Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN V

RANGKAIAN LC RESONANSI, DAN GAYA GERAK LISTRIK

5.1 Tujuan
1. Mengetahui sifat dari rangkaian LC sebagai fungsi frekuensi
2. Mempelajari prinsip Induksi Gaya Gerak Listrik dan aplikasinya

5.3 Alat dan Bahan


1. Board mount BR-3
2. Board NO-07 (LC CIRCUIT and RESONANCE)
3. Papan no-14
4. Generator fungsi
5. Multimeter digital
6. Osiloskop
7. Penghitung frequensi (10Hz – 100KHz)
8. Kabel koneksi

5.3 Tinjauan Pustaka


5.3.1 Rangkaian RLC
Rangkaian RLC adalah rangkaian yang terdiri dari dari resistor, inductor,
dan kapasitor yang disusun secara seri maupun paralel. Penamaan RLC sendiri
juga memiliki alasan tersendiri, yaitu disebabkan nama yang menjadi symbol
listrik biasanya pada kapasitansi, induktansi dan ketahanannya masing-masing.
Rangkaian ini akan beresonansi dengan suatu cara yang sama yaitu-sebagai
Rangkaian LC, bersamaan dengan terbentuknya osilator harmonik.
Pada penggunaan arus AC untuk sebuah rangkaian RLC yang seri, akan
menyebabkan arus listrik dapat hambatan dr R; L & C. Impedansi (Z) adalah
nama dari hambatan yang terjadi tersebut. Bila ditelaah lebih lanjut,
penggabungan dengan cara vektor antara R, XL dan XC itu yang disebut dengan
impedansi dan besarannya diketahui dengan satuan Z tersebut.
Hubungan fase antara XL dan XC ditunjukkan pada gambar 5.1(b).

(a) (b)

Gambar 5.1 (a) Diagram Rangkaian RLC Seri (b) Hubungan Fase RLC Seri

Impedansi Z dari rangkaian di atas adalah

𝑍 2 = √𝑅 2 + (𝑋𝐿 − 𝑋𝐶 )2 .............................................(5.1)

Pada persamaan di atas diasumsikan bahwa XL lebih besar dari XC. Jika tidak, itu
bias menjadi (XC-XL). Dalam rangkaian LC, baik L atau C harus memiliki tanda
minus. Alasan untuk tanda minus adalah perbedaan fase antara L dan C sebesar
180 derajat.
Contoh: Pada gambar 5.1, R = 30 ohm, XL = 100 ohm dan XC = 90 ohm.
𝑍 = √302 + (100 − 10)2 = 31,62 𝑂ℎ𝑚
Jika XL = XC ,kemudian Z = 30 ohm yang sama seperti R , XL dan XC
membatalkan satu sama lain. Ketika R, L dan C terhubung secara paralel,
karakteristik rangkaian dapat dilihat pada gambar 5.2.

(a) (b)
Gambar 5.2 (a) Gambar rangkaian RLC Paralel, (b) Diagram Fase RLC Paralel

Impedansi rangkaian adalah


𝐸
𝑍 = 𝐼 ....................................................... (5.2)
𝑇
𝐼𝑇 = √𝐼𝑅 2 + (𝐼𝐿 − 𝐼𝐶 )2 .......................................... (5.3)

Ketika IL = IC , arus benar-benar membatalkan satu sama lain dan IT =IR.


Catatan :
Resistor R pada rangkaian dapat menjadi sebuah resistor eksternal atau
kerugian komponen pada L dan C. Hal ini berarti R mengalami kerugian
komponen dari L dan C, sehingga besar nilai R menjadi sangat tinggi. Hal ini
berarti ketika IL = IC (XL = XC) arus yang diberi dari sumber terlalu kecil.
Keadaan seperti ini disebut resonansi LC paralel dan frekuensinya disebut
frekuensi resonansi.

Sejauh ini secara ringkas dapat dikelompokkan menjadi: impedansi


rangkaian LC seri bersifat minimum ketika XL = XC. impedansi rangkaian LC
paralel bersifat maksimum ketika XL = XC. Rangkaian RLC seri dan respon
frekuensi dapat dilihat pada gambar 5.3.

Gambar 5.3 Rangkaian RLC Seri

Pada gambar 5.3 (b) .jelas bahwa besarnya arus yang maksimum pada
frekuensi resonansi Fo karena ini adalah di mana XL dan XC membatalkan satu
𝐸 𝐸
sama lain. Oleh karena itu, R menjadi impedansi rangkaian dan 𝐼𝑂 = 𝑍 = 𝑅.

Meningkatnya frekuensi atau penurunannya berpusat di sekitar Fo, arus rangkaian


bervariasi dengan cepat. Rasio antara Fo dan bandwidth yang secara grafis
didefinisikan dalam gambar, disebut Q pada rangkaian.
Pada gambar, Q digunakan untuk mewakili selektivitas frekuensi dari
rangkaian. Oleh karena itu :
Q = Fo / Bw atau Q = XL / R

Gambar 5.4 Rangkaian RLC Paralel


Catatan pada gambar arus rangkaian diminimalkan pada Fo, karena pada frekuensi

ini, IL– IC= 0 oleh karena itu 𝐼𝑂 = √𝐼𝑅 2 + (𝐼𝐿 − 𝐼𝐶 )2 = 𝐼 𝑅 …………………(5.4)

Q dari rangkaian RLC paralel dapat didefinisikan dengan cara yang sama
Q = F0 / BW atau Q = ZTANK / XL

5.3.2 Rangkaian LC
Rangkaian LC merupakan rangkaian elektronik sederhana yang terdiri dari
tegangan sumber Vd, induktor L dan kapasitor C. Semua komponen tersebut
disusun secara seri. Rangkaian ini disebut undamped karena memang tidak ada
resistor yang berfungsi sebagai dumper. Sebuah rangkaian LC (Undamped Series-
Resonant Circuit) ditunjukkan pada Gambar dibawah ini dengan tegangan
input Vdsaat t0. Kondisi awal atau pada saat t0 dari state variable arus
induktor iL dan tegangan kapasitor vc adalah IL0 dan Vc0.

Gambar 5.5 Rangkaian LC


5.3.3 Cara Kerja Resonansi LC

Gambar 5.6 Resonansi LC

Perhatikan gambar diatas, pada saat saklar SW1 ditekan dan dilepaskan
kembali maka sinyal yang diperoleh sama seperti pada gambar sinyal diatas.
Awalnya saat SW1 dihubungkan dengan tegangan supply, kapasitor akan
melakukan pengisian dengan cepat. Kemudian saat SW1 dilepaskan muatan pada
kapasitor akan dimanfaatkan oleh inductor sebagai supply tegangan. Sesuai
dengan sifat umum inductor bahwa sinyal DC akan menganggap inductor seperti
kawat biasa sehingga arus dengan cepat mengalir melalui inductor dan muatan
pada kapasitor dengan cepat berkurang habis. Uniknya arus yang tadi mengalir
melalui inductor dan mengosongkan kapasitor akan mengisi kapasitor kembali
melalui terminal yang satunya ( siklus negatif). Pengisian kapasior berlangsung
cepat, kemudian inductor akan membebani kembali sehingga pengosongan
muatan terjadi kembali. Begitulah seterusnya terjadi secara berulang-ulang (terjadi
resonansi antara L dan C) sampai muatan listrik tadi habis terpakai oleh kedua
komponen tersebut dalam bentuk rugi-rugi daya. Persamaan antara kawat biasa
dengan inductor adalah inductor bekerja seperti kawat biasa pada saat arus
mengalir searah padanya. Tetapi Induktor tidak seperti kawat biasa saat arus
mengalir padanya secara bolak balik. Sehingga tidak akan terjadi short circuit jika
inductor mendapatkan supply tegangan arus bolak balik (AC). Tetapi pada kawat
biasa akan tetap terjadi short circuit walaupun tegangan tersebut arus bolak balik.
Dari analisa diatas dapat kita simpulkan bahwa resonansi LC terjadi
karena salah satu komponen ikut terpengaruh oleh karakteristik komponen yang
lain. Untuk frekuensi yang dihasilkan tergantung dari nilai L dan C itu sendiri.
Semakin besar nilai keduanya maka frekuensi akan semakin kecil dan semakin
kecil nilai keduanya maka nilai frekuensi akan semakin besar.

5.2.4 Gaya Gerak Listrik

Gambar 5.7 Percobaan Faraday

Tahun 1821 Michael Faraday membuktikan bahwa perubahan


medan magnet dapat menimbulkan arus listrik (artinya magnet menimbulkan
istrik) melalui eksperimen yang sangat sederhana seperti yang ditunjukkanpada
gambar 2.1. Sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada kumparan
dapat menghasilkan arus listrik pada kumparan itu. Galvanometer merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya arus listrik yang
mengalir. Ketika sebuah magnet yang digerakkan masuk dan keluar pada
kumparan, jarum galvanometer menyimpang ke kanan dan ke kiri. Bergeraknya
jarum galvanometer menunjukkan bahwa magnet yang digerakkan keluar dan
masuk pada kumparan menimbulkan arus listrik. Arus listrik bisa terjadi jika
pada ujung-ujung kumparan terdapat GGL (gaya gerak listrik). GGL yang terjadi
di ujung-ujung kumparan dinamakan GGL induksi. Arus listrik hanya timbul pada
saat magnet bergerak. Jika magnet diam di dalam kumparan, di ujung kumparan
tidak terjadi arus listrik.
Sehingga ditetapkan hukum Faraday yang berbunyi:
a. Jika sebuah penghantar memotong garis-garis gaya dari suatu medan
magnetik (fluks) yang konstan, maka pada penghantar tersebut akan timbul
tegangan induksi.
b. Perubahan fluks medan magnetik didalam suatu rangkaian bahan
penghantar, akan menimbulkan tegangan induksi pada rangkaian tersebut.

5.2.5 Pembangkitan Gaya Gerak Listrik Induksi


Kumparan pada transformator memindahkan energi listrik dari satu
kumparan ke kumparan yang lain melalui kopling magnetik. Kumparan primer
dan sekunder secara fisik terisolasi satu sama lain. Namun, ketika kumparan
primer menarik arus dari sumber tegangan AC dimana ini terhubung maka, arus
yang sama menghubungkan kumparan sekunder dan menaikkan tegangan pada
kumparan sekunder sebagai akibat dari gaya gerak listrik induksi. Induktansi
bersama yang menghubungkan primer dan sekunder didefinisikan sebagai:

𝑀 = 𝐾√(𝐿1 𝑥 𝐿2 )

atau

𝑀 = (𝑁2 ∅)/𝑖1

dimana L1 dan L2 adalah induktansi sendiri primer dan sekunder :

k = Koefisien Kopling

i1 = Konten Primer

N2 = Jumlah Gulungan Sekunder

∅ = Kebocoran Flux

Ketika tidak ada kebocoran fluks antara primer dan sekunder, k = 1.


Dalam transformator yang sebenarnya, sulit untuk mengharapkan tidak ada
kebocoran. Namun, dengan desain yang baik dapat membuat k mendekati 1 ketika
praktek berikut sudah dilakukan.

1. Dua kumparan harus ditempatkan sedekat mungkin. konsentris berliku


penempatan pada kumparan tunggal menghasilkan kopling yang baik.
2. Sebuah inti tanpa celah udara akan memiliki flux kopling (gandengan)
bersama yang lebih besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.7

Gambar 5.8 Flux dalam Inti Magnet

Dalam inti magnetik tegangan induksi pada kumparan sekunder adalah:

𝑑𝑖
𝑒2 = −𝑀 𝑑𝑡 ................................................... (5.5)

Tegangan induksi sebanding dengan M dan arus primer i, tetapi berbanding


terbalik dengan periode waktu.

5.2.6 Pembangkitan Gaya Gerak Listrik Dalam Medan Magnet


Dalam pembahasan di atas, sinyal input yang dibutuhkan adalah sinyal AC
yang berubah-ubah atau bervariasi waktu. Pada bagian ini, pembangkitan gaya
gerak listrik dalam bidang DC (atau medan dari magnet permanen) oleh kumparan
bergerak akan dibahas. Prinsip dasar menghasilkan Gaya Gerak Listrik dalam
medan magnet stasioner oleh konduktor bergerak disajikan pada Gambar 5.8.
Sebuah generator nyata berdasarkan Gambar 5.8 dapat dilihat pada modul M-4
dari Gambar 5.7. Konduktor berputar yang disebut armature memotong medan
magnet seragam dan seperti halnya, menghasilkan Gaya Gerak Listrik. Besarnya
Gaya Gerak Listrik e dinyatakan sebagai berikut:

𝑑∅
𝑒 = 𝑁 𝑑𝑡 = 𝑁. 𝜔. ∅𝑚 cos(𝜔𝑡) .......................... (5.6)

Dimana N adalah jumlah gabungan dari kumparan

∅𝑚 adalah flux maksimum yang dipotong oleh kumparan

ω = 2πf

Terlihat jelas dari persamaan di atas bahwa ketika kumparan berorientasi


90 derajat relatif terhadap medan, Gaya Gerak Listrik berada di titik maksimum.
Juga, ketika dinamo berputar pada tingkat frekuensi f, nilai RMS dari Gaya Gerak
Listrik dinyatakan sebagai

𝐸𝑚 2𝑥
𝐸= = 𝑓𝑁∅𝑚 − 4.44𝑓𝑁∅𝑚 ...................... (5.7)
√2 √2

Gambar 5.8 Generasi emf pada Medan Magnet Statis


5.4 Cara Kerja
1. Pasang board NO-07 ke board mount

Gambar 5.9 Diagram Pengukuran dari Percobaan Rangkaian RLC

5.4.1 Percobaan Rangkaian RLC Seri


1. Mengacu pada gambar 5.7 dan 5.8, hubungkan keluaran (output) dari
generator fungsi ke terminal dimana semua keluaran itu diindikasikan
dengan “f” di sisi kiri bawah dari papan. Atur generator fungsi menjadi
gelombang sinus 20 Khz dan 20 Vp-p. Juga hubungkan CH-1 dan CH-
2 dari osiloskop ke papan.
2. Atur osiloskop sehingga di sekitar 2 siklus sinyal 20 Khz terlihat di
layar osiloskop. Juga pastikan channel inputan semua diatur untuk
dikalibrasi dan osiloskop disesuaikan untuk mengukur fase 2 input.
Catatan:
Melihat tampilan di layar berada pada titik puncak ke puncak,
sedangkan voltmeter membaca nilai RMS:
𝑉𝑝𝑝
𝑉𝑟𝑚𝑠 =
2√2
3. Ukur tegangan di Rd dan tentukan arus I. Juga ukur tegangan melintasi
a-c (Ea-c). Hitung impedansi yang melewati a-c.
Catatan:
Impedansi di a-c = tegangan Ea-c / I. Jika I berada di RMS maka
tegangan harus di RMS
4. Bandingkan tegangan Ea-c dari ke 4 langkah diatas dengan nilai yang
dihitung berdasarkan rumus berikut:
Catatan:

Gambar 5.10 I Vs. F Grafik Rangkaian RLC Seri

5. Gambar 5.9 disediakan untuk menghasilkan grafik frekuensi (f)


berbanding arus (I). Selesaikan grafik dengan merubah frekuensi dari
10 Khz- 100 Khz. Arus diperoleh dengan membagi tegangan di Rd
oleh Rd. Dalam hal ini output dari penurunan generator fungsi,
meningkatkan kerugian output.7
6. Hubungkan generator fungsi untuk rangkaian seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5.10 mengatur output dari generator fungsi untuk
gelombang sinus 20 Khz dan 20 Vp-p. Dan tegangan Rd, menentukan
arus rangkaian.
Gambar 5.11 Perangkat Pengukuran untuk Resonansi Paralel (1)

7. Mengubah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.11.


Tanpa mengubah frekuensi dan besarnya sinyal. Mengukur tegangan
Rd 1 dan Rd 2 dan menentukan IL dan IC. Bandingkan nilai IL dan IC
dengan arus yang diperoleh pada arus langkah nomor 7. Jika 2 nilai
yang sama menjelaskan mengapa arus tidak sama dengan IL + IL. Jika
nilai R, L dan C menyimpang itu menyebabkan kesalahan dalam
pengukuran.

Gambar 5.12 Perangkat untuk Pengukuran Resonansi Paralel (2)

8. Kembali pada rangkaian gambar 5.10 dan ulangi langkah nomor 6.


5.4.2 Karakteristik Impedansi dan Frekuensi Pada Rangkaian LCR
1. Membuat koneksi per gambar 5.12 dengan garis variasikan frekuensi
generator fungsi dan mencari frekuensi resonansi V0. Hitung resonansi
(Q) impedansi (Z) dari rangkaian tangki. Pastikan output dari generator
dengan kompensasi untuk mempertahankan keluaran konstan.
Frekuensi diperoleh dari hubungan berikut.
1
2𝜋𝑓𝐿 =
2𝜋𝑓𝐶
Sehingga:
1
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶
2. Membuat koneksi per gambar 5.12 dengan garis putus-putus.
Rangkaian ekuivalen ditunjukkan pada gambar 5.13. Cari frekuensi
resonansi K+ dan impedansi paralel. Cari nilai resonansi (Q).

Gambar 5.13 Pengaturan Untuk Pengukuran Rangkaian LCR

Gambar 5.14 Rangkaian Ekuivalen pada Langkah 2


Arus pada rangkaian, ketika tegangan puncak pada resistor 100 Ω
adalah sebagai berikut :
1 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 100 𝑂ℎ𝑚 (𝑝 − 𝑝)
𝐼= ×
2√2 100 𝑂ℎ𝑚
1 𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛
𝑍= ×
2√2 1
𝑍
𝑄=
𝑋𝐿
3. Dengan cara yang sama seperti di atas, tentukan arus pada rangkaian I
dengan frekuensi dari 5 KHz sampai 50 KHz dengan kenaikan 2 KHz.
Gambarlah sebuah grafik dari F vs. I. Ulangi prosedur dengan
menambahkan tahanan 10 K Ω dan 1 K Ω pada saat dipasang paralel
menjadi rangkaian penuh. Saat keadaan manakah yang memberikan
harga Q lebih tinggi?
4. Gunakan elemen rangkaian pada gambar pada sisi kanan, hubungkan
rangkaian-rangkaian pada gambar 5.14 dan 5.15. Buatlah sebuah kurva
yang menunjukkan perbandingan F:Eo.
Catatan:

Gambar 5.15 Karakteristik Low Pass Filter


Gambar 5.16 Karakteristik High Pass Filter

Filter- filter terdiri dari R dan L atau R dan C yang memiliki efek
pertama. Ketika frekuensi ganda (1 oktaf), terjadi perubahan pada
output (keluarannya) dengan faktor 2 atau ½ . Namun, filter LC
memiliki efek urutan kedua. Ketika terjadi perubahan frekuensi maka
faktornya berupa 2, perubahan outputnya adalah berupa 4 atau ¼.
Efek kedua yang terjadi pada filter LC dapat ditunjukkan dengan
tingkat kemiringan yang lebih curam pada kurva.

5.4.3 Pembangkitan dari Gaya Gerak Listrik berdasarkan Persamaan


Kopling
1. Pasang papan no 14 di papan susun
2. Hubungkan generator fungsi kesumber AC di modul M-1. Set
generator ke 100 KHz (RMS)
3. Hubungkan oscilloscope dengan beban kedua.
4. Tekan inti gulungan dan amati outputnya. Apakah outputnya
bertambah? Ulangi langkah tersebut.
Gambar 5.17 Generasi Papan Elektromagnetik

5. Pakai 1MHz, 3 Vrms sinyal ke L₁ modul M-2.


6. Hubungkan oscilloscope melalui l2 dan atur oscilloscope kemudian
amati sinyal 1 MHz 1 Vrms.
7. Pisahkan inti L2 dari L1. Secara perlahan majukan L2 menuju L1dan
amati tegangan pada L2. Ulangi langkah. Jelaskan mengapa tegangan
bertambah pada L2 seperti L2 mendekati L1.
5.4.4 Pembangkitan Gaya Gerak Listrik dari Magnet Permanen
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal EMF OUTPUT seperti modul M-
3. Set oscilloscope ke DC dan 20 mV. Atur waktu ke 0.2 S/Div.
2. Tekan tangkai dari modul dan amati output dari oscilloscope.
3. Pindahkan magnet permanent dengan cepat atau perlahan dan amati
keluaran dari oscilloscope. Perhatikan bahwa keluaran dihasilkan
hanya ketika magnet dalam keadaan bergerak. Kemudian, apabila
magnet bergerak dalam keadaan lambat, akan membutuhkan ketelitian
untuk mendapatkan hasil keluaran.
4. Matikan sumber daya dan atur tegangan keluaran kearah berlawan dari
jarum jam untuk mendapatkan keluaran 0V. Hubungkan sumber daya
keluaran ke DC 12V, masukan terminal dalam M-4 pada modul
generator. Sumber daya DC digunakan untuk member energy motor
DC yang menggerakkan generator.
5. Hubungkan multimeter digital ke keluaran AC terminal modul di M-4
dan set multimeter ke kisaran AC 2v.
6. Hubungkan frekuensi counter ke keluaran AC terminal. Set pengukur
untuk pembacaan 60 Hz
7. Hidupkan sumber daya, tambahkan tegangan keluaran secara perlahan.
Amati frekuensi dan keluaran generator dan lengkapi tabel berikut
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz 60 Hz

8. Hubungkan oscilloscop ke terminal output AC dan perhatikan bentuk


gelombang keluaran. Jelaskan bentuk gelombang yang diperoleh serta
jelaskan keluaran generator.
9. 16. Tegangan output proporsional dengan frekuensi output generator
AC . Jelaskan mengapa dengan mengacu pada persamaan berikut.
𝑒 = 𝑁 ⟒ 𝛷𝘮 𝐶𝑜𝑠 ⟒ 𝑡, ⟒= 2πf
10. Prinsip DC generator ditunjukkan pada Gambar 16-4. Jelaskan
perbedaan antara AC dan DC generator .
Gambar 5.18 Prinsip Generator DC

5.5 Rangkuman
5.5.1 Rangkaian LC Resonansi
1. Impedansi dari rangkaian LC adalah bernilai minimum ketika terjadi
resonansi pada rangkaian. Pada kenyataannya, impedansi dari
rangkaian paralel LC adalah bernilai maksimum ketika terjadi
resonansi pada rangkaian tersebut. Pada kedua kasus tersebut,
diperlukan besar XL = XC agar bias terjadi resonansi. Frekuensi
resonansi dapat ditemukan dari persamaan :
1
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶
2. Ketika frekuensi lebih rendah dari frekuensi resonansi (Fr) maka
terjadi resonansi pada rangkaian LC, dimana XC lebih besar dari XL
dan rangkaian ini terjadi resonansi yang bersifat kapasitif. Ketika
frekuensi lebih tinggi frekuensi resonansi (fr), maka XL lebih besar
dari XC, dan secara keseluruhan impedansi dari rangkaian adalah
bersifat induktif. Berikut adalah hubungan antara XC dan XL yang
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
3. Pada rangkaian resonan LC paralel, energy dibebankan ke tangki
berisolasi secara bolak-balik antara L dan C. Seperti halnya, sejumlah
energy kecil yang melalui resistansi DC dari L dan kerugian dielektrik
di C pada setiap siklus. Berikut adalah ilustrasi yang terdapat pada
gambar di .bawah ini:

a. Rugi-rugi unsure pada resonansi LC

Gelombang arus beban dilepaskan


b. Hilangnya arus akibat rugi-rugi pada komponen
4. Berdasarkan gambar, Q pada resonan rangkaian RLC seri dapat
dirumuskan Q = XL / R, atau Q = EC / EL atau Q = EL / EI . Dengan
kata lain, tegangan pada XC atau XL diperkuat oleh adanya faktor Q.

5. Resonan pada rangkain paralel, Q = ZTank/ XL , atau Q = IL /ISumber


atau Q = IC / ISumber. Dengan kata lain, arus pada rangkaian
diperkuat oleh adanya faktor Q.

6. Menggunakan sifat frekuensi dari resonan rangkaian LC, rangkaian


yang dihubungkan atau filter rangkaian yang dapat dimodelkan. Dua
tipe filter ini adalah : Low pass dan high pass filter.
5.5.2 Gaya Gerak Listrik
1. Tegangan induksi dari perangkat induktansi sebanding dengan tingkat
coupling antara dua kumparan dan berbanding terbalik dengan Rm
keengganan jalur magnetik . Rm dapat diminimalkan dengan
memperkenalkan inti yang tepat di jalur magnetik .
2. Ggl induksi sebanding dengan sumber arus i1 dan berbanding terbalik
dengan waktu. Arah arus di sekunder berlawanan dengan arah arus
utama.
3. Output dari generator AC sebanding dengan putaran angker , kekuatan
medan dan jumlah garis fluks dihalangi oleh dinamo dan kecepatan
sudut. Outputnya adalah variasi waktu dari posisi instanteneous
armatur . Hasilnya , output adalah gelombang sinus.
4. Generator DC bekerja menggunakan prinsip yang sama seperti
generator AC . Namun, generator DC memiliki komutator yang
mengubah output dinamo ke DC . Lebih detilnya ditunjukkan di bawah
ini .

Anda mungkin juga menyukai