Anda di halaman 1dari 8

UJIAN TENGAH SEMESTER

Tanggal 02 April 2019

Nama : Anderson Silalahi

NIM : 5172131008

Kelas : PTE-B 2017


Mata Kuliah : Sistem Distribusi Tenaga Listrik

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
1. a) Sistem distribusi tenaga listrik yang digunakan di Indonesia yaitu Sistem
Distribusi Tegangan Menengah dan Sistem Distribusi Tegangan rendah.
System distribusi tegangan menengah memnpunyai tegangan kerja di atas 1
kV dan setinggi-tingginya 35kV. System distribusi tegangan rendah
mempunyai tegangan kerja setinggi-tingginya 1 kV. Konstruksi kedua system
ini dapat berupa saluran udara dan saluran bawah tanah disesuaikan dengan
kebijakan manajemen, masalah kontinuitas pelanggan, jenis pelanggan, pada
beban atras permintaan khusus, dan masalah biaya.
Pada umumnya, Indonesia menggunakan jaringan system distribusi dengan
tipe radial.

b)

No. Kode Uraian Pemakaian Batas Daya


1. Tarif
S-1/TR Untuk keperluan pemakai sangat kecil s/d 200VA
2. S-2/TR Untuk keperluan badan sosial kecil 250VA s/d 2.200VA
3. S-3/TR Untuk keperluan badan sosial sedang 2.201VA s/d 200kVA
4. S-4/TM Untuk keperluan badan sosial besar 201kVA ke atas
5. SS-4/TM Untuk keperluan badan sosial 201kVA ke atas
swasta
6. R-1/TR Untuk keperluan
besar yg rumahtarif
mengenakan tangga kecil
komersiil 250VA s/d 500VA
7. R-2/TR Untuk keperluan rumah tangga sedang 501VA s/d 2.200VA
8. R-3/TR Untuk keperluan rumah tangga 2.201VA s/d 6.600VA
9. R-4/TR Untuk keperluan rumah tangga besar
menengah 6.600 VA ke atas
10. U-1/TR Untuk keperluan usaha kecil 250VA s/d 2.200VA
11. U-2/TR Untuk keperluan usaha sedang 2.201VA s/d 200 kVA
12. U-3/TM Untuk keperluan usaha menengah 201 kVA ke atas
13. U-4/TR Untuk keperluan sambungan Tergantung
sementara permintaan
14. H-1/TR Untuk keperluanpesta
a.l. penerangan perhotelan kecil
(tegangan 250VA
(sesuai s/d 99 kVA
kebutuhan)
15. H-2/TR Untuk
rendah)keperluan perhotelan sedang 100 kVA s/d 200 kVA
16. H-3/TM Untuk keperluan perhotelan besar 201 kVA ke atas
17. I-1/TR Untuk keperluan industri rumah tangga 450VA s/d 2.200VA
18. I-2/TR Untuk keperluan industri kecil 2.201VA s/d 13,9 kVA
19. I-3/TR Untuk keperluan industri sedang 14 kVA s/d 200 kVA
20. I-4/TM Untuk keperluan industri menengah 201kVA ke atas
21. I-5/TT Untuk keperluan industri besar 30.000 kVA ke atas
22. G-1/TR Untuk keperluan gedung kantor 250VA s/d 200 kVA
pemerintah kecil sampai sedang
23. G-2/TM Untuk keperluan gedung kantor 201kVA ke atas
pemerintah besar
24. J/TR Untuk keperluan penerangan jalan
umum
2. a) Sistem distribusi tenaga listrik didefinisikan sebagai bagian dari sistem
tenaga listrik yang menghubungkan gardu induk/pusat pembangkit listrik
dengan konsumen. Sedangkan jaringan distribusi adalah sarana dari sistem
distribusi tenaga listrik di dalam menyalurkan energi ke konsumen. Jaringan
transmisi adalah sarana dari gardu induk/pusat pembangkit listrik untuk
menyalurkan tegangan ke system distribusi.
Dalam menyalurkan tenaga listrik ke pusat beban, suatu sistem distribusi
harus disesuaikan dengan kondisi setempat dengan memperhatikan faktor
beban, lokasi beban, perkembangan dimasa mendatang, keandalan serta nilai
ekonomisnya.

b) 1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat


(pelanggan)
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan
dengan pelanggan, karena catu daya pada pusat-pusat beban
(pelanggan) dilayani langsung melalui jaringan distribusi.
3. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power
Source) sampai ke konsumen.

c)
Daerah I : Bagian pembangkitan (Generation)
Daerah II : Bagian penyaluran (Transmission) , bertegangan tinggi
(HV,UHV,EHV)
Daerah III : Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau
20kV).
Daerah IV : (Di dalam bangunan pada beban/konsumen),
Instalasi, bertegangan rendah

Tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik besar dengan tegangan
dari 11 kV sampai 24 kV dinaikan tegangannya oleh gardu induk dengan
transformator penaik tegangan menjadi 70 kV ,154kV, 220kV atau 500kV
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Dari saluran transmisi,
tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV dengantransformator penurun
tegangan pada gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan
tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari
saluran distribusi primer inilah gardu-gardu distribusi mengambiltegangan
untuk diturunkan tegangannya dengan trafo distribusi menjadi sistem
tegangan rendah, yaitu 220/380 Volt. Selanjutnya disalurkan oleh saluran
distribusi sekunder ke konsumen-konsumen.

3. 1. Rugi daya
Perhitungan rugi daya dilakukan pertama-tama pada bagian sistem yang
datanya sudah diketahui dengan pasti seperti saluran transmisi dan distribusi.
Untuk bagian lainnya seperti transformator dan generator yang dikarenakan
tidak adanya data pengujian, rugi daya dapat dihitung dengan teliti hanya oleh
perancangnya saja, karena ia yang mengetahui seluk beluk mengenai
komponen tersebut yang mencakup berat, kualitas, rugi besi, rapat fluks, dan
sebagainya dan juga penghantara tembaganya yang meliputi penampang,
kerapatan arus, dan sebagainya.
2. Rugi Energi
Dengan menetukan rugi/susut energi pada saluran distribusi, cara yang
dilakukan oleh bebrapa perusahaan listrik adalah membandingkan energi
yang disalurkan oleh gardu induk dan energi yang terjual dalam selang waktu
tertentu, misalnya setahun.
3. rugi tembaga dan rugi kuadran bebas
Rugi tembaga atau rugi-rugi lainnya berbanding lurus dengan kuadrat
beban dan dengan adanya kurva beban versus waktu atau kurva lamanya
pembebanan, maka dapatlah dibuat kurva rugi daya/waktu atau kurva
lamanya rugi daya dimana setiap ordinatnya berbanding lurus dengan kuadrat
setiap ordinat.kurva bebannya. Dari kurva lamnya rugi daya, dapat pula
ditentukan rugi daya rata-ratanya selama periode tersebut. Luas dari kurva
lamanya rugi daya merupakan rugi energi selama periode tersebut. Jadi rugi
daya rata-rata = rugi energi selama periode tersebut/lamnya periode tersebut.
4. Rugi-rugi yang konstan, rugi besi dan sebagainya
Besaran dari rugi daya konstan seperti rugi besi, rugi bantalan, gesekan
dan gesekan anginpada ujung belitan dan sebagainya untuk bermacam
bagian dari system tenaga biasanya diketahui dari hasil pengujian maupun
pengujian di lapangan. Rugi energi yang konstan ini dapat dihitung dengan
mengalikan konstanta rugi dayannya dengan jumlah jam dari selang yang
diamati.
5. Rugi-rugi yang tidak langsung sebagai fungsi dari beban
Rugi pada turbin hidrolik, turbin uap dan bagian-bagian lainnya dari sistem
tenaga ada yang berbanding lurus dengan kuadrat beban dan ada pula yang
konstan. Bentuk kurva dari rugi versus beban untuk tipe pembangkit yang
berlainan variasinya satu sama lain cukup besar, sehingga tidak mungkin
membuat perhitungan rugi energi sederhana dengan menggunakan faktor
tersebut di atas untuk rugi tembaga. Secara umum bentuk kurva dari rugi daya
versus beban dapat dibuat dari kurva effesiensi versus beban dan bial kurva
beban harian atau bulana diketahui, diutamakan dari kurva lamanya
pembebanan, maka kurva rugi daya/waktu dapat dibuat.

4. 1.Tiang
Berfungsi Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system
seperti transformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang
dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi
bawah tanah.
2.Penghantar
Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada gardu induk
ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada sistem distribusi
3.Kapasitor
Berfungsi untuk memperbesar factor daya pada system penyaluran.
4.Recloser
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika terjadi
gangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian
sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali
bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan . Apabila
hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup,
berarti telah terjadi gangguan permanen.
5.Fuse
Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban lebih
maupun adanya gangguan hubung singkat.
6.PMT
Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap out put.
Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara otomatis
PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena adanya
pemeliharaan jaringan.
7.Tansformator
Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai dengan
tegangan kerja yang diinginkan
8.Isolator
Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke tiang
maupun ke penghantar lainnya.
9. Lightning Arrester
Digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan tegangan lebih
surja petir.
10. Kabel SUTM 20 kV
Berfungsi untuk menyalurkan tegangan menengah 20kV.
11. Kabel SUTR 220/380 V
Berfungsi menyalurkan tegangan rendah 220/380 V.
12. Travens
Digunakan untuk tempat sangkutan atau dudukan isolatorsehingga dapat
memisahkan penghantar/fasa yang satu dengan yang lain pada jarak yang
diizinkan.

5. Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman


langsung terhadap peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah
atau kebocoran arus akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada
peralatan jaringan distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan
juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah
dengan menggunakan sistem pentanahan.
Sistem pentanahan adalah suatu tindakan pengamanan dalam jaringan
distribusi yang langsung rangkaiannya ditanahkan dengan cara mentanahkan
badan peralatan instalasi yang diamankan, sehingga bila terjadi kegagalan
isolasi, terhambatlah atau bertahannya tegangan sistem karena terputusnya
arus oleh alat-alat pengaman tersebut.
Agar sistem pentanahan dapat bekerja secara efektif, harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Membuat jalur impedansi rendah ketanah untuk pengamanan personil dan
peralatan menggunakan rangkaian yang efektif.
2. Dapat melawan dan menyebarkan gangguan berulang dan arus akibat surja
hubung (surge current)
3. Menggunakan bahan tahan terhadap korosi terhadap berbagai kondisi
kimiawi tanah. Untuk meyakinkan kontiniutas penampilan sepanjang umur
peralatan yang dilindungi.
4. Menggunakan sistem mekanik yang kuat namun mudah dalam
pelayanannya.

Secara umum tujuan dari sistem pentanahan dan grounding pengaman


adalah sebagai berikut :
1. Mencegah terjadinya perbedaan potensial antara bagian tertentu dari
instalasi secara aman.
2. Mengalirkan arus gangguan ke tanah sehingga aman bagi manusia dan
peralatan.
3. Mencegah timbul bahaya sentuh tidak langsung yang menyebabkan
tegangan kejut.

Sistem pentanahan dapat dibagi dua :


1. Pentanahan sistem ( pentanahan netral )
2. Pentanahan umum ( pentanahan peralatan )

1. Pentanahan Sistem (netral) berfungsi :


a. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan yang diakibatkan
oleh adanya ganguan fasa ke tanah
b. Melindungi peralatan / saluran dari bahaya kerusakan isolasi yang
diakibatkan oleh tegangan lebih
c. Untuk keperluan proteksi jaringan
d. Melindungi makhluk hidup terhadap tegangan langkah (step voltage)

2. Pentanahan Umum Berfungsi


a. Melindungi mahluk hidup dari tegangan sentuh
b. Melindungi peralatan dari tegangan lebih

Tindakan pengamanan harus dilakukan sebaik-baiknya agar tegangan sentuh


yang terlalu tinggi akibat dari kegagalan isolasi tidak terjadi dan
membahayakan manusia serta peralatan itu sendiri. Pada pentanahan
peralatan tegangan sentuh yang sering adalah tegangansentuh tidak langsung
sebagaimana dijelaskan dalam PUIL 2000 (3.5.1.1) bahwa tegangan sentuh
tidak langsung adalah tegangan sentuh pada bagian konduktor terbuka (BKT)
perlengkapan atau instalasi listrik yang menjadi bertegangan akibat kegagalan
isolasi.

Anda mungkin juga menyukai