Bab I Fix Edit
Bab I Fix Edit
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen pada
dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dari
seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku
fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan
dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Dalam manajemen keperawatan, ada
beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai berikut: top manager, middle
bagian dari nursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam
1
2
yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan
melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf yang
yang optimal.
aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif
dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan
fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas, kerjasama, dan koordinasi
sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu
hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui
keperawatan profesional peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat
Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan
organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran danfungsi kepala ruang
3
organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal,peran pemberi
Rumah sakit Umum Daerah Bangil adalah rumah sakit milik pemerintah
memberikan pelayanan berdasarkan visi dan misi. Visi RSUD Bangil adalah
RSUD Bangil memiliki tujuanya itu terwujudnya layanan kesehatan yang prima,
Dalam mewujudkan visi misi dan mutu sebuah rumah sakit tidak terlepas dari
keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di Rumah
Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan penerapannya.
konsep yang dikuasai adalah adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep
HCU, sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien masih
Tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan secara optimal. Seperti
kurangnya perubahan posisi pasien yang tirah baring lama. Sehingga, perlu adanya
pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama dalam perbaikan dan pengelolaan
sistem manajemen yang tepat terkait pelaksanaan perubahan posisi pasien yang tirah
keperawatan profesional.
Pada saat observasi dari tanggal 24-29 September 2018 di Ruang HCU Melati
diperoleh bahwa dari 41 pasien tirah baring didapatkan tanda- tanda resiko dekubitus
kelembapan yang berlebihan. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan
standar nosokomial diruangan yang bisa diterima yaitu dengan angka kejadian resiko
dekubitus. Angka ini relatif tinggi dan semakin meningkat serta menibulkan
komplikasi jika tidak dilakukan upaya dalam pencegahannya Dian et al, 2010).
Melati sangat minim, dimana hanya dilakukan saat pasien di seka sehingga untuk
Ada dua hal yang berhubungan dengan resiko dekubitus yaitu faktor tekanan
dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan
diatas tulang yang menonjol adalah imobilisasi, inaktifitas, dan penurunan sensori
factor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor intrinsic yaitu factor yang berasal dari pasien,
sedangkan factor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar pasien yang
mempunyai efek deteriorasi pada lapisan eksterbal dari kulit (Nursalam, 2011).
Pasien baring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk mengubah posisi
beresiko tinggi terkena dekubitus. Dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang
sellulitis, osteomyelitis, dan meningkatkan prevelensi mortalitas pada klien lanjut usia
(Sari, 2010).
sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Paisen yang baring terus-
menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk mengubah posisi beresiko untuk terkena
yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga
2011).
angka kejadian dekubitus tersebut dengan cara memberikan pengaturan posisi yang
merupakan sebuah terapi yang dapat mecegah berkembangnya kondisi ini. Salah satu
jangka waktu tertentu, namun penataan posisi sedemikian rupa yang dimaksud adalah
posisi yang dapt memfasilitasi kecukupan oksigen sebagai nutrisi bagi jaringan kulit.
perkembanan luka tekan. Pemberin posisi miring 30 derajat ini dilakukan 2 jam sekali
miring kekiri, terlentang dan miring kanan selama 48 jam. Terinspirasi kelompok
kami mencoba untuk melakukan terapi ini sesuai dengan penelitian yang telah
di Rumah Sakit.
7
yang diprioritaskan.
7. Mampu merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya
1.3 Manfaat
keperawatan.
keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada