METODE PENELITIAN
ekstrak etanol dan fraksi kulit buah sawo manila, kemudian dilakukan uji aktivitas
3.1 Alat
karet, deck glass, desikator, hair dryer (Panasonic), hot plate (Fisons), inkubator
(Fiber Scientific), jangka sorong, jarum ose, kamera digital (Canon), kapas
(Swallow), karet, kasa (Swallow), kertas label, kertas perkamen, kertas saring,
krus porselin, laminar air flow cabinet (Astec HLF 1200L), lampu spiritus, lemari
19
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah kulit buah sawo manila (Manilkara zapota
(L.) P. Royen), nutrient agar (NA), nutrient broth (NB), bakteri Staphylococcus
aureus dan Escherichia coli, air suling. Bahan kimia yang digunakan berkualitas
pro analisis, kecuali dinyatakan lain yaitu alfa naftol, alkohol 70%, amil alkohol,
asam klorida pekat, asam asetat anhidrida, asam nitrat, asam sulfat pekat, besi (III)
klorida, serbuk magnesium, serbuk zinkum, timbal (II) asetat dan toluena.
identifikasi bahan tumbuhan dan pembuatan simplisia kulit buah sawo manila
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan yang
diambil adalah buah sawo manila matang yang diperoleh dari pasar buah Setia
Budi Tanjung Sari Medan, Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang digunakan
20
3.3.3 Pembuatan simplisia
Pembuatan simplisia dilakukan dengan cara buah sawo manila (segar yang
telah dikumpulkan, dibersihkan dari pengotor yang melekat, lalu dicuci dengan air
sampai bersih dan ditiriskan. Kulit buah sawo manila dikupas dengan pisau
sehingga terpisah antara kulit buah dengan daging buah. Gambar kulit buah sawo
manila dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 47. Kulit buah sawo manila
diremas. Gambar simplisia kulit buah sawo manila dapat dilihat pada Lampiran 4,
halaman 48. Simplisia yang sudah kering selanjutnya diblender menjadi serbuk
dan disimpan dalam wadah plastik yang tertutup rapat. Gambar serbuk simplisia
kulit buah sawo manila dapat dilihat pada Lampiran 5, halaman 49.
Larutan bismuth (III) nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P sebanyak 20 ml
sempurna, lalu diambil lapisan jernihnya dan diencerkan dengan air secukupnya
21
suling sampai 100 ml (Depkes RI, 1995).
Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml
Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat P dilarutkan dalam air suling bebas
Larutan asam sulfat pekat sebanyak 9,8 ml ditambahan air suling sampai
22
air suling (Depkes RI, 1995).
mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air,
penetapan kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total dan
organoleptis meliputi bau, rasa dan warna dari kulit buah sawo manila.
sawo manila. Serbuk simplisia ditaburkan diatas kaca objek yang telah ditetesi
dengan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, kemudian dilihat dibawah
halaman 50.
toluena). Sebanyak 200 ml toluen dan 2 ml air suling dimasukkan ke dalam labu
alas bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2
jam. Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume
air dalam tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05 ml. Sebanyak 5 g serbuk
simplisia yang telah ditimbang seksama dimasukkan ke dalam labu yang berisi
23
diatur lebih kurang 2 tetes tiap detik setelah toluen mendidih, hingga sebagian air
Bagian dalam pendingin dibilas dengan toluen setelah semua air tersuling.
mendingin sampai suhu kamar. Volume dibaca dengan ketelitian 0,05 ml setelah
air dan toluen memisah sempurna. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan
kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa (WHO, 1998).
air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air suling sampai 1 liter) dalam labu
selama 18 jam, lalu disaring. Uapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan
penguap yang berdasar rata yang telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu
105°C sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam air dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Perhitungan kadar sari
yang larut dalam air dapat dilihat pada Lampiran 9, halaman 56.
etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,
penguapan etanol. Uapkan 20 ml filtrat sampai kering dalam cawan penguap yang
berdasar rata yang telah dipanaskan dan ditara. Sisa dipanaskan pada suhu 105°C
sampai diperoleh bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam etanol 96% dihitung
terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Perhitungan kadar sari
24
yang larut dalam etanol dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 57.
dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian
diratakan. Krus dipijar perlahan-lahan sampai arang habis, pijaran dilakukan pada
suhu 600°C selama 3 jam kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes
RI, 1995). Perhitungan kadar abu total dapat dilihat pada Lampiran 11, halaman
58.
asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam
dan ditimbang sampai bobot tetap. Kadar abu yang tidak larut dalam asam
dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1995). Perhitungan
kadar abu yang tidak larut dalam asam dapat dilihat pada Lampiran 12, halaman
59.
klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit,
didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloida
sebagai berikut:
a. Filtrat 3 tetes ditambah 2 tetes larutan pereaksi Mayer, maka akan terbentuk
25
endapan menggumpal berwarna putih atau putih kekuningan.
Alkaloida disebut positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua
ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil
alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika terjadi warna
merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).
campuran dari 7 bagian etanol 95% dan 3 bagian air suling, kemudian
(II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan
diulangi sebanyak 3 kali. Sari air dikumpulkan dan ditambahkan Na2SO4 anhidrat,
disaring kemudian diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50°C, sisanya
diuapkan di atas penangas air. Sisa penguapan ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes
26
larutan pereaksi Molish, lalu ditambahkan dengan hati-hati 2 ml asam sulfat
pekat, terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan (Depkes RI, 1995).
disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil
1966).
detik. Saponin positif jika terbentuk busa setinggi 1-10 cm yang stabil tidak
kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2
lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Sisa pengupan ditambahkan
20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-
warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah,
bertutup, cairan penyari (etanol 96%) dituangi sampai semua simplisia terendam,
27
biarkan sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit
ke dalam perkolator sambil tiap kali di tekan hati-hati, tuangi cairan penyari
secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari, perkolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Cairan
alat penguap rotary evaporator (Depkes RI, a.2000). Bagan pembuatan ekstrak
diuapkan, selanjutnya diambil fraksi air dan diuapkan. Masing-masing fraksi di uji
halaman 53.
terlebih dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas disterilkan di dalam oven pada
suhu 170°C selama 1 jam. Media disterilkan di autoklaf pada suhu 121°C selama
15 menit. Jarum ose dan pinset disterilkan dengan lampu bunsen (Lay, 1994).
28
3.9 Pembuatan Media
Peptone 5 g/L
Agar 15 g/L
suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai bahan larut sempurna dan disterilkan di
Peptone 5 g/L
Cara pembuatan : Sebanyak 13 g media nutrient broth (NB) dilarutkan dengan air
suling 1000 ml, lalu dipanaskan sampai larut sempurna, kemudian media
dimasukkan dalam erlenmeyer steril yang bertutup dan disterilkan dalam autoklaf
Tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media nutrient agar steril yang
miring membentuk sudut 30-45º dan disimpan dalam lemari pendingin pada suhu
5ºC.
29
3.11 Pembuatan Stok Kultur
Biakan bakteri Staphylococcus aureus diambil dengan jarum ose steril lalu
menggores, kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2°C selama 18-
24 jam. Prosedur yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri Escherichia coli.
Bagan pembuatan stok kultur dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 54.
nutrient broth steril lalu diinkubasikan pada suhu 35 ± 2°C sampai didapat
panjang gelombang 580 nm (Ditjen POM, 1995). Prosedur yang sama juga
masing diaduk hingga larut dan didapat konsentrasi 500 mg/ml, kemudian dibuat
pengenceran dengan konsentrasi 400 mg/ml, 300 mg/ml, 200 mg/ml, 100 mg/ml
dan 50 mg/ml.
30
3.14 Pengujian Aktivitas Antibakteri Secara In Vitro
cawan petri steril, setelah itu dituang media Nutrient Agar (NA) yang telah
kertas yang telah direndam dengan ekstrak/fraksi dengan berbagai konsentrasi dan
pelarut DMSO sebagai blanko diletakkan pada media yang telah padat, kemudian
diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35 ± 2°C selama 18-24 jam. Diameter
sorong (Ditjen POM, 1995). Prosedur yang sama juga dilakukan terhadap
31
BAB IV
Cibinong menunjukkan bahwa bahan tumbuhan adalah buah sawo manila, jenis
cm. Pemeriksaan organoleptis kulit buah sawo manila segar yaitu berwarna coklat
muda, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau khas. Hasil pemeriksaan
makroskopik morfologi luar simplisia kulit buah sawo manila yaitu permukaan
kulitnya sedikit kasar, panjangnya ± 2,5 cm dan lebarnya ± 1,5 cm. Pemeriksaan
organoleptis simplisia kulit buah sawo manila yaitu kulitnya berwarna coklat tua
dan berkeriput, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau khas.
Hasil karakteristik serbuk simplisia kulit buah sawo manila dapat dilihat
32
pada Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1. Data karakterisasi serbuk simplisia kulit buah sawo manila
No. Jenis karakterisasi Kadar (%)
1. Penetapan kadar air 2,31
2. Penetapan kadar sari larut air 64,48
3. Penetapan kadar sari larut etanol 59,60
4. Penetapan kadar abu 6,32
5. Penetapan kadar abu tidak larut asam 0,49
Berdasarkan tabel di atas diperoleh kadar air sebesar 2,31 %. Kadar air
yang diperoleh telah memenuhi persyaratan MMI yakni tidak melebihi 10%.
Penetapan kadar air pada simplisia dilakukan untuk mengetahui jumlah air yang
terkandung dalam simplisia yang digunakan. Kadar air simplisia ditetapkan untuk
Hasil karakterisasi kadar sari larut air diperoleh sebesar 64,48 % dan kadar
sari larut dalam etanol diperoleh sebesar 59,60 %. Penetapan kadar sari dapat
dilihat bahwa kadar sari yang larut dalam air lebih tinggi daripada kadar sari yang
larut dalam etanol, hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang terlarut dalam air
lebih besar daripada senyawa yang terlarut dalam etanol. Senyawa-senyawa yang
dapat larut dalam air adalah glikosida, tanin dan flavonoid sedangkan senyawa-
senyawa yang dapat larut dalam etanol adalah glikosida, steroid/triterpenoid dan
Hasil karakterisasi kadar abu total diperoleh sebesar 6,32% dan kadar abu
yang tidak larut asam diperoleh sebesar 0,49%. Penetapan kadar abu total
dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak sedangkan penetapan kadar abu
33
tidak larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa yang tidak
larut dalam asam, misalnya silika dan pasir (Depkes RI, b.2000).
heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air kulit buah sawo manila (Manilkara zapota
Serbuk simplisia dan ekstrak etanol kulit buah sawo manila yang
ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna
ungu pada batas cairan hal ini menunjukkan adanya glikosida. Penambahan
serbuk Mg, asam klorida pekat dan amil alkohol kemudian dibiarkan memisah
memberikan warna kuning jingga hal ini menunjukkan adanya senyawa flavonoid.
pereaksi Molish dan asam sulfat pekat, terbentuk cincin berwarna ungu pada batas
34
cairan hal ini menunjukkan adanya glikosida. Penambahan serbuk Mg, asam
klorida pekat dan amil alkohol kemudian dibiarkan memisah memberikan warna
tanin. Fraksi air yang ditambahkan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat,
terbentuk cincin berwarna ungu pada batas cairan hal ini menunjukkan adanya
glikosida. Penambahan serbuk Mg, asam klorida pekat dan amil alkohol kemudian
dibiarkan memisah memberikan warna kuning jingga hal ini menunjukkan adanya
senyawa flavonoid.
Hasil perkolasi 300 g serbuk kulit buah sawo manila (Manilkara zapota
dilakukan fraksinasi dari 30 g ekstrak etanol diperoleh hasil fraksi n-heksana 0,78
etilasetat dan fraksi air kulit buah sawo manila dapat menghambat pertumbuhan
tinggi maka diameter hambat semakin besar, karena semakin banyak zat aktif
diameter daerah hambat ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etilasetat dan
fraksi air kulit buah sawo manila terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan
35
Escherichia coli dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut.
efektif adalah dengan diameter lebih kurang dari 14 mm sampai 16 mm. Tabel 4.3
dan 4.4 di atas menunjukkan bahwa ekstrak etanol memberikan diameter daerah
Escherichia coli diameter daerah hambat yang efektif pada konsentrasi 100 mg/ml
yang efektif terhadap Staphylococcus aureus yang diperoleh pada konsentrasi 100
36
mg/ml dengan diameter daerah hambat 15,48 mm sedangkan pada Escherichia
coli diameter daerah hambat yang efektif pada konsentrasi 100 mg/ml dengan
diameter 15,11 mm. Fraksi air memberikan diameter daerah hambat yang efektif
diameter daerah hambat yang kurang efektif yang diperoleh pada konsentrasi 500
mg/ml dengan diameter 10,03 mm. Fraksi n-heksana memberikan diameter daerah
hambat yang efektif pada Staphylococcus aureus yang diperoleh pada konsentrasi
Escherichia coli memberikan diameter daerah hambat yang kurang efektif yang
sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol kulit buah sawo manila adalah
golongan senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri yang kuat yaitu flavonoid,
antibakteri terendah dibandingan ekstrak etanol, fraksi etilasetat dan fraksi air. Hal
ini disebabkan karena kandungan golongan senyawa yang terdapat dalam fraksi n-
(2005), adanya minyak dan lemak yang terkandung pada ekstrak n-heksana dapat
37
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada bakteri Staphylococcus aureus
Escherichia coli. Menurut Volk (1992), perbedaan diameter daerah hambat pada
bakteri gram positif dengan bakteri gram negatif tersebut terjadi karena kedua
bakteri uji tersebut memilki komposisi dan struktur dinding sel yang berbeda
senyawa kimia dibandingkan gram negatif. Struktur dinding sel bakteri gram
positif lebih sederhana, yaitu berlapis tunggal dengan kandungan lipid yang
Struktur dinding sel bakteri gram negatif lebih kompleks, yaitu berlapis tiga terdiri
Aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol dan fraksi kulit buah sawo manila
Senyawa fenol dan turunannya seperti flavonoid dan tanin merupakan salah satu
Senyawa fenol pada konsentrasi rendah dapat merusak membran sitoplasma yang
38
karena terakumulasi dan menyebabkan perubahan komponen-komponen
penyusun sel bakteri itu sendiri (Azmi, 2013). Membran sitoplasma bakteri sendiri
membran sitoplasma rusak maka metabolit penting dalam bakteri akan keluar dan
bahan makanan untuk menghasilkan energi tidak dapat masuk sehingga terjadi
ketidakmampuan sel bakteri untuk tumbuh dan pada akhirnya terjadi kematian
39
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Hasil pemeriksaan makroskopik morfologi luar kulit buah sawo manila segar
cm. Pemeriksaan organoleptis kulit buah sawo manila segar yaitu berwarna
coklat muda, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau khas. Hasil pemeriksaan
makroskopik morfologi luar simplisia kulit buah sawo manila yaitu permukaan
berwarna coklat tua dan berkeriput, rasanya kelat dan agak pahit serta berbau
khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia kulit buah sawo manila
air sebesar 2,31%, kadar sari larut air sebesar 64,48%, kadar sari larut etanol
sebesar 59,60%, kadar abu total sebesar 6,32% dan kadar abu yang tidak larut
b. Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dan ekstrak etanol kulit
heksana, fraksi etilasetat dan fraksi air memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
40
5.2 Saran
yang bertanggung jawab terhadap sifat antibakteri yang dimiliki oleh kulit buah
sawo manila.
41