Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Manajemen adalah suatu proses merancang dan memelihara suatu

lingkungan dimana orang-orang yang bekerja sama didalam suatu kelompok

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan seefisien mungkin

(H.Weihrich dan H. Koontz dalam Suarli dan Bahtiar, 2009). Manajemen pada

dasarnya berfokus pada perilaku manusia untuk mencapai tingkat tertinggi dari

produktivitas pada pelayanan di suatu kegiatan. Pada suatu instansi membutuhkan

seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan ketrampilan tentang perilaku

manusia untuk mengelola kegiatan. Manajemen merupakan serangkaian aktivitas

(termasuk perencanaan, pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan

dan pengendalian) yang diarahkan pada sumberdaya organisasi (manusia, finansial,

fisik dan informasi) dengan maksud mencapai tujuan organisasi secara efisien dan

efektif (Griffin, 2004).

Manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

stafkeperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional

(Nursalam, 2013). Fungsi manajemen keperawatan sejalan dengan fungsi

manajemen secara umum yaitu pengorganisasian, perencanaan, kepemimpinan,

dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). Dalam manajemen keperawatan, ada

beberapa tingkatan manajemen antara lain sebagai berikut: top manager, middle

manager, dan nursing low manager. Kepala ruang keperawatan merupakan

bagian dari nursing low manager yang mempunyai peranan penting dalam

pelayanandi suatu bangsal atau ruangan. Kepala ruang keperawatan yang

merupakan bagian dari manajemen keperawatan berpihak kepada fungsi

1
2

Manajemen keperawatan yaitu POAC (Planning, Organizing, Actuating,

Controlling)dalam rangka untuk memajukan staf keperawatan untuk memberikan

asuhan keperawatan secara professional (Nursalam, 2013).

Rumah sakit merupakan sebuah institusi perawatan kesehatan profesional

yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan

lainnya (Sabarguna, 2008). Suatu rumah sakit memerlukan pengorganisasian untuk

melancarkan jalan sukses. Organisasi rumah sakit memiliki pemimpin dan staf yang

bergerak dibidangnya agar organisasi di rumah sakit mampu mejalankan pelayanan

yang optimal.

Pengorganisasian dalam manajemen keperawatan mempunyai banyak

aktifitas penting, antara lain bagaimana asuhan keperawatan dikelola secara efektif

dan efisien untuk sejumlah pasien di rumah sakit dengan jumlah staf keperawatan dan

fasilitas yang ada. Untuk diperlukan pembagian tugas, kerjasama, dan koordinasi

sehingga semua pasien mendapatkan pelayanan yang optimal. Oleh karena itu

manejer keperawatan perlu menetapkan kerangka kerja,yaitu dengan cara:

mengelompokan dan membagi kegiatan yang harus dilakukan, menentukan jalinan

hubungan kerja antara tenaga dan menciptakan hubungan antara kepala-staf melalui

penugasan, delegasi dan wewenang. Dalam model pengembangan praktik

keperawatan profesional peran dan fungsi kepala ruang merupakan hal yang sangat

penting sehingga kompetensi kepemimpinan dan manajemen yang mutlak dibutuhkan

karena kemampuan itumanajer kepala ruang akan diuji untuk menata

pengorganisasian staf dan menentukan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada

pasien sebagai refleksi pelaksanaan praktik keperawatan profesional.

Peran dan fungsi kepala ruang sangatlah penting dalam melakukan pengaturan

organisasi dalam sebuah bangsal di suatu rumah sakit. Peran danfungsi kepala ruang
3

antara lain mengidentifikasi masalah, merencanakan fungsi ketenagaan,

merencanakan pengorganisasian, melakukan pengarahan dan melakukan

pengendalian organisasi. Sedangkan menajer sendiri yang berartiseseorang yang

tanggung jawab utamanya adalah melakukan proses manajemen dalam suatu

organisasi memiliki tugas dan fungsi antara lain peran interpersonal,peran pemberi

informasi serta peran pengambilan keputusan.

Rumah sakit Umum Daerah Bangil adalah rumah sakit milik pemerintah

Pasuruan, yang merupakan rumah sakit rujukan di kabupaten Pasuruan yang

memberikan pelayanan berdasarkan visi dan misi. Visi RSUD Bangil adalah

Rumah sakit yang professional dan berorentasi kepada pelanggan dengan

mengutamakan mutu dan keselamatan pasien. Sedangkan misinya adalah:

1)Memberikan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan menutmakan mutu

dan keselamata pasien, 2)Mengembangkan pelayananan kesehatan, sarana dan

prasarana serta tenaga yang terintegrasi dengan pendidikan dan penelitian,

3)Mengelolah sumberdaya dan keungan secara efektif, efisien dan akuntabel.

RSUD Bangil memiliki tujuanya itu terwujudnya layanan kesehatan yang prima,

merata, terjangkau masyarakat yang di dukung dengan SDM yang professional

dengan unit kerja yang mandiri.

Dalam mewujudkan visi misi dan mutu sebuah rumah sakit tidak terlepas dari

pelaksanaan sistem manajemen keperawatan yang profesional. Manajemen

keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata yaitu di Rumah

Sakit dan komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan penerapannya.

konsep yang dikuasai adalah adalah konsep tentang pengelolaan bahan, konsep

manajemen keperawatan, perencanaan yang berupa rencana strategis melalui

pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan penyusunan langkah-langkah


4

perencanaan, pelaksanaan secara operasional khususnya dalam pelaksanaan Model

Asuhan Keperawatan profesional (MAKP) dan melakukan pengawasan dan

pengendalian (Nursalam, 2012).

Berdasarkan hasil observasi sistem manajemen yang dilakukan di Ruang

HCU, sistem pemberian asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien masih

menggunakan kombinasi metode tim dengan metode fungsional. Didalam

pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) sudah dilakukan

pelaksanaan unsur-unsur MAKP misalnya timbang terima, sentralisasi obat,

supervisi, dokumentasi dan discharge planning.

Tetapi ada beberapa hal yang belum dilaksanakan secara optimal. Seperti

kurangnya perubahan posisi pasien yang tirah baring lama. Sehingga, perlu adanya

pengoptimalan peran dan fungsi perawat, terutama dalam perbaikan dan pengelolaan

sistem manajemen yang tepat terkait pelaksanaan perubahan posisi pasien yang tirah

baring lama guna menunjang keberhasilan pelaksanaan pelayanan asuhan

keperawatan profesional.

Pada saat observasi dari tanggal 24-29 September 2018 di Ruang HCU Melati

diperoleh bahwa dari 41 pasien tirah baring didapatkan tanda- tanda resiko dekubitus

sebanyak 7 pasien dengan ciri-ciri terdapat tanda kemerahan, peningkatan suhu,

kelembapan yang berlebihan. Angka tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan

standar nosokomial diruangan yang bisa diterima yaitu dengan angka kejadian resiko

dekubitus. Angka ini relatif tinggi dan semakin meningkat serta menibulkan

komplikasi jika tidak dilakukan upaya dalam pencegahannya Dian et al, 2010).

Mobilisasi pasien gangguan penurunan kesadaran yag dilakukan di ruang HCU

Melati sangat minim, dimana hanya dilakukan saat pasien di seka sehingga untuk

terjadinya resiko dekubitus akan lebih tinggi.


5

Ada dua hal yang berhubungan dengan resiko dekubitus yaitu faktor tekanan

dan toleransi jaringan. Faktor yang mempengaruhi durasi dan intensitas tekanan

diatas tulang yang menonjol adalah imobilisasi, inaktifitas, dan penurunan sensori

persepsi.faktor yang mempengaruhi toleransi jaringan diedakan menjadi dua yaitu

factor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor intrinsic yaitu factor yang berasal dari pasien,

sedangkan factor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar pasien yang

mempunyai efek deteriorasi pada lapisan eksterbal dari kulit (Nursalam, 2011).

Pasien baring terus menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk mengubah posisi

beresiko tinggi terkena dekubitus. Dekubitus juga dapat menyebabkan nyeri yang

berkepanjangan, rasa tidak nyaman, meningkatkan biaya dalam perawatan dan

penanganannya serta menyebabkan komplikasi mengarah sepsis, infeksi kronik,

sellulitis, osteomyelitis, dan meningkatkan prevelensi mortalitas pada klien lanjut usia

(Sari, 2010).

Mobilisasi adalah kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi tubuh,

sedangkan aktivitas adalah kemampuan untuk berpindah. Paisen yang baring terus-

menerus di tempat tidur tanpa mampu untuk mengubah posisi beresiko untuk terkena

dekubitus. Imobilisasi adalah factor yang signifikan dalam kejaian dekubitus

(Nursallam, 2011). Kelembapan dapat mengabitkan terjadinya jaringan kulit. Jaringan

yang mengalami maserasi akan mudah mengalami erosi. Selain itu kelembapan juga

mengakibatkan kulit mudah terkena pergesekan dan perobekan jaringan (Nursalam,

2011).

Perawat sangat penting diperlukan dalam perawatan pasien untuk mengurangi

angka kejadian dekubitus tersebut dengan cara memberikan pengaturan posisi yang

merupakan sebuah terapi yang dapat mecegah berkembangnya kondisi ini. Salah satu

rekomendasi yang ditawarkan yakni pengaturan posisi.


6

Pengauran posisi yang dimaksud bukanlah sekedar perubahan posisi menurut

jangka waktu tertentu, namun penataan posisi sedemikian rupa yang dimaksud adalah

posisi yang dapt memfasilitasi kecukupan oksigen sebagai nutrisi bagi jaringan kulit.

Pengaturan posisi 30 derajat memiliki tekanan minimal dibandingkan dengan derajat

keiringan lainnya. Tekanan yang minimal ini akan memperlambat terjadinya

perkembanan luka tekan. Pemberin posisi miring 30 derajat ini dilakukan 2 jam sekali

miring kekiri, terlentang dan miring kanan selama 48 jam. Terinspirasi kelompok

kami mencoba untuk melakukan terapi ini sesuai dengan penelitian yang telah

dilakukan dengan menggunakan absorbent triangle pillow (bantal berbentu segitiga)

untuk mencegah kelembapan, tekanan dan gesekan untuk pencegahan dekubitus.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Setelah melakukan tahapan praktik Manajemen Keperawatan selama 6

minggu diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep manajemen

keperawatan secara nyata dalam upaya melaksanakan asuhan keperawatan pada

klien sesuai standar secara profesional sehingga meningkatkan mutu pelayanan.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan

yang dilaksanakan di Ruang HCU Melati RSUD Bangil.

2. Mampu menganalisa sistem penerapan manajemen keperawatan di Ruang

HCU Melati RSUD Bangil.

3. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan yang

terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa situasi nyata

di Rumah Sakit.
7

4. Mampu menentukan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen

keperawatan bersama pihak Rumah Sakit.

5. Mampu membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah untuk mengatasi

yang diprioritaskan.

6. Mampu melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek

masukan dan proses pada manajemen keperawatan.

7. Mampu merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa upaya

mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama dengan unit

terkait di RSUD Bangil.

8. Melaksanakan seminar evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan manajemen

keperawatan di Ruang HCU Melati RSUD Bangil.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi Mahasiswa

1. Mengaplikasikan dan mengintegrasikan konsep manajemen keperawatan

dalam tatanan praktek klinik dan pengembangan wawasan pengetahuan

atau teori manajemen melalui penerapan fungsi manajemen bangsal.

2. Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa MAKP

(Metode Asuhan Keperawatan Profesional).

3. Mengaplikasikan metode supervise klinis dalam praktek manajemen

keperawatan.

4. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam bidang manajemen.

1.3.2 Bagi Pasien

1. Tercapainya kepuasan pasien yang optimal

2. Pelayanan kepada pasien semakin maksimal


8

3. Hak-hak pasien sangat dihargai

1.3.3 Bagi Perawat

1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal

2. Terbinanya hubungan antara perawat dan perawat, perawat dengan tim

kesehatan yang lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga

3. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat

4. Melalui praktek manajemen dapat diketahui masalah-masalah yang ada

diruangan berkaitan dengan Mutu Pelayanan

5. Perawat dapat memperhatikan hal-hal kecil yang berhubungan dengan

mutu pelayanan kepada pasien maupun keluarga

1.3.4 Bagi Ruangan atau Institusi Rumah Sakit

Menjadi bahan pendukung, masukan dan pengembangan fungsi

manajemen ruangan guna mempertahankan dan peningkatan kualitas pelayanan

keperawatan di ruangan pada khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada

umumnya dalam mencapai pelayanan yang optimal.

Anda mungkin juga menyukai