Anda di halaman 1dari 5

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT

1. Pelayanan Instalasi :

a) Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium dan Radiologi
dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter.
Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem on call.

b) Pelayanan pasien Instalasi Gawat Darurat harus diutamakan dengan waktu pelayanan yang
lebih cepat.

c) Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien.

d) Seluruh staf RS harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar
prosedur opersional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi, etika RS dan etiket RS yang
berlaku.

e) Seluruh staf RS dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).

2. Skrining Dan Triase :

a) Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh
RS.

b) Yang bisa diterima di RS adalah kasus selain yang dibawah ini :

1) Pasien dengan diagnosis : TBC dengan XDR / MDR, Semua pasien Psikiatri, )Gagal ginjal on
HD, CVA Hemorraghic peserta BPJS, Kasus Orthopedi peserta BPJS, HIV AIDS yang
memerlukan ARV atau terapi definitif HIV AIDS, Kanker yang perlu konsultan hematologi,
onkologi medis serta memerlukan kemoterapi. Kasus Urologi dengan kepesertaan BPJS, Flu
burung (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif), Flu babi (kasus dengan hasil
Laboratorium penunjang positif), SARS (kasus dengan hasil Laboratorium penunjang positif),
Pasien KLL indikasi bedah syaraf dengan kepesertaan BPJS.

2) Tidak ada DPJP yang bertugas kecuali pasien menghendaki atau menyetujui dirawat dokter
lain.
3) Bila tempat tidur yang dikehendaki pasien tidak ada ditawarkan naik kelas atau turun kelas.
4) Tidak tersedia bed diruang khusus, peralatan dan pemeriksaan yang sangat diperlukan oleh
pasien yang tidak bisa ditunda pengadaannya.
5) Pasien BPJS dengan indikasi IRI.

c.Triase dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imaging sebelumnya.

d.Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti
untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.

3.Pelayanan Pasien :
a.Pemberian pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan kepada semua pasien dilaksanakan
secara seragam.
b.Para pemberi asuhan pasien harus menuliskan perintah didalam Dokumen Rekam Medis pasien
di Catatan Terintegrasi.
c.Semua pelayanan resusitasi yang diberikan kepada pasien harus dilakukan dengan prosedur
yang seragam yang ditetapkan oleh RS.
d.Semua tenaga keperawatan yang memberikan obat ke pasien diharuskan menggunakan hand
band warna kuning yang dipasang pada lengan kiri atas.
e.Pemenuhan kebutuhan dasar hidup sehari-hari pasien koma sepenuhnya dilakukan oleh
perawat.
f.Pasien dengan Alat Bantu Hidup (Ventilator) harus dicegah terhadap kejadian VAP (Ventilator
Associated Pneumonia).
g.Semua pasien dengan penyakit menular ditempatkan di ruang pasien tersendiri dengan alat
pelindung diri yang ditetapkan.
h.Semua pasien dengan Daya Tahan Tubuh Rendah (Immunosupressed) ditempatkan di ruang
pasien tersendiri dengan alat pelindung diri yang ditetapkan.
i.Setiap pasien yang memiliki resiko jatuh, kecenderungan melukai diri sendiri, menghambat
proses pengobatan perlu dilakukan restrain.
j.Pemenuhan kebutuhan dasar hidup sehari-hari pasien geriatri, anak-anak, lemah dan
ketergantungan bantuan dilakukan sepenuhnya oleh perawat.
k.Semua pasien rawat jalan yang didiagnosa penyakit kronis dibuat resume selama perawatan
minimal tiap 3 bulan (summary list).

4.Identifikasi :
a.Setiap pasien yang dirawat di RS. … diidentifikasi dengan 2 (dua) kriteria yang sudah
ditetapkan rumah sakit.
b.Pemasangan dan pelepasan gelang diatur dalam prosedur yang telah ditetapkan.
c.Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah, sebelum pengambilan
darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis, serta sebelum tindakan /
prosedur.

5.Transfer/ Perpindahan Di Dalam Rumah Sakit :


Penerimaan atau perpindahan pasien ke dan dari unit pelayanan intensif atau pelayanan khusus
ditentukan dengan kriteria yang telah ditetapkan.

6.Transfer Keluar Rumah Sakit / Rujukan :


a.Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik / terapi / spesimen yang tidak tersedia
di Rumah Sakit dapat dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang
memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya.

b.Rujukan kerumah sakit ditujukan kepada individu secara spesifik dan fasilitas pelayanan
kesehatan dari mana pasien berasal.
c.Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan
peralatan apa yang dibutuhkan selama transportasi.
d.Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima.
e.Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
f.Merujuk pasien adalah mengirim pasien yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan atau
fasilitas khusus yang tidak tersedia di RS … ke Rumah Sakit Lain atau atas keinginan pasien /
keluarga pasien.
g.Setiap pasien yang akan dirujuk harus dalam kondisi stabil. Kriteria stabil disini adalah :
1)Tidak ada ancaman sumbatan jalan nafas.
2)Oksigenasi adekuat.
3)Tidak dalam keadaan syock.
4)Tidak kejang.
5)Imobilasi fraktur (bila ada).
h.Sebelum merujuk pasien, petugas yang berwenang wajib menghubungi RS tujuan terlebih
dahulu.
i.Dokter yang sedang bertugas wajib mengisi lembar rujukan.
j.Pasien dirujuk dengan menggunakan ambulans dari RS … atau RS tujuan, lengkap dengan alat-
alat penujang kehidupan yang dibutuhkan ataupun menggunakan kendaraan sendiri.
k.Pasien gawat darurat dirujuk dengan pendampingan dari perawat UGD agar dapt memberikan
pertolongan Bantuan Hidup Dasar jika diperlukan.
l.Pasien yang tidak gawat darurat dapat dirujuk dengan menggunakan kendaraan sendiri /
ambulans tanpa pendamping.
m.Bila pasien dirujuk ke luar kota, maka pendamping (dokter/perawat) harus mendapat surat
tugas dari pimpinan rumah sakit dan setelah selesai wajib memberi alporan kepada atasan yang
memberi tugas.
n.Pasien dapat dirujuk ke RS rekanan ataupun RS sesuai pilihan pasien /keluarga pasien.

7.Penundaan Pelayanan :
Pasien mendapatkan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan dan
alternatif yang tersedia sesuai dengan kebutuhan klinik pasien.

8.Pemulangan Pasien :
DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien
untuk dipulangkan.
Kriteria pasien pulang:
1.Masalah utama yang berhubungan dengan penyakit pasien selesai.
2.Kondisi pasien stabil.
3.Permintaan pasien atau keluarga (dengan menandatangani surat pernyataan pulang paksa).
4.Pasien meninggal.
5.Diijinkan DPJP.
6.Telah menyelesaikan semua urusan administrasi.

9.Transportasi :
Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.

10.Hak Pasien Dan Keluarga :


a.Pelayanan menghormati kebutuhan privasi pasien.
b.Pelayanan melindungi barang milik pasien dari pencurian atau kehilangan.
c.Pelayanan melindungi dari kekerasan fisik.
d.Anak-anak, individu yang cacat, lanjut usia dan lainnya yang berisiko mendapatkan
perlindungan yang layak.
e.Rumah sakit memberikan edukasi secara rutin pada pasien dan atau keluarga.
f.Rumah sakit membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam
maupun diluar rumah sakit.
g.Pernyataan persetujuan (lnformed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses yang
ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami
pasien.
h.Informed consent diperoleh sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau produk darah
dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi.

11.Penolakan Pelayanan Dan Pengobatan :


a.Rumah sakit memberitahukanhak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan
pengobatan.
b.Rumah sakit menghormati pasien dan keluarganya tentang keinginan dan pilihan pasien untuk
menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar (Do Not
Resuscitate).

Anda mungkin juga menyukai