Anda di halaman 1dari 9

4.1.

KARAKTERISTIK RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA


Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perusahaan menghadapi dua tipe risiko:
a. Risiko perubahan pendapatan: pendapatan bersih (hasil investasi dikurangi
biaya) berubah, yaitu berkurang dari apa yang diharapkan.
b. Risiko perubahan nilai pasar: nilai pasar berubah karena perubahan tingkat
bunga, yaitu berubah menjadi lebih kecil (turun nilainya).
4.1.1 Risiko Perubahan Pendapatan
Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan pendapatan (menjadi lebih
sedikit). Ada dua jenis risiko yang dihadapi oleh perusahaan berkaitan dengan perubahan
pendapatan, yaitu risiko penginvestasian kembali dan risiko pendanaan kembali.
a. Risiko Penginvestasian Kembali
Misalkan perusahaan mempunyai struktur aset berikut ini:
Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 1 tahun, bunga 12% Obligasi jangka waktu 2 tahun,
per tahun dengan bunga 10% per tahun, selama
2 tahun

Untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh penghasilan bunga sebesar


12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan demikian perusahaan tersebut
memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12%-10%). Bagaimana dengan tahun
kedua? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan akan tergantung dari tingkat bunga
investasi obligasi pada tahun kedua. Bagan berikut ini menggambarkan situasi di atas.

Investasi 12% Re-investasi (??)

Pendanaan 10% Pendanaan 10%

Keuntungan tahun kedua akan tergantung darin tingkat bunga investasi yang akan
diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga sebesar
12% (sama dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan memperoleh
keuntungan. Jika tingkat bunga penginvestasian kembali pada tahun kedua turun
menjadi 8%, maka maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread
negatif sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah
risiko penginvestasian kembali (reinvestment risk).
b. Risiko Pendanaan Kembali
Risiko pendanaan kembali merupakan kebalikan dari risiko penginvestasian kembali.
Misalkan perusahaan mempunyai struktur aset berikut ini:
1
Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 2 tahun, bunga 12% Obligasi jangka waktu 1 tahun,
per tahun dengan bunga 10% per tahun

Sama seperti sebelumnya, untuk tahun pertama, perusahaan tersebut memperoleh


penghasilan bunga sebesar 12%, dan membayar kewajiban sebesar 10%. Dengan
demikian perusahaan tersebut memperoleh spread (keuntungan) sebesar 2% (12%-
10%). Bagaimana dengan tahun kedua? Untuk tahun kedua, keuntungan perusahaan
akan tergantung dari tingkat bunga obligasi yang dipakai untuk mendanai investasi pada
tahun kedua. Bagan berikut ini menggambarkan situasi di atas.

Investasi 12% Investasi 12%


0 1 2
Pendanaan 10% Pendanaan Kembali (??)
0 1
2
Keuntungan untuk tahun kedua akan tergantung dari tingkat bunga pendanaan yang
akan diperoleh pada tahun kedua. Jika perusahaan bisa memperoleh tingkat bunga
sebesar 10% (sama dengan tahun sebelumnya), maka perusahaan tetap akan
memperoleh keuntungan. Jika tingkat bunga pendanaan kembali pada tahun kedua naik
menjadi 14%, maka perusahaan akan memperoleh kerugian sebesar 2% (spread negatif
sebesar 2%). Risiko yang dihadapi perusahaan dalam situasi tersebut adalah risiko
pendanaan kembali (refinancing risk).
4.1.2. Risiko Perubahan Harga Pasar
Perubahan tingkat bunga bisa menyebabkan perubahan nilai pasar aset dan/ atau
kewajiban yang dipegang oleh perusahaan. Jika penurunan aset lebih besar dibandingkan
dengan penurunan nilai kewajiban, maka perusahaan mengalami kerugian, dan sebaliknya.
Secara umum, jika tingkat bunga meningkat maka nilai sekuritas cenderung mengalami
penurunan. Nilai suatu sekuritas (misal obligasi) merupakan present value dari aliran kas
yang akan diterima investor di masa mendatang. Jika tingkat bunga meningkat, maka
discount rate (tingkat diskonto) juga akan meningkat, yang menyebabkan pembagi menjadi
lebih besar, dan present value aliran kas di masa mendatang semakin kecil.
Tingkat penurunan nilai tersebut bisa berbeda dari satu sekuritas ke sekuritas lainnya. Sebagai
contoh, jika tingkat bunga meningkat, maka nilai pasar obligasi akan mengalami penurunan.
Tetapi obligasi dengan jangka waktu yang lebih lama, nilainya akan turun lebih besar
dibandingkan dengan obligasi dengan jangka waktu yang lebih pendek. Hal yang sebaliknya
2
akan terjadi jika tingkat bunga mengalami penurunan. Obligasi dengan dengan jangka waktu
lama akan mengalami kenaikan nilai pasar lebih cepat dibandingkan dengan obligasi jangka
pendek. Dengan kata lain, nilai pasar obligasi jangka panjang lebih sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga dibandingkan dengan nilai obligasi jangka pendek. Misalkan
perusahaan mempunyai neraca berikut ini:
Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun, Obligasi jangka waktu 2 tahun,
Nilai nominal: Rp1 juta. Kupon bunga 10% Nilai nominal: Rp1 juta. Kupon
Nilai pasar: Rp1 juta
bunga 10%
Nilai pasar: Rp1 juta

Misalkan tingkat bunga yang berlaku adalah 10% (sama dengan kupon bunga), maka nilai
obligasi yang menjadi aset dan obligasi kewajiban adalah:
1 00.000 1 . 100.000
Obligasi Aset = 1 + ………….. + 10 = 1 juta
(1+0,1) (1+0,1)

1 00.000 1.100 .000


Obligasi Kewajiban = + ………….. + = 1 juta
(1+0,1)1 (1+0,1)2

Obligasi aset dan kewajiban mempunyai nilai pasar yang sama yaitu Rp1 juta. Misalkan
tingkat bunga naik menjadi 12%. Nilai obligasi keduanya bisa dihitung berikut ini:
1 00.000 1.100 .000
Obligasi Aset = + ………….. + = Rp
(1+0,12)1 (1+0,12)10
886.996

1 00.000 1.100 .000


Obligasi Kewajiban = + ………….. + = Rp
(1+0,12)1 (1+0,12)2
966.199

Aset Pasiva
Obligasi jangka waktu 10 tahun, Obligasi jangka waktu 2 tahun,
Nilai nominal: Rp1 juta. Kupon bunga 10% Nilai nominal: Rp1 juta. Kupon
Nilai pasar: Rp886,996
bunga 10%
Nilai pasar: Rp966.199

Perhatikan bahwa kedua jenis obligasi tersebut mengalami penurunan nilainya. Tetapi
obligasi aset mengalami penurunan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi
kewajiban. Karena nilai aset turun lebih besar dibandingkan turunnya nilai kewajiban, maka

3
perusahaan tersebut mengalami kerugian. Dalam situasi tersebut, kenaikan tingkat bunga
menyebabkan perusahaan mengalami kerugian nilai pasar.

4.2. PENGUKURAN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA: METODE


PENILAIAN KEMBALI (REPRICING MODEL)
4.2.1. Periode Harian
Model penilaian kembali (repricing model) mencoba mengukur risiko perubahan
tingkat bunga dengan menggunakan pendekatan pendapatan. Lebih spesifik lagi, model
tersebut ingin melihat bagaimana pengaruh perubahan tingkat bunga terhadap
pendapatan yang diperoleh suatu organisasi.
Misalkan suatu bank mempunyai neraca seperti berikut ini:
Aset Kewajiban (Pasiva)
Meminjamkan di pinjaman pasar antar bank 1 Meminjam di pasar antar bank
hari Rp 2 m 1 hari Rp 3 m
Commercial Paper 3 bulan Rp 3 m Tabungan Rp 3 m
Surat utang 6 bulan Rp 5 m Deposito 1 bulan Rp 10 m
Pinjaman 1 tahun Rp 6 m Deposito 1 tahun Rp 10 m
Obligasi 3 tahun Rp 10 m Deposito 2 tahun Rp 10 m
Obligasi 3 tahun tingkat bunga
mengambang Rp 5 m Modal Rp 5 m
Pinjaman Bunga tetap jangka
Waktu 10 tahun Rp 10 m
Total asset Rp 41 m Total pasiva Rp 41 m
Nb 1: obligasi 3 tahun Rp 2 miliar jatuh tempo tahun ini
Nb 2: untuk pinjaman dan bunga mengambang, bunga ditetapkan setiap 6 bulan

Dengan menggunakan model penilaian kembali, kita ingin melihat bagaimana pengaruh
perubahan tingkat bunga terhadap pendapatan bank tersebut. Langkah-langkah yang
perlu dilakukan adalah: (1)mengidentifikasi dan mengelompokkan aset atau kewajiban
yang rentan terhadap perubahan tingkat bunga, yaitu aset atau kewajiban yang harus
dinilai ulang jika tingkat bunga berubah, (2)menghitung gap antara aset yang sensitif
dengan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan bunga, dan menghitung perubahan
pendapatan jika tingkat bunga berubah.
a. Mengidentifikasi dan Mengelompokkan Aset dan Kewajiban yang
Sensitif Terhadap Perubahan Tingkat Bunga
Jika besok bunga berubah, aset atau kewajiban mana saja yang bunganya
berubah, dan mengakibatkan perubahan pendapatan bank? Dari sisi aset neraca di atas
terlihat bahwa bank mempunyai pinjaman (meminjamkan) di pasar antar bank satu hari

4
sebesar Rp2 miliar. Jika tingkat bunga besok berubah (misal naik), maka pendapatan
bunga yang diperoleh akan berubah (meningkat dalam hal ini). Dengan kata lain, bank
tersebut mempunyai aset yang sensitif terhadap perubahan bunga (rate sensitive assets
atau RSA) harian sebesar Rp2 miliar. Aset sebesar Rp2 miliar tersebut akan dinilai
kembali (reprice)jika bunga harian berubah. Di sisi lain, jika kita melihat sisi pasiva,
terlihat bahwa bank meminjam di antarbank satu hari sebesar Rp3 miliar. Jika tingkat
bunga besok berubah (misal naik), maka biaya bunga juga akan berubah (meningkat).
Dengan kata lain, bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga (rate sensitive liabiities atau RSL) harian sebesar Rp3 miliar.
Kewajiban sebesar Rp3 miliar tersebut akan dinilai kembali (reprice)jika bunga harian
berubah.
b. Menghitung Gap Antara Aset dan Kewajiban yang Sensitif Terhadap
Perubahan Tingkat Bunga dan Menghitung Perubahan Pendapatan
Gap antara RSA dengan RSL bisa dihitung sebagai berikut:
GAP = (Rp2 miliar) – (Rp3 miliar) = - Rp 1 miliar
Bank tersebut mempunyai gap sensitivitas perubahan bunga sebesar – Rp1 miliar.
Misalkan tingkat bunga meningkat sebesar 1% (misal dari 10% menjadi 11%), maka
pendapatan bank tersebut berubah sebesar.
Perubahan Pendapatan = (GAP) x (Δbunga)
= - Rp1 miliar x 0,01 = - Rp 10 juta
Dengan kata lain, bank tersebut mengalami kerugian sebesar Rp10 juta jika tingkat
bunga meningkat sebesar 1%.
4.2.2. Periode Lebih Dari Satu Hari
Dengan menggunakan cara yang sama, kita bisa memperluas kelompok periode dari
satu hari menjadi tiga bulan, enam bulan, 1 tahun, lima tahun, dan lebih dari lima tahun.
Misalkan kita akan menggunakan jangka waktu satu tahun sebagai basis perhitungan
aset dan kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga. Dengan
menggunakan neraca bank di muka, pertama kita akan mengidentifikasi aset yang
sensitif terhadap perubahan tingkat bunga dalam jangka waktu satu tahun. Berikut ini
hasil identifikasi tersebut.
Untuk obligasi 3 tahun, sebesar Rp2 miliar jatuh tempo tahun ini. Karena itu
sejumlah RP2 miliar akan dinilai ulang jika tingkat bunga berubah. Untuk obligasi
dengan tingkat bunga mengambang, karena tingkat bunga ditetapkan kembali setiap
enam bulan, maka obligasi tersebut akan dinilai ulang setiap enam bulan. Pinjaman
dengan bunga tetap dengan jangka waktu 10 tahun tidak masuk dalam perhitungan,
karena tingkat bunga tersebut tetap 10 tahun, tidak akan berubah meskipun tingkat

5
bunga berubah-ubah. Dari perhitunga diatas, nampak bahwa bank tersebut mempunyai
aset yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga selama periode satu tahun (rate
sensitive assets atau RSA) sebesar Rp 23 miliar.
Langkah berikutnya adalah mengidentifikasi kewajiban yang sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga untuk periode satu tahun.
Deposito dengan jangka waktu 2 tahun dan modal bank tidak dimasukkan dalam
kewajiban yang sensitif terhadap perubahan tingkat bunga untuk periode satu tahun.
Tabungan dimasukkan karena tabungan membayarkan bunga. Dari perhitungan diatas
nampak bahwa bank tersebut mempunyai kewajiban yang sensitif terhadap perubahan
tingkat bunga selama periode satu tahun (Rate sensitive liabilities atau RSL) sebesar
Rp26 miliar.
4.2.3. Gap Sebagai Indikator Risiko Tingkat Bunga
GAP atau disebut juga sebagai Kumulatif GAP (KGAP) satu tahun RSA dengan RSL
bisa dihitung sebagai berikut ini.

KGAP = RSA – RSL


= Rp23 miliar – Rp26 miliar = - Rp3 miliar
Bank tersebut mempunyai kumulatif gap sebesar negatif (-) Rp3 miliar. Semakin besar
gap (baik negatif maupun positif), semakin besar eksposur bank atau suatu perusahaan
terhadap risiko perubahan tingkat bunga. Jika gap suatu bank negatif, maka kenaikan
bunga akan merugikan bank tersebut. Sebaliknya, jika gap suatu bank positif, maka
kenaikan bunga akan menguntungkan bank tersebut. Dalam beberapa situasi, kita ingin
menghitung rasio gap terhadap total aset (gap ratio). Gap ratio bisa dihitung sebagai
gap dibagi total aset. Dalam contoh di atas, gap ratio adalah:
GAP RATIO = - Rp3 miliar / Rp41 miliar = - 0,073 atau – 7,3%
Gap ratio bermanfaat karena memberikan informasi besarnya gap relatif terhadap total
aset. Sebagai contoh, misal ada dua bank dengan informasi gap berikut ini.
Bank A Bank B
Gap -Rp10 miliar -Rp20 miliar
Total aset Rp100 miliar Rp500 miliar
Gap Ratio -10% -4%

Nampak bank A mempunyai gap yang lebih kecil dibandingkan dengan bank B, sehingga
eksposur bank A terhadap risiko perubahan tingkat bunga nampak lebih kecil dibandingkan
dengan eskposur bank B. Tetapi jika total aset bank diperhitungkan, akan terlihat bahwa gap

6
ratio B lebih kecil, sehingga eksposur bank B terlihat lebih kecil dibandingkan dengan
eksposur bank A. Jika suatu perusahaan atau bank ingin menghilangkan eksposur terhadap
risiko perubahan tingkat bunga, maka bank tersebut bisa membuat neraca dengan gap sama
dengan nol. Tetapi sebagai konsekuensinya, bank tersebut tidak akan memperoleh
keuntungan dari perubahan tingkat bunga. Dalam kebanyakan situasi, bank memang sengaja
mempunyai eksposur atau gap yang besarnya tertentu, karena ingin memperoleh keuntungan
dari perubahan tingkat bunga. Sebagai contoh, jika bank memperkirakan tingkat bunga akan
turun, bank bisa mengambil gap yang positif, dan sebaliknya. Angka gap ratio sebesar plus /
minus 15% biasa dilakukan oleh bank.
4.2.4. Perubahan Tingkat Bunga Yang Berbeda Untuk Aset Dan Kewajiban
Contoh diatas mengasumsikan perubahan tingkat bunga yang sama untuk aset dan kewajiban.
Dalam beberapa situasi, perubahan tingkat bunga untuk aset dan kewajiban bisa berbeda. Jika
hal tersebut terjadi, efek perubahan tingkat bunga terhadap perubahan pendapatan dan
perubahan biaya bisa dihitung satu per satu, berikut ini:
Δpendapatan bersih = Δpendapatan Bunga – ΔBiaya Bunga
Kembali kecontoh di muka, dimana bank mempunyai RSA sebesar Rp23 miliar, dan
mempunyai RSL sebesar Rp26 miliar, atau gap sebesar – Rp3 miliar. Misalkan tingkat bunga
untuk aset berubah 2%, sementara tingkat bunga untuk kewajiban berubah 1%. Perubahan
pendapatan bisa dihitung berikut ini.
Δpendapatan bersih = (Rp23 miliar)(0,02) – (Rp26 miliar)(0,01)
= Rp460 juta – Rp Rp260 juta
= Rp200 juta
Terlihat bahwa bank justru memperoleh keuntungan karena pendapatan bunga meningkat
lebih besar dibandingkan dengan biaya bunga.

4.3. MANAJEMEN RISIKO PERUBAHAN TINGKAT BUNGA


Komposisi aktiva dan pasiva yang terdapat pada neraca bank akan menentukan sejauh
mana profitabilitas (kemampuannya menghasilkan profit/laba) dipengaruhi fluktuasi tingkat
bunga. Apabila antisipasi atau harapan bank tingkat bunga akan menurun secara konsisten
dari waktu ke waktu, bank akan mengalokasikan semua dananya pada aktiva yang tidak
sensitif terhadap pergerakan suku bunga (rate-insensitive assets) seperti pinjaman jangka
panjang dan jangka menengah (semuanya dengan bunga tetap) atau sekuritas jangka panjang.
Secara periodik aktiva ini akan terus-menerus menghasilkan yield yang sama. Jika tingkat
7
bunga turun, biaya pendanaan bank akan turun, dan secara keseluruhan tingkat pengembalian
bank akan naik.
Sebaliknya jika bank mengantisipasi tingkat bunga akan terus meningkat pada masa
yang akan datang, bank akan mengalokasikan dananya pada rate-sensitive assets (aktiva yang
peka terhadap fluktuasi suku bunga) seperti pinjaman komersial jangka pendek dan pinjaman
untuk konsumen, pinjaman jangka panjang dengan tingkat suku bunga mengambang, dan
sekuritas jangka pendek. Instrumen jangka pendek akan segera jatuh tempo, sehingga suku
bunga reinvestasi akan lebih tinggi jika suku bunga naik. Instrumen jangka panjang akan
terus eksis, jadi bank akan mendapat profit jika tingkat suku bunganya adalah mengambang
(floating rate).
Meskipun bank dapat membentuk portofolio aktivanya yang menguntungkan dari
pergerakan suku bunga di masa depan, tetapi tidak ada jaminan ke arah mana suku bunga
akan bergerak, naikkah atau turun? Kemungkinan suku bunga bergerak berlawanan dengan
diantisipasi bank disebut sebagai bahaya (ancaman) risiko suku bunga.
Bank sangat berkepentingan dengan sejauh mana pergerakan suku bunga akan
memengaruhi kinerja, terutama penghasilan (pendapatan) bank. Jika portofolio aktiva dan
portofolio pasivanya sama-sama sensitif terhadap pergerakan suku bunga, bank dapat
mempertahankan spread yang stabil dari waktu ke waktu, spread artinya selisih antara
penghasilan rata-rata dikurangi pembayaran rata-rata bunga. Rumus perbandingan
pendapatan bunga dan biaya bunga bank yang disebut sebagai net interest margin atau
pendapatan bunga bersih adalah sebagai berikut:

Interest Revenues – Interest Exprenes


Net Interest Margin=
Assets

Kadang-kadang yang dimaksud dengan net interest margin adalah meliputi aktiva yang
menghasilkan, semua aktiva yang tidak menghasilkan kas ke bank, harus dikeluarkan (seperti
cadangan wajib = reserve). Berhubung tingkat sensitivitas liabilities bank biasanya tidak
persis cocok dengan aktiva, maka pendapatan bunga bersih berubah dari waktu ke waktu.
Perubahannya bergantung pada apakah aktiva bank lebih atau kurang sensitif dari liabilities
bank, derajat perbedaan sensitivitas, serta arah pergerakan suku bunga.
Selama periode kenaikan suku bunga, pendapatan bunga bersih bank, mungkin akan
menurun jikalau liabilities-nya lebih sensitif ketimbang aktivanya, seperti terlihat pada
Gambar 5.1.

8
Skenario sebaliknya, saat tingkat bunga terus mengalami penurunan, tingkat bunga
deposito baru yang ditawarkan bank, dan pendapatan dari pinjaman bank yang baru, akan
dipengaruhi penurunan suku bunga. Bunga deposito akan lebih sensitif jika perputarannya
(turn over) semakin cepat. Seperti pada Gambar 5.2.

Anda mungkin juga menyukai