T
AF
[DRAFT]
Modul Validasi Peta
Rencana Tata Ruang
R
D
MODUL I - VI
SUMBER DATA DAN PETA DASAR
I
T
AF
R
MODUL I
SUMBER DATA
D
QC01-DS Formulir
QC ke-
QC Sumber Data
Nama Pekerjaan: Data yang di QC:
Citra:
QC01-DS DEM:
T
1 Data Citra satelit
2 Data DEM
B PARAMETER SESUAI/TIDAK KETERANGAN
1. Data Citra
1 Jenis Citra
2 Resolusi citra ≤ 0.65 m
3
4
5
6
7
1
AF
Level citra satelit
Dilengkapi informasi parameter orbit satelit
Tahun akuisisi data
Sudut pengambilan ≤ 20 derajat pada saat akuisisi data harus
pada saat kondisi nadir (tegak lurus terhadap bumi)
Liputan awan ≤ 10% untuk setiap scene
2. Data Model Ketinggian
Memiliki resolusi spasial ≤ 20 x dari resolusi citra yang digunakan
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Sumber data yang digunakan untuk pembuatan peta skala 1:5.000 dengan citra satelit resolusi
tinggi adalah :
A. Citra satelit resolusi tinggi
Syarat citra satelit yang dapat digunakan untuk pembuatan peta dasar RDTR adalah :
1. Resolusi Spasial
Citra satelit resolusi tinggi yang digunakan memiliki resolusi spasial lebih baik dari ≤ 0.65
meter.
T
2. Informasi Parameter Orbit
Harus dilengkapi dengan informasi parameter orbit satelit dan parameter sensor (dapat
berupa parameter fisik orbit dan parameter fisik sensor atau RPC)
3. Tahun akuisisi data
Tahun akuisisi citra satelit resolusi tinggi tidak boleh lebih lama dari 2 tahun namun masih
AF
dapat dipertimbangkan menyesuaikan dengan kondisi dan perkembangan daerah.
4. Jenis Data
Belum dilakukan koreksi geometrik, orthorektifikasi, atau mosaik.
5. Sudut Pengambilan
Sudut pengambilan pada saat akuisisi data sebesar ≤ 20o pada saat kondisi nadir (tegak
lurus terhadap bumi)
6. Tutupan Awan
Tutupan awan ≤10 % dan tidak menutupi objek-objek penting seperti Fasilitas sosial,
fasilitas umum, perkantoran pemerintah, kawasan industri, dll.
I. Pemeriksaan Data
A. Citra satelit resolusi tinggi
1. Informasi parameter orbit dan folder Raw Citra (Sumber data mentah)
a. Citra Satelit WorldView dan QuickBird
Raw citra terdiri dari folder berikut :
T
AF
Dalam folder tersebut terdiri atas citra satelit dalam ekstensi .TIF dan file lainnya
XMLFilename (.XML),licenseTxtFilename (.TXT), IMFFilename (.IMD), tilFilename
(.TIL), RPC00BFilename (.RPB)
R
b. Citra Satelit Pleiades
Raw citra terdiri dari folder berikut :
D
Dalam folder tersebut terdiri atas citra satelit dalam ekstensi .TIF dan file lainnya
T
2. Resolusi spasial, tahun akuisisi data, sudut pengambilan/offnadir, tutupan awan
(cloud cover)
a.
AF
Citra Satelit WorldView dan QuickBird
Resolusi spasial, tahun akuisisi data, Offnadir, dan tutupan awan (cloud cover)dapat
dilihat pada file dengan ekstensi .IMD dan dapat dibuka dengan menggunakan
ms.word
R
D
b. Citra Satelit Pleiades
Incidence angle, tahun perekaman dan resolusi citra satelit dapat dilihat pada file
DIM dengan ekstensi .XML dan dapat dibuka dengan menggunakan ms.word
T
AF
B. Digital Elevation Model (DEM)
R
1. Kelengkapan data DEM
a. DEM TerraSar, yang dibagi/penyimpanannya sesuai dengan Indeks peta RBI
D
Dalam folder _DEM terdiri atas citra satelit dalam ekstensi .TIF dan file lainnya
b. DEM IfSar, penamaan file sesuai dengan Indeks peta RBI
T
AF
2. Informasi Sistem koordinat dan Resolusi Spasial
Informasi sistem koordinat dan resolusi spasial terdapat pada file metadata. File DEM
dapat berupa DSM atau DTM dengan ekstensi .bil. Metadata data tersebut dapat dibuka
dengan menggunakan perangkat lunak Global Mapper. Pada tool Overlay Control Center
dan klik Metadata untuk membuka informasi sistem koordinat dan resolusi spasial.
R
D
II. Pengisian Formulir
QC00-DS Formulir
QC ke-
QC Sumber Data
Data yang di QC:
Nama Pakerjaan: Citra: Nama Citra yang
diperiksa
QC00-DS [Tuliskan Nama Pekerjaan] DEM: DEM yang diperiksa
T
diisi seusai
1 Data Citra satelit ketersediaan sumber
data
diisi seusai
2 Data DEM ketersediaan sumber
data
B PARAMETER SESUAI/TIDAK KETERANGAN
AF
1. Data Citra
4
1
2
Jenis Citra
Resolusi citra ≤ 0.65 m
Diisi berdasarkan
Diisi berdasarkan
kesesuaian dengan
speksifikasi. Sesuai
jika ada dan sesuai
Diisi dengan informasi
kesesuaian dengan resolusi citra yang diperiksa
speksifikasi
Diisi dengan informasi Level
kesesuaian dengan citra yang diperiksa
speksifikasi
speksifikasi
2 Berada pada sistem referensi sesuai yang ditetapkan BIG yaitu Diisi berdasarkan Diisi dengan informasi
SRGI2013 atau WGS84 kesesuaian dengan sistem referensi DEM yang
speksifikasi diperiksa
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
QC00-DS Formulir
QC ke- 1
QC Sumber Data
Data yang di QC:
Nama Pakerjaan:
Citra: Pleiades
QC00-DS Kegiatan Pengukuran GPS dan Orthorektifikasi Kota Surabaya
DEM: Terrasar-X
T
Tanggal Mulai QC: Nama Petugas QC:
Bappeda Kota Surabaya
2 Maret 2016 Dina
Jenis Citra
Resolusi citra ≤ 0.65 m
Level citra satelit
PARAMETER
Sesuai
Sesuai
Sesuai
Sesuai
IMG_PHR1A_20160302
KETERANGAN
0.5 m
Sensor
2015
Sudut pengambilan ≤ 20 derajat pada saat akuisisi data harus Sesuai 15
6
pada saat kondisi nadir (tegak lurus terhadap bumi)
7 Liputan awan ≤ 10% untuk setiap scene Sesuai 8%
2. Data Model Ketinggian
1 Memiliki resolusi spasial ≤ 20 x dari resolusi citra yang Sesuai 9 meter
R
digunakan
2 Berada pada sistem referensi sesuai yang ditetapkan BIG yaitu Sesuai WGS84
SRGI2013 atau WGS84
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
D
T
AF
R
MODUL II
SEBARAN DAN PEMILIHAN TITIK
D
QC02.1-ST Formulir
QC Sebaran Titik (GCP dan ICP)
Nama Pekerjaan: QC ke-
QC02.1-ST
Nama Penyedia Jasa/Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal Mulai QC: Nama Petugas QC:
T
2 Citra Satelit yang telah digabungkan/assembles
3 GCP/ICP dalam format digital (.shp)
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
R
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
D
QC02.2-ST Formulir
QC ke-
QC Pemilihan Objek di Citra (GCP dan ICP)
Nama Pekerjaan: Nomor Titik:
2 Dokumen QC AOI
T
3 Citra Satelit yang telah digabungkan/assembles
4 Titik GCP/ICP dalam format digital (.shp)
5
AF
sesuai resolusi citra tersebut
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
D
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai
Bangunan dapat dipilih menjadi objek titik kontrol tanah dengan syarat adalah sebagai berikut:
- Tidak ada objek lain selain bangunan
- Merupakan bangunan konkrit / bukan bangunan sementara
- Bukan bangunan bertingkat. Ketinggian bangunan maksimal 3 meter.
- Objek yang diukur merupakan sudut atap dan bukan sudut tembok bagian dalam bangunan
KETENTUAN PERSEBARAN TITIK GCP DAN ICP
T
- Tersebar secara merata dalam area citra
- Menyesuaikan kondisi terrain
b. Titik Uji Akurasi
Titik kontrol tanah yang akan digunakan sebagai titik uji hasil orthorektifikasi. Syarat persebaran ICP
adalah sebagai berikut:
- Obyek yang digunakan sebagai titik uji harus memiliki sebaran yang merata di seluruh area yang
-
-
AF
akan diuji, dengan ketentuan sebagai berikut:
Pada setiap kuadran jumlah minimum titik uji adalah 20% dari total titik uji.
Jarak antar titik uji minimum 10% dari jarak diagonal area yang diuji yang diilustrasikan pada
gambar 1
R
Gambar 1. Distribusi dan Jarak ideal antar titik
D
- Untuk area yang tidak beraturan, pembagian kuadran dilakukan dengan membagi wilayah
kelompok data menjadi empat bagian, dimana setiap bagian dipisahkan oleh sumbu silang.
Pembagian kuadran dibuat sedemikian rupa sehingga jumlah dan sebaran titik uji
merepresentasikan wilayah yang akan diuji. Ilustrasi kondisi ini ditunjukkan pada gambar 2 berikut.
T
(a) Distribusi ideal titik uji (b) Jarak ideal antar titik uji
Gambar 2. Distribusi dan Jarak antar titik uji (untuk area yang tidak beraturan)
Jumlah titik uji untuk mendapatkan ketelitian dengan tingkat kepercayaan 90% ditunjukkan pada Tabel
A.1.
< 250
AF
Tabel Error! No text of specified style in document..1 Jumlah Titik Uji Akurasi Berdasarkan Luasan
Luasan (km²)
250 – 500
Jumlah titik uji
untuk
ketelitian
horizontal
12
20
Jumlah titik uji untuk ketelitian vertikal
Area non-
vegetasi
20
Area
vegetasi
5
Jumlah
total titik
25
501-750 25 20 10 30
751-1000 30 25 15 40
1001-1250 35 30 20 50
1251-1500 40 35 25 60
R
1501-1750 45 40 30 70
1751-2000 50 45 35 80
2001-2250 55 50 40 90
2251-2500 60 55 45 100
Jumlah titik uji untuk ketelitian geometri bertambah sejumlah 5 titik untuk setiap penambahan luasan
D
T
Gambar 3 Ilustrasi Sebaran Titik GCP dan ICP
T
Koordinat dalam format digital (.shp) digunakan untuk verifikasi persebaran GCP pada area citra
satelit
4. Formulir Pengukuran Titik Kontrol
Formulir Pengukuran Titik Kontrol akan digunakan untuk verifikasi kesesuaian antara penempatan
GCP dan ICP pada citra satelit dengan pengukuran dilapangan
AF
B. Pemeriksaan Sebaran Titik
a. Titik Kontrol Tanah
Berikut ini adalah contoh persebaran titik pada daerah yang dengan kondisi relief relatif datar.
R
D
Berikut ini adalah persebaran titik ICP dengan luas cakupan citra satelit < 250 km 2
R
D
T
AF
R
D
b. Tidak Memenuhi Syarat Pemilihan Objek GCP dan ICP
T
AF
R
D
III
T
AF
R
MODUL III
PENGUKURAN GPS
D
QC03-PT Formulir
QC ke-
QC PENGUKURAN GPS
Nama Penyedia Jasa/Pelaksana Pekerjaan: Tanggal Mulai QC: Nama Petugas QC:
T
6 Data pengamatan satelit GPS (Rinex dan raw)*
7 Baseline Processing GPS (.pdf)
8 Formulir Hasil Hitungan Koordinat (.xls)
9 Titik kontrol dalam format (.shp)
Parameter
1. Formulir Pengukuran Titik Kontrol 1) Sesuai2) Tidak2) Nihil2) Keterangan
a. Titik kontrol terdiri dari GCP dan ICP
b.
c.
GCP
Jumlah ICP : ……….**
d. Penomoran titik cek
2. Pengukuran GPS
b.
c.
1)
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
1) Isilah kolom dengan tanda √
2) Pilih salah satu yang paling sesuai
3)
* Jika menggunakan metode RTK maka harus melampirkan dokumentasi pengukuran yang menunjukan nilai ketelitian horizontal tiap titik ≤ 20 cm
4)
* * diisi jumlah titik dan sudah sesuai dengan spesifikasi persebaran titik uji
SPESIFIKASI PENGUKURAN GPS
T
d) Antena GNSS harus mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk dapat mendeteksi sinyal GNSS
yang relatif lemah.
e) Antena GNSS harus dapat mengamati sinyal GNSS yang datang dari semua arah dan ketinggian
dengan baik.
f) Sesuai dengan GNSS receiver yang dipakai
3. Metode Pengamatan GPS
AF
a) Pelaksanaan survei pengukuran titik kontrol dilakukan menggunakan salah satu atau kombinasi
dari tiga metode tersebut dibawah ini:
Static Relative GPS/GNSS positioning (static differensial) yang terikat kepada titik kontrol
geodesi nasional.
Realtime Kinematic Differential GPS (RTK DGPS), mengunakan koreksi dari stasiun
pengamatan geodetik tetap/kontinyu atau CORS (Continuously Operating Reference Station)
b) Koordinat yang dihasilkan adalah Geografis dan UTM, dan terikat dalam SRGI2013
c) Stasiun referensi tersebut adalah Cors BIG, Orde 0 atau Orde 1 milik BIG
4. Pelaksanaan survei titik kontrol tanah dan titik uji akurasi
a) Pelaksana pekerjaan mengisi Formulir Pengukuran Titik Kontrol dan Titik Uji Akurasi (formulir
terlampir)
b) Pelaksana Pekerjaan menyimpan data hasil pengamatan GPS/GNSS dalam format RAW data
sesuai dengan peralatan yang digunakan
R
c) Bila menggunakan metode non static differential yaitu RTK-CORS maka Pelaksana Pekerjaan
mengambil nilai pengamatan terbaik dari jumlah sampel titik kontrol tanah dan titik uji akurasi
pada pengamatan GPS/GNSS. Jumlah pengamatan titik tersebut adalah sebanyak lima kali.
d) jika menggunakan metode non static differential yaitu RTK-CORS maka :
menyertakan lampiran berupa file dalam format .pdf atau .html dari hasil pengamatan titik
dokumentasi pengaturan nilai koordinat Titik Referensi yang digunakan di Receiver GPS
Lampiran dokumentasi pengukuran yang menunjukan nilai ketelitian horizontal tiap titik ≤20
D
T
7. Baseline Processing GPS (.pdf)
8. Daftar koordinat titik kontrol (.xls)
9. Daftar koordinat titik kontrol (.shp)
T
Uraian Lokasi : Di halaman DISPORABUDPAR
Kenampakan Menonjol :Pojok Peluran segi empat di depan kantor DISPORABUDPAR Diisi
dengan
Jalan ke Lokasi : Jalan Aspal lengkap
AF
Transportasi & Akomodasi ke Lokasi : Mobil
Rinex
D
Raw GPS
E. Baseline Processing GPS (.pdf)
Pemeriksaan Baseline Processing Report dilakukan untuk validasi bahwa koordinat yang
dilampirkan pada tabel daftar koordinat telah sesuai dengan hasil pengukuran dilapangan.
Pada contoh Baseline Processing Report pada Gambar D.1. H. Prec (meter) menunjukkan
akurasi horizontal untuk masing-masing titik, di mana akurasi horizontal tersebut tidak boleh
lebih dari 20 cm dan akurasi vertikal tidak boleh lebih dari 40 cm .
Baseline prosessing report yang dilampirkan adalah versi summary (.pdf) dan versi session
detail (.pdf atau .html) untuk masing-masing titik.
T
AF
R
D
T
AF
Gambar D.1. Contoh Summary Baseline Processing Report
R
Versi Session Detail (.pdf)
D
T
AF
R
F. Daftar koordinat titik kontrol (.xls)
D
Fix/Float
G. Contoh lampiran jika menggunakan metode RTK
Berikut ini adalah lampiran yang harus dilengkapi pada saat pemeriksaan hasil GPS dengan
menggunakan data RTK :
1. Foto pengaturan nilai koordinat titik referensi yang digunakan di Receiver GPS
2. Lampiran dokumentasi pengukuran yang menunjukan nilai ketelitian horizontal tiap titik ≤
20 cm dan ketelitian akurasi vertikal ≤ 40 cm, berikut ini adalah contohnya,
T
AF
R
D
IV
T
AF
R
MODUL IV
ORTHOREKTIFIKASI DAN UJI AKURASI
D
QC04-OR Formulir
QC ke-
QC Orthorektifikasi dan Uji Akurasi
Data yang di QC:
Nama Pakerjaan:
Citra:
QC04-OR DEM:
T
1 Dokumen QC Sumber Data
2 Dokumen QC Sebaran Titik
3 Dokumen QC Pemilihan Titik
4 Dokumen QC Pengukuran GPS
5 Citra Satelit yang telah digabungkan/assembles
6 Data DEM
7
8
9
10
NO
1
AF
Formulir Pengukuran Titik Kontrol
Daftar Koordinat GCP & ICP
Koordinat GCP & ICP dalam format digital (.shp)
Laporan orthorektifikasi
Perangkat Lunak
PARAMETER SESUAI/TIDAK KETERANGAN
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
D
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
SPESIFIKASI ORTHOREKTIFIKASI
1. Perangkat lunak yang digunakan adalah perangkat lunak yang dapat melakukan proses
orthorektifikasi
2. Proses orthorektifikasi antar scene diolah secara simultan.
3. Posisi GCP pada saat orthorektifikasi sesuai dengan posisi sebenarnya dilapangan.
4. Pemilihan titik ikat (tie point), yang dapat diidentifikasi secara jelas dan akurat antar scene
citra yang bertampalan.
5. Indikator bahwa hasil orthorektifikasi memenuhi akurasi horisontal peta skala 1:5.000 yaitu
RMS hasil orthorektifikasi sebesar ≤ 1.5 pixel
6. Resolusi spasial hasil orthorektifikasi lebih baik atau sama dengan resolusi input citra.
T
SPESIFIKASI UJI AKURASI
Uji Akurasi/Uji Ketelitian Geometri dilakukan untuk mengetahui nilai ketelitian Citra Satelit yang
telah mengalami Orthorektifikasi. Pengujian ketelitian posisi mengacu pada perbedaan koordinat
AF
(X,Y,Z) antara titik uji pada gambar atau peta dengan lokasi sesungguhnya dari titik uji pada
permukaan tanah. Pengukuran akurasi menggunakan root mean square error (RMSE) atau
circular error dimana yang perlu diperhitungkan adalah koordinat (X, Y) titik uji dan posisi
sebenarnya di lapangan.
Citra Satelit Resolusi Tingga yang digunakan untuk sumber data peta RDTR dikatakan memenuhi
standar ketelitian peta dasar skala 1:5000 apabila akurasi ketelitian horizontal ≤ 2,5 meter (kelas
3).
R
D
Ketelitian geometri tersebut dihitung berdasarkan pada Perka BIG Nomor 15 Tahun 2014 tentang
Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar. Perhitungan akurasi hasil orthorektifikasi, menggunakan
nilai CE90 yang dihitung dari nilai RMSE resolusi citra satelit setelah diorthorektifikasi.
Nilai akurasi horisontal dengan tingkat kepercayaan pada level 90% (NSSDA)
T
Jumlah (... CP) 0.000
Rata-rata (... CP) 0.000
RMSEr (….CP) 0.000
Keterangan:
Titik ICP
AF
Jarak ketitik GPS yang bersesuaian
Akurasi Horisontal (… CP)
T
7. Formulir Pengukuran Titik Kontrol
Formulir pengukuran titik kontrol akan digunakan untuk verifikasi kesesuaian antara
penempatan GCP pada saat orthorektifikasi dengan posisi sebenarnya pada saat
pengukuran dilapangan
8. Daftar Koordinat GCP & ICP
Daftar koordinat GCP akan digunakan untuk verifikasi kesesuaian antara koordinat GCP
AF
pada saat orthorektifikasi dengan koordinat hasil pengukuran GPS yang telah lolos QC
Pengukuran GPS
9. Koordinat GCP & ICP dalam format digital (.shp)
Koordinat dalam format digital (.shp) digunakan untuk verifikasi persebaran GCP pada
area citra satelit
10. Laporan Orthorektifikasi
Laporan orthorektifikasi digunakan untuk menilai proses orthorektifikasi yang dilakukan.
Laporan orthorektifikasi harus berisi atau menerangkan hal-hal berikut ini:
a. Perangkat lunak
b. Metode orthorektifikasi
c. Screenshoot penempatan GCP pada saat proses othorektifikasi
d. Metadata hasil pengolahan orthorektifikasi dari perangkat lunak
R
D
B. Penilaian orthorektifikasi berdasarkan parameter
1. Jumlah dan Persebaran GCP
Jumlah dan persebaran GCP dapat diterima jika sesuai dengan spesifikasi pemetaan.
Pengecekan dilakukan dengan mengoverlaykan citra satelit yang telah mengalami
pengolahan awal yang siap untuk di orthorektifikasi dengan koordinat GCP (format .shp).
T
AF
2. Proses Orthorektifikasi
Penilaian Perangkat Lunak, Pemilihan metode orthorektifikasi, Posisi GCP pada saat
orthorektifikasi dengan posisi di lapangan, Statistik hitungan dari proses orthorektifikasi
≤ 1,5 piksel, dan Metadata hasil pengolahan orthorektifikasi dari perangkat lunak dapat
diverifikasi berdasarkan laporan. Berikut adalah contoh laporan orthorektifikasi :
c) Jumlah GCP
d) Persebaran GCP
e) Perangkat lunak yang digunakan: Geomatica 2013 Menu Orthoengine Version 2013
D
T
AF
h) Kesesuaian posisi dan koordinat menggunakan formulir lapangan dengan melampirkan screenshoot posisi
pada project untuk semua titik, dibawah ini adalah contoh untuk titik 08
R
D
D
R
AF
T
i) Kesesuain koordinat yang digunakan pada saat orthorektifikasi dengan koordinat hasil pengukuran GPS
T
j)
AF
Statistik hitungan dari proses orthorektifikasi ≤ 1,5 piksel, dilampirkan juga dengan file format .txt
R
k) Metadata hasil pengolahan orthorektifikasi, dilampirkan juga dengan file format .txt
D
D
R
AF
T
PANDUAN UJI AKURASI
B. Verifikasi
T
- Langkah awal perhitungan uji akurasi adalah melalukan interpretasi hasil survey titik ICP pada Citra
Satelit hasil orthorektifikasi. Berikut merupakan contoh interpretasi titik ICP di lapangan pada Citra
Satelit hasil orthorektifikasi. (Gambar 1.1)
-
-
AF
Dapat dilihat pada Gambar 1.1 bahwa obyek yang digunakan sebagai titik ICP dapat diidentifikasi
dengan jelas dilapangan dan di Citra Satelit (Syarat obyek yang digunakan sebagai titik uji).
Kemudian memasukkan koordinat ICP hasil pengukuran, koordinat ICP hasil interpretasi pada Citra
Satelit dan jarak antara titik ICP hasil pengukuran dengan titik ICP hasil interpretasi ke dalam Tabel atau
Formulir Uji Akurasi. Jarak antara titik ICP hasil pengukuran dengan titik ICP hasil interpretasi ini
((XGPS-XCP)2+(YGPS-YCP)2 ) sebagai indikasi apabila terdapat error yang menyebabkan Akurasi Horisontal
nilainya lebih dari 2.5 m
R
D
T
Foto dari formulir lapangan
AF
R
D
T
AF
Formulir Uji Akurasi Muaradua adalah contoh Uji Ketelitian yang belum memenuhi syarat ≤ 2.5 m. Dapat dilihat
bahwa kemungkinan terdapat error pada titik uji04, 06, dan 31, jarak titik uji dengan titik GPS sebesar 8.611,
10.889, dan 18.889 meter yang dapat kita jadikan indikasi bahwa pada titik ini terdapat error. Rekomendasi
yang diberikan apabila terdapat kasus seperti ini adalah mengecek kembali interpretasi titik ICP, jika setelah
diperiksa ternyata hasil uji akurasi belum memenuhi syarat maka proses orthorektifikasi harus diulang.
Contoh Kasus 2
R
D
Formulir pada Contoh 2 merupakan contoh Uji Ketelitian yang sudah memenuhi syarat ≤ 2.5 m tetapi ada nilai
jarak titik GPS yang bersesuaian yang melebihi toleransi, yaitu no 11. Nilai tersebut merupakan indikasi bahwa
pada area titik no 11 terdapat pergesaran.
Contoh Kasus 3
T
AF
Formulir diatas merupakan perhitungan uji akurasi (contoh kasus: Kabupaten Magelang) menggunakan 12 titik
R
ICP menghasilkan Akurasi Horisontal 1.753 m dengan tingkat kepercayaan 90% (CE: 1.5175) yang artinya sudah
memenuhi syarat ≤ 2.5 m
D
V
T
AF
R
MODUL V
DIGITASI UNSUR PETA DASAR
D
QC05-DG Formulir QC ke-
QC DIGITASI UNSUR PETA RUPABUMI SKALA 1:5.000
NAMA PEKERJAAN :
QC05-DG
Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal Mulai QC: Nama Petugas QC :
T
Batas administrasi tergambar sesuai dengan pendetilan dari citra
b. Tema Batas BWP dan Sub BWP
Mengikuti batasan fisik atau administrasi yang telah didetailkan dari citra
Batas BWP dilengkapi dengan batas Sub BWP
c. Tema Bangunan
Setiap bangunan yang memiliki ukuran lebih dari 2.5mx2.5 diplot sebagai polygon
Batas bersama (sharing boundary) untuk area bangunan yang padat sesuai ketentuan
d. Tema Jaringan Jalan
Jalan dengan lebar <2,5 m digambar sebagai satu garis pada as jalan (centerline)
AF
Jalan dengan lebar > 2,5 m digambar sebagai polygon
Semua jalan harus terhubung satu sama lain (snap 2D) ke center line dan membentuk suatu jaringan (road network)
Penarikan objek landas pacu, dermaga laut, dan dermaga sungai mengikuti kaidah penarikan objek jalan
Semua objek Transportasi, Jembatan dan Terowongan sesuai kebutuhan area RDTR
e. Tema Perairan/Hidrografi
Sungai dengan lebar < 2,5 m digambar sebagai satu garis pada garis tengah sungai (centerline )
Sungai dengan lebar > 2,5 m digambar sebagai polygon dan dilengkapi dengan garis tengah (centerline ) sungai
Semua sungai harus terhubung satu sama lain (snap ke center line ) dan membentuk suatu jaringan (network )
Garis tepi perairan tergenang (danau, tambak, rawa, dll) harus membentuk polygon
Semua objek Perairan/Hidrografi telah sesuai kebutuhan area RDTR
f. Tema Toponimm
Point toponim ditempatkan pada lokasi yang mewakili objek-objek
Toponim menjelaskan tidak hanya tipe objek, tetapi sampai pada nama objek
g. Tema Tutupan Lahan
Klasifikasi sesuai dengan klasifikasi pedoman yang diberikan
Semua objek Tutupan Lahan telah sesuai kebutuhan area RDTR
R
5. Skema Data Output Sesuai8) Tidak8) Nihil8) Tindak Lanjut
File geodatabase / SHP :
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
D
Tanggal Akhir QC
Petugas QC
Koordinator Pekerjaan
1) Sesuai dengan dokumen kerangka acuan kerja dan Kode unsur yang digunakan
2) Isilah kolom dengan tanda √
3) Pilih salah satu yang paling sesuai
PEDOMAN DIGITASI UNSUR DASAR RDTR DAN
Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital.
Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain yang sebelumnya dalam format raster
T
pada sebuah citra satelit resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses digitasi.
Ketentuan umum yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan data dasar yaitu :
1. Datum horizontal yang digunakan yaitu : WGS84/SRGI 2103
2. Kesesuaian nama file unsur sesuai dengan objek / unsur yang diploting
AF
3. Penarikan garis sesuai dengan kenampakan citra
1. Batas Administrasi
Data batas administrasi diperoleh dari instansi resmi pusat/daerah bersangkutan yang memiliki
informasi mengenai data batas administrasi. Data tersebut merupakan data sekunder yang akan
ditambahkan sebagai batas wilayah pada basisdata hasil tahapan digitasi unsur peta dasar. Batas
wilayah tersebut perlu diverifikasi kebenarannya dan dikonfirmasikan ke pemerintah daerah
R
setempat pada saat tahapan survei kelengkapan lapangan. Pada pemetaan RDTR, batas
administrasi harus didetilkan sessuai dengan kenampakan pada citra.
D
T
AF
2. Batas Bagian Wilayah Perencanaan (BWP)
Bagian wilayah perencanaan biasanya ditetapkan berdasarkan batas administrasi atau batas fisik
kota. Batas fisik kota dapat dilihat dari citra satelit, dimana tutupan lahan perkotaan didominasi oleh
lahan terbangun, sedangkan kawasan perdesaan didominasi wilayah bervegetasi atau pertanian.
Data batas BWP harus dilengkapi dengan batas Sub BWP.
Digitasi unsur peta rupabumi untuk jaringan jalan harus memenuhi ketentuan berikut:
a. Semua jaringan transportasi yang dapat terlihat pada citra harus diplot sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
T
d. Semua jaringan transportasi yang ada pembatas tengah atau lebarnya ≥ 0,5 mm x skala peta
harus diplot 3 garis (2 bahu jalan dan 1 pembatas tengah sebagai centerline).
AF
R
e. Jalan Poligon tidak boleh bertampalan dengan digitasi bangunan.
D
4. Bangunan
Digitasi unsur peta rupabumi 2 Dimensi untuk kategori bangunan dan fasilitas umum harus
memenuhi ketentuan berikut:
a. Semua bangunan diplot sesuai dengan ukuran dan bentuk sebenarnya.
c. Kumpulan bangunan/gedung yang berjarak rapat antara satu dengan yang lain dibuat sebagai
satu kesatuan, dan dipisahkan dengan garis sharing boundary
T
Contoh Penarikan Area Bangunan Sesuai Atap Bangunan
AF
5. Perairan/Hidrografi
R
Digitasi untuk kategori perairan atau jaringan sungai harus dimulai dari sungai besar dilanjutkan
dengan anak sungai, dan kemudian sungai musiman, pengelompokan tersebut berdasarkan kriteria
berikut:
Proses digitasi harus dimulai dari hulu ke muara. Dalam satu daerah aliran sungai, segmen garis
sungai harus terhubung satu dengan lainnya membentuk satu jaringan yang bermuara pada satu
titik. Sungai dan alur dapat bermuara pada garis pantai, garis tepi danau, garis tepi air rawa, atau
garis tepi perairan lainnya. Pada daerah karst, aliran sungai dapat terhenti tanpa diketahui
kelanjutan muaranya. Bentuk topografi daerah karst dicirikan dengan banyak cekungan.
T
AF
Garis tepi perairan lainnya adalah garis batas daratan dan air yang menggenang. Garis tepi
danau/situ, garis pantai/pulau, dan garis tepi rawa, dan garis tepi empang masuk dalam kategori ini.
e. Garis pantai dan garis tepi danau/situ tidak terpenggal oleh muara sungai, harus berhenti pada
tepi garis pantai/danau;
R
f. Sungai harus berhenti pada garis tepi danau/situ;
h. Sungai dapat memotong garis tepi rawa apabila operator dapat melihat aliran sungai tersebut.
D
i. Sungai harus terdiri dari Sungai Poligon (lebih dari 2,5 m) & As Sungai garis
Toponim merupakan representasi sebaran objek penting, fasilitas umum dan sosial. Data toponim
didapatkan dari hasil lapangan dan interpretasi. Karakteristik data toponim yaitu :
a. Point toponim ditempatkan pada lokasi yang mewakili objek-objek
b. Toponim menjelaskan tidak hanya tipe objek, tetapi sampai pada nama objek
T
AF
R
D
7. Penggunaan/Tutupan Lahan
Konsep penutup lahan yang terdapat dalam standar ini menggunakan pendekatan pengindraan
jauh, sehingga pendefinisian objek penutup lahan merupakan campuran antara penutup dan
penggunaan lahan.
Klasifikasi penggunaan/tutupan lahan yang digunakan adalah klasifikasi tersendiri yang dibuat
secara sederhana yang banyak mencirikan penggunaan lahan pada area budidaya/aktifitas
manusia dan disesuaikan dengan kebutuhan pemetaan RDTR.
T
AF
R
D
KLASIFIKASI PENGGUNAAN/PENUTUP LAHAN
Disesuaikan untuk kebutuhan penyusunan pola ruang, ketentuan peraturan zonasi dan analisis perencanaan
wilayah.
T
Jembatan
Terowongan
Pematang
Pekarangan
Taman
Alun-alun
Makam
Jalur Hijau
Trotoar
Boulevard
Tema Hutan (Berbentuk Area)
Hutan Tanaman Produksi
Hutan Kerapatan Tinggi
Hutan Kerapatan Sedang
Hutan Kerapatan Rendah
Hutan Rawa dan Gambut
Hutan Mangrove
Hutan Bambu
Hutan Kota
T
Hutan Lainnya
Sawah
Peternakan
Tambak
T
Industri Kimia Dasar
Industri Mesin dan Logam Dasar
Industri Aneka
Pergudangan
Rumah Sakit
Puskesmas
Posyandu
Klinik
T
Tema Fasilitas Peribadatan [Berbentuk Bangunan]
Masjid
Mushola
Gereja
Vihara
Pura AF
Klenteng
T
AF
R
MODUL VI
TOPOLOGI DAN ATRIBUT
D
QC06-T&A Formulir
QC Topologi Check dan Atribut Data
Nama Pekerjaan: QC ke-
QC06-T&A
Nama Penyedia Jasa / Pelaksana Pekerjaan:
Tanggal Mulai QC: Nama Petugas QC:
T
must be single part
must not overlap
2 Jaringan Jalan (Poligon)
must not overlap with... Bangunan, Sungai.
must not overlap
must not self-overlap
3 Sungai (As / Garis)
must not have dangles
must be single part
must not overlap
4
8
AF Sungai (Poligon)
Bangunan
Penutup Lahan (include
Bangunan, Sungai & Jalan
Waduk/Danau
Garis Pantai
must not overlap with... Bangunan, Jalan.
must not overlap
must not overlap with... Sungai, Jalan.
must not overlap
must not have gaps
must not overlap
must not overlap with... Bangunan, Jalan.
must not overlap
must not self-overlap
must not have dangles
secara manual, cek dengan Bangunan, Jalan.
must not overlap
9 Batas Kab/Kota/Kec/Desa must not self-overlap
must not have dangles
CATATAN : (komentar/permasalahan/penjelasan)
Tanggal Akhir QC :
Petugas QC :
Koordinator QC :
Keterangan:
*) Pilih Salah satu yang sesuai
PANDUAN PEMERIKSAAN TOPOLOGI CHECK DAN ATRIBUT DATA
Topologi merupakan aturan hubungan antar objek spasial (titik, garis, poligon) dari suatu
unsur geografis. Topologi diperlukan untuk menjaga integritas dan kualitas data geospasial
supaya dapat dipertanggungjawabkan. Ketentuan cek topologi dilaksanakan dengan
memperhatikan ketentuan sebagai berikut:
Tidak ada objek yang lebih kecil dari batas toleransi yang
T
ditetapkan berdasarkan skala (must be larger than
cluster tolerance)
Tidak ada objek garis yang overlap pada objek garis itu
sendiri (must not self-overlap)
a. Lakukan pengecekan topologi unsur peta dasar sesuai tipe jenis objek yang ada.
D
b. Untuk cek topologi antar feature, yang dilakukan pengecekan adalah Bangunan
terhadap Sungai, dan Bangunan terhadap Jalan.
c. Untuk peta Penutup Lahan dan Penggunaan Lahan, yang merupakan gabungan
unsur-unsur peta dasar dalam bentuk poligon, dilakukan cek topologi tipe poligon.
Dan sebagai catatan Sungai yang bertampalan dengan Jalan, harus dipotong
Sungai tersebut sesuai jalan yang bertampalan. Namun untuk database layer
sungai yang tersendiri, tidak perlu untuk dipotong.
2. PEMERIKSAAN DATA ATRIBUT
Data atribut merupakan keterangan dari sebuah objek geografis, yang dalam atribut tersebut
memberikan klasifikasi, nama, tipe, dan keterangan lainnya. Yang perlu untuk diperhatikan
dalam pengecekan kelengkapannya adalah :
T
Sumber data. Jenis deliniasi
Bangunan: (pengukuran / sesaat dari citra),
Tipe Penggunaan Lahan Bangunan, Sumber data.
Nama Bangunan, Toponim:
AF
Sumber data.
Penutup Lahan:
Klas Penutup Lahan,
Nama,
Sumber data.
Batas Kab/Kota:
Nama pada poligon Bangunan, Jenis deliniasi
Sumber data. (Indikatif / Definitif Kemendagri),
Sungai: Sumber Data
Nama Sungai, Batas Kec/Desa:
Tipe Sungai (musiman / bukan), Jenis deliniasi
R
Sumber data. (kesepakatan daerah / indikatif citra),
Sumber data.
Dalam pengecekan, dipastikan juga tidak ada kolom atribut yang rancu dimana terdapat
beberapa versi yang membingungkan mana yang benar dan mana yang salah. Serta
D