Belakangan ini masyarakat Bali sering disuguhi demonstrasi Bali Tolak Reklamasi, bahkan
dukungan Bali Tolak Reklamasi menyeruak dari pelosok desa hingga ke seberang samudra.
Berdasarkan berita berita di media masa dan elektronik, menurut penulis tuntutan mereka adalah
menolak pembangunan properti atau pemukiman di sekitar perairan dangkal termasuk hutan
mangrove teluk Benoa. Menolak perubahan fungsi perairan dangkal teluk Benoa menjadi
pemukiman.
Jumlah demonstran Bali Tolak Reklamasi pun makin hari makin banyak, mulai dari orang tua
sampai anak anak, mulai dari pusat kota sampai pelosok desa.
Hal diatas membuat penulis merasa ingin tahu apa yang sebenarnya sudah dan sedang terjadi di
kawasan ini. Seperti biasa penulis yang sangat terbatas pengetahuannya mencoba menggunakan
citra satelit untuk melihat kawasan ini, berikut beberapa citra satelit kawasan ini selama 14
tahun.
Citra satelit di bawah ini adalah citra satelit kawasan yang disebut teluk Benoa pada tahun 2015.
Sudah terlihat hasil pembangunan jalan tol Bali Mandara. Jalan tol atas laut pertama di
Indonesia.
Berbeda dengan diatas, citra satelit di bawah ini adalah citra satelit kawasan yang disebut teluk
Benoa pada tahun 2002. Belum terlihat dan mungkin pada saat itu belum terbayang akan ada ada
jalan tol cantik yang membentang di kawasan ini.
Kawasan yang disebut teluk Benoa pada tahun 2002.
Namun ibarat pepatah, 'Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak',
luas dan birunya laut kawasan ini membuat kita terlena dan tidak tahu apa yang sebenarnya
terjadi di kawasan pesisir teluk Benoa, kawasan yang lebih dekat dengan kita. Berikut penulis
ambil citra satelit salah satu kawasan pesisir teluk Benoa bagian selatan:
Pada tahun 2015, pembangunan di kawasan pesisir selatan teluk Benoa sangat pesat terbukti
dengan pemukiman yang padat seperti yang ditunjukan citra satelit di bawah ini:
Salah satu kawasan pesisir selatan teluk Benoa pada tahun 2015.
Namun adakah yang tahu, bagaimana kawasan kawasan yang ditandai warna merah tersebut
pada tahun 2002?
Salah satu kawasan pesisir selatan teluk Benoa pada tahun 2002.
Penulis melihat beberapa kawasan tersebut masih terendam air dan menurut penulis kawasan
kawasan tersebut masih bagian dari perairan dangkal dan hutan mangrove teluk Benoa.
Kalau asumsi penulis benar, lalu sampai sejauh manakah kawasan perairan dangkal teluk Benoa
yang dimaksud?
Energi terbarukan
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Energi terbarukan
Ladang angin pertama di dunia dengan turbin angin berdaya 7.5 MW di Estinnes Belgia
Energi terbarukan
Biofuel
Biomassa
Panas bumi
Energi air
Energi surya
Energi ombak
Energi angin
l
b
s
Energi terbarukan energi yang berasal dari "proses alam yang berkelanjutan", seperti tenaga
surya, tenaga angin, arus airproses biologi, dan panas bumi.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penggunaan energi terbarukan di masyarakat modern,
lihat pengembangan energi terbarukan. Untuk diskusi umum, lihat pengembangan energi masa
depan.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Definisi "terbarukan"
o 1.1Energi berkelanjutan
2Sumber utama energi terbaharui
o 2.1Energi panas bumi
o 2.2Energi surya
o 2.3Tenaga Angin
o 2.4Tenaga air
o 2.5Biomassa
2.5.1Bahan bakar bio cair
2.5.2Biomassa padat
2.5.3Biogas
3Sumber energi skala kecil
4Masalah
o 4.1Estetika, membahayakan habitat, dan pemanfaatan lahan
o 4.2Konsentrasi
o 4.3Jarak ke penerima energi listrik
o 4.4Ketersediaan
5Riwayat penggunaan energi terbarukan
6Lihat pula
7Referensi
8Pranala luar
Panel surya (photovoltaic arrays) di atas yachtkecil di laut dapat mengisi baterai 12 V sampai 9 ampere dalam
kondisi cahaya matahari penuh dan langsung.
Bendungan pembangkit listrik. Yang terbesar adalah Three Gorges dam di China.
Mikrohidro yang dibangun untuk membangkitkan listrik hingga skala 100 kilowatt. Umumnya
dipakai di daerah terpencil yang memiliki banyak sumber air.
Run-of-the-river yang dibangun dengan memanfaatkan energi kinetik dari aliran air tanpa
membutuhkan reservoir air yang besar.
Kayu adalah bahan bakar biomassa paling tua dalam sejarah manusia, yang digunakan sebagai
sumber energi panas lewat pembakaran, bahkan hingga kini masih digunakan. Kayu bakar
digunakan saat memasak dan menghangatkan ruangan sehingga manusia dapat bertahan di
cuaca dingin. Jenis kayu tertentu digunakan khusus untuk mengawetkan makanan melalui
pengeringan atau pengasapan sehingga makanan tidak cepat basi atau rusak. Kemudian
ditemukan bahwa pembakaran parsial dalam kondisi miskin oksigen (pirolisis) untuk
menghasilkan arang, yang dapat memberikan panas lebih banyak dalam massa yang relatif
lebih sedikit dibandingkan kayu kering. Namun, energi ini kurang efisien karena membutuhkan
bahan baku kayu/pohon dalam jumlah besar untuk membuat arang.
Tenaga Hewan untuk menarik gerobak/kereta dan alat-alat mekanik tradisional. Hewan seperti
kuda, sapi atau kerbau sejak dulu telah dimanfaatkan sebagai tenaga transportasi dan
penggerak pabrik. Hingga kini, di berbagai belahan dunia masih banyak penggunaan hewan
untuk tujuan ini.
Tenaga air akhirnya menggantikan kekuatan hewan untuk pabrik dengan mengubah energi air
(kinetik maupun gravitasi) menjadi energi kinetik rotasi. Hingga saat ini, tenaga air menyediakan
energi listrik terbarukan di seluruh dunia lebih banyak dari sumber energi terbarukan lainnya.
Lemak hewani, terutama minyak ikan paus sudah lama dibakar sebagai minyak untuk lampu.
Energi angin telah digunakan selama beberapa ratus tahun. Pada awalnya digunakan
pada kincir angin berukuran besar bagaikan layar dengan empat hingga enam lengan, seperti
yang terlihat di Belanda. Saat ini, desain kincir angin lebih banyak menyerupai pisau dengan
jumlah lengan hanya tiga pada umumnya, seperti yang terlihat di ladang angin di pegunungan
maupun lepas pantai. Saat ini, tenaga angin merupakan sumber energi dengan pertumbuhan
tercepat di dunia.
Tenaga surya sebagai sumber energi dalam sejarah manusia, lebih banyak ditangkap secara
arsitektural sebagai penerangan dalam bangunan, dan pengeringan bahan pertanian. Dan pada
abad ke-20, matahari telah ditangkap secara mekanis memanfaatkan pergerakan fluida hingga
konversi ke energi listrik secara langsung.
I.2, TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah supaya kita mengetahui informasi
tentang masalah yang dihadapi pemerintah, pengertian, sumber sumber, dan contoh
tehnologi dari energi terbarukan saat ini serta bagaimana pemanfaatan nya dalam
kehidupan manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ENERGI TERBARUKAN
2.2.1PENGERTIAN ENERGI
Kata energy berasal dari bahasa yunani, Yaitu ergon yang berarti kerja, jadi energy di
artikan sebagai kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha.energi merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan dialam ini, terutama bagi kehidupan
manusia, karna segala sesuatu yang kita lakukan memerlukan energy,
Energy dialam ini tersedia dalam bentuk, misalnya energy kimia, energy listrik, energy
kalor dan energy cahaya, energy akan bermanfaat jika terjadi perubahan bentuk dari
suatu bentuk ke bentuk yang lain, sebagai contoh, setrika listrik akan bermanfaat jika
terjadi perubahan energy listrik menjadi energy kalor,
Benda yang bergerak maupun diam ternyata mempunyai suatu energy yang tersimpan,
energy yang ditimbulkan akibat suatu gerakan suatu benda disebut energy kinetic,
sedangkan energy yang tersimpan dalam suatu benda karna kedudukannya disebut
energy potensial, itulah sedikit yang dapat saya sampaikan tentang pengertian energy .
2.2.2.PENGERTIAN ENERGI TERBARUKAN
Energi terbarukan adalah sumber energy yang dapat dipulihkankembali secara
alamidan prosesnya berkelanjutan. Energy terbarukan dihasilkan dari sumber daya
energy yang secara alami tidak akan habis bbahkan berkelanjutan jika dikelola dengan
baik. Energy terbarukan disebut juga sebagai energy berkelanjutan(sustainable
energy). Konsep energy terbarukan mulai dikenal di dunia pada era 1970-an.
Kemunculannya sebagai antithesis terhadap pengembangan dan penggunaan energy
berbahan fosil dan nuklir. Selain dapat dipulihkan kembali,energy terbarukan diyakini
lebih bersih , aman dan terjangkau masyarakat. Pengunaan energy terbarukan lebih
ramah lingkungan karna mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan
lingkungan disbanding energy non- terbarukan.
Energy terbarukan masih perlu meningkatkan daya saing, karna sumber energy
terbarukan masih membutuhkan subsidi untuk tetap kompetitif dengan bahan bakar
fosil dalam hal biaya, meskipun harus juga disebut kan bahwa perkembangan teknologi
pada nergi terbarukan terus menurunkan harganya dan hanya masalah waktu energy
terbarukan akan memiliki harga yag kompetitif tanpa subsidi dibandingkan bahan bakar
tradisional.
BAB III
PENDALAMAN MATERI
Pencarian sumber energi panas bumi sudah dilakukan sejak masa hindia belanda. Awal
pekerjaan tersebut dilakukan pada tahun 1918 di lapangan kamojang, Jawa Barat. Namun hingga saat ini
pemanfaatannya masih belum optimal. Potensi panas bumi Indonesia terletak di 256 lokasi dan hampir
setengahnya berada di kawasan konservasi dengan potensi 28,1 GWe atau setara dengan 12 barel
minyak bumi untuk pengoperasian selama 30 tahun.
Data dari Kementrian ESDM menunjukkan bahwa dari potensi 40% panas bumi dunia, hanya 4%
atau sekitar 1189 MWe saja yang dimanfaatkan di bumi Indonesia. Daerah panas bumi yang sudah
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik baru 7 dari 256 lokasi atau sekitar 3% dengan kapasitas total
terpasang 1189 MW.
Dalam aspek ekonomi, panas bumi adalah bentuk energi yang unik. Ia tidak dapat disimpan dan
tidak dapat ditransportasikan dalam jarak jauh. Kondisi ini membuat panas bumi terlepas dari dinamika
harga pasar. Selain itu panas bumi dapat menjadi alternatif yang sangat baik bagi bahan bakar fosil
terutama untuk pemanfaatan pembangkit listrik sehinga dapat mengurangi subsidi energi.
Dalam aspek lingkungan, limbah yang dihasilkan hanya berupa air yang tidak merusak atmosfer
dan lingkungan. Limbah buangan air pembangkit panas bumi akan diinjeksikan jauh ke dalam lapisan
tanah (reservoir) dan tidak akan mempengaruhi persediaan air tanah. Emisi CO2 nya pun hanya berkisar
di angka 200 kg/MWh, jauh lebih rendah bahkan kurang dari setengah emisi yang dihasilkan oleh gas
alam, minyak bumi, diesel ataupun batubara.
Menurut Sukhyar, Kepala Badan Geologi Departemen ESDM, energi panas bumi memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan sumber energi terbarukan yang lain, di antaranya hemat ruang dan
pengaruh dampak visual yang minimal. Selain itu, energi panas bumi mampu berproduksi secara terus
menerus selama 24 jam, sehingga tidak membutuhkan tempat penyimpanan energi. “Tingkat ketersediaan
(availability) juga sangat tinggi, yaitu di atas 95%,”
Dalam grafik yang diperoleh dari salah satu sumber di atas, potensi produksi sumur geothermal
terus meningkat sejak pertama kali proses produksi dilakukan. Pada tahun 2025 diproyeksikan geothermal
Indonesia dapat menghasilkan panas bumi sebesar 9500 MW atau setara dengan 400 ribu barel oil
equivalen (boe) per harinya. Sebuah potensi energi yang sangat besar.
Berdasarkan informasi dari Kementrian ESDM, sampai dengan November 2009 total potensi panas
bumi Indonesia diperkirakan mencapai 28.112 MWe yang tersebar di 256 titik. Terdapat penambahan 8
lokasi baru dengan potensi 400 MWe yang berasal dari penemuan lapangan pada tahun 2009.
Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia seharusnya mampu menjadikan panas bumi
sebagai sumber energi utama dan menjadi acuan bagi negara lainnnya. Selama ini kita masih berkiblat
pada selandia baru dan islandia dalam upaya pemanfaatan teknologi panas bumi.
Mayoritas solar sel komersial saat ini memiliki efisiensi sekitar 15%. Sedangkan efisiensi sebesar
30% sudah berhasil diuji di laboratorium namun belum dapat diproduksi untuk keperluan komersial.
Mengapa solar sel belum bisa mengkonversi radiasi matahari dengan efisiensi tinggi? Alasannya
adalah karena material solar sel hanya mampu mengkonversi sebagian dari spektrum cahaya matahari
yang diterimanya. Menurut Tomas Marvart dalam bukunya berjudul Solar Electricity, hanya sekitar 2/3
dari spektrum cahaya matahari yang dapat dikonversi menjadi listrik oleh material solar sel yang ada
sekarang.
Namun kini ada harapan baru untuk mengkonversi semua spektrum cahaya matahari menjadi
listrik. Riset yang dilakukan oleh Wladek Walukiewicz di Lawrence Berkeley National Laboratory telah
berhasil mengkonversi seluruh spektrum. Dan yang juga menarik adalah bahwa proses produksi solar sel
baru ini dapat dilakukan menggunakan teknik produksi konvensional.
Prinsip yang digunakan oleh Wladek Walukiewicz dan kawan-kawan adalah bahwa: tidak ada
material yang mampu merespon semua panjang gelombang radiasi matahari, masing-masing material
bekerja pada panjang gelombang yang berbeda pula, maka untuk memungkinkan proses konversi
seluruh spektrum dilakukan penggabungan beberapa bahan berbeda dengan sensitifitas spektrum
berbeda pula.
Satu cara untuk menggabungkan berbagai bahan adalah dengan menumpuk lapisan-lapisan
semikonduktor berbeda dan menggabungkannya secara seri menggunakan kawat. Teknik ini walaupun
mampu menggabungkan lapisan-lapisan berbeda, namun strukturnya masih rumit sehingga menyulitkan
dalam proses fabrikasi. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat satu lapisan namun
mampu bekerja dengan spektrum berbeda.
Tim peneliti mengatakan bahwa teknik baru yang mereka perkenalkan akan menghasilkan solar
sel efisiensi tinggi dengan harga yang labih murah. Namun sayang, mereka belum menyebutkan setinggi
apa efisiensi yang dapat dihasilkan.
Berbeda dengan bendungan Three Gorges di Cina yang menimbulkan dampak lingkungan
besar, teknologi milik Free Flow Power menggunakan generator listrik magnet permanent yang dapat
dipasang dalam kelompok kecil di bawah air, menangkap energi kinetic arus air, sehingga pembangunan
dam tidak diperlukan. Generator milik mereka, yang terdiri dari enam turbin setiap set, bisa ditambatkan
di bawah air dengan cara dipancangkan ke dasar sungai atau ditempelkan ke tiang jembatan.
Free Flow Power telah mendapat izin dari Federal Energy Regulatory Commission telah
melakukan studi di 59 lokasi. Pada setiap lokasi akan dipasang ratusan hingga ribuan turbin dalam jarak
beberapa kilometre. Biaya diperkirakan $3 Miliar (Rp 27,6 Triliun).
Perusahaan diberi waktu 3 tahun untuk melakukan kajian teknis dan lingkungan di 59 lokasi. Jika
hasilnya baik, pengerjaan dimulai 2012. Walaupun teknologi mereka tidak semurah teknologi hidro
konvensional, perusahaan meyakinkan pemerintah setempat bahwa harga listrik yang mereka produksi
cukup kompetitif.
Ketiga turbin ini mampu menghasilkan 1100 hingga 1300 MWh, atau 10-15% kebutuhan listrik gedung
tersebut. Jika digunakan untuk rumah, energi yang dihasilkan mampu melistriki 300 rumah selama
setahun.
Atas prestasi ini Bahrain WTC telah masuk dalam shortlist untuk mendapatkanEDIE Award for
Environmental Excellence.
Proyek yang dikerjakan bersama oleh Atkin Architects and Engineers dan Norwinini menghabiskan biaya
3.5% dari keseluruhan proyek pembangunan Bahrain WTC yang selesai awal April 2008. Walaupun tidak
menghasilkan energi terlalu besar, terobosan ini merupakan langkah besar yang patut diapresiasi.
3.5 Biomassa
Mengubah sampah menjadi listrik
Tentu kita belum lupa tragedi Leuwigajah. Leuwigajah adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah kota Bandung. Bulan Februari 2005 bukit sampah setinggi 30 meter di TPA ini longsor, menelan
korban jiba lebih dari 100 penduduk lokal dan mengakibatkan kerugian material dan merusak lingkungan
sekitar TPA tersebut.
Sebenarnya sampah kota bisa diolah supaya memberikan mafaat bagi manusia. Teknologi untuk
melakukan hal tersebut sudah ada dan sudah diterapkan di banyak kota dan negara. Tulisan ini
menceritakan pengalaman saya beberapa minggu lalu mengunjungi lokasi pembangkit listrik tenaga
biogas dari TPA di Perth, Western Australia. Kunjungan ini digagas dalam rangka mengajak jalan-jalan
dua orang mahasiswa S3 USU Medan dan IPB Bogor yang sedang mengikuti penelitian singkat
diUniversitas Murdoch tempat saya belajar. Ditemani Direktur dan salah satu peneliti diEnvironmental
Technology Centre (ETC) Universitas Murdoch, kami mengunjungi satu dari lima pembangkit milik LGP di
kawasan Canning Vale, diterima oleh salah satu pegawai LGP yang sedang bertugas. Oh ya, ETC
Universitas Murdoch adalah salah satu dari hanya lima ETC yang didirikan PBB (lewat UNEP-IETC) di
seluruh dunia.
Perusahaan pembangkit listrik dari TPA ini bernama Landfill Gas and Power Pty Ltddisingkat LGP,
sebuah perusahaan swasta milik ACE Holdings Australia. Mulai beroperasi sejah 1993, LGP telah
menjadi salah satu pemimpin di pasar energi terbarukan Australia. Mereka bukan hanya bermain di bisnis
pembangkit listrik, tapi juga berkontribusi mengurangi emisi CO2 dan methane ke atmosfer. Perlu
diketahui bahwa methane adalah gas berbahaya yang dihasilkan oleh tumpukan sampah di TPA. Bahaya
bagi kehidupan dan bagi atmosfer. Kontribusi methan terhadap pemanasan global sekitar 21 kali lebih
besar daripada CO2.
Setahun, LGP menghasilkan listrik sekitar 75 GWh dari tiga pembangkit merk Catterpilar di Canning Vale,
dijual lewat jaringan listrik pemerintah (Western Power) ke pelanggan khusus seperti kantor-kantor
pemerintah lokal dan industri-industri skala kecil dan menengah.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Energi adalah suatu bentuk kekuatan yang dihasilkan atau dimiliki oleh suatu benda.
Energi menjadi komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena hampir semua aktivit
as kehidupan manusia sangat tergantung pada ketersediaan energi yang cukup. Untuk menghi
ndari krisis energi yang dikarenakan keterbatasan energi di alam di perlukanlan energi terbarukan. Energi
terbarukan adalah adalah energi yang berasal dari “proses alam yang berkelanjutan”, seperti tenaga
surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi. Dengan adanya energi terbarukan
diharapkan kebutuhan manusia akan sumber energi tidak akan berkurang.
3.2 Saran
Untuk memenuhi kebutuhan manusia akan sumber energi maka energi terbarukan harus lebih
dikembangkan. Namun dalam pengembangannya harus ada aspek – aspek yang perlu di perhatikan,
salah satunya adalah lingkungan. Pengembangan terhadap energi terbarukan harus mempertimbangkan
dampak – dampaknya terhadap lingkungan.
Selain itu, penggunaan terhadap energi pun harus diperhatikan. Hemat energi berarti mencegah
terjadinya krisis energi.
ENERGI BARU TERBARUKAN BERAGAM MACAM DAN POTENSI
8/18/2017
0 Comments
Energi Baru terbarukan mempunyai beragam sumber energi. Banyak sumber energi yang tidak
terduga yang ternyata bisa menjadi sumber energi yang lebih bersih dan murah daripada
sumber energi konvensional khususnya energi fosil. Penggunaan energi baru terbarukan
mendukung diversifikasi energi di Indonesia. Banyaknya macam sumber energi, juga
memberikan beragam potensi untuk dimaksimalkan pemanfaatannya. Apa saja sumber energi
tersebut? Apa saja fakta menarik didalamnya? Mari simak pemaparan berikut ini.
Energi Angin
Energi Angin salah satu energi yang dapat ditemukan di Indonesia dengan mudah. Energi
Angin/Bayu dapat menghasilkan energi listrik dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB),
dengan teknologi Kincir Angin. Dikutip dari Katadata, Potensi PLTB di Indonesia hingga tahun
2025, direncanakan sebesar 2.500 MW (1). Dalam mengembangkan potensi energi angin,
pemerintah Indonesia dan Denmark melakukan kerjasama dengan meluncurkan Peta Potensi
Energi Angin di Indonesia pada 2 Mei 2017, upaya tersebut juga merupakan salah satu
tindaklanjut dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Denmark pada bidang Energi
Baru Terbarukan yaitu Strategic Sector Cooperation yang telah berlangsung sejak tahun 2016
(2). Diharapkan dengan adanya Peta Potensi Energi Angin di Indonesia, dapat membuka
peluang besar untuk investor bekerja sama dengan pemerintah mengembangkan energi angin.
Beberapa perusahaan juga tertarik untuk berinvestasi di Indonesia yaitu Siemens Wind Power,
Burmeister & Wain, Scandinavian Contractor (BWSC), Vestas Wind System, Dong Energy
Welltec, dan Babcock & Wilcox Volund (2). Denmark Sendiri adalah negara yang telah
menjadikan energi angin sebagai sumber energi listrik yang memenuhi kebutuhan nasional
negaranya sebanyak 42% pada tahun 2015 (3). Diharapkan kerjasama ini dapat berlangsung
dengan baik sehingga potensi energi angin dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Energi Matahari
Sebagai negara beriklim tropis, Indonesia sangat berpotensi mengembangkan pemanfaatan
energi matahari. Sinar matahari dapat menjadi sumber energi listrik menggunakan teknologi sel
surya, panel surya. Selain bersih dan ramah lingkungan, energi matahari tidak terbatas
jumlahnya. Potensi energi matahari di Indonesia adalah 4.8 KWh/m2 atau setara dengan
112.000 GWp, namun baru dimanfaatkan sekitar 10 MWp, dan pada tahun 2025 ditargetkan
kapasitas PLTS terpasang sebesar 0.87 GW atau sekitar 50 MWp/tahun (4). Dengan potensi
yang besar, maka energi matahari dapat di kembangkan dengan secara maksimal.
Energi Sampah
Keberedaan sampah ternyata dapat dimanfaatkan lebih sebagai sumber energi listrik. Sampah
dapat menghasilkan listrik menggunakan cara gasifikasi, pyrolysis, dan incinerator.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2016, pemerintah menetapkan percepatan
pembangunan pembangkit listrik dari sampah menggunakan teknologi proses thermal
incinerator (5). Terdapat beberapa kota yang akan mengembangkan pembangkit listrik
bertenaga sampah, kota tersebut adalah DKI Jakarta, Surabaya, Tangerang, Bandung,
Surakarta, Makassar dan Semarang. Pembangkit listrik tenaga sampah dapat dimanfaatkan
secara maksimal, sehingga dapat merubah sampah yang tidak digunakan menjadi sumber
energi yang sangat dibutuhkan.
Energi Air
Sebagai Negara maritim, Indonesia sangat berpotensi mengembangkan pemanfaatan energi air
secara maksimal. Besarnya potensi energi air yang dimiliki Indonesia yaitu 75 ribu Megawatt
(MW), namun prosentase pemanfaatannya baru mencapai 10% dari potensinya (6). Salah satu
project pembangkit listrik Tenaga Air (PLTA) adalah PLTA Lariang, dikembangkan atas hasil
kerjasama PT Nusantara Infrastructure Tbk (META), SN Power (Norwegia) dan Aboitiz Power
(Filipina) (7). Norwegia sendiri adalah salah satu negara yang memanfaatkan energi air secara
maksimal sebagai penyuplai kebutuhan listrik nasionalnya.
Energi Biomassa
Biomassa merupakan sumber energi yang berasal dari bahan biologis, misalnya seperti
tumbuhan atau hewan yang masih hidup ataupun telah mati. Biomassa sangat beragam
macamnya, seperti: jagung, kotoran ternak, tanaman sawit, jarak, gandum dll. Hasil dari
biomassa dapat berupa bioethanol, briket sekam padi, briket arang, biofuel.
Energi Gelombang Laut
Indonesia sebagai negara maritim dan kepulauan, selain dapat memanfaatkan tenaga air
sebagai pembangkit listrik, juga dapat memanfaatkan energi gelombang laut yang pada
prisipnya akan memutar turbin generator menjadi tenaga listrik. Dikutip
dari ebtke.esdm.go.id,energi gelombang di beberapa titik di Indonesia bisa mencapai 70 kW/m
di beberapa lokasi, pantai barat Pulau Sumatera bagian selatan dan pantai selatan Pulau Jawa
bagian barat juga berpotensi memiliki energi gelombang laut sekitar 40 kW/m (9).
Dengan beragamnya macam energi baru terbarukan seperti energi angin, energi matahari,
energi sampah, energi air, energi biomassa, dan energi gelombang laut maka semakin besar
pula potensi energi dari energi baru terbarukan yang dapat dikembangkan. Pemanfaatan
energi-energi tersebut diharapkan menjadi bagian positif revolusi energi yang lebih bersih dan
bervariasi di Indonesia dan juga dapat mendukung pemenuhan target pemanfaatan energi baru
terbarukan sebanyak 23% pada tahun 2025. Jadi, energi baru terbarukan apa favorit mu?
Kunjungi website Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai Energi baru Terbarukan dan Konservasi Energi https://www.esdm.go.id/
Dampak Reklamasi Teluk Benoa Bagi
Masyarakat dan Daerah Sekitar
17 Maret 2016 09:38 Diperbarui: 6 April 2016 17:12 4357 0 0
Dampak reklamasi Teluk Benoa belakangan menjadi isu besar tak hanya di Bali, namun juga
sudah menyebar hingga seluruh Indonesia. Pro kontra bermunculan. Bagi mereka yang tidak
setuju, karena dampak reklamasi Teluk Benoa akan menyebabkan kerusakan ekosistem di Bali.
Namun kontra itu seakan sirna manakala dampak reklamasi Teluk Benoa cenderung positif saat
di latarbelakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan
pesisir. Bagaimana pun pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan
dengan masalah kebutuhan lahan.
Reklamasi sendiri merupakan suatu proses membuat daratan baru pada sebuah daerah perairan
maupun pesisir pantai atau daerah rawa.
Pertumbuhan penduduk dengan berbagai aktivitasnya tidak dapat dilepaskan dengan masalah
kebutuhan lahan. Inilah salah satu keuntungan dari dampak reklamasi Teluk Benoa di Bali.
Pembangunan yang ditujukan untuk menyejahterakan rakyat akan lahan telah mengantar pada
perluasan wilayah yang tak terbantahkan. Untuk itu, dampak reklamasi Teluk Benoa akan sangat
positif bagi masyarakat sekitar.
Hal ini menyebabkan manusia memikirkan untuk mencari lahan baru, terutama daerah strategis
dimana terjadi aktifitas perekonomian yang padat seperti pelabuhan, bandar udara atau kawasan
komersial lainnya.
Dampak reklamasi Teluk Benoa juga akan terasa bagi wilayah tersebut.Karena pembangunan
kawasan komersial jelas akan mendatangkan banyak keuntungan ekonomi di sekitar area itu.
Asumsi yang digunakan di sini dari dampak reklamasi Teluk Benoa adalah semakin banyak
kawasan komersial yang dibangun maka dengan sendirinya akan menambah pendapatan asli
daerah (PAD).
Tak hanya pemasukan untuk daerah, dampak reklamasi Teluk Benoa juga akan berpengaruh
terhadap sendi perekonomian masyarakat sekitar di kawasan yang terkena dampak reklamasi
Teluk Benoa.
Reklamasi menjadi solusi ampuh bagi daerah-daerah strategis dimana terjadi aktifitas
perekonomian yang padat seperti pelabuhan, bandar udara atau kawasan komersial lainnya.
Lahan eksisting yang terbatas luasan dan kondisinya itu harus dijadikan dan diubah menjadi
lahan yang produktif untuk jasa dan kegiatan perkotaan.
Dampak dari reklamasi Teluk Benoa memberikan keuntungan dan dapat membantu kota dalam
rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan atau pemekaran kota, pengembangan wisata
bahari, penataan daerah pantai, dan masih banyak lagi.
Meski begitu, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa aspek
penting bagi lingkungan, seperti: menjaga keseimbangan di antara kepentingan pemanfaatan dan
pelestarian lingkungan pesisir, keberlanjutan kehidupan serta penghidupan bagi masyarakat, dan
terakhir persyaratan teknis pengambilan, pengerukandan penimbunan material agar dampak
reklamasi Teluk Benoa menjadi baik.
Sebenarnya, pada faktanyanya kegiatan reklamasi pantai tidak dianjurkan, tapi dapat dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan sebagai berikut: Menjadi kebutuhan pengembangan kawasan
budi daya yang telah ada di sisi daratan, menjadi bagian wilayah di area perkotaan yang cukup
padat serta membutuhkan pengembangan wilayah daratan untuk mengakomodasikan kebutuhan
yang ada, terletak di luar kawasan hutan bakau yang merupakan bagian dari kawasan lindung
atau taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa, bukan sebuah kawasan yang berbatasan
atau dijadikan acuan batas wilayah dengan daerah atau negara lain.
Bila segala aspek telah terpenuhi baik secara kebutuhan akan ruang mau pun demi meningkatkan
taraf hidup masyarakat dan area di sekitar. Maka dampak reklamasi Teluk Benoa akan
memberikan pengaruh besar dan luas terhadap masyarakat dengan mengedepankan nilai-nilai
positif di dalamnya. Lebih dari itu, dampak reklamasi Teluk Benoa bisa berbuah manis terhadap
iklim investasi dan pariwisata di kawasan Teluk Benoa.
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Febuari 2016
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Bali memiliki luas 5.636,66 km2 atau hanya 0,29% luas dari wilayah Republik Indonesia. Bali
merupakan tujuan pariwisata bagi masyarakat lokal maupun mancangera. Demi meningkatkan
pariwisata dan memperluas wilayah Pulai Bali Pemerintah Bali berencana untuk melakukan reklamasi di
kawasan Teluk Benoa. Kawasan ini akan dijadikan lahan pemekaran wisata dan lapangan kerja baru bagi
masyarakat Bali. Menurut Made Mangku Pastika (Gubernur Bali) mengeluarkan SK Nomor 2138/02-
C/HK/2012 tentang pengelolaan wilayah perairan Teluk Benoa seluas 838 Ha, dengan rencana 438 Ha
akan dibangun hutan mangrove, sekitar 300 Ha dibangun fasilitas umum seperti art centre, gedung
pameran kerajinan, gelanggang olahraga, tempat ibadah, sekolah, dsb, dan hanya sebagian kecil atau
sekitar 100 Ha dibangun akomodasi pariwisata. Kawasan tersebut sekaligus menjadi penyangga wilayah
Bali selatan, yang dikembangkan tetap berdasarkan filosofi tri hita karana (menurut ajaran hindu sebagai
hubungan manusia, alam, dan Tuhan)[1].
Berbagai permasalahan tentang lingkungan hidup telah menyita perhatian sejumlah masyarakat,
salah satunya mengenai reklamasi pantai di Teluk Benoa Bali. Secara teori reklamasi berarti suatu upaya
untuk membentuk dataran baru dalam rangka memenuhi kebutuhan lahan dengan cara menimbun
kawasan pantai, reklamasi juga merupakan suatu langkah pemekaran kota[2]. Kegiatan reklamasi pantai
merupakan upaya teknologi yang dilakukan manusia untuk merubah suatu lingkungan alam menjadi
lingkungan buatan, suatu tipologi ekosistem estuaria, mangrove dan terumbu karang menjadi suatu
bentang alam daratan[3].
Sebagai salah satu ekosistem pantai, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain:
pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut, habitat, tempat mencari makan (feeding ground),
tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka
biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil
keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit[4].
Jika dikaji lebih mendalam, reklamasi tentu banyak aspek yang mesti diperhatikan. Mengingat
kawasan pantai adalah kawasan yang seharusnya bisa dinikmati oleh seluruh lapisan
masyarakat. Apabila pantai direklamasi tentu saja fungsi pantai sebagai public space bagi suatu
masyarakat tidak dapat berjalan seperti sediakala. Kawasan yang telah direklamasi seakan-akan telah
berubah menjadi milik pribadi. Investor yang melakukan pengurukan lahanrawa atau laut akan merasa
memilikinya[5]. Jika sudah begitu maka masyarakat akan merasa dirugikan. Belum lagi timbulnya
kekhawatiran akan bencana seperti banjir, tsunami, dan abrasi.
2. Pembahasan
2.1 Dampak Negatif dan Positif Reklamasi Teluk Benua bagi Lingkungan Pantai
Dampak positif bagi lingkungan pantai
Kawasan Teluk Benoa dinilai tidak memenuhi kriteria sebagai kawasan konservasi perairan
karena terdapat perubahan fisik, seperti adanya jalan tol, jaringan pipa migas, dan pelabuhan
Internasional Benoa. Pertimbangan lain adalah karena terjadinya pendangkalan
sehingga menjadikan Teluk Benoa tidak tepat untuk menjadi kawasan konservasi. Sehingga
dengan adanya reklamasi kawasan Teluk Benoa dinilai dapat dikembangkan sebagai kawasan
pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama. Tentu saja pemerintah menyatakan
akan tetap memperhatikan kelestarian fungsi Taman Hutan Raya Ngurah Rai dan ekosistem di
sekitarnya[6] .
Menurut kajian tim yang beranggotakan para pakar dari beberapa universitan seperti UGM, ITB,
IPB, ITS, dan UNHAS memberikan hasil bahwa jika Teluk Benoa dibiarkanmaka akan terjadi pendangkalan
secara masif di teluk dan akan berdampak pada hancurnyataman hutan raya mangrove karena
kekurangan air. Maka dari itu diperlukan revitalisasi di
Teluk Benoa. Perubahan yang dilakukan pada Perpres No. 45/2011 akan dilakukankonsultasi
publik yang melibatkan pemerintah daerah, masyarakat dan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM). Dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2014 diharapkan
dalam implementasinya Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Kementerianterkait, dan Pemerintah Daerah, serta pengembang dapat memanfaatkannya sebaik
mungkin untuk kepentingan pembangunan dan masyarakat di Bali sesuai dengan peraturanyang
berlaku[7].
Dampak negatif bagi lingkungan pantai
Reklamasi teluk Benoa menimbulkan berbagai macam reaksi dari masyarakat di Bali termasuk
Indonesia. Karena pada dasarnya Reklamasi ini dianggap hanya merupakan bisnis semata yang
menguntungkan para investor dan merugikan masyarakat Bali karena akanmerusak kualitas lingkungan
hidup. Karena hakikatnya Bali merupakan tempat pariwisatayang “menjual” pemandangannya atau
alamnya bukan resort atau bangunan-bangunannya. Bukan berarti bahwa masyarakat Bali anti
pembangunan tapi untuk melakukan pembangunan harus dilakukan secara berkelanjutan agar hasilnya
maksimal karena apabila tidak makapembangunan hanya akan menjadi peluru tumpul bagi
perairan pantai di Bali.
Reklamasi Teluk Benoa dinilai beberapa kalangan akademisi akan berdampak burukterhadap
lingkungan hidup di Bali. Diantaranya yaitu merusak lingkungan di daratan hingga terjadinya perubahan
arus air laut di sekitar perairan Teluk Benoa. Hal itu akandiperparahi jika Reklamasi jadi dilakukan. Arus
air laut yang seharusnya masukke Teluk Benoa akan mengalami perubahan lantaran adanya pulau-pulau
marina di sekitar kepulauan tersebut. Kondisi ini akan membuat terjadinya perubahan arus air laut beralih
kepinggiran pantai di sekitarnya[8].
Jika diamati sejak perkembangannya sampai sekarang Teluk Benoa akibat dari pembangunan tol
laut sirkulasi air di Teluk Benoa berubah. Hal ini juga akan berpengaruh pada perkembangan hutan bakau
dan kehidupan biota laut disekitarnya. Sebab, jika arus air laut mengalir ke pantailainnya maka pohon-
pohon bakau akan mengalami kekurangan suplai-suplai air laut dan menyebabkan gangguan terhadap
pertumbuahan dan perkembangan pohon bakau. Demikianpula pada perkembangan biota laut seperti
ikan, kepiting, dan lainnya yang hidup di sekitarperairan bakau akan terganggu lantaran kurangnya
asupan nutrisi yang dibawa oleh air laut. Tidak hanya itu, reklamasi di perairan Teluk Benoa juga akan
berdampak pada mendangkalnya kawasan Pelabuhan Benoa. Sebab, dengan adannya pembuatan pulau-
pulau di sekitarnya akan mengakibatkan tingginya tumpukan endapan yang berakibat pada
susahnya kapal untuk berlabuh di pelabuhan[9].
2.2 Upaya Menanggulangi Dampak Reklamasi Teluk Benua bagi Lingkungan Pantai
Bahwa reklamasi bukan jalan satu-satunya untuk memperbaiki suatu kawasan.
Karena harus memperhatikan kawasan sekitar dari kawasan tersebut. Baik
keselamatan lingkungan dan juga persetujuan dari masyarakat lokal sebagai penduduk setempat
yang memiliki hak untuk menolak atau memberikan aspirasi lain. Tetapi, apabila reklamasi menjadi satu-
satunya jalan, maka harus ada keseimbangandalam pemeliharaannya. Sehingga yang seharusnya
memperbaiki kawasan tidak menjadi biang dari kerusakan yang terjadi di kawasan tersebut. Maka
diperlukan kerja sama dari berbagai pihak terkait sehingga tidak menjadikan reklamasi sebagai
sumber musibah. Serta perwujudan perawatan kawasan reklamasi harus direalisasikan,
jangan hanya dijadikan jalan untuk mendapat persetujuan dari masyarakat lokal tetapi harus ada aksi
nyatanya. Contoh saja Singapura dan Dubai karena Reklamasi Negaranya menjadi bagus.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Rencana reklamasi Teluk Benoa Bali awalnya menjanjikan peningkatan perekonomian yang cukup
tinggi serta akan menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata terbaik di Indonesia. Tetapi, hal ini
yang dijadikan tumbal adalah ekosistem lingkungan Pantai. Meskipun mempunyai dampak yang positif
sebagai kawasan pengembangan kegiatan ekonomi serta sosial budaya dan agama. Tetapi jika dikaji
lebih mendalam reklamasi malah memberikan banyak sisi negatifnya yaitu Arus air laut yang seharusnya
masukke Teluk Benoa akan mengalami perubahan lantaran adanya pulau-pulau marina di sekitar
kepulauan tersebut. Kondisi ini akan membuat terjadinya perubahan arus air laut beralih kepinggiran
pantai di sekitarnya.
oleh sebab itu, upya yang harus diperhatikan pemerintah adalah
harus memperhatikan kawasan sekitar dari kawasan tersebut tentunya dari aspek lingkungan dan
sosial masyarakat sehingga apabila reklamasi dijadikan jalan satu-satunya ada penyembuhan dari pihak
ketiga agar menjadi rekalamasi yang lebih bagus dan bermanfaat.
3.2 Saran
Dalam hal membangun kembali kepercayaan publik terkait lemahnya legitimasi publik terhadap
pemerintah dalam kasus kebijakan rencana reklamasi Teluk Benoa Bali, maka diperlukan dukungan dari
masyarakat sipil dalam penentuan kebijakan publik itu sendiri ataupun peran yang lebih besar dari publik
dalam menentukan arah kebijakan. Adapun untuk mengembalikan kepercayaan publik ada beberapa
pilihan yang dianggap bisa ditempuh oleh pemerintah dan juga rakyat Bali.