0 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Dept. 2 31.000
Produk dalam proses akhir 100% x 9.000 9.000
Jumlah 40.000 kg

Perhitungan Unit Ekuivalen Biaya Konversi Departeman 1 dengan Menggunakan


Metode MPKP
Persediaan produk dalam proses awal
(100% - 40%) x 4.000 units 2.400 kg
Produk selesai yang ditrasfer ke Dept. 2 31.000
Produk dalam proses akhir 70% x 9.000 units 6.300
Jumlah 39.700 kg

Perhitungan biaya persatuan dengan menggunakan metode MPKP

Unsur Biaya Unit BiayaProduksi


Produksi Total Biaya Ekuavalensi per Satuan
Biaya bahan baku Rp20.200.000 40.000 Rp505
Biaya tenaga kerja 29.775.000 39.700 750
Biaya overhead pabrik 37.315.000 39.700 940

Perhitungan Harga Pokok Produk Selesai dan Persediaan Produk dalam Proses Departemen
Harga pokok produksi selesai yang ditransfer ke Dep.2:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp4.920.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya bahan baku 0
Biaya tenaga kerja 60% x 4.000 kg x Rp750 1.800.000
Biaya overhead pabrik 60% x 4.000 kg x Rp940 2.256.000
Rp8.976.000
Harga pokok produk dari produksi sekarang 31.000 kg x Rp2.195 68.045.000
Harga pokok produk selesai yang ditransfer ke Dep.2 Rp77.019.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Biaya bahan baku:
9.000 kg x 100% x Rp505= Rp4.545.000
Biaya tenaga kerja:
9.000 kg x 70% x Rp750= 4.725.000
Biaya Ov. Pabrik:
9.000 kg x 70% x Rp940= 5.922.000
15.192.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 1 Rp92.210.000
Jumlah sesungguhnya adalah Rp77.021.000. percantuman jumlah tersebut dikurangi Rp3.000
karena adanya pembulatan angka pada waktu perhitungan biaya overheadpabrik per kg.

Laporan Biaya Produksi Departemen 1 Bulan Januari 20X1 – Metode MPKP


Pt. Risa Rimendi
Laporan Biaya Produksi Departemen 2
Bulan Januari 20x1
Data produksi
Produksi dalam proses awal 6.000 kg
Diterima dari Departemen 1 35.000
Jumlah 41.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gedung 38.000 kg
Produk dalam proses 3.000
Jumlah 41.000 kg
Biaya Yang Dibebankan dalam Departemen 2
Total Biaya biaya per kg
Harga pokok produk dlm proses awal Rp16.442.000
Biaya yang dikeluarkan sekarang:
Harga pokok produk yang diterima dari
Departemen 1 77.019.000 Rp2.201
Biaya tenaga kerja 37.068.000 974
Biaya overhead pabrik 44.340.000 1.205
Jumlah biaya produksi yng dibebankan Departemen 2 Rp174.869,000 Rp4.381

Perhitungan Biaya
Harga pokok produk selesai yang di transfer ke gedung:
Harga pokok persediaan produk dalam proses awal Rp16.442.000
Biaya penyelesaian produk dalam proses awal:
Biaya tenaga kerja 4.680.000
Biaya overhead pabrik 2.892.000
Rp24.014.000
HP.Prod dari produksi sekarang 32.000 unit x Rp4.381 140.192.000
Rp164.202.000
Harga pokok produk dalam proses akhir:
Harga pokok dari Departemen 13.000 x Rp2.201 Rp6.603.000
Biaya tenaga kerja 1.170.000
Biaya overhead pabrik 2.892.000
10.665.000
Jumlah biaya yang dibebankan dalam Departemen 2 Rp174.869.000
Jumlah sesungguhnya adalah Rp164.206.000. percantuman jumlah tersebut dikurangi Rp2.000
karena adanya pembulatan angka pada waktu perhitungan biaya produksi per unit.

Anda mungkin juga menyukai