Anda di halaman 1dari 23

SEL SARAF (NEURON)

Sel saraf atau neuron adalah sel yang merupakan satuan kerja utama

dalam sistem saraf manusia. Sel saraf berfungsi untuk menghantarkan impuls

listrik dari suatu rangsangan (stimulus). Sistem saraf dibentuk oleh jutaan sel

saraf. Sebuah sel saraf mempunyai satu badan sel yang mempunyai sitoplasma

dan juga mempunyai nukleus (inti sel). Selain sel saraf, dalam sistem saraf

manusia juga terdapat sel glia yang berfungsi sebagai support bagi sel saraf.

B. STRUKTUR DAN BAGIAN BAGIAN SEL SARAF


1. Dendrit
Merupakan percabangan dari badan sel yang terlihat seperti tonjolan

bercabang. Dendrit berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan

dari badan sel.

2. Badan sel
Badan sel merupakan bagian terbesar dari sel saraf yang mengandung banyak

komponen penting. Di dalam badan sel terdapat sitoplasma, nukleus (inti sel),

dan nukleolus (anak inti). Badan sel bertugas untuk menerima rangsangan dari

dendrit kemudian meneruskan rangsangan tersebut ke akson (neurit). Badan sel

memiliki sebuah inti dan di dala sitoplasmanya terdapat butir nissl yang

berfungsi untuk sintesis protein. Butir nissl dapat menjalankan fungsi tersebut

karena mengandung rna di dalamnya. Badan sel hanya terdapat pada saraf

pusat (otak dan sumsum tulang belakang) dan pada ganglion (sekumpulan sel

saraf di luar sistem saraf pusat).


3. Akson (neurit)
Akson (neurit) adalah serabut sel saraf panjang yang terlihat seperti penjuluran

dari badan sel. Neurit mirip dengan dendrit, bedanya neurit haya ada satu buah

dan berukuran lebih besar serta lebih panjang. Akson berperan dalam

menghantarkan impuls dari badan sel menuju efektor seperti sel otot atau sel
kelenjar. Untuk menjalankan fungsinya ini, di dalam neurit terdapat struktur

yang disebut neurofibril. Beberapa sel saraf, neuritnya dibungkus oleh sebuah

selaput yang disebut selaput mielin.

Bayangkan saja akson atau neurit ini seperti kabel listrik, kemudian di dalamnya

terdapat kabel yaitu neurofibril dan pembungkus kabel tersebut kita sebut

degan selaput mielin. Ujung dari sebuah neurit biasanya akan berhubungan

dengan ujung dendrit dari sel lainnya. Diantara tempat pertemuan neurit

dengan dendrit akan ditemukan sebuah celah yang disebut dengan sinapsis.

Pertukaran informasi antar sel neuron terjadi di sinaps ini.

4. Selaput mielin
Selaput atau selubung mielin adalah selaput pembungkus neurit. Selubung

mielin tersusun dari lemak. Selaput mielin mempunya segmen – segmen dan

lekukan di antara dua segmen disebut nodus ranvier. Selaput mielin ini

dikelilingi oleh sel schwann. Fungsi dari bagian ini adalah untuk melindungi sel

saraf dari kerusakan dan mencegah bocornya impuls serta mempercepat

hantaran impuls yang masuk. Selubung mielin diproduksi oleh sel glial.

5. Sel schwaan
Sel schwann adalah sel yang mengelilingi selubung mielin. Nama dari sel ini

diambil dari nama penemunya yaitu theodore schwaan, seorang ilmuan dari

jerman. Sel schwann akan menghasilkan lemak yang membungkus neurit

berkali kali lipat sampai terbentuknya selubung mielin. Sel schwann berfungsi

untuk mempercepat jalannya impuls, menyediakan nutrisi bagi neuri dan

membantu regenerasi dari neurit.

6. Nodus ranvier
Nodus ranvier adalah bagian antar dua segmen selubung mielin. Nodus ranvier

berfungsi seagai loncatan impuls saraf agar sampai lebih cepat ke tempat

tujuan. Nodus ranvier mempunyai diameter sekitar 1 mikrometer dan

ditemukan oleh louis antoine ranvier.

7. Sinapsis
Sinapsi adalah celah yang terdapat pada pertemuan satu neuron dengan

neuron lainnya. Setiap sinapsis menyediakan koneksi antar neuron sehing

memungkinkan terjadinya pertukaran informasi antar neuron tersebut.

Informasi ini ditukarkan dalam bentuk zat kimia yang disebut neurotransmiter.

Pada ujung neurit setiap sel saraf terdapat sebuah kantong yang disebut bulbus

akson, nah kantong inilah yang akan menghasilkan neurotransmiter tadi.

C. MACAM – MACAM JENIS SEL SARAF


Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel

saraf sensorik, sel saraf motorik dan sel saraf konektor / intermediet.

Jenis sel saraf berdasarkan fungsinya


 Sel saraf sensorik adalah jenis sel saraf yang berfungsi untuk
menghantarkan impuls dari reseptor di tubuh ke sistem saraf pusat (otak
dan sumsum tulang belakang). Sel saraf ini sering juga disebut dengan sel
saraf indra.
 Sel saraf motorik adalah jenis sel saraf yang berfungsi untuk
menghantarkn impuls dari sel sistem saraf pusat ke sel otot atau kelenjar
sehingga tubuh akan menanggapi rangsangan tersebut dengan bergerak
atau menghasilkan suatu produk sekresi. Sel saraf motorik biasanya
mempunyai dendrit yang pendek dengan akson yang sangat panjang.
 Sel saraf konektor / intermediet / asosiasi ini merupakan jenis sel
saraf yang berfungsi untuk menghubungkan sel saraf motor dengan sel
saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lain yang terdapat di
dalam sistem saraf pusat. Serabut saraf, akso dan dendrit dari sel ini
bergabung dalam satu selubung dan akan membentuk urat saraf
sedangkan badan selnya berkumpul di satu tempat untuk membentuk
ganglion saraf.
Sedangkan berdasarkan strukturnya, sel saraf dapat dibagi menjadi sel saraf

unipolar, sel saraf bipolar dan sel saraf multipolar.

Jenis - jenis sel saraf berdasarkan strukturnya


 Sel saraf unipolar adalah neuron yang mempunyai satu buah akson
yang bercabang.
 Sel saraf bipolar adalah neuron yang mempunyai satu akson dan
satu dendrit.

 Sel saraf multipolar adalah neuron yang mempunyai satu dendrit


dan akson yang bercabang.

Neurotransmiter adalah senyawa organik endogenus membawa sinyal di antara neuron.


Neurotransmiter terbungkus oleh vesikel sinapsis, sebelum dilepaskan bertepatan dengan
datangnya potensial aksi. Neurotransmiter adalah bahan kimia endogen yang mengirimkan
sinyal dari neuron ke sel target di sinaps . Neurotransmitter yang dikemas ke dalam
vesikel sinaptik berkerumun di bawah membran di sisi presynaptic sinaps, dan dilepaskan
ke dalam celah sinaptik, di mana mereka mengikat pada reseptor dimembran pada
sisi postsynaptic dari sinaps. Pelepasan neurotransmiter biasanya mengikuti kedatangan
sebuah potensial aksi pada sinapsis, tetapi juga
dapat mengikuti potensi listrik dinilai. Rendahnya tingkat ”dasar” rilis jugaterjadi
tanpa stimulasi listrik. Neurotransmiter disintesis dari precursor berlimpah dan
sederhana, seperti asam amino, yang tersedia dari diet dan yanghanya
membutuhkan sejumlah kecil langkah biosintesis untuk mengkonversi.
Gambar.1.1 Ilustrasi yang melibatkan neurotransmitter

Gambar diatas memperlihatkan ilustrasi dari elemen utama pada tranmisi sinapsis sebuah
gelombang elektrokimiawi yang disebut potensi aksi bergerak sepanjang akson sebuah
neuron. Ketika gelombang tersebut mencapai sinapsis, sejumlah molekul neurotransmitter
dilepaskan dan bergerak menuju penyerap yang terletak pada membrane neuron lain yang
berada di dekat sinapsis.
Seluruh aktivitas kehidupan manusia yang berkenaan dengan otak di atur melalui tiga
cara, yaitu sinyal listrik pada neuron, zat kimiawi yang di sebut neurotransmitter dan hormon
yang dilepaskan ke dalam darah. Hampir seluruh aktivitas di otak memanfaatkan
neurotransmitter.
Beberapa neurotransmiter utama, antara lain:
 Asam amino: asam glutamat, asam aspartat, serina, GABA, glisina
 Monoamina: dopamin, adrenalin, noradrenalin, histamin, serotonin, melatonin
 Bentuk lain: asetilkolina, adenosina, anandamida, dll.
Puluhan jenis neurotransmiter yang telah teridentifikasi di bentuk melalui asupan yang
berbeda. Bahan dasar pembentuk neurotransmiter adalah asam amino. Asam amino
merupakan salah satu nutrisi otak terpenting, yang berfungsi meningkatkan kewaspadaan,
mengurangi kesalahan, dan memacu kegesitan pikiran.
Fungsi asam amino antara lain :
 Penyusun protrein, termasuk enzim.
 Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin
,hormon, dan asam nukleat)
 Pengikat logam penting yang di perlukan dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

Asam amino di dapatkan dari sumber-sumber protein. Kadar protein tinggi dapat
ditemukan pada makanan/minuman seperti susu, daging, telur dan keju. Sedangkan protein
yang terdapat dalam sayur-sayuran memiliki kadar terbatas.
Neurotransmitter adalah penghantar bahan kimia dari system saraf. Neurotransmitter adalah
molekul yang dimana harus memenuhi sejumlah kriteria harus diklasifikasikan sebagai
neurotransmiter. Kriteria ini biasanya harus dipenuhi melalui berbagai ilmu pengetahuan
dasar dan studi penelitian klinis. Zat yang hanya memiliki telah ditunjukkan untuk memenuhi
beberapa kriteria yang disebut sebagai neurotransmitter putatif, berarti mereka belum terbukti
secara eksperimental untuk memenuhi semua kriteria.
Kriteria Untuk Neurotransmitter
1. Jika diberikan secara eksogen sebagai suatu obat, molekul eksogen menyerupai efek
neurotransmitter endogen.
2. Terdapat suatu mekanisme di dalam neuron atau celah sinaptik untuk menghilangkan
atau deaktifasi neurotransmitter.
3. Molekul ditemukan dalam neuron prasinaptik dan dilepaskan pada depolarisasi dalam
jumlah yang bermakna secara fisiologis
4. Molekul disentesis dalam neuron.

Klasifikasi
Tiga jenis utama neurotransmiter di otak adalah biogenik amina, asam amino, dan peptida.
Amina biogenik adalah neurotransmitter yang paling dikenal, karena mereka adalah yang
pertama temukan. Tetapi, mereka merupakan zat neurotransmiter yang hanya sebagian kecil
dari neuron. Neurotransmitter asam amino terlambat untuk ditemukan, terutama karena
kesulitan dalam membedakan asam amino yang ada sebagian besar protein dari asam amino
sama bertindak terpisah sebagai neurotransmitter. Neurotransmitter asam amino ditemukan
lebih dari 70% dari neuron. Neurotransmiter peptida adalah Intermediate sedang dalam hal
persentase neuron yang berisi neurotransmitter tipe itu, tapi mereka jauh melampaui dua
kategori lainnya dalam jumlah tipis (sekitar 200 hingga 300 dari neurotransmiter dari jenis
telah putatively diidentifikasi). Kriteria neurotransmiter penuh telah terpenuhi hanya
beberapa peptida tersebut saat ini. Namun demikian, bukti yang menunjukkan bahwa
neurotransmiter peptida putatif, pada kenyataannya, neurotransmiter umumnya kuat.

Neurotransmisi Kimiawi
Neurotransmisi kimiawi adalah suatu proses yang melibatkan pelepasan neurotransmitter
oleh satu neuron dan mengikat molekul neurotransmiter dengan reseptor pada neuron lain.
Proses neurotransmisi kimia dipengaruhi oleh obat yang paling banyak digunakan dalam
psikiatri. Semua obat antipsikotik dengan pengecualian clozapine (clozaril), dianggap
menunjukkan efeknya dengan menghambat reseptor dopamine tipe 2 (D 2); hampir semua
antidepresan menunjukkan efeknya dengan meningkatkan jumlah serotonin atau norepinefrin
atau keduanya dalam celah sinaptik dan hamper semua ansiolitik dianggap menunjukkan
efeknya pada reseptor GABAa yang berikatan dengan saluran ion klorida.

Neuromodulator dan Neurohormon


Kata yang paling sering digunakan untuk menunjukkan sinyal kimia yang mengalir antara
neuron adalah neurotransmitter, meskipun kata-kata dan neurohormonnya neuromodulators
juga digunakan dalam beberapa kasus untuk menekankan karakteristik khusus. Berbeda
dengan efek bersifat langsung dan singkat dari sebuah neurotransmitter, neuromodulator,
sebagai namanya, memodulasi respon neuron terhadap neurotransmitter. Efek modulasi juga
ditemukan untuk jangka waktu yang lebih lama dari biasanya untuk suatu molekul
neurotransmiter un. Dengan demikian, suatu zat neuromodulasi mungkin memiliki efek pada
neuron selama jangka waktu yang panjang, dan efek yang mungkin lebih terlibat dengan
fine( tuning) dibandingkan dengan mengaktifkan atau langsung menghambat generasi dari
sebuah potensial aksi. neurohormon A dibedakan oleh kenyataan bahwa ia dilepaskan ke
dalam aliran darah bukan ke dalam ruang extraneuronal di otak. Setelah dalam aliran darah,
neurohormon kemudian dapat berdifusi ke ruang extraneuronal dan memiliki efek pada
neuron.
Gambar 2.2 Neurotransmiter dengan lokalisasi diskrit
dalam otak.

Jenis neurotransmiter
Ada banyak cara yang berbeda untuk mengklasifikasi
neurotransmitter.Membagi mereka menjadi asam amino,
peptida, dan monoamina cukup untuk beberapa tujuan
klasifikasi.
Mayor neurotransmiter:
Asam amino: glutamat, aspartat, D-serin, γ-aminobutyric acid
(GABA), glisin
Monoamina dan amina biogenik lain: dopamin (DA),
norepinefrin (noradrenalin, NE, NA), epinefrin (adrenalin),
histamin, serotonin (SE, 5-HT). Lain-lain: asetilkolin (Ach),
adenosin, anandamide oksida, nitrat, dll. Selain itu, lebih dari 50
neuroactive peptida telah ditemukan, dan yang baru ditemukan
secara teratur. Banyak dari ini adalah “co-dirilis” bersama dengan
pemancar kecil-molekul, tetapi dalam beberapa kasus peptida
adalah pemancar primer di sinaps. β-endorphin adalah contoh
yang relatif terkenal neurotransmitter peptida; ini aktif terlibat
dalam interaksi yang sangat spesifik dengan reseptor opioid pada
sistem saraf pusat. Ion tunggal, seperti seng synaptically dirilis,
juga dianggap oleh beberapa neurotransmitter , seperti juga
beberapa molekul gas seperti oksida nitrat (NO) dan karbon
monoksida (CO). Ini bukan neurotransmitter klasik oleh definisi
ketat, bagaimanapun, karena meskipun mereka semua telah
menunjukkan eksperimental yang akan dirilis oleh terminal
presynaptic dengan cara kegiatan-tergantung, mereka tidak
dikemas ke dalam vesikel.
Sejauh pemancar yang paling umum adalah glutamat, yang
rangsang pada lebih dari 90% dari sinapsis dalam otak manusia .
Yang berikutnya yang paling umum adalah GABA, yang
penghambatan di lebih dari 90% dari sinapsis yang tidak
menggunakan glutamat. Meskipun pemancar lain yang
digunakan dalam sinapsis jauh lebih sedikit, mereka mungkin
sangat penting fungsional-sebagian besar obat-obatan psikoaktif
mengerahkan efek mereka dengan mengubah tindakan beberapa
sistem neurotransmitter, sering bertindak melalui pemancar
selain glutamat atau GABA. Obat adiktif seperti kokain dan
amfetamin mengerahkan efek mereka terutama pada sistem
dopamin. Obat-obatan opiat adiktif mengerahkan efek mereka
terutama sebagai analog peptida opioid fungsional, yang, pada
gilirannya, mengatur tingkat dopamin.
Rangsang dan penghambatan
Beberapa neurotransmiter biasanya digambarkan sebagai “rangsang” atau
“penghambatan”. Satu-satunya efek langsung dari neurotransmitter adalah untuk
mengaktifkan satu atau lebih jenis reseptor. Efek pada sel postsynaptic tergantung, karena
itu, sepenuhnya pada sifat-sifat reseptor-reseptor. Hal ini terjadi bahwa untuk beberapa
neurotransmitter (misalnya, glutamat), reseptor yang paling penting semua memiliki efek
rangsang: yaitu, mereka meningkatkan kemungkinan bahwa sel target akan api potensial
aksi. Untuk neurotransmiter lain, seperti GABA, reseptor yang paling penting semua
memiliki efek penghambatan (walaupun ada bukti bahwa GABA adalah rangsang selama
perkembangan otak awal). Namun demikian, neurotransmiter lain, seperti asetilkolin, yang
reseptor baik rangsang dan hambat ada; dan ada beberapa jenis reseptor yang mengaktifkan
jalur metabolisme yang kompleks dalam sel postsynaptic untuk menghasilkan efek yang
tidak dapat tepat disebut baik rangsang atau penghambatan. Jadi, merupakan
penyederhanaan yang berlebihan untuk memanggil rangsang atau neurotransmitter
penghambatan-bagaimanapun hal tersebut sangat nyaman untuk menelepon hambat
rangsang dan GABA glutamat bahwa penggunaan ini terlihat sangat sering.

Tindakan

Efek dari sistem neurotransmitter tergantung pada koneksi dari neuron yang

menggunakan pemancar, dan sifat kimia dari reseptor yang mengikat pemancar. Berikut

adalah beberapa contoh tindakan neurotransmitter penting: Glutamat digunakan di

sebagian besar sinapsis rangsang yang cepat di otak dan sumsum tulang belakang. Hal ini

juga digunakan pada kebanyakan sinapsis yang “dimodifikasi”, yaitu mampu meningkatkan

atau menurunkan kekuatan. Sinapsis dimodifikasi dianggap memori penyimpanan utama

elemen dalam otak. Rilis glutamat berlebihan dapat mengakibatkan kematian sel

menyebabkan excitotoxicity. GABA digunakan pada sebagian besar sinapsis hambat cepat di

hampir setiap bagian otak. Banyak obat penenang / obat penenang bertindak dengan

meningkatkan efek GABA. Sejalan dengan glisin adalah pemancar hambat di sumsum tulang

belakang. Asetilkolin dibedakan sebagai pemancar pada sambungan neuromuskuler

menghubungkan saraf motor ke otot. Para curare panah-racun lumpuh bertindak dengan

memblokir transmisi pada sinapsis ini. Asetilkolin juga beroperasi di banyak daerah di otak,

tetapi menggunakan berbagai jenis reseptor. Dopamin memiliki sejumlah fungsi penting di

otak. Hal ini memainkan peran penting dalam sistem penghargaan, tetapi disfungsi sistem

dopamin juga terlibat dalam penyakit Parkinson dan schizophrenia.

Serotonin adalah neurotransmitter monoamina. Kebanyakan diproduksi oleh dan

ditemukan di usus (sekitar 90%), dan sisanya di pusat neuron sistem saraf. Ini berfungsi

untuk mengatur nafsu makan, tidur, memori dan pembelajaran, suhu, mood, perilaku,

kontraksi otot, dan fungsi sistem kardiovaskular dan sistem endokrin. Hal ini berspekulasi

untuk memiliki peran dalam depresi, karena beberapa pasien depresi dianggap memiliki

konsentrasi yang lebih rendah metabolit serotonin dalam cairan serebrospinal dan jaringan
otak. Substansi P adalah undecapeptide bertanggung jawab untuk transmisi rasa sakit dari

neuron sensorik tertentu untuk sistem saraf pusat.

Neuron mengekspresikan jenis tertentu dari neurotransmitter kadang-kadang

membentuk sistem yang berbeda, dimana aktivasi dari sistem mempengaruhi volume besar

otak, disebut transmisi volume. Sistem neurotransmiter utama termasuk noradrenalin

(norepinefrin) sistem, sistem dopamin, sistem serotonin dan sistem kolinergik. Obat

menargetkan neurotransmitter dari sistem tersebut mempengaruhi seluruh sistem; fakta ini

menjelaskan kompleksitas tindakan dari beberapa obat. Kokain, misalnya, blok reuptake

dopamin punggung ke neuron presynaptic, meninggalkan molekul neurotransmitter di celah

sinaptik lagi.Sejak dopamin tetap dalam sinaps lagi, neurotransmitter terus mengikat ke

reseptor pada neuron postsynaptic, memunculkan respon emosional yang

menyenangkan. Kecanduan fisik untuk kokain mungkin akibat dari paparan kelebihan

dopamin dalam sinaps, yang mengarah ke downregulation beberapa reseptor

postsynaptic. Setelah efek obat hilang, satu mungkin merasa tertekan karena kemungkinan

penurunan neurotransmitter mengikat reseptor. Prozac adalah selective serotonin reuptake

inhibitor (SSRI), yang menghambat pengambilan kembali serotonin oleh sel presynaptic. Ini

meningkatkan jumlah serotonin hadir pada sinaps dan memungkinkan untuk tinggal di sana

lagi, maka potentiating efek serotonin alami dilepaskan AMPT mencegah konversi tirosin

dengan L-dopa, para pendahulu untuk dopamin;. Reserpin mencegah penyimpanan

dopamin dalam vesikel, dan menghambat deprenyl monoamine oxidase (MAO)-B dan

dengan demikian meningkatkan tingkat dopamin. Penyakit dapat mempengaruhi sistem

neurotransmiter tertentu. Misalnya, penyakit Parkinson adalah setidaknya sebagian terkait

dengan kegagalan sel dopaminergik di otak mendalam inti, misalnya substansia

nigra. Perawatan potentiating efek prekursor dopamin telah diusulkan dan dilakukan,

dengan keberhasilan moderat.

Dopamin precursor
L-dopa, prekursor dopamin yang melintasi penghalang darah-otak, digunakan dalam
pengobatan penyakit Parkinson.
Prekursor neurotransmitter
Sementara asupan prekursor neurotransmitter tidakmeningkatkan sintesisneurotransmiter,buk
ti dicampur sebagai apakah rilis neurotransmiter (tembak) meningkat. Bahkan dengan rilis
neurotransmiter meningkat, tidak jelas apakah ini akan menghasilkan peningkatan jangka
panjang dalam kekuatan sinyalneurotransmitter, karena sistem saraf dapat beradaptasi dengan
perubahanseperti sintesis neurotransmiter meningkat dan karena itu
dapat menjagakonstan menembak . Beberapa neurotransmiter mungkin memiliki peran dalam
depresi, dan ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa asupan
prekursor neurotransmitter ini mungkin berguna dalam pengobatan depresi ringan dan
moderat.
Prekursor serotonin
Administrasi L-triptofan, prekursor serotonin, terlihat untuk
melipatgandakan produksi serotonin di otak. Hal ini secara
signifikan lebih efektif daripadaplasebo dalam
pengobatan depresi ringan dan moderat. Konversi
inimembutuhkan vitamin C. 5-hydroxytryptophan (5-HTP), juga
merupakanprekursor untuk serotonin, juga lebih efektif
daripada plasebo.
2.2. Macam – Macam Neurotransmiter
Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal melalui
eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan cara
komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapt menyalurkan impuls, tergantung dari neuron dan
transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah norepinefrin, acetilkolin, dopamin,
serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin, dan lain-lain.

1. 1. Asetilkolin (CH3COOCH2CH2N+(CH3)3)
Asetilkolin merupakan substansi transmitter yang disintesis diujung presinap dari
koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim kolin asetiltransferase. Kemudian
substansi ini dibawa ke dalam gelembung spesifiknya. Ketika kemudian gelembung
melepaskan asetilkolin ke dalam celah sinap, asetilkolin dengan cepat memecah kembali
asetat dan kolin dengan bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum
proteoglikan dan mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang
dan kolin juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali
bagi keperluan sintesis asetilkolin baru.
2. 2. Noepinefrin, epinephrine, dan dopamine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh katekol
(umpan balik negatif oleh hasil akhirnya).
a. Dopamin (NO2C8H11)
Merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana mempengaruhi
proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan kemampuan untuk merasakan
kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting untuk mengontrol gerakan
keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan
seperti kasus pada penyakit Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine
dapat menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan dalam
skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem akan menyebabkan
seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk mempunyai kepribadian paranoia. Jika
kekurangan Dopamin di bidang mesocortical dari daerah perut tegmental ke neocortex
terutama di daerah prefrontal dapat mengurangi salah satu dari memori.
b. Norepineprin (C8H9NO3)
Disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya terletak pada batang otak dan
hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi norephineprin yang terletak di lokus
seruleus di dalam pons akan mengirimkan serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan
akan membantu pengaturan seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan.
Pada sebagian daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada
yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga sebagian
disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf simpatisdimana
ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ yang lain.
c. Epinefrin (C9H23NO3)
Epinefrin merupakan salah satu hormon yang berperan pada reaksi stres jangka
pendek. Epinefrin disekresi oleh kelenjar adrenal saat ada keadaan gawat ataupun berbahaya.
Di dalam aliran darah epinefrin dengan cepat menjaga kebutuhan tubuh saat terjadu
ketegangan, atau kondisi gawat dengan memberi suplai oksigen dan glukosa lebih pada otak
dan otot. Selain itu epinefrin juga meningkatkan denyut jantung, stroke volume, dilatasi dan
kontraksi arteriol pada gastrointestinal dan otot skeleton. Epinefrin akan meningkatkan gula
darah dengan jalan meningkatkan katabolisme dari glikogen menjadi glukosa di hati dan saat
bersamaan menurunkan pembentukan lipid dari sel-sel lemak.
Epinefrin memiliki banyak sekali fungsi di hampir seluruh tubuh, diantaranya dalam
mengatur konsentrasi asam lemak, konsentrasi glukosa darah, kontrol aliran darah ginjal,
mengatur laju metabolisme, kontraksi otot polos, termogenesis kimia, vasodilatasi,
vasokonstriksi, dll
3. Glutamate (C5H9NO4)
Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem saraf pusat,
jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat penting dalam hal memori.
Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak. Terkadang kerusakan otak atau stroke
akan mengakibatkan produksi glutamat berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri
dengan banyak sel-sel otak mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai
penyakit Lou Gehrig’s, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin
juga cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari cara
untuk meminimalisir efek.
4. Serotonin (C10H12N2O)
Serotonin (5-hydroxytryptamine, atau 5-HT) adalah suatu neurotransmitte
rmonoamino yang disintesiskan dalam neuron-neuron serotonergis dalam sistem saraf pusat
(CNS) dan sel-sel enterochromaffin dalam saluran pencernaan.
Pada system saraf pusat serotonin memiliki peranan penting sebagai neurotransmitter
yang berperan pada proses marah, agresif, temperature tubuh, mood, tidur, human sexuality,
selera makan, dan metabolisme, serta rangsang muntah.
Serotonin memiliki aktivitas yang luas pada otak dan variasi genetic pada reseptor
serotonin dan transporter serotonin, yang juga memiliki kemampuan untuk reuptake yang jika
terganggu akan memiliki dampak pada kelainan neurologist.
Obat-obatan yang mempengaruhi jalur dari pembentukan serotonin biasanya
digunakan sebagai terapi pada banyak gangguan psikiatri, selain itu serotonin juga
merupakan salah satu dari pusat penelitian pengaruh genetic pada perubahan genetic psikiatri.
Pada beberapa studi yang telah dilakukan dapat dibuktikan bahwa pada beberapa
orang dengan gangguan cemas memiliki serotonin transporter yang tidak normal dan efek
dari perubahan ini adalah adanya peluang terjadinya depresi jauh lebih besar dibanding orang
normal.Dari peneltian terbaru juga didapatkan bahwa serotonin bersama-sama dengan
asetilkolin dan norepinefrin akan bertindak sebagai neurotransmitter yang dilepaskan pada
ujung-ujung saraf enteric. Kebanyakan nuclei rafe akan mensekresi serotonin yang membantu
dalam pengaturan tidur normal. Serotonin juga merupakan salah satu dari beberapa bahan
aktif yang akan mengaktifkan proses peradangan, yang akan dimulai dengan vasodilatasi
pembuluh darah lokal sampai pada tahap pembengkakan sel jaringan, selain itu serotonin
juga memiliki kendali pada aliran darah, kontraksi otot polos, rangsang nyeri, system
analgesic, dan peristaltic usus halus.
5. GABA
γ-Aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmiter inhibisi utama pada sistem
saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability neuron melalui sistem
saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab langsung pada pengaturan tonus otot.
GABA dibentuk dari dekarboksilasi glutamat yang dikatalis oleh glutamate
decarboxylase (GAD).GAD umumnya terdapat dalam akhiran saraf. Aktivitas GAD
membutuhkan pyridoxal phosphate (PLP) sebagai kofaktor. PLP dibentuk dari vitamin
B6 (pyridoxine, pyridoxal, and pyridoxamine) dengan bantuan pyridoxal kinase. Pyridoxal
kinase sendiri membutuhkan zinc untuk aktivasi. Kekurangan pyridoxal kinase atau zinc
dapat menyebabkan kejang, seperti pada pasien preeklamsi.Reseptor GABA dibagi dalam dua
jenis: GABAAdan GABAB. Reseptor GABAA membuka saluran florida dan diantagonis oleh
pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti spastik baklofen,
tergabung dalam saluran kalium dalam membran pascasinaps. Pada sebagian besar daerah
otak IPSP terdiri atas komponen lambat dan cepat. Bukti-bukti menunjukkan bahwa GABA
adalah transmiter penghambat yang memperantarai kedua componen tersebut. IPSP cepat
dihambat oleh antagonis GABAA, sedangkan IPSP lambat oleh antagonis GABA B. Penelitian
imunohistokimia menunjukkan bahwa sebagian besar dari saraf sirkuit local mensintesis
GABA. Satu kelompok khusus saraf dari sirkuit local terdapat di tanduk dorsal sumsum
tulang belakang juga menghasilkan GABA. Saraf-saraf ini membentuk sinaps aksoaksonik
dengan terminal saraf sensoris primer dan bekerja untuk inhibisi presinaps.
Pada vertebrata, GABA berperan dalam inhibisi sinaps pada otak melalui pengikatan
terhadap reseptor spesifik transmembran dalammembran plasma pada proses pre dan post
sinaps. Pengikatan ini menyebabkan terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang
bermuatan negatif masuk kedalam sel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel.
Akibatnya terjadi perubahan potensial transmembran, yang biasanya menyebabkan
hiperpolarisasi. Reseptor GABAA merupakan reseptor inotropik yang merupakan saluran ion
itu sendiri, sedangkan Reseptor GABA B merupakan reseptor metabotropik yang membuka
saluran ion melalui perantara G protein (G protein-coupled reseptor)
Neuron-neuron yang menghasilkanyang menghasilkan GABA disebut neuron
GABAergic. Sel medium spiny merupakan salahsatu contoh sel GABAergic
6. Glisin (NH2CH2COOH)
Glisin (Gly, G) atau asam aminoetanoat adalah asam amino alami paling sederhana.
Glisin merupakan asam amino terkecil dari 20 asam amino yang umum ditemukan dalam
protein. Kodonnya adalah GGU, GGC, GGA dan GGG.
Glisin merupakan satu-satunya asam amino yang tidak memiliki isomer optik karena
gugus residu yang terikat pada atom karbonalpha adalah atom hidrogen sehingga terjadi
simetri. Jadi, tidak ada L-glisin atau D-glisin.
Glisin merupakan asam amino yang mudah menyesuaikan diri dengan berbagai situasi
karena strukturnya sederhana. Sebagai contoh, glisin adalah satu-satunya asam amino internal
pada heliks kolagen, suatu protein struktural. Pada sejumlah protein penting
tertentu, misalnya sitokrom c, mioglobin, dan hemoglobin, glisin selalu berada pada posisi
yang sama sepanjang evolusi (terkonservasi).Penggantian glisin dengan asam amino lain
akan merusak struktur dan membuat protein tidak berfungsi dengan normal. Secara umum
protein tidak banyak pengandung glisina. Perkecualian ialah pada kolagen yang dua per tiga
dari keseluruhan asam aminonya adalah glisin.
Glisin bekerja sebagai transmiter inhibisi pada sistem saraf pusat, terutama pada
medula spinalis, brainstem, dan retina. Jika reseptor glisin teraktivasi, korida memasuki
neuron melalui reseptor inotropik, menyebabkan terjadinya potensial inhibisi post sinaps
(Inhibitory postsynaptic potential / IPSP). Strychnine merupakan antagonis reseptor glisin
yang kuat, sedangkan bicuculline merupakan antagonis reseptor glisin yang lemah. Glisin
merupakan reseptor agonis bagi glutamat reseptor NMDA.
7. Aspartat
Asam aspartat (Asp) adalah α-asam amino dengan rumus
kimia HO2CCH(NH2)CH2CO2H. Asam aspartat (atau sering disebutaspartat saja, karena
terionisasi di dalam sel), merupakan satu dari 20 asam amino penyusun protein.
Asam aspartat bersama dengan asam glutamat bersifat asam dengan pKa dari 4.0.
Bagi mamalia aspartat tidaklah esensial. Fungsinya diketahui sebagai pembangkit
neurotransmisi di otak dan saraf otot. Diduga, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap
kelelahan. Senyawa ini juga merupakan produk dari daur urea dan terlibat
dalam glukoneogenesis.
Aspartat (basa konjugasi dari asam aspartat) merupakan neurotransmiter yang bersifat
eksitasi terhadap sistem saraf pusat. Aspartat merangsang reseptor NMDA (N-metil-D-
Aspartat), meskipun tidak sekuat rangsangan glutamat terhadap reseptor tersebut.
Sebagai neurotransmitter, aspartat berperan dalam daya tahan terhadap
kelelahan. Tetapi,bukti-bukti yang mendukung gagasan ini kurang kuat.
8. Nitrat Oksida (NO)
NO adalah substansi molekul kecil yang baru ditemukan. Zat ini terutama timbul di
daerah otak yang bertanggung jawab terhadap tingkah laku jangka panjang dan untuk
ingatan. Karena itu, transmitter yang baru ditemukan ini dapat menolong kita untuk
menjelaskan mengenai tingkah laku dan fungsi ingatan. Oksida nitrat berbeda dengan
transmitter molekul lainnya dalam hal mekanisme pembentukan di ujung presinap dan
kerjanya di neuron post sinap. Zat ini tidak dibentuk sebelumnya dan disimpan dalam
gelembung ujung presinap seperti transmitter lain. Zat ini disintesis hampir segera saat
diperlukan dan kemudian berdifusi keluar dari ujung presinap dalam waktu beberapa detik
dan tidak dilepaskan dalam paket gelembung-gelembung. Selanjutnya zat ini berdifusi ke
dalam neuron post sinap yang paling dekat, selanjutnya di neuron postsinap, zat ini tidak
mempengaruhi membran potensial menjadi lebih besar, tetapi sebaliknya mengubah fungsi
metabolik intraseluler yang kemudian mempengaruhi eksitabilitas neuron dalam beberapa
detik, menit, atau barangkali lebih lama.
9. Neuropeptida
Neuropeptida merupakan kelompok transmitter yang sangat berbeda dan biasanya
bekerja lambat dan dalam hal lain sedikit berbeda dengan yang terdapat pada transmitter
molekul kecil.
Sekitar 40 jenis peptida diperkirakan memiliki fungsi sebagai neurotransmitter. Daftar
peptida ini semakin panjang dengan ditemukannya putative neurotransmitter (diperkirakan
memiliki fungsi sebagai neurotransmitter berdasarkan bukti-bukti yang ada tetapi belum
dapat dibuktikan secara langsung). Neuropeptida sudah dipelajari sejak lama, namun bukan
dalam fungsinya sebagai neurotransmitter, namun fungsinya sebagai substansi hormonal.
Peptida ini mula-mula dilepaskan ke dalam aliran darah oleh kelenjar endokrin, kemudian
hormon-hormon peptida itu akan menuju ke jaringan-jaringan otak. Dahulu para ahli
meyangka bahwa peptida dihasikan dalam kelenjar hormon danmasuk ke dalamjaringan otak,
namun saat ini sudah dapat dibuktikan bahwa peptida yang berfungsi sebagai
neurotransmitter, dapat disintesa dan dilepaskan oleh neuron di susunan saraf.
Neuropeptida tidak disintesis dalam sitosol pada ujung presinap. Namun demikian, zat
ini disintesis sebagai bagian integral dari molekul protein besar oleh ribosom-ribosom dalam
badan sel neuron. Molekul protein selanjutnya mula-mula memasuki retikulum endoplasma
badan sel dan kemudian ke aparatus golgi, yaitu tempat terjadinya perubahan berikut:
a. Protein secara enzimatik memecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan dengan
demikian melepaskan neuropeptidanya sendiri atau prekursornya.
b. Aparatus golgi mengemas neuropeptida menjadi gelembung-gelembung transmitter
berukuran kecil yang dilepaskan ke dalam sitoplasma.
c. Gelembung transmitter ini dibawa ke ujung serabut saraf lewat aliran aksonal dari sitoplasma
akson, berkeliling dengan kecepatan lambat hanya beberapa sentimeter per hari.
d. Akhirnya gelembung ini melepaskan trasnmitternya sebagai respon terhadap potensial aksi
dengan cara yang sama seperti untuk transmitter molekul kecil. Namun gelembung diautolisis
dan tidak digunakan kembali.

2.3 Cara Kerja Neurotransmiter


Neurotransmiter merupakan senyawa kimia pembawa pesan yang meneruskan
informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel efektor. Sifat neurotransmiter
adalah sebagai berikut:
• Disintesis di neuron presinaps
• Disimpan di vesikel dalam neuron presinaps
• Dilepaskan dari neuron di bawah kondisi fisiologis
• Segera dipindahkan dari sinaps melalui uptake atau degradasi
• Berikatan dengan reseptor menghasilkan respon biologis.
Gambar 2.3 Tahapan yang dialami neurotransmitter

2.4 Hubungan Neuotransmiter dengan Perilaku


Gangguan perilaku sebenarnya bisa diatasi asalkan mengetahui cara memilih makanan
yang tepat. Menurut Andang Gunawan, ND, ahli terapi nutrisi, hubungan antara konsumsi
makanan dengan gangguan perilaku berkaitan dengan neurotransmitter. Neurotransmitter
adalah kimia otak yang berfungsi sebagai pembawa pesan atau sinyal antar sel-sel saraf
tubuh. Neurotransmitter juga ada di otak mau pun di pencernaan. Pesan yang diterima
neurotransmitter pencernaan akan ditransfer melalui neurotransmitter-neurotransmitter
sampai mencapai neurotransmitter otak. Neurotransmitter terbentuk dari asam amino
triphopan, vitamin B6, vitamin C dan beberapa jenis mineral. Pembentukannya sangat
tergantung pada pasokan makanan. Jika salah satu atau beberapa bahan dasar tersebut
asupannya rendah, maka pembentukan fungsi neurotransmitter akan terganggu. Jenis
makanan yang umumnya menimbulkan gangguan perilaku adalah makanan olahan yang
mengandung zat-zat aditif atau sintetis. Dan efeknya bergantung kepada daya tahan masing-
masing individu (bagi orang yang sensitive sekali, reaksinya akan langsung muncul dalam
bentuk gangguan perilaku). Zat-zat aditif dan zat-zat kimia sintetis ini sifatnya mem-blok
atau mengganggu neurotransmitter otak dengan cara meniru cara kerja neurotransmitter otak.
Sehingga mengkonsumsi makanan yang mengandung zat-zat aditif dan zat-zat sintetis akan
menyebabkan timbulnya perilaku yang tak terkendali seperti mudah marah, beringas atau
loyo. Bahan makanan tertentu seperti terigu (biskuit dan roti), susu dan makanan yang
mengandung MSG juga dapat menimbulkan gangguan perilaku pada orang-orang tertentu.
Dr. Natasha Campbel McBride, ahli gizi sekaligus ahli saraf Amerika dalam bukunya
"Gut And Psychology Syndrome menyatakan bahwa makanan yang mengandung kasein dan
gluten dicurigai dapat mempengaruhi kesehatan usus pada orang-orang tertentu, terutama
pada penderita autis. Kasein adalah protein yang terkandung dalam susu dan produk makanan
dan oats, misalnya tepung terigu, roti, oatmeal dan mie. Bagi penderita autis, gluten dan
kasein dianggap sebagai racun karena tubuh penderita autis tidak menghasilkan enzim untuk
mencerna kedua jenis protein ini. Akibatnya protein yang tercerna dengan baik akan diubah
menjadi komponen kimia yang disebut opioid atau opiate. Opiaid bersifat layaknya obat-
obatan seperti opium, morfin, dan heroin yang bekerja sebagai toksin (racun) dan
mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas. Penderita gangguan perilaku yang terkait
dengan gangguan pencernaan seperti autis disarankan untuk menjalani diet bebas gluten dan
kasein atau diet GFCF (gluten free/ casein free) selama 3-6 bulan.Perubahan pola makan dan
jenis makanan yang dikonsumsi merupakan cara yang efektif untuk mengatasi gangguan
perilaku.
Empat jenis neurotransmitter yang berhubungan dengan perilaku, yaitu:
 1. Serotonin,
Serotonin mempengaruhi nafsu makan dan mood. Jika kurang akan membuat sedih, lemah,
malas. Jika berlebihan akan membuat beringas dan hiperaktif.
 2. Asetilkolin
Asetilkolin mempengaruhi kemampuan konsentrasi dan belajar.
 3. Dopamin dan Neropinefrin
Dopamin dan Neropinefrin menjaga agar tetap bersemangat, waspada, termotivasi, dan kuat
menjalani aktivitas.
Bagi bayi pola bakteri dalam usus sangat mampengaruhi kondisi tubuhnya. Kesehatan
pencernaan juga dipengaruhi oleh pola makan dan pelayanan kesehatan modern. Pola makan
modern yang gemar mengkonsumsi makanan instan dan mengandung gula yang diproses
(refined sugar) akan memberi makan kepada bakteri jahat. Bahan aditif seperti MSG, zat
pengawet dan zat pewarna juga berpengaruh pada perkembangbiakan bakteri jahat. Konsumsi
obat dan antibiotik yang berlebihan juga akan menghancurkan. Konsumsi obat dan antibiotik
yang berlebih juga akan menghancurkan bakteri baik dan menghancurkan bakteri jahat untuk
semakin banyak berkembang. Polusi lingkungan, bahan kimia, logam berat dan toksin dalam
makanan juga menyebabkan gangguan pada pola koloni bakteri yang hidup dalam usus.
Menurut Dr Cosford, pola koloni bakteri di dalam usus seseorang ditentukan saat
kelahiran. "Ketika bayi dilahirkan secara normal lewat vagina ibunya, bayi itu akan
mendapatkan pola bakteri yang sama dengan ibunya. Jika ibunya mempunyai pola bakteri
yang baik, maka bayi itu juga akan mempunyai pola bakteri yang baik. Tetapi kenyataannya,
gaya hidup modern membuat pola bakteri dari ibu hamil zaman sekarang justru semakin
buruk. "Pola makan modern dan konsumsi aneka obat serta suplemen yang diberikan kepada
ibu hamil akan mengubah pola bakteri usus dan berpengaruh pada pola bakteri bayi yang
dilahirkan. Di zaman sekarang banyak bayi yang dilahirkan lewat operasi caesar, padahal ini
juga akan berpengaruh pada pola bakteri usus bayi. Dr. Cosford mengatakan bahwa bayi yang
lahir lewat operasi caesar bahkan sama sekali tidak mendapat bakteri usus dari ibunya. Bayi
ini akan memiliki pola bakteri yang sama sekali berbeda dari ibunya dan biasanya akan
menyebabkan kondisi kesehatan bayi kurang baik dibandingkan bayi yang lahir
normal.Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan awal kelahiran merupakan solusi dan
kesempatan terbaik untuk meningkatkan populasi bakteri baik dalam usus bayi demi
kesehatannya di masa depan. Menurut penelitian, bayi yang diberi susu formula memiliki
resiko lebih besar terkena infeksi telinga, alergi, asma dan masalah kesehatan dibandingkan
bayi yang diberi ASI ekslusif.

Anda mungkin juga menyukai