Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI


(TPT 3010)
ACARA I-VI

DISUSUN OLEH :
NAMA :FARIS IRMANDHARU
NIM :16/400399/TP/11612
GOLONGAN :SELASA

LABORATORIUM ENERGI DAN MESIN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup. Salah satunya
adalah tanaman yang memerlukan air untuk melakukan proses fotosintesis
maupun transpirasi. Dalam siklusnya, tanaman tidak boleh kekurangan
ataupun kelebihan air karena akan berpengaruh pada proses produksi bahan
pangannya, dan maka dari itu diperlukan pengelolaan irigasi yang baik.
Dalam praktek kegiatan irigasi, sering dibutuhkan besaran infiltrasi untuk
suatu daerah tertentu. Besaran ini umumnya hanya dapat diperoleh dengan
pengukuran atau analisis tertentu. Memang tidak mungkin untuk memperoleh
besaran infiltrasi yang dapat mewakili suatu daerah yang luas secara
keseluruhan, akan tetapi upaya-upaya tertentu dapat dilakukan untuk
mendekatinya.
Oleh sebab itu, dalam hal ini mahasiswa diajarkan pengukuran infiltrasi
secara praktis yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang
besaran dan laju infiltrasi serta variasi sebagai fungsi waktu. Cara pengukuran
yang dapat dilakukan adalah dengan pengukuran lapangan menggunakan alat
infiltrometer, dan melibatkan beberapa persamaan matematika sebagai
analisis hitungnya.

1.2 Tujuan
Mengukur besarnya laju infiltrasi pada berbagai kondisi tanah

1.3 Manfaat
Mahasiswa dapat menentukan laju infiltrasi tanah dari berbagai kondisi
tanah yang bermanfaat dalam pengelolaan irigasi, dalam perencanaan
konservasi tanah dan air, serta memberikan gambaran tentang kebutuhan air
irigasi yang diperlukan bagi suatu jenis tanah untuk jenis tanaman tertentu pada
suatu saat.
BAB II
DASAR TEORI

Infilrasi merupakan proses masuknya air dari permuakan kedalam tanah.


Infiltrasi berpengaruh terhadap saat mulai terjadinya aliran permukaan atau run
off. Infiltrasi dari segi hidrologi penting, karena hal ini menandai peralihan air
permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak lambat dari air
tanah (Hardjowigeno, 1993).
Kapasitas infiltrasi suatu tanah dipengaruhi sifat – sifat fisiknya derajat
kemapatannya, kandungan air dan permiabilitas lapisan bawah permukaan
nisbi air dan iklim mikro tanah. Air yang berinfiltrasi pada suatu tanah hutan
karena pengaruh gravitasi dan daya tarik kapiler atau disebabkan pula oleh
tekanan dari pukulan air hujan pada permukaan tanah.Proses berlangsungnya
air masuk ke permuakan tanah kita kenal dengan infiltrasi. Laju infiltrasi
dipengaruhi oleh tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi
tersuspensi dalam air juga waktu (Suripin, 2001).
Laju infiltrasi adalah banyaknya air persatuan waktu yang masuk melalui
permukaan tanah, dinyatakan dalam mm per jam atau cm per jam. Pada saat
tanah masih kering, laju infiltrasi tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju
infiltrasi antara lain Permukaan tanah, tekstur tanah, struktur tanah, total ruang
pori tanah, cara pengelolaan lahan, kepadatan tanah, sifat serta jenis tanaman,
bahan organik tanah, serta kadar air tanah (Anastasya, 2011).
Faktor-faktor tersebut berinteraksi sehingga mempengaruhi besarnya
infiltrasi dan limpasan permukaan. Semakin besar air hujan yang masuk ke
dalam tanah, berarti semakin kecil limpasan permukaan yang terjadi, sehingga
besarnya banjir dapat ditekan. Dengan semakin besarnya air yang masuk ke
dalam tanah (bumi) diharapkan semakin besar aliran dasar (base flow) yang
keluar dari aliran bawah tanah, dan berfungsi menjaga kontinuitas aliran
sungai melalui mata air (Siradz, et al., 2007).
Model dalam perhitungan infiltrasi sebagai berikut : (Anonim, 2015)
1. Model Kostiyakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak
mamasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap)
sebagai komponen fungsi.

Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung pada


karakteristik tanah dan kadar air tanah awal.
2. Model horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam
hidrologi. Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring
dengan bertambahnya waktu hingga mendekati nilai konstan. Penurunan
kapasitas infiltrasi dikontrol oleh faktor yang beroperasi di permukaan
tanah dibanding dengan proses aliran di dalam tanah.

Konstan
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Infiltrometer tabung
3.1.2 Pengukur taraf muka air
3.1.3 Stopwatch
3.1.4 Ember

3.2 Cara Kerja


1. Diawali dengan memilih daerah yang mewakili untuk diukur
2. Dilakukan pencatatan data tentang tanaman yang ada, keadaan muka tanah
(bekas perlakuan apa, berbongkah/ berkerak/ retak, keadaan profil tanah,
tekstur, dan struktur)
3. Dilanjutkan dengan pemasangan tabung infiltrometer yang tegak lurus
dengan permukaan tanah (kedalaman 10cm).
4. Silinder pelindung (buffer) dipasang dengan jarak 10cm dari silinder
pengukur dengan kedalaman 5-10cm. Atau dapat digunakan tanggul tanah
dengan kedalaman 15cm kedalaman 7-15cm, tanpa merusak lapisan
permukaan tanah dalam silinder pengukur.
5. Diisi bagian luar (bagian pelindung) dengan air sampai setinggi 5cm dan
dipertahankan mempunyai kedalaman tetap selama pengukuran.
6. Lalu diisi bagian silinder pengukur dengan air sesuai dengan kedalaman
yang dikehendaki.
7. Dilakukan pencatatan jam pada waktu pengukuran.
8. Serta dilakukan pengawasan penurunan air dengan interval waktu tertentu
(misal 1, 2, 3, 4, 6, 8, 10, 12, 15, 18, 21, 26, 31..). Dilakukan pengamatan
sampai laju infiltrasi hampir kostan, dan dicatat hasil pengamatan pada
tabel pengamatan.
9. Apabila air dalam silinder pengukur sudah turun 5,5cm ditambah lagi
hingga mencapai tinggi semula. Diusahakan pengisian kembali secepat
mungkin.

3.3 Cara Analisa


1. Persamaan Kostiakov
Dibuat grafik hubungan antara t dengan l dan t dengan i. Carilah
persamaan infiltrasi kumulatif dan laju infiltrasi dengan mencari kostanta
a, b, dan c pada persamaan 2.1 dan 2.2 (dibuku panduan).
Salah satu cara untuk mengetahui hubungan antara t dengan l dan t
dengan i, adalah dengan mengambil logaritma hasil pengamatan. Analisis
regresi linier dari logaritma t, l, dan i tersebut menghasilkan persamaan :
log l = log a + b log t
log i = log c + (b-1)log t
Yang setara dengan persamaan linier
Y = c + mx

2. Persamaan Horton
𝑓𝑡−𝑓𝑐
Dibuat grafik hubungan t terhadap in(𝑓𝑜−𝑓𝑐). Grafik yang diperoleh

merupakan garis linier yang setara dengan persamaan y=mx. Dengan slope
grafik (m) sama dengan kostanta persamaan Horton (k).

3. Komparasi
Digambar grafik yang diperoleh dari kedua persamaan tersebut dengan
hasil pengamatan.
3.4 Contoh Perhitungan
Contoh perhitungan menggunakan tabel data ke 11 pengamatan tanpa
vegetasi menit ke-5,5
1. Pehitungan Kostiakov
a. Menghitung Iukur
H 6
Iukur = = = 12
t 0,5
b. Menghitung nilai a, b, c
 y.  x  x.  xy = 1,78776
2

N  x    x 
a= 2 2

b=
 xy x.  y  = -0,74
N  x 2    x 
2

c = antilog a = 61,34
c. Menghitung Ihitung
Ihitung = c Tb = 11,214

Contoh perhitungan menggunakan tabel data ke 15 pengamatan dengan


vegetasi menit ke 7,5
2. Persamaan Horton
i = ic + (io – ic)e-kt
= 14 + (30 – 14) exp-0,131.7,5 = 19,99
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada upaya mengetahui kebutuhan air tanaman yang tepat, maka perlu
dipelajari proses infiltrssi tanah. Infilrasi merupakan proses masuknya air dari
permuakan kedalam tanah, yang disebabkan oleh tarikan gaya grafitasi dan kapiler
tanah. Proses infiltrasi meliputi air hujan mengalir tegak lurus kedalam tanah
melalui profil tanah. Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengelirkan air
tersebut tegak lurus keatas, kebawah, dan kearah horizontal.
Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi meliputi, kelembaban tanah,
pemantapan tanah oleh curah hujan, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan,
pemantapan oleh orang dan hewan, udara yang terdapat dalam tanah, topografi,
intensitas hujan, kekasaran permukaan, mutu air, suhu udaradan adanya kerak di
permukaan. Pengukuran dilakukan di 2 lokasi tempat yang berbeda. Perbedaan
lokasi ini pula memperngaruhi jenis tanah yang digunakan. Untuk lokasi dengan
vegetasi menggambarkan jenis tanah yang berpasir sehingga tanah lebih bersifat
lunak dan terpecah. Sedangkan pada lokasi tanpa vegetasi menggambarkan jens
tanah lempung padat yang mana tanah terasa begitu keras.
Dalam praktikum ini digunakan silinder (buffer) sebagai alat bantu
pengukurannya. Terdapat 2 silinder yang digunakan. Silinder yang berukuran
lebih kecil digunakan sebagai wadah air yang mana sebagai obyek pengamatan
para praktikan dan diambil data sesuai dengan ketentuan yang ada. Terdapat pula
silinder yang berukuran lebih besar digunakan untuk mengelilingi silinder yang
lebih kecil. Silinder yang berukuran besar ini juga di beri air secara konstan untuk
membuat tanah di sekitar obyek pengamatan tetap dalam keadaan jenuh.

Tabel 4.1. Hasil pengukuran laju infiltrasi perlakuan dengan vegetasi


H
t H akhir i i
No awal ΔH Δt
(menit) (mm) ukur kumulatif
(mm)
1 0,5 250 240 10 0,5 20 30
2 1 240 230 10 0,5 20 50
3 1,5 230 225 5 0,5 10 60
4 2 225 216 9 0,5 18 78
5 2,5 216 208 8 0,5 16 94
6 3 208 200 8 0,5 16 110
7 3,5 200 194 6 0,5 12 122
8 4 194 187 7 0,5 14 136
9 4,5 187 180 7 0,5 14 150
10 5 180 177 3 0,5 6 156
11 5,5 177 170 7 0,5 14 170
12 6 170 163 7 0,5 14 184
13 6,5 163 160 3 0,5 6 190
14 7 160 153 7 0,5 14 204
15 7,5 153 150 3 0,5 6 210
16 8 150 145 5 0,5 10 220
17 8,5 145 140 5 0,5 10 230
18 9 140 135 5 0,5 10 240
19 9,5 135 130 5 0,5 10 250
20 10 130 125 5 0,5 10 260

Tabel 4.2. Iukur dan hitung pada tanah dengan vegetasi


Log t Log I I hitung
No t I ukur x² xy a b c I hitung
(x) ukur (y) kumulatif
1 0,5 -0,3 30 1,477 0,091 -0,44 29,471 29,471
2 1 0 24 1,380 0 0,00 25,057 54,528
3 1,5 0,176 22 1,342 0,031 0,24 22,788 77,317
4 2 0,301 22 1,342 0,091 0,40 21,304 98,621
5 2,5 0,398 22 1,342 0,158 0,53 20,220 118,841
6 3 0,477 18 1,255 0,228 0,60 19,375 138,217
7 3,5 0,544 20 1,301 0,296 0,71 18,689 156,905
8 4 0,602 20 1,301 0,362 0,78 1,399 -0,23 25,06 18,114 175,019
9 4,5 0,653 18 1,255 0,427 0,82 17,621 192,640
10 5 0,699 16 1,204 0,489 0,84 17,192 209,832
11 5,5 0,74 18 1,255 0,548 0,93 16,813 226,645
12 6 0,778 14 1,146 0,606 0,89 16,474 243,118
13 6,5 0,813 10 1,000 0,661 0,81 16,168 259,286
14 7 0,845 20 1,301 0,714 1,10 15,890 275,176
15 7,5 0,875 20 1,301 0,766 1,14 15,635 290,811
7,601 19,205 5,4664 9,35
Tabel 4.3. Ikumulatif dan Ikumulatif hitung pada tanah dengan vegetasi
I Log I I I
Log t
No t kum kumulatif x² xy a b c kumulatif kumulatif
(x)
ulatif (y) hitung kumulatif
1 0,5 -0,3 30 1,477 0,09 -0,445 30,382 30,382
2 1 0 50 1,699 0 0 52,521 82,903
3 1,5 0,176 74 1,869 0,03 0,3292 72,3415 155,245
4 2 0,301 94 1,973 0,09 0,594 90,7921 246,037
5 2,5 0,398 110 2,041 0,16 0,8124 108,287 354,323
6 3 0,477 130 2,114 0,23 1,009 125,055 479,379
7 3,5 0,544 144 2,158 0,3 1,174 141,243 620,622
8 4 0,602 160 2,204 0,36 1,327 1,72033 0,79 52,52 156,95 777,572
9 4,5 0,653 166 2,220 0,43 1,450 172,249 949,821
10 5 0,699 186 2,270 0,49 1,586 187,193 1137,014
11 5,5 0,74 200 2,301 0,55 1,704 201,825 1338,839
12 6 0,778 214 2,330 0,61 1,813 216,18 1555,020
13 6,5 0,813 228 2,358 0,66 1,917 230,286 1785,305
14 7 0,845 242 2,384 0,71 2,015 244,164 2029,470
15 7,5 0,875 256 2,408 0,77 2,107 257,836 2287,306
7,601 31,807 5,466 17,393

I ukur vs t
25

20
infiltrasi

15

10 I ukur vs t

5 y= 17.541x-0.281 Power (I ukur vs t)

0
0 5 10 15
t (menit)

Gambar 4.1. Hubungan Iukur vs waktu


300
250 y = 52.521x0.7897
infiltrasi
200 I kumulatif vs t
150
100 Power (I kumulatif vs
t)
50
0
0 5 10
t (menit)

Gambar 4.2 Hubungan Ikumulatif vs waktu


35
30
25
infiltrasi

20 I ukur vs t
15 I hitung vs t
y = 25.057x-0.234
10 Power (I ukur vs t)
5 Power (I hitung vs t)
0
0 2 4 6 8
t (menit)

Gambar 4.3 Hubungan Iukur, Ihitung vs waktu

300
250 y = 52.521x0.7897
I kumulatif vs t
infiltrasi

200
I kumulatif hitung vs t
150
100
Power (I kumulatif vs t)
50
0 Power (I kumulatif
0 2 4 6 8 hitung vs t)

t (menit)

Gambar 4.4 Hubungan Ikumulatif, Ikumulatif hitung vs waktu


Tabel 4.4 Hasil perhitungan Iukur perlakuan tanpa vegetasi
t Hawal Hakhir Iukur
∆H ∆t Iukur
(menit) (mm) (mm) kumulatif
0,5 25 23,2 1,8 0,5 3,6 3,6
1 23,2 21,9 1,3 0,5 2,6 6,2
1,5 21,9 20,9 1 0,5 2 8,2
2 20,9 19,8 1,1 0,5 2,2 10,4
2,5 19,8 19 0,8 0,5 1,6 12
3 19 18 1 0,5 2 14
3,5 18 17,2 0,8 0,5 1,6 15,6
4 17,2 16,1 1,1 0,5 2,2 17,8
4,5 16,1 15,5 0,6 0,5 1,2 19
5 15,5 14,9 0,6 0,5 1,2 20,2
5,5 14,9 14,3 0,6 0,5 1,2 21,4
6 14,3 13,7 0,6 0,5 1,2 22,6
6,5 13,7 13,1 0,6 0,5 1,2 23,8

Tabel 4.5 Hasil perhitungan Iukur dan Ihitung tanpa vegetasi


Log I
Log t I I hitung
No t I ukur ukur x² xy a b c
(x) hitung kumulatif
(y)
1 0,5 -0,301 36 1,556 0,09 -0,47 22,421 22,421
2 1 0 26 1,415 0 0 18,352 40,773
3 1,5 0,1761 20 1,301 0,03 0,229 16,323 57,096
4 2 0,301 22 1,342 0,09 0,404 15,021 72,116
5 2,5 0,3979 16 1,204 0,16 0,479 14,083 86,199
6 3 0,4771 20 1,301 0,23 0,621 13,36 99,560
-
7 3,5 0,5441 16 1,204 0,3 0,655 1,43 26,768 12,778 112,338
0,42
8 4 0,6021 22 1,342 0,36 0,808 12,294 124,632
9 4,5 0,6532 12 1,079 0,43 0,705 11,883 136,515
10 5 0,699 12 1,079 0,49 0,754 11,527 148,042
11 5,5 0,7404 12 1,079 0,55 0,799 11,214 159,256
12 6 0,7782 12 1,079 0,61 0,84 10,935 170,191
13 6,5 0,8129 12 1,079 0,66 0,877 10,685 180,876
5,8809 16,062 3,99 6,703

Tabel 4.6 Hasil perhitungan Ikumulatif dan Ikumulatif hitung tanpa vegetasi
I Log I I I
Log t
No t kumula kumulatif x² xy a b c
kumulatif kumulatif
(x)
tif (y) hitung kumulatif
1 0,5 -0,3 36 1,556 0,091 -0,468 36,724 24,484
1,7878 0,74 61,34
2 1 0 62 1,792 0,000 0,000 61,342 85,826
3 1,5 0,176 82 1,914 0,031 0,337 82,812 168,638
4 2 0,301 104 2,017 0,091 0,607 102,463 271,101
5 2,5 0,398 120 2,079 0,158 0,827 120,863 391,964
6 3 0,477 140 2,146 0,228 1,024 138,325 530,289
7 3,5 0,544 156 2,193 0,296 1,193 155,042 685,331
8 4 0,602 178 2,250 0,362 1,355 171,148 856,479
9 4,5 0,653 190 2,279 0,427 1,489 186,738 1043,217
10 5 0,699 202 2,305 0,489 1,611 201,883 1245,100
11 5,5 0,74 214 2,330 0,548 1,725 216,639 1461,739
12 6 0,778 226 2,354 0,606 1,832 231,050 1692,789
13 6,5 0,813 238 2,377 0,661 1,932 245,152 1937,940
5,881 27,594 3,986 13,464

40
35
30
infiltrasi

25
20 i ukur vs t
15 Power (i ukur vs t)
10
y= 26.768x-0.425
5
0
0 2 4 6 8
t (menit)

Gambar 4.5 Hubungan Iukur vs waktu

300
250 y = 61.342x0.7401
infiltrasi

200 i kumulatif vs t
150
100 Power (i kumulatif vs
50 t)
0
0 5 10
t (menit)

Gambar 4.6 Hubungan Ikumulatif vs waktu


40
35
infiltrasi 30
25
i ukur vs t
20 y = 26.768x-0.425
15 i hitung vs t
10 Power (i ukur vs t)
5 y = 18.352x-0.289
Power (i hitung vs t)
0
0 2 4 6 8
t (menit)

Gambar 4.7 Hubungan Iukur, Ihitung vs waktu

300
250 y = 61.342x0.7401 i kumulatif vs t
infiltrasi

200
i kumulatif hitung vs t
150
100
Power (i kumulatif vs t)
50
0 Power (i kumulatif
0 2 4 6 8 hitung vs t)
t (menit)

Gambar 4.8 Hubungan Ikumulatif, Ikumulatif hitung vs waktu Vegetasi

Tabel 4.7 Hasil perhitungan Horton pada tanah dengan vegetasi

i i
No t ic io m
ukur horton

1 0,5 30 1 0 28,99
2 1 20 0,375 -0,981 28,04
3 1,5 24 0,625 -0,470 27,15
4 2 20 0,375 -0,981 26,31
5 2,5 16 0,125 -2,079 25,53
14 30 0,131
6 3 20 0,375 -0,981 24,8
7 3,5 14 0 0 24,12
8 4 16 0,125 -2,079 23,47
9 4,5 6 -0,5 0 22,87
10 5 20 0,375 -0,981 22,31
11 5,5 14 0 0 21,78
12 6 14 0 0 21,29
13 6,5 14 0 0 20,83
14 7 14 0 0 20,4
15 7,5 14 0 0 19,99

Tabel 4.8 Hasil perhitungan Horton pada tanah tanpa vegetasi

i i
No t ic io m
ukur horton

1 0,5 36 1 0 34,29
2 1 26 0,583 -0,539 32,7
3 1,5 20 0,333 -1,099 31,22
4 2 22 0,417 -0,875 29,85
5 2,5 16 0,167 -1,792 28,58
6 3 20 0,333 -1,099 27,4
7 3,5 16 12 36 0,167 -1,792 0,148 26,3
8 4 22 0,417 -0,875 25,28
9 4,5 12 0 0 24,33
10 5 12 0 0 23,45
11 5,5 12 0 0 22,63
12 6 12 0 0 21,88
13 6,5 12 0 0 21,17

ln (i-ic)/(io-ic) vs t vegetasi
0
-0.1 0 2 4 6 8 10 12

-0.2
-0.3
-0.4 y = 0.0156x - 0.3732
Series1
-0.5
Linear (Series1)
-0.6
-0.7
-0.8
-0.9
-1

Gambar 4.8 Grafik persamaan Horton pada tanah dengan vegetasi


Diperoleh grafik yang menunjukkan bahwa dalam perhitungan horton
dengan perlakuan tanah dengan vegetasi, diperoleh nilai laju infiltrasi yang
cenderung semakin meningkat seiring dengan pertambahan waktu. Peningkatan
tersebut ditunjukkan pada nilai laju infiltrasi 1 pada menit ke0 hingga mencapai
nilai 0 dada menit ke8.

ln (i-ic)/(io-ic) vs t tanpa vegetasi


t (menit)
0
-0.2 0 2 4 6 8 10

-0.4
ln(i-ic)/(io-ic)

-0.6
Series1
-0.8
-1 Linear (Series1)

-1.2 y = 0.1242x - 1.1775


-1.4
-1.6
-1.8

Gambar 4.9 Grafik persamaan Horton pada tanah tanpa vegetasi


Diperoleh grafik yang menunjukkan bahwa dalam perhitungan horton
dengan perlakuan tanah tanpa vegetasi, diperoleh nilai laju infiltrasi yang
cenderung semakin meningkat seiring dengan pertambahan waktu. Peningkatan
tersebut ditunjukkan pada nilai laju infiltrasi 1 pada menit ke0 hingga mencapai
nilai -0,2 pada menit ke8.
Sementara pada penggunaan persamaan kostiakov dan horton diperoleh
hasil grafik yang berbeda. Pada persamaan kostiakov cenderung menurun seiring
dengan bertambahnya waktu sedangkan pada horton cenderung meningkat seiring
pertambahan waktu. Dengan vegetasi maupun tanpa vegetasi memberikan
gambaran dalam garis besar yang cenderung sama. Antara dengan vegetasi atau
tanpa vegetasi yang membedakan hanya nilai besarnya dari hasil persamaan
kotiakov dan horton.
Pada pengukuran laju infiltrasi tanah pada lokasi 1 dan 2 diperoleh nilai
yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh ada dan tidaknya vegetasi. Untuk lokasi
dengan vegetasi menggambarkan jenis tanah yang lempung berpasir sehingga
tanah lebih bersifat lunak dan terpecah sehingga laju infiltrasi tanah terlampau
cepat. Sedangkan pada lokasi tanpa vegetasi menggambarkan jens tanah lempung
padat yang mana tanah terasa begitu keras yang membuat laju infiltrasi terlampau
lambat jika dibandingkan pada tanah tanpa vegetasi.
Manfaat yang diperoleh dalam perhitungan laju infiltrasi, yaitu data data
yang diperoleh dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan pengelolaan
irigasi ataupun konservasi tanah dan air. Dengan gambaran yang diperoleh kita
dapat memprediksi berapa banyak air yang dialirkan pada suatu saluran irigasi
yang memiliki karateristiktanah yang berbeda.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat diambil kesimpulan bahwa laju infiltrasi pada
setiap kondisi tanah memiliki pola yang hampir sama, baik pada tanah dengan
perlakuan tanpa vegetasi maupun tanah dengan perlakuan dengan vegetasi.
Laju infiltrasi yang ditunjukkan turun kemudian berubah menjadi konstan,
namun dibedakan pada nilai yang dihasilkan.

5.2 Saran
Praktikum berjalan lancar dan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Anastasya. 2011. Infiltrasi Hidrologi. http://www.ilmusipil.com. Diakses pada


tanggal 23 Oktober 2017.
Anonim. 2015. Aplikasi Model Infiltrasi Pada Tanah Dengan Model Kostiyacov
Dan Model Horton Menggunakan Alat Rainfall Simulator.
http://pengairan.ub.ac.id/wp-content/uploads/2014/02. Diakses pada
tanggal 23 Oktober 2017.
Hardjowigeno, sarwono. H. 1993. Klasifikasi tanah dan Pedogenesis. Akademika
pressindo. Jakarta
Nanere. 1985. Siklus Hidrologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Siradz, SA. dan S. Kabirun. 2007. Pengembangan Lahan Marginal Pesisir
Pantai Dengan Bioteknologi Masukan Rendah. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan Vol. 7 No. 2 (2007) : 83-92
Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai