DISUSUN OLEH :
NAMA :FARIS IRMANDHARU
NIM :16/400399/TP/11612
GOLONGAN :SELASA
1.2 Tujuan
Mengukur besarnya laju infiltrasi pada berbagai kondisi tanah
1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat menentukan laju infiltrasi tanah dari berbagai kondisi
tanah yang bermanfaat dalam pengelolaan irigasi, dalam perencanaan
konservasi tanah dan air, serta memberikan gambaran tentang kebutuhan air
irigasi yang diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada
suatu saat.
BAB II
DASAR TEORI
Konstan
BAB III
METODOLOGI
2. Persamaan Horton
𝑓𝑡−𝑓𝑐
Dibuat grafik hubungan t terhadap in(𝑓𝑜−𝑓𝑐). Grafik yang diperoleh
merupakan garis linier yang setara dengan persamaan y=mx. Dengan slope
grafik (m) sama dengan kostanta persamaan Horton (k).
3. Komparasi
Digambar grafik yang diperoleh dari kedua persamaan tersebut dengan
hasil pengamatan.
3.4 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan menggunakan tabel data ke 11 pengamatan tanpa
vegetasi menit ke-5,5
1. Pehitungan Kostiakov
a. Menghitung Iukur
H 6
Iukur = = = 12
t 0,5
b. Menghitung nilai a, b, c
y. x x. xy = 1,78776
2
N x x
a= 2 2
b=
xy x. y = -0,74
N x 2 x
2
c = antilog a = 61,34
c. Menghitung Ihitung
Ihitung = c Tb = 11,214
Pada upaya mengetahui kebutuhan air tanaman yang tepat, maka perlu
dipelajari proses infiltrssi tanah. Infilrasi merupakan proses masuknya air dari
permuakan kedalam tanah, yang disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan kapiler
tanah. Proses infiltrasi meliputi air hujan mengalir tegak lurus kedalam tanah
melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengelirkan air
tersebut tegak lurus keatas, kebawah, dan kearah horizontal.
Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi meliputi, kelembaban tanah,
pemantapan tanah oleh curah hujan, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan,
pemantapan oleh orang dan hewan, udara yang terdapat dalam tanah, topografi,
intensitas hujan, kekasaran permukaan, mutu air, suhu udaradan adanya kerak di
permukaan. Pengukuran dilakukan di 2 lokasi tempat yang berbeda. Perbedaan
lokasi ini pula memperngaruhi jenis tanah yang digunakan. Untuk lokasi dengan
vegetasi menggambarkan jenis tanah yang berpasir sehingga tanah lebih bersifat
lunak dan terpecah. Sedangkan pada lokasi tanpa vegetasi menggambarkan jens
tanah lempung padat yang mana tanah terasa begitu keras.
Dalam praktikum ini digunakan silinder (buffer) sebagai alat bantu
pengukurannya. Terdapat 2 silinder yang digunakan. Silinder yang berukuran
lebih kecil digunakan sebagai wadah air yang mana sebagai obyek pengamatan
para praktikan dan diambil data sesuai dengan ketentuan yang ada. Terdapat pula
silinder yang berukuran lebih besar digunakan untuk mengelilingi silinder yang
lebih kecil. Silinder yang berukuran besar ini juga di beri air secara konstan untuk
membuat tanah di sekitar obyek pengamatan tetap dalam keadaan jenuh.
I ukur vs t
25
20
infiltrasi
15
10 I ukur vs t
0
0 5 10 15
t (menit)
20 I ukur vs t
15 I hitung vs t
y = 25.057x-0.234
10 Power (I ukur vs t)
5 Power (I hitung vs t)
0
0 2 4 6 8
t (menit)
300
250 y = 52.521x0.7897
I kumulatif vs t
infiltrasi
200
I kumulatif hitung vs t
150
100
Power (I kumulatif vs t)
50
0 Power (I kumulatif
0 2 4 6 8 hitung vs t)
t (menit)
Tabel 4.6 Hasil perhitungan Ikumulatif dan Ikumulatif hitung tanpa vegetasi
I Log I I I
Log t
No t kumula kumulatif x² xy a b c
kumulatif kumulatif
(x)
tif (y) hitung kumulatif
1 0,5 -0,3 36 1,556 0,091 -0,468 36,724 24,484
1,7878 0,74 61,34
2 1 0 62 1,792 0,000 0,000 61,342 85,826
3 1,5 0,176 82 1,914 0,031 0,337 82,812 168,638
4 2 0,301 104 2,017 0,091 0,607 102,463 271,101
5 2,5 0,398 120 2,079 0,158 0,827 120,863 391,964
6 3 0,477 140 2,146 0,228 1,024 138,325 530,289
7 3,5 0,544 156 2,193 0,296 1,193 155,042 685,331
8 4 0,602 178 2,250 0,362 1,355 171,148 856,479
9 4,5 0,653 190 2,279 0,427 1,489 186,738 1043,217
10 5 0,699 202 2,305 0,489 1,611 201,883 1245,100
11 5,5 0,74 214 2,330 0,548 1,725 216,639 1461,739
12 6 0,778 226 2,354 0,606 1,832 231,050 1692,789
13 6,5 0,813 238 2,377 0,661 1,932 245,152 1937,940
5,881 27,594 3,986 13,464
40
35
30
infiltrasi
25
20 i ukur vs t
15 Power (i ukur vs t)
10
y= 26.768x-0.425
5
0
0 2 4 6 8
t (menit)
300
250 y = 61.342x0.7401
infiltrasi
200 i kumulatif vs t
150
100 Power (i kumulatif vs
50 t)
0
0 5 10
t (menit)
300
250 y = 61.342x0.7401 i kumulatif vs t
infiltrasi
200
i kumulatif hitung vs t
150
100
Power (i kumulatif vs t)
50
0 Power (i kumulatif
0 2 4 6 8 hitung vs t)
t (menit)
i i
No t ic io m
ukur horton
1 0,5 30 1 0 28,99
2 1 20 0,375 -0,981 28,04
3 1,5 24 0,625 -0,470 27,15
4 2 20 0,375 -0,981 26,31
5 2,5 16 0,125 -2,079 25,53
14 30 0,131
6 3 20 0,375 -0,981 24,8
7 3,5 14 0 0 24,12
8 4 16 0,125 -2,079 23,47
9 4,5 6 -0,5 0 22,87
10 5 20 0,375 -0,981 22,31
11 5,5 14 0 0 21,78
12 6 14 0 0 21,29
13 6,5 14 0 0 20,83
14 7 14 0 0 20,4
15 7,5 14 0 0 19,99
i i
No t ic io m
ukur horton
1 0,5 36 1 0 34,29
2 1 26 0,583 -0,539 32,7
3 1,5 20 0,333 -1,099 31,22
4 2 22 0,417 -0,875 29,85
5 2,5 16 0,167 -1,792 28,58
6 3 20 0,333 -1,099 27,4
7 3,5 16 12 36 0,167 -1,792 0,148 26,3
8 4 22 0,417 -0,875 25,28
9 4,5 12 0 0 24,33
10 5 12 0 0 23,45
11 5,5 12 0 0 22,63
12 6 12 0 0 21,88
13 6,5 12 0 0 21,17
ln (i-ic)/(io-ic) vs t vegetasi
0
-0.1 0 2 4 6 8 10 12
-0.2
-0.3
-0.4 y = 0.0156x - 0.3732
Series1
-0.5
Linear (Series1)
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1
-0.4
ln(i-ic)/(io-ic)
-0.6
Series1
-0.8
-1 Linear (Series1)
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa laju infiltrasi pada
setiap kondisi tanah memiliki pola yang hampir sama, baik pada tanah dengan
perlakuan tanpa vegetasi maupun tanah dengan perlakuan dengan vegetasi.
Laju infiltrasi yang ditunjukkan turun kemudian berubah menjadi konstan,
namun dibedakan pada nilai yang dihasilkan.
5.2 Saran
Praktikum berjalan lancar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA