Anda di halaman 1dari 8

Pandangan Islam terhadap operasi pergantian kelamin

Melakukan operasi pergantian kelamin yang dilakukan oleh orang yang normal dan
sempurna organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi
perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan
diharamkan.

Operasi penggantian jenis kelamin, yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir
memiliki kelamin normal. Dalam kasus ini, maka melakukan oprasi kelamin
hukumnya haram. Ketetapan haram ini sesuai dengan keputusan fatwa MUI dalam
musyawarah nasional II tahun 1980 tentang operasi perubahan atau
penyempurnaan kelamin. Para ulama’ Fiqih mendasarkan ketetapan hukum haram
tersebut pada dalil-dalil sebagai berikut:

a. Surat al-Hujurat ayat 13. Menurut tafsir al-Thabari mengajarkan prinsip equality
(keadilan) bagi segenap manusia di hadapan Allah dan hukum yang masing-masing
telah ditentukan Allah ini tidak boleh diubah dan seseorang harus menjalani
hidupnya sesuai dengan kodratnya.

b. Surat al-Nisa’ ayat 119. Menurut beberapa kitab tafsir (tafsir al-Thabari, as-Shawi, al-
Khazin [I/405], al-Baidhawi [ II/117, Zubatut tafsir [123], dan al-Qurthubi [III/1963])
disebutkan beberapa perbuatan yang diharamkan karena termasuk “mengubah
ciptaan Allah”, yaitu: mengebiri manusia, homoseksual, lesbian, menyambung
rambut dengan sopak, pangur dan sanggul, membuat tato, dan takhannus (seorang
pria berpakaian dan bertingkah laku seperti wanita layaknya waria dan sebaliknya).

c. Hadith Nabi yang menyatakan” Allah mengutuk para tukang tato, yang meminta
ditato, yang menghilangkan alis, dan orang-orang yang memotong (pangur) giginya,
yang semua itu untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan Allah”. (HR. Bukhari)

d. Hadith Nabi yang menyatakan “ Allah mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita
dan wanita yang menyerupai laki-laki”. (HR. Ahmad)

Hal ini disebabkan keingian pergantian kelamin pada orang yang normal dan
sempurna organ kelaminnya merupakan penyakit yang bersumber dari kondisi
kesehatan mental yang penanganannya bukan dengan mengubah ciptaan Allah,
melainkan melalui pendekatan spiritual dan kejiwaan (spritual and psychological
therapy).

Operasi yang boleh dilakukan menurut hukum Islam adalah 1) Operasi perbaikan
atau penyempurnaan kelamin yang dilakukan terhadap orang yang sejak lahir
memiliki cacat kelamin, seperti zakar (penis) atau vagina yang tidak berlubang atau
tidak sempurna. 2) Operasi pembuangan salah satu dari kelamin ganda, yang
dilakukan terhadap orang yang sejak lahir memiliki dua organ/jenis kelamin (penis
dan vagina).

Apabila seseorang punya organ kelamin dua atau ganda: penis dan vagina, maka
untuk memperjelas identitas kelaminnya, ia boleh melakukan operasi mematikan
salah satu organ kelaminnya dan menghidupkan organ kelamin yang lain yang
sesuai dengan organ kelamin bagian dalam. Contohnya: seseorang mempunyai dua
kelamin penis dan vagina, dan disamping itu ia juga mempunyai rahim dan ovarium
yang merupakan ciri khas dan utama jenis kelamin wanita, maka ia boleh dan
disarankan untuk mengangkat penisnya demi mempertegas identitas jenis kelamin
wanitanya, dan ia tidak boleh mematikan vaginanya dan membiarkan penisnya
karena berlawanan dengan organ bagian dalam kelaminnya yakni rahim dan
ovarium.

Begitu pula apabila seseorang punya organ kelamin satu yang kurang sempurna
bentuknya, misalnya ia memiliki vagina yang tidak berlubang dan ia mempunyai
rahim dan ovarium, maka ia boleh bahkan dianjurkan oleh agama untuk operasi
memberi lubang pada vaginanya, begitu juga sebaliknya. Operasi kelamin yang
bersifat tashih dan takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan bukan pergantian
jenis kelamin, menurut para ulamadi bolehkan menurut syariat. Bahkan dianjurkan
sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan yang seperti ini merupakan
suatu penyakit yang harus diobati. Para ulama seperti Hasanain Muhammad
Makhluf (tokoh ulama Mesir) dalam bukunya Shafwatul Bayan (1987:131)
memberiakn argumentasi bahwa seseorang yang lahir dengan alat kelamin tidak
normal menyebabkan kelamin psikis dan social, sehingga dapat tersisih dan
mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat normal serta kadang mencari jalanya
sendiri, seperti menjadi waria, melacurkan diri, melakukan homoseksual dan
lesbianisme. Padahal semua itu dikutuk oleh Islam berdasarkan hadis Nabi SAW
yang diriwayatkan Al-Bukhari “Allah dan Rasulnya mengutuk kaum
homoseksualisme”, maka untuk menghindarinya, operasi atau penyempurnaan
kelamin boleh dilakukan berdasarkan prinsip “Mushalih Mursalah” karena kaidah
Fiqih menyatakan “bahaya harus dihilangkan” yang dianjurkan syariat Islam. Hal ini
sejalan dengan hadis Nabi SAW. “bertobatlah wahai hamba-hamba Allah! Karena
sesungguhnya Allah tidak mengadakan penyakit kecuali mengadakan pula obatnya,
kecuali satu penyakit, yaitu penyakit ketuaan” (H.R. Ahmad)

Referensi
Budi Utomo Setiawan, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer), Jakarta:
Gema Insani, 2003.
Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Haspels, Nelien dan Busakorn Suriyasarn. 2005. Meningkatkan Kesetaraan Gender
Dalam Aksi Penanggulangan Pekerja Anak Serta Perdagangan Perempuan dan
Anak, Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional.
Jotidhammo. 1997. Dhammapada Atthakatha — Kisah-kisah Dhammapada. Yogyakarta:
Vidyasena Vihara Vidyaloka.
Masjfuk Zuhdi, Masail Fiqh (kapita selekta hukum Islam), CV Haji Masagung, Jakarta,
1992
Nurhaeni, Ismi Dwi Astuti. 2009. Kebijakan Publik Pro Gender. Surakarta. UPT Penerbitan
dan Percetakan UNS (UNS Press).
Setiawan Budi Utomo, 2003. Fiqih Aktual (jawaban tuntas masalah kontemporer),
Jakarta: Gema Insani,

Zuhdi Masjfuk, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), Jakarta: Haji Masagung,
1992
- See more at: http://forumgurunusantara.blogspot.com/2014/10/transgender-
indonesia.html#sthash.3fJav2zL.dpuf
Trans gender dalam perspektif Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan dewasa ini banyak masalah-masalah islam kontemporer yang
disebabkan beberapa faktor, salah satunya adalah faktor sosial yang mana faktor ini biasanya
diperbincangkan dan menjadi berita terhangat dalam kehidupan bermasyarakat. Ada sebagain
individu yang merasakan adanya ketidaksamaan dalam pemberian sikap masyarakat terhadap
dirinya sendiri. Inilah yang terjadi pada transgender dan operasi kelamin. Mereka yang
memiliki dan melakukan hal itu merasa tersudutkan karena masyarakat menganggap
tindakan-tindakan yang dilakukan menurut asumsi mereka telah melanggar.
Transgender adalah orang yang cara berperilaku atau penampilannya tidak sesuai dengan
peran gender pada umumnya. Transgender adalah orang yang dalam berbagai
level “melanggar” norma kultural mengenai bagaimana seharusnya pria dan wanita
itu. Seorang wanita, misalnya, secara kultural dituntut untuk lemah lembut. Kalau pria yang
berkarakter demikian, itu namanya transgender. Transgender ada pula yang mengenakan
pakaian lawan jenisnya, baik sesekali maupun rutin. Perilaku transgenderlah, yang mungkin
membuat beberapa orang mengganti jenis kelaminnya, seperti pria berganti jenis kelamin
menjadi wanita, begitu pula sebaliknya.
Banyak hal-hal tersembunyi dari kedua hal tersebut yang belum dipaparkan secara jelas
mengapa dan bagaimana mereka melakukan hal yang melanggar tersebut. Dari sinilah akar
permasalahan mulai timbul dan bagaimana solusi yang tepat untuk bisa menjadikan semua
kehidupan masyarakat berjalan seperti biasa tanpa adanya diskriminasi kepada mereka.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam memandang transgender dan operasi kelamin?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Transgender dan Operasi kelamin.


Pada hakikatnya, masalah kebingungan jenis kelamin atau yang lazim disebut juga
sebagai gejala transseksualisme ataupun transgender merupakan suatu gejala ketidakpuasan
seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan
kejiwaan ataupun adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya. Ekspresinya
bisa dalam bentuk dandanan, make up, gaya dan tingkah laku, bahkan sampai kepada operasi
penggantian kelamin (Sex Reassignment Surgery). Dalam DSM (Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorder) – III, penyimpangan ini disebut sebagai juga gender dysporia
syndrome. Penyimpangan ini terbagi lagi menjadi beberapa subtipe meliputi transseksual, a-
seksual, homoseksual, dan heteroseksual.
Tanda-tanda transseksual yang bisa dilacak melalui DSM, antara lain: perasaan tidak
nyaman dan tidak puas dengan salah satu anatomi seksnya; berharap dapat berganti kelamin
dan hidup dengan jenis kelamin lain; mengalami guncangan yang terus menerus untuk
sekurangnya selama dua tahun dan bukan hanya ketika dating stress; adanya penampilan fisik
interseks atau genetik yang tidak normal; dan dapat ditemukannya kelainan mental
semisal schizophrenia yaitu menurut J.P. Chaplin dalam Dictionary of Psychology (1981)
semacam reaksi psikotis dicirikan di antaranya dengan gejala pengurungan diri, gangguan
pada kehidupan emosional dan afektif serta tingkah laku negativisme.
Transeksual dapat diakibatkan faktor bawaan (hormon dan gen) dan faktor lingkungan.
Faktor lingkungan di antaranya pendidikan yang salah pada masa kecil dengan membiarkan
anak laki-laki berkembang dalam tingkah laku perempuan, pada masa pubertas dengan
homoseksual yang kecewa dan trauma, trauma pergaulan seks dengan pacar, suami atau istri.
Perlu dibedakan penyebab transseksual kejiwaan dan bawaan. Pada kasus transseksual karena
keseimbangan hormon yang menyimpang (bawaan), menyeimbangkan kondisi hormonal
guna mendekatkan kecenderungan biologis jenis kelamin bisa dilakukan. Mereka yang
sebenarnya normal karena tidak memiliki kelainan genetikal maupun hormonal dan memiliki
kecenderungan berpenampilan lawan jenis hanya untuk memperturutkan dorongan kejiwaan
dan nafsu adalah sesuatu yang menyimpang dan tidak dibenarkan menurut syariat
Islam[1]
Sedangkan operasi kelamin adalah pergantian jenis kelamin, bias berupa perbaikan atau
penyempurnaan kelamin terhadap orang yang cacat kelami, pembuangan salah satu kelamin
(kelamin ganda) atau operasi pergantian jenis kelamin yang dilakukan terhadap orang yang
memiliki kelamin normal.

B. Pendapat-pendapat yang mengharamkan operasi pergantian kelamin


Melakukan operasi pergantian kelamin yang dilakukan oleh orang yang normal dan
sempurna organ kelaminnya yaitu penis (dzakar) bagi laki-laki dan vagina (farj) bagi
perempuan yang dilengkapi dengan rahim dan ovarium tidak dibolehkan dan diharamkan.
Berikut dalil yang mengaharamkan operasi pergantian kelamin Q.S. Al-Hujurat ayat 13:
4Ós\Ré&ur 9•x.sŒ `ÏiB /ä3»oYø)n=yz $¯RÎ) â¨$¨Z9$# $pkš‰r'¯»tƒ
y‰YÏã ö/ä3tBt•ò2r& ¨bÎ) 4 (#þqèùu‘$yètGÏ9 Ÿ@ͬ!$t7s%ur öNä3»oYù=yèy_ur$\/qãèä©
ÇÊÌÈ ×Ž•Î7yz îLìÎ=tã ¨bÎ)©!$# 4 öNä39s)ø?r& «!$#
yang artinya “hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakn kamu dari seorang
pria dan wanita dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling mengenal, sesungguhnya oaring yang paling mulia diantara kamu disisi Allah, ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan lagi
Maha Mengenal”.
Dari ayat diatas mengartikan bahwa manusia itu hadapan Tuhan dan hukum sama
kedudukannaya. Dan yang menyebabkan tinggi atau rendah kedudukan manusia itu bukan
karena perbedaan jenis kelamin, ras, bahasa, kekayaan, kedudukan, dan sebagainya,
melainkan karena ketaqwaannya kepada Allah Swt[2]

Dan di dalam Q.S. An-Nisa: 119,


£`à6ÏnGu;ã‹n=sù öNßg¯Rt•ãBUyur öNßg¨Yt•ÏiYtB_{ur öNßg¨Y¯=ÅÊ_{ur
É‹Ï‚- `tBur 4 «!$# šYù=yz žcçŽÉi•tóãŠn=sù öNåk¨Xz•ßDUyur šc#sŒ#uäÉO»yè÷RF{$#
$YY•Î6•B $ZR#t•ó¡äz t•Å¡yz ô‰s)sù «!$# Âcrߊ `ÏiB z`»sÜø‹¤±9$#$wŠÏ9ur Ftƒ
ÇÊÊÒÈ
yang artinya “Dan Saya (setan) benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka (memotong telinga-telinga hewan
ternak),lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan saya suruh mereka (mengubah
ciptaan Allah), maka mereka sungguh mengubahnya. Barang siapa ayng menjadikan setan
menjadi pelindung selain dari Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata”.[3]
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa “mengubah ciptaaan Allah” itu sangat
diharamkan, contohnya mengebiri manusia, homoseksual, lesbian, menyambung rambut
dengan sopak, pangur, membuat tato, mencukur bulu muka (alis) dan takhannuts artinya prira
berpakaian dan beritngkah laku seperti wanita atau sebaliknya (menurut Kitab tafsir Al-
Thabari, Al-Shawi dan Al-Khazin) [4]
Hadist Nabi riwayat Bukhari dan enam ahli hadis lainya dari Ibnu Mas’ud.
yang artinya:
Allah mengutuk para wanita tukang tato, yang meminta ditato, yang menghilangkan bulu
muka, yang meminta dihilangkan bulu mukanya, dan para wanta yang memotong (pengur)
giginya, yang semua itu dilakukan untuk kecantikan dengan mengubah ciptaan (Allah Ibid,
hal 166)

Makna dari hadis itu bahwa seorang pria atau wanita yang normal jenis kelaminnya
dilarang oleh Islam mengubah jenis kelaminnya, karena mengubah ciptaan Allah tanpa alasan
yang hak yang dibenarkan oleh Islam.
Demikian pula dengan pria atau wanita yang lahir normal jenis kelaminnya, tetapi karena
pengaruh lingkungan menjadikan lahiriyah “banci” berpakaian dan bertingkah laku
berlawanan dengan jenis kelamin yang sebenarnya, maka tetap saja diharamkan oleh agama
mengubah jenis kelaminnya, sebab pada hakikatnya jenis atau organ kelaminnya normal,
tetapi psikisnya tidak normal, karena itu, upaya kesehatan mentalnya ditempuh melalui
pendekatan keagamaan dan kejiwaan (religious and psychology therapy).
Menurut MUI dalam musyawarah Nasional II tahun 1980 memutuskan fatwa
mengharamkan operasi perubahan atau penyempurnaan kelamin. Menurut fatwa MUI ini
sekalipun diubah jenis kelaminnya hukumnya sama dengan jenis kelamin sebelumnya.
Para ulama Fiqh juga mendasarkan ketetapan hukum tersebut paa dalil Q.S. Al-Hujurat 13
yang menurut tafsir Ath-Thabari mengajarkan prinsip equality (keadilan) bagi segenap
manusia dihadapan Allah dan hukum yang masing-masing telah ditentukan jenis kelamin dan
ketentuan Allah tidak boleh diubah dan harus dijalani sesuai kodratnya. Yang kedua juga
sama QS. An-Nisa’ 119 yang berisi tidak boleh mengubah ciptaan Allah yang sudah
ditetapkan, yang ke-3 hadis Nabi yang berisi pengutukan kepada para tukang tato, yang mnta
ditato yang mencukur alis, memotong giginya dengan tujuan mempercantik diri dengan
mengubah ciptaan Allah, yang keempat hadist Nabi (HR Ahmad) menyatakan Allah
mengutuk laki-laki yang menyerupai wanita dan sebaliknya[5]
Operasi yang boleh dilakukan atau hukum melakukan operasi kelamin tergantung
kepada keadaan kelamin luar dan dalam:
1. Apabila seseorang punya organ kelamin dua atau ganda: penis dan vagina, maka untuk
memperjelas identitas kelaminnya, ia boleh melakukan operasi mematikan salah satu organ
kelaminnya dan menghidupkan organ kelamin yang lain yang sesuai dengan organ kelamin
bagian dalam.
Contohnya: seseorang mempunyai dua kelamin penis dan vagina, dan disamping itu ia
juga mempunyai rahim dan ovarium yang merupakan ciri khas dan utama jenis kelamin
wanita, maka ia boleh dan disarankan untuk mengangkat penisnya demi mempertegas
identitas jenis kelamin wanitanya, dan ia tidak boleh mematikan vaginanya dan membiarkan
penisnya karena berlawanan dengan organ bagian dalam kelaminnya yakni rahim dan
ovarium. [6]
2. Apabila seseorang punya organ kelamin satu yang kurang sempurna bentuknya, misalnya ia
memiliki vagina yang tidak berlubang dan ia mempunyai rahim dan ovarium, maka ia boleh
bahkan dianjurkan oleh agama untuk operasi memberi lubangpada vaginanya, begitu juga
sebaliknya.
Operasi kelamin yang bersifat tashih dan takmil (perbaikan atau penyempurnaan) dan
bukan pergantian jenis kelamin, menurut para ulamadibolehkan menuurut syariat. Bahkan
dianjurkan sehingga menjadi kelamin yang normal karena kelainan yang seperti ini
merupakan suatu penyakit yang harus diobati. Para ulama seperti Hasanain Muhammad
Makhluf (tokoh ulama Mesir) dalam bukunya Shafwatul Bayan (1987:131) memberiakn
argumentasi bahwa seseorang yang lahir dengan alat kelamin tidak normal menyebabkan
kelamin psikis dan social, sehingga dapat tersisih dan mengasingkan diri dari kehidupan
masyarakat normal serta kadang mencari jalanya sendiri, seperti menjadi waria, melacurkan
diri, melakukan homoseksual dan lesbianisme. Padahal semua itu dikutuk oleh Islam
berdasarkan hadis Nabi SAW yang diriwayatkan Al-Bukhari “Allah dan Rasulnya mengutuk
kaum homoseksualisme”, maka untuk menghindarinya, operasi atau penyempurnaan kelamin
boleh dilakukan berdasarkan prinsip “Mushalih Mursalah” karena kaidah Fiqih menyatakan
“bahaya harus dihilangkan” yang dianjurkan syariat Islam. Hal ini sejalan dengan hadis Nabi
SAW. “bertobatlah wahai hamba-hamba Allah! Karena sesungguhnya Allah tidak
mengadakan penyakit kecuali mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit, yaitu
penyakit ketuaan” (H.R. Ahmad)
Transgender adalah perbuatan menyerupai lain jenis. Baik dalam berbicara,
berbusana, maupun dalam berbuat, termasuk dalam aktivitas seksual. Islam mengharamkan
perbuatan menyerupai lain jenis sesuai hadits bahwa Nabi SAW mengutuk laki-laki yang
menyerupai wanita dan mengutuk wanita yang menyerupai laki-laki (HR Ahmad, 1/227 &
339).
Hukumannya, jika sekedar berbicara atau berbusana menyerupai lawan jenis, adalah
diusir dari pemukiman atau perkampungan. Nabi SAW telah mengutuk orang-orang waria
(mukhannats) dari kalangan laki-laki dan orang-orang tomboy (mutarajjilat) dari kalangan
perempuan. Nabi SAW berkata,"Usirlah mereka dari rumah-rumah kalian." (akhrijuuhum
min buyutikum). Maka Nabi SAW pernah mengusir Fulan dan Umar RA juga pernah
mengusir Fulan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan ini adalah:

Memang dalam Islam dikenal istilah khuntsa, atau hermaphrodit, yakni orang yang
mempunyai kelamin ganda. Mereka memang diakui dalam fiqih Islam. Namun ini sama sekali
berbeda dengan transgender, karena kaum transgender mempunyai kelamin yang sempurna, bukan
kelamin ganda, hanya saja mereka berperilaku menyerupai lawan jenisnya.

Pergantian atau operasi pergantian yang dilakukan terhadap orang yang normal organ
kelaminnya maka hukumnya adalah HARAM atau sangat tidak dibolehkan oleh syariat Islam, karena
mengubah ciptaan Allah tanpa alasan yang hak. Karena telah dijelaskan didalam Al-Qur’an surat Al-
Hujurat ayat 13, An-Nisa ayat 119, dan juga hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Dan yang
diperbolehkan dalam syariat Islam adalah operasi perbaikan atau penyempurnaan organ kelamin
terhadap orang yang cacat kelamin demi terciptanya kemaslahatan, dan juga untuk menghilangkan
bahaya yang ditimbulkan. Serta perbaikan atau penyempurnaan terhadap orang memiliki organ
kelamin ganda, maka diwajibkan untuk mematikan salah satu organ kelamin sesuai organ kelamin
didalamnya, karena bermanfaat untuk memperjelas status dan menghilangkan kelainan psikis dan
social agar tidak terjerumus kedalam hal yang menyesatkan dan dosa.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Utaibi, Sa’ud bin Abdul ‘Ali Al-Barudi, Al-Mausu’ah Al-Jina`iyah al-Islamiyah, (Riyadh : t.p),

1427 H
As-Salus, Ali Ahmad, Mausu‘ah Al-Qadhaya al-Fiqhiyah al-Muashirah, (Qatar : Daruts

Tsaqafah), 2006

Budi Utomo Setiawan, Fiqh Aktual (Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer),Jakarta: Gema

Insani, 2003.

Imam Al-Ajiri, Dzamm Al-Liwath, (Kairo: Maktabah Al-Qur`an), 1990

Imam Al-Syaukani, Nailul Authar, (Beirut : Dar Ibn Hazm), 2000

Nuri, Mahran, Fahisyah al-Liwath, www.waqfeya.com

Komisi Penanggulangan AIDS, Strategi Nasional Penanggulangan HIV dan AIDS 2007 – 2010

Laporan Pelaksanaan Kegiatan Sekretariat KPA (Komisi Penanggulangan AIDS) Nasional, bulan

Juni, Agustus, September 2010

Rosyidah, Faizatul, Kritik Islam Terhadap Strategi Penanggulangan HIV-AIDS Berbasis

Paradigma Sekula-Liberal dan Solusi Islam Atasnya,http://faizatulrosyidahblog.blogspot.com

Zuhdi Masjfuk, Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam), Jakarta: Haji Masagung, 1992.

http://politikislam123.wordpress.com/2010/11/04/transgender-operasi-kelamin-dalam-

pandangan-islam/

Anda mungkin juga menyukai