Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

SIMULASI PROSES
INTRODUCTION OF SIMULATION PROCESS

Nama : Gilang Farhan Muhammad

NPM : 3335160023

JURUSAN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2019
A. PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan gas alam atau gas bumi semakin
meningkat seiring semakin luasnya penggunaan gas alam sumber energi ini baik
untuk industri maupun untuk rumah tangga dan sebagai bahan baku industri.
Konsumsi gas alam sebagai energi final adalah ketiga terbesar setelah BBM dan
batubara, lebih tinggi dari listrik dan LPG. Persentasi konsumsi gas alam mencapai
13,7 persen pada tahun 2008.

Gas alam merupakan salah satu dari sekian banyak sumber daya energi
yang ada di bumi. Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian
besar terdiri dari metana (CH4). Kebutuhan gas dan minyak di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun yakni lebih dari 38 juta rumah dan industri serta
pelayanan lainnya, dilayani oleh 800.000 mil jaringan transmisi pipa, tergantung
pada gas dan minyak bumi sebagai sumber energi. Gas alam dapat dimanfaatkan
sebagai bahan bakar, baik itu bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap maupun
pembangkit listrik tenaga gas. Selain itu, gas alam juga dapat digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan pupuk, petrokimia, methanol dan bahan baku
pembuatan plastic low density polyethylene (LLDPE), high density polyethylene
(HDPE), poly ethylene (PE), dan poly vinyl chloride (PVC). Menentukan kondisi
proses yang optimal pada perancangan gas alam sangatlah rumit, ada beberapa
program simulasi yang dapat menyederhanakan hal tersebut salah satunya adalah
HYSYS.

Hysys merupakan program yang dirancang untuk mensimulasikan proses di


dalam suatu pabrik. Dengan menggunakan program ini, perhitungan-perhitungan
untuk mendesain suatu proses yang rumit (karena melibatkan banyak rumus) dan
memerlukan waktu yang lama bila dikerjakan secara manual (by hand) dapat
dengan cepat dilakukan. Hysys dapat digunakan untuk merancang beberapa
peralatan pada pabrik yang baru atau akan didirikan (sizing) atau mengevaluasi
kinerja suatu peralatan pada pabrik yang sudah ada (rating).
Property package merupakan salah satu hal yang mendasar dalam sebuah
simulasi. Property package berperan untuk merepresentasikan perilaku komponen
dan interaksi antara komponen. Pemilihan property package yang sesuai merupakan
hal krusial dalam sebuah simulasi. Ketidaksesuain pemilihan property package
dapat mengakibatkan hasil simulasi yang lemah akurasinya atau bahkan membuat
kita tidak bisa menjalankan simulasi.

B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah mencari vapour fraction,


temperatur dew dan bubble point dari gas alam, mencari harga kapasitas panas,
densitas, viskositas, dan vapour fraction dengan variasi suhu dan tekanan dengan
menggunakan hysys dan mengidentifikasi pengaruh variasi suhu dan tekanan
terhadap mass heat capacity, density, viskosity dan vapour fraction.

C. STRATEGI PENYELESAIAN

1. Cara Memilih Paket Fluida

Dalam Hysys, untuk mengisi paket fluida apa yang hendak dipakai
diharuskan untuk mengetahui sifat dari fluida tersebut. Ini akan menjadi basis
perhitungan pada simulasi proses yang dikerjakan. Perhitungan flash komponen
murni dan kalkulasi sifat fisisnya terdapat dalam paket fluida yang dipilih. Berbagai
macam pilihan, mulai dari EoS (Equation of State), Activity Coefficient, dan lain
sebagainya.
EoS atau biasa disebut dengan persamaan keadaan adalah persamaan
termodinamika yang menerangkan bagaimana hubungan antara tekanan,
temperatur dan volume dari suatu komponen tunggal atau komponen jamak yang
diformulasikan dalam bentuk matematis. EOS digunakan oleh simulator untuk
mendekati kondisi real di lapangan. Biasanya untuk menghitung Total E&P akan
sering menggunakan SRK. Sedangkan untuk o&g contractor, akan sering
menggunakan Peng-Robinson. Peng-Robinson dan SRK adalah persamaan empiris
yg dihasilkan dari percobaan. Peng-Robinson memiliki range pressure dan
temperature paling lebar.
SRK dan PR ini adalah EoS yang direkomendasikan untuk hampir
semua aplikasi hidrokarbon termasuk di dalamnya hidrokarbon non-polar dan gas
non-organik seperti H2S, CO2, H2, dll. Sedangkan untuk BWRS (Benedict–Webb–
Rubin equation of state) biasanya dipakai untuk komponen hidrokarbon murni dan
gas pada temperatur dan tekanan berapapun. Berikut ini adalah bentuk persamaan
dari SRK dengan Peng-Robinson:
Tabel 1. Bentuk Persamaan dari SRK dengan Peng-Robinson:

Tabel 2. Rekomendasi Property Method untuk Type dari Berbagai


Sistem
Berdasarkan informasi dari pengembang Hysys, EOS Peng-Robinson
adalah yang direkomendasikan untuk dipakai dalam aplikasi minyak, gas dan
petrokimia. Selain itu dari pengembang Hysys sendiri mempunyai tabel
yang mentabulasikan kesesuaian property method terhadap aplikasi selain migas
dan petrokimia yang ditunjukan pada tabel berikut:
Persamaan Peng-Robinson digunakan karena persamaan Peng-
Robinson ini telah dimutakhirkan sedemikian rupa sehingga kalkulasi
kesetimbangan fasa bisa mempunyai keberlakuan untuk sistem temperatur rendah
kriogenik sampai temperatur tinggi dan tekanan tinggi di sistem reservoir.

Tabel 3. Perbedaan antara Peng-Robinson dengan Soave Redlich Kwong

2. Tahapan-Tahapan Penyelesaian

Tahapan-tahapan penyelesaian soal dengan menggunakan aplikasi


hysys adalah sebagai berikut:

1. Membuka aplikasi Hysys kemudian klik File – New – Case.


2. Klik Properties – Component List – Add – menginput data component pada
jendela dialog.
3. Double klik pada list name, kemudian masukan nama dari masing-masing
komponen.

4. Apabila ingin membuat komponen baru, maka klik Select – Hypothetical,


Hypo Group – Hypogroup1, Method – Creat And Edit Hypos – menginput data.

5. Kemudian klik Fluid Package – Set Up – pilih metode yang ingin


digunakan.

Penyelesaian soal ini menggunakan persamaan Peng-Robinson karena


persamaan ini digunakan untuk memprediksi prilaku fasa dan konstanta
kesetimbangan gas-cairan sistem gas kondensat selama proses produksi
serta bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan komposisi.
6. Klik Simulation – Stream – double klik panah warna biru muda –

Worksheet – Condition - menginput data T, P, dan Mass Flow. ( sesuai


variasi)

7. Worksheet – Composition – menginput data mode Fraction dan komponen-


komponen yang diketahui pada soal – Ok.

8. Klik Attachment – Analisys – Create – pilih Envelope – View –


Performance. Pada Performance terdapat data table dan plot. Pada Table
Type terdapat pilihan Bubble Point, Dew Point, dan sebagainya.

9. Setelah memilih Envelope, pilih Property Table - View – Design. Pada


Design terdapat data Connection, Dep.Drop, dan Note. Pada Connection,
menginput data variable 1 = pressure dengan mode = state lalu memasukkan
status value dengan tekanan yang diketahui disoal, dan data variable 2 =
temperature dengan mode = incremental lalu memasukkan data lower
bound, upper bound, dan # of increments.

10. Kemudian pada Dep.Drop – Add – Mass Density, Viscosity, Vapour


Fraction, dan Mass Heat Capacity – calculate. Kemudian pada
Performance terdapat table dan plots dari masing-masing property.
D. PENDEKATAN SIMULASI

1. Temperatur

Semakin besar temperatur maka mass density semakin kecil.


Semakin tinggi temperature yang diberikan, maka viskositas akan
menurun. Semakin besar temperatur maka semakin besar pula vapour
fraction.

2. Tekanan

Semakin besar tekanan maka semakin besar pula mass density.


Semakin besar tekanan maka Viskositas cairan naik, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan. Semakin besar tekanan
maka semakin kecil vapour fraction. Semakin naik temperatur, maka
kapasitas panas juga akan semakin meningkat, Tekanan tidak
mempengaruhi mass heat capacity tetapi tekanan uap komponen akan
semakin tinggi seiring dengan meningkatnya temperatur

E. PEMBAHASAN

1. Penentuan Temperature Dew Point dan Bubble Point

Untuk menentukan temperature bubble point dan dew point dapat dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya mencari nilai vapour fraction terlebih dahulu
pada kondisi yang telah ditentukan. Setelah itu adalah mencari temperature dew
point dan bubble point dengan memasukkan angka 0 dan 1 untuk masing-masing
temperature. Sehingga didapat hasil seperti berikut:
2. Pengaruh Tekanan dan Temperatur Pada Grafik Envelope

Gas alam terdiri dari dua fase yaitu liquid dan vapour. Ketika
temperature yang dimasukkan sebesar 40oC dan tekanan 5000 kPa, didapatkan
vapour fraction sebesar 0,9721. Penggunaan grafik envelope pada aplikasi hysys
adalah untuk mempermudah kita melihat kondisi gas alam saat fase vapour
maupun liquid.
Berdasarkan grafik envelope diatas, ketika temperature -70,68oC dan
tekanan 3846 kPa, gas alam berada pada bubble point atau pada fase mulai
terbentuknya vapour. Ketika temperature -13,96oC dan tekanan 0 kPa, gas alam
berada pada critical point atau titik kesetimbangan, sedangkan ketika
temperature 75,49oC dan tekanan 1,001e+04 kPa, gas alam berada pada dew
point atau sudah lewat jenuh.
3. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Densitas

Densitas adalah jumlah zat yang terkandung dalam suatu unit volume.
Densitas suatu bahan tidak sama pada setiap bagiannya tergantung pada faktor
lingkungan seperti suhu dan tekanan. Satuan densitas adalah kg/m3 (Moechtar,
1989).

Suhu reaksi menyebabkan gerakan molekul semakin cepat (tumbukan antara


molekul pereaksi meningkat) atau energi yang dimiliki molekul bisa mengatasi
energi aktivasi dengan kata lain perubahan suhu akan mempengaruhi
probabilitas /peluang molekul dengan energi yang sama atau lebih tinggi dari
energi aktivasi (Kartika Dwi dkk, 2012). Suhu mempengahuhi densitas, karena
densitas merupakan parameter fisis penting yang mempengaruhi pemanfaatan
zat. Semakin tinggi suhu menyebabkan gerakan molekul semakin cepat atau
energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi semakin besar sehingga
tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat yang menyebabkan densitas
semakin kecil (Azis Islami, 2017).
Semakin besar tekanan, maka densitas akan semakin besar pula. Hal ini dapat
dibuktikan dengan rumus:

P V=n R T

ρ=m/V

P m/ρ =n R T

Dengan ini dapat disimpulkan bahwa dari suhu rendah menuju suhu tinggi,
grafik tersebut mengalami penurunan. Sedangkan semakin tinggi tekanan
densitas akan semakin tinggi.

12

4. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Vapour Fraction

Semakin besar temperature maka semakin besar pula vapour fraction dan
berbanding terbalik dengan tekanan. Semakin tinggi temperatur operasi, maka
komponen vapour fraction semakin besar. Hal ini dikarenakan tekanan uap
komponen semakin meningkat dan pergerakan antar molekul semakin cepat
sehingga seluruh komponen berada pada fasa uap.

5. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Viskositas

Gambar diatas merupakan grafik pengaruh temperature dan tekanan


terhadap viskositas. Variasi tekanan yang digunakan masih sama dengan grafik
sebelumnya, yakni 3 variasi. Berdasarkan tinjauan grafik diatas, semakin tinggi
suhu yang diberikan, maka viskositas akan menurun. Hal ini disebabkan karena
molekul-molekul zat cair jaraknya berdekatan dengan gaya kohesi yang kuat antara
molekul, dan hambatan terhadap gerak relative antara lapisan-lapisan fluida yang
bersebelahan berhubungan dengan gaya antar molekul ini.

Dengan meningkatnya temperatur, gaya kohesi ini berkurang dan


mengakibatkan berkurangnya hambatan terhadap gerakan. Hal ini karena viskositas
adalah indeks dari hambatan tersebut, maka viskositas berkurang dengan
meningkatnya temperatur (Munson, 2003). Viskositas cairan naik dengan naiknya
tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan (Bird, 1994).

6. Pengaruh Temperatur dan Tekanan terhadap Heat Capacity

Pada grafik diatas dijelaskan hubungan pengaruh temperature dan tekanan


terhadap nilai mass heat capacity. Mass heat capacity itu sendiri adalah jumlah kalor
yang diserap oleh gas untuk menaikkan suhu/temperaturnya. Kapasitas panas yang
ada pada sebagian besar sistem tidaklah konstan, namun bergantung pada variasi
kondisi dari sistem termodinamika. Kapasitas panas bergantung pada temperatur itu
sendiri, dan juga tekanan dan volume dari sistem. Berbagai cara untuk mengukur
kapasitas panas dapat dilakukan, yang secara umum dilakukan pada kondisi tekanan
konstan atau volume konstan.
Sehingga simbol kapasitas jenisnya disesuaikan, menjadi Cp untuk kapasitas
jenis pada tekanan konstan, dan CV untuk kapasitas jenis pada volume konstan. Gas
dan cairan umumnya diukur pada volume konstan. Pengukuran pada tekanan
konstan akan menghasilkan nilai yang lebih besar karena nilai tekanan konstan juga
mencakup energi panas yang digunakan untuk melakukan kerja untuk
mengembangkan volume zat ketika temperatur ditingkatkan.

F. KESIMPULAN

Dari pembahasan dan data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Perubahan fase dari bubble point dan dew point dapat disebabkan oleh
temperature dan tekanan
b. Suhu mempengaruhi densitas, karena densitas merupakan parameter fisis
penting yang mempengaruhi pemanfaatan zat. semakin tinggi suhu maka
densitas akan semakin kecil(berbanding terbalik) sedangkan hubungan
dengan tekanan adalah berbanding lurus
c. Nilai heat capacity memiliki nilai yang maksimum pada suhu tertentu.
Dan akan menurun jika melewati titik maksimumnya seiring pertambahan
suhu.

G. DAFTAR PUSTAKA

Aziz,Islami.2007. Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng


Bekas.Valensi, Vol.1, No.1.

Kartika,Dwi dan Senny Widyaningsih.2012. Konsentrasi Katalis dan Suhu


Optimum pada Reaksi Esterifikasi menggunakan Katalis Zeolit Alam Aktif
(ZAH) dalam Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah. Jurnal Natur
Indonesia 14(3), Juni: 219-226.

Moechtar,1989.Farmasi Fisika.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Munson, B. 2003. Mekanika Fluida, Edisi Keempat; Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai