Anda di halaman 1dari 8

A.

Tema
Dampak Limbah (Industri, Domestik, Peternakan) Terhadap Kualitas Air Sungai.

B. Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat diperlukan dalam
kehidupan ini. Sumber daya air secara garis besar meliputi air permukaan dan air tanah.
Air permukaan akan lebih mudah tercemar dibandingkan dengan air tanah, karena air
permukaan lebih mudah terkontaminasi dengan sumber-sumber pencemaran.

Dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan di berbagai bidang dan


adanya pertambahan penduduk dari tahun ke tahun, maka kebutuhan air sesuai dengan
penggunaannya pun juga semakin meningkat. Pembangunan yang semakin meningkat
diikuti dengan peningkatan pencemaran lingkungan yang berasal dari buangan limbah
industri, rumah tangga dan kegiatan pertanian, yang mengandung bahan-bahan/zat yang
dapat membahayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.
Pencemaran lingkungan khususnya pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan
peningkatannya relatif tinggi. Peningkatan pencemaran air dari sumber buangan limbah,
menyebabkan sumber daya air sungai yang penting untuk irigasi cenderung menurun, baik
dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Sungai adalah tempat berkumpulnya air yang berasal dari hujan yang jatuh di
daerah tangkapannya dan mengalir dengan takarannya. Sungai tersebut merupakan
drainase alam yang mempunyai jaringan sungai dengan penampangnya, mempunyai areal
tangkapan hujan atau disebut Daerah Aliran Sungai (DAS) (Siregar, 2004).

Ekosistem perairan yang telah mendapat dampak dari aktivitas masyarakat


berpengaruh pada perubahan ekosistem di sungai. Aktivitas inilah yang dapat mengubah
sifat fisik, kimia, maupun biologi perairan. Perubahan ini dapat berakibat pada biota
perairan sungai khsusnya plankton dan organisme mikroskopis sungai. Kualitas perairan
sungai disebabkan oleh perubahan lahan, 2 curah hujan, aktivitas manusia yang
menyebabkan pencemaran air sungai baik fisik, kimia, maupun biologi (Martopo, 1987).

Menurut Janie dan Rahayu (1993) dalam Winarsih (2002), pencemaran lingkungan
dapat menyebabkan berbagai dampak pada lingkungan perairan, yang menyebabkan
tercemarnya suatu badan air misalnya limbah industri pengolahan pangan. Komponen
limbah cair industri pangan sebagian besar adalah bahan organik antara lain karbohidrat,
protein, lemak, garam-garam mineral serta sisa- sisa bahan kimia yang digunkan dalam
proses pengolahan dan pembersihan. Kandungan bahan organiknya yang tinggi dapat
bertindak sebagai sumber makanan bagi organisme yang akan berkembangbiak dengan
cepat dan mereduksi oksigen yang terlarut dalam air. Bila oksigen terlarut dalam air rendah
dan kadar bahan organiknya tinggi, maka akan timbul bau busuk dan warna air menjadi
gelap.

Salah satu sifat air tercemar adalah adanya perubahan suhu, adanya perubahan
warna, adanya bau, adanya rasa air, adanya endapan atau bahan terlaurt, dan adanya
mikroorganisme. Tingkat pemcemaran suatu perairan dapat diketahui melalui erbagai
cara, yaitu melalui parameter biotik dan abiotik. Parameter abiotik (fisika dan kimia)
meliputi warna, bau, pH, suhu, dan keceatan arus. Sedangkan parameter biotik berdasarkan
indeks keanekaragaman fitoplankton (Soegiyanto, 2004).

Robert dan Roestam (2005:170) mengemukakan bahwa air limbah domestik adalah
air bekas yang tidak dapat dipergunakan lagi untuk tujuan semula baik yang mengandung
kotoran manusia (tinja) atau dari aktifitas dapur, kamar mandi dan cuci dimana
kuantitasnya antara 50 – 70% dari rata-rata pemakaian air bersih (120-140
liter/orang/hari). Pencemaran oleh limbah domestik yaitu limbah cair yang berasal dari
rumah tangga lebih umum dan mengenai lebih banyak orang daripada pencemaran oleh
limbah industri. Pada umumnya, limbah domestik mengandung sampah padat yang berupa
tinja, dan cair yang berasal dari sampah rumah tangga. Pencemaran limbah cair yang
berasal dari hasil MCK masyarakat merupakan pencemaran yang kurang nampak dan
efeknya baru terasa setelah waktu yang lama, pencemaran ini kurang mendapat perhatian.

Selain itu, pencemaran lingkungan air juga dapat diukur dengan parameter kualitas
limbah. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain adalah
BOD, COD, DO, dan pH. Sedangakan menurut Abi Rizal (2010) untuk menilai kualitas
air parameter yang dapat digunakan meliputi temperatur, DO, pH, Alkalinitas, Besi,
Karbondioksida, Hidrogen Sulfida, Nitrogen, Kekerasan, Chorine, dan Kecerahan air.
Kadar Nitrogen dipakai juga sebagai indikator untuk menyatakan derajat polusi. Kadar 0,5
mg/l merupakan batas maksimum yang lazim dianggap sebagai batas untuk menyatakan
bahan air itu “unpolluted.” Ikan masih dapat hidup pada air yang mengandung N 2 mg/l.

Nitrogen hadir di lingkungan dalam berbagai bentuk kimia termasuk nitrogen


organik, amonium, nitrit, nitrat, dan gas hydrogen. Proses reaksi kimia nitrit menjadi nitrat
sangat penting karena nitrit merupakan racun bagi kehidupan tanaman. Setiap faktor
kualitas air berinteraksi dan berpengaruh dengan parameter lain. Pada situasi tertentu
reaksi antar parameter akan menyebabkan racun pada air dan dapat mematikan organisme
yang hidup di air. Sehingga sangat penting adanya monitoring kualitas air secara intensif
selama masa pemeliharaan terutama dari sistim produksi budidaya sungai.

C. Landasan Teori
1. Air Sungai
Air sungai termasuk ke dalam air permukaan yang banyak digunakan oleh masyarakat.
Umumnya, air sungai masih digunakan untuk mencuci, mandi, sumber air minum dan
juga pengairan sawah. Menurut Diana Hendrawan, “sungai banyak digunakan untuk
keperluan manusia seperti tempat penampungan air, sarana transportasi, pengairan
sawah, keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, daerah tangkapan air,
pengendali banjir, ketersedian air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai
tempat rekreasi” (Hendrawan 2005). Sungai sebagai sumber air merupakan salah satu
sumber daya alam yang mempunyai fungsi serbaguna bagi kehidupan dan
penghidupan manusia.
Fungsi sungai yaitu sebagai sumber air minum, sarana transportasi, sumber irigasi,
peikanan dan lain sebagainya. Aktivitas manusia inilah yang menyebabkan sungai
menjadi rentan terhadap pencemaran air. Begitu pula pertumbuhan industri dapat
menyebabkan penurunan kualitas lingkungan (Soemarwoto, 2003).
Sungai memiliki tiga bagian kondisi lingkungan yaitu hulu, hilir dan muara sungai.
Ketiga kondisi tersebut memiliki perbedaan kualitas air, yaitu
a. Pada bagian hulu, kualitas airnya lebih baik, yaitu lebih jernih, mempunyai variasi
kandungan senyawa kimiawi lebih rendah/sedikit, kandungan biologis lebih
rendah.
b. Pada bagian hilir mempunyai potensial tercemar jauh lebih besar sehingga
kandungan kimiawi dan biologis lebih bervariasi dan cukup tinggi. Pada
umumnya diperlukan pengolahan secara lengkap.
c. Muara sungai letaknya hampir mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain,
arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung
bahan terlarut, lumpur dari hilir membentuk delta dan warna air sangat keruh.
2. Pencemaran Air Sungai
Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Komponen pencemaran air ini dikelompokkan sebagai berikut:
a. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat merupakan bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang
kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).
b. Bahan Buangan Organik
Pada umumnya merupakan limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme.
c. Bahan Buangan Anorganik
Pada umumnya merupakan limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan ini masuk ke air
lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan
buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan
unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Air Raksa
(Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co) dan
lainnya. 4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan Sebenarnya bahan buangan
olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok bahan
buangan organik, namun dalam hal ini sengaja dipisahkan karena bahan buangan
olahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau busuk (Wardhana, 2004).
3. Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga) (Nur Hidayat, 2016). Air limbah mempunyai sifat
fisik yang dapat di bedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu :
a. Sifat Fisik
Untuk menentukan derajad kekotoran air limbah sangat dipengaruhi oleh
adanya sifat fisik, sifat fisik air limbah mudah terlihat. Adapun sifat fisik yang
penting adalah kandungan zat padat sebagai efek estetika dan kejernihan, serta
bau dan juga warna.
b. Sifat Biologis
Kehadiran mikroorganisme tertentu khususnya bakteri dalam bidang
mikrobiologi dapat digunakan sebagai mikroorganisme parameter parameter atau
indicator alami terhadap kehadiran pencemar organik.
Bakteri golongan Coliform didefinisikan sebagai bakteri yang bersifat
negative, berbentuk batang, dan tidak berbentuk spora. Coliform mampu
memfermentasikan asam, gas, dan aldehid dalam waktu 24 sampai 48 jam.
Bakteri sub golongan Caliform Fecal mempunyai kemampuan yang sama, hanya
saja ia lebih toleran terhadap suhu yang lebih tinggi, yaitu antara 44◦C – 44,5◦C.
c. Sifat Kimia
Kandungan bahan Kimia yang ada di dalam air limbah dapat merugikan
lingkungan melalui berbagai cara. Bahan organic terlarut dapat menghasilkan
oksigen dalam air limbah serta akan menimbulkan rasa dan juga bau yang tidak
sedap pada penyediaan air bersih. Selain itu, akan lebih berbahaya apabila air
limbah mengandung bahan Kimia yang tidak diolah terlebih dahulu ketika di
lepaskan ke pembuangan. bahan Kimia penting yang ada di dalam air limbah pada
umumnya diklasifikasikan sebagai berikut :
1. pH atau konsentrasi ion hydrogen
Air dapat bersifat asam atau basa, tergantung pada besar kecilnya PH
di dalam air. Air limbah belum terolah yang dibuang langsung akan
mengakibatkan perubahan pH air yang dapat menganggu kehidupan
organisme di dalam air, perubahan keasaman air buangan menurut Sunu
(dalam Musaropah, 2003 :13) jika pH naik bersifat basa, jika pH turun
bersifat asam. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Jawa Timur ukuran
normalitas PH minimum adalah 6,5 dan maksimum 8,5
sebagian besar biota akuatik sensitive terhadap perubahan PH dan
menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses
biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH tang
rendah (Effendi, 2003)
2. DO (Dissolved Oxygen)
DO atau oksigen terlarut merupakan parameter mutu air yang penting
karena nilai oksigen dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat
pengolahan air limbah. Oksigen terlarut akan menentukan kesesuaian suatu
jenis air sebagai sumber kehidupan biota serta flora dan fauna di suatu
daerah. Pengukuran oksigen terlarut dan CO2 lebih baik diterapkan dalam
mengkaji masalah polusi air daripada dalam menentukan mutu sanitasi
karena parameter DO dapat dengan cepat menentukan tingkat polusi air.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, ukuran normal DO
adalah 6 mg/l termasuk kelas 1 untuk air minum, 4 mg/l termasuk kelas 2
untuk perikanan dan peternakan, 3 mg/l termasuk kelas 3 untuk perikanan
dan peternakan, serta 5 mg/l termasuk kelas 4 untuk keperluan pertanian.
3. Amonia (NH3)
Amonia adalah senyawa bersifat racun yang berasal dari penguraian
protein secara kimiawi. Protein yang terurai berasal dari kotoran/fases sapi.
Kandungan ammonia di dalam air akan dipengaruhi oleh temperature, pH
dan factor lainnya. Biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau
tajam yang khas. Kontak dengan gas amonia berkonsentrasi tinggi dapat
menyebabkan kerusakan paru-parudan bahkan kematian. Sekalipun amonia
di AS diatur sebagai gas tak mudah terbakar, amonia masih digolongkan
sebagai bahan beracun jika terhirup
4. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah jumlah oksigen yang
diperlukan agar limbah organic yang ada didalam air dapat teroksidasi
melalui reaksi kimia. Limbah organik di oksidasi oleh kalium bikromat
(K2Cr2O7) sebagai sumber oksigen menjadi gas CO2 dan H2O serta
sejumlah ion Crom. Nilai COD merupakan ukuran bagi tingkat pencemaran
oleh bahan organic menurut Sanu (dalam Musaropah, 2003:14). Berdasarkan
keputusan Mentri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup untuk COD
adalah 40 mg/l termasuk kelas 1 untuk air minum tanpa pengolahan terlebih
dahulu. 25 mg/l termasuk kelas 2 untuk air minum dan keperluan rumah
tangga, 50 mg/l termasuk kelas 3 untuk keperluan perikanan dan peternakan,
serta 100 mg/l termasuk kelas 4 untuk keperluan pertanian.
5. Total Suspended Solid (TSS)
Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang
benyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap
langsung. Padata tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
maupun beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti bahan-bahan organic
tertentu, tanah liat, dan lainnya. Partikel menurunkan intensitas cahaya yang
tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton, zoo plankton,
kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan juga limbah
industry (Fardiaz, 1992)
4. Peraturan Pengelolaan Kualitas Air
Kriteria mutu air adalah nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan
kenyataan ilmiah yang dapat dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan
manfaat relative dari air tertentu. Menutut Peraturan Mentri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, Mutu air adalah kondisi kualitas air yang
diukur atau di uji berdasarkan parameter dan metode tertentu berdasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran
batas atau kadar makhluk hidup, zat, energy, dan unsur-unsur pencemar yang
ditenggang keberadaanya dalam air.
Klasifikasi Mutu Air Limbah menurut Peraturan Mentri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014, adalah sebagai berikut :
Parameter Satuan Kadar
pH - 6–9
TSS Mg / L 100
Sulfida - 1
Amonia - 5
Klor Bebas - 1
BOD Mg / L 100
COD Mg / L 200
Minyak Lemak - 15
Mentri Lingkungan Hidup Republik Indonesia

D. Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh pencemaran limbah industri terhadap kualitas air sungai?
2. Apakah pengaruh pencemaran limbah domestik terhadap kualitas air sungai?
3. Apakah pengaruh pencemaran limbah peternakan terhadap kualitas air sungai?
4. Apakah status kualitas air sungai berada di atas ambang batas baku mutu air golongan
II berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001?
E. Kerangka Berpikir
F.
Limbah

Limbah Industri, Lumbah Domestik,


Limbah Aktifitas Peternakan

Limbah Padat Limbah Cair

Pengguanaan Dikeringkam Penimbunan Tangki


Langsung untuk dijual Manur Penampungan

Pupuk Tanaman Ditimbun di Area Saluran Air


Peternakan (Dekat
dengan sungai)

Pencemaran
Sungai

Dibandingkan dengan :
Uji Lab Kualitas
a. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Air Sungai
Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
(Kimia, Fisika,
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
Mikrobiologi)
82 Tahun 2001

Analisis Sebaran Air


Limbah Terhadap
Kualitas Air Sungai

Anda mungkin juga menyukai