ATURAN DISTRIBUSI
TENAGA LISTRIK
DAFTAR ISI......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
http://www.djpp.depkumham.go.id
OC 4.0. Pengaturan Beban....................................................... 16
OC 5.0. Keadaan Darurat.......................................................... 17
OC 6.0. Prosedur Pemulihan..................................................... 18
OC 7.0. Pengujian dan Pemeriksaan....................................... 19
OC 8.0. Pemeriksaan dan Izin Masuk ke Lokasi Instalasi......... 20
OC 9.0. Prosedur Komunikasi dan Pelaporan........................... 21
OC 10.0. Batas Tanggung Jawab Pemeliharaan Sistem
Distribusi..................................................................... 21
OC 11.0. Prosedur Persiapan dan Pelaksanaan Pekerjaan
Pemeliharaan ............................................................. 22
OC 12.0. Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .... 24
ii
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB I
PENDAHULUAN
Aturan Distribusi Tenaga Listrik disusun berdasarkan kondisi saat ini, untuk
diberlakukan kepada semua pelaku usaha pada sistem distribusi, yaitu
Pemasok Sistem Distribusi (Grid dan Pembangkit Skala Kecil dan Menengah),
Pengelola Distribusi, Konsumen, dan Reseller yang instalasinya secara
langsung terhubung ke sistem distribusi.
Aturan Distribusi Tenaga Listrik ini merupakan dokumen yang bersifat dinamis
sehingga harus selalu dimutakhirkan oleh Komite Manajemen Aturan Distribusi
seiring dengan perkembangan kondisi sistem distribusi dan struktur usaha serta
perubahan kompleksitas sistem kelistrikan.
Aturan Distribusi Tenaga Listrik ini dilengkapi dengan daftar istilah (glossary)
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Aturan Distribusi Tenaga Listrik.
1
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB II
ATURAN DISTRIBUSI
(DISTRIBUTION CODE - DC)
DC 1.0. Definisi
2
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB III
ATURAN MANAJEMEN DISTRIBUSI
(DISTRIBUTION MANAGEMENT CODE - DMC)
3
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
4
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
5
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
a. Laporan Tahunan
KMAD membuat laporan singkat operasional pelaksanaan
Aturan Distribusi kepada Direktorat Jenderal Listrik dan
Pemanfaatan Energi pada bulan Maret setiap tahun.
b. Laporan Kejadian Penting
1) Paling lambat 1 (satu) minggu setelah kejadian penting
dalam sistem distribusi, PD mengirimkan laporan tertulis ke
KMAD melalui Sub Komite Pengoperasian. Laporan berisi
rincian penyebab dan urutan kejadian serta informasi
relevan lainnya seperti jumlah dan lama pemadaman listrik.
2) Paling lambat 1 (satu) bulan setelah diterimanya laporan
dari PD tentang kejadian penting, KMAD memutuskan
6
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
c. Laporan Khusus
Apabila ada permintaan secara khusus dari Direktorat
Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, KMAD harus
membuat laporan sesuai permintaan.
7
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB IV
ATURAN PENYAMBUNGAN
(CONNECTION CODE-CC)
CC 1.0. Tujuan
8
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
Tabel 1
Batas Maksimum Distorsi Harmonisa –Tegangan
Tabel 2
Batas Maksimum Distorsi Harmonisa – Arus
Catatan :
i. Batas Maksimum Distorsi Harmonisa – Arus Genap
adalah 25 % dari nilai pada Tabel 2 di atas.
ii. Angka dalam Tabel berlaku untuk bilangan harmonisa
(h) kelipatan dari frekuensi 50 Hz.
9
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
10
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
11
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
12
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
13
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB V
ATURAN OPERASI
(OPERATING CODE-OC)
OC 1.0. Tujuan
14
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
15
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
16
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
17
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
18
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
OC 7.1. Pengujian
19
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
a. perincian pengujian;
b. perkiraan waktu awal dan akhir pengujian;
c. pengenalan peralatan yang diuji;
d. kondisi sistem yang diperlukan untuk mengadakan pengujian;
e. nama petugas yang bertanggung-jawab saat pengujian.
20
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
21
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
OC 11.1. PSD
22
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
OC 11.2. PD
23
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
24
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB VI
ATURAN PERENCANAAN
(PLANNING CODE-PC)
PC 1.0. Tujuan
25
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
26
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
27
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
28
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
29
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
30
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB VII
ATURAN SETELMEN
(SETTLEMENT CODE-SC)
SC 1.0. Tujuan
31
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
32
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
33
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
34
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
BAB VIII
ATURAN PENGUKURAN
(METERING CODE-MC)
MC 1.0. Tujuan
a. kWh;
b. kVARh;
c. kVA maksimum.
a. Trafo Instrumen
Trafo tegangan dan trafo arus untuk transaksi dengan
Konsumen Besar pada titik sambung tegangan tinggi
mengikuti Aturan Jaringan.
Trafo tegangan dan trafo arus untuk transaksi pada titik
sambung tegangan menengah harus memiliki kelas ketelitian
0,5.
Trafo arus untuk transaksi pada titik sambung Tegangan
Rendah harus memiliki kelas ketelitian 1,0.
35
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
36
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
MC 3.2. Kepemilikan
37
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
38
http://www.djpp.depkumham.go.id
Aturan Distribusi Tenaga Listrik
39
http://www.djpp.depkumham.go.id
DAFTAR ISTILAH
(GLOSSARY)
40
http://www.djpp.depkumham.go.id
12. Energi Reaktif : Besar penyaluran daya reaktif dalam suatu
periode waktu, yang biasanya diukur dalam VAR-
jam (VARh) atau kiloVAR-jam (kVARh).
13. Faktor Daya : Perbandingan antara daya aktif dan daya
kompleks.
14. Flicker : Perubahan kecil tegangan riam dan terus
menerus yang dapat dideteksi oleh mata manusia.
15. Fluktuasi Tegangan : Perubahan atau penyimpangan tegangan yang
diakibatkan oleh perubahan beban.
16. Frekuensi : Frekuensi sistem distribusi dalam cycle per detik
(Hz).
17. Gangguan : Kejadian tidak terencana yang mengakibatkan
kondisi abnormal dalam sistem distribusi.
18. Gardu Induk : Bagian dari Grid yang tersambung langsung
dengan sistem distribusi dan merupakan pemasok
kebutuhan tenaga listrik sistem distribusi.
19. Grid : Jaringan interkoneksi yang dapat terdiri atas
tegangan 70 kV (yang menjadi bagian dari sistem
transmisi), 150 kV, 275 kV dan 500 kV beserta
gardu induk dan peralatan lainnya.
20. Harmonik : Gelombang sinusoidal tegangan atau arus yang
besar frekuensinya merupakan kelipatan dari
frekuensi dasar.
21. IEC : The International Electrotechnical Commision.
22. IEEE : Institute of Electrical and Electronic Engineers.
23. Kapasitas : Daya output yang dapat dicapai oleh suatu unit
pembangkit, trafo, penghantar atau peralatan lain,
yang dinyatakan dalam MW atau MVA.
24. Keadaan Darurat : Suatu situasi dimana integritas, keamanan atau
stabilitas keseluruhan atau sebagian dalam
keadaan terancam dan adanya padam listrik.
25. Keandalan : Kemampuan memasok daya tanpa terputus dalam
semua kondisi.
26. Kebutuhan/Beban : Jumlah daya aktif dan reaktif yang telah dipasok
atau diharapkan akan dipasok kepada seluruh
pelanggan melalui Jaringan (Grid) atau Jaringan
Distribusi, yang dinyatakan dalam MegaWatt dan
MegaVAR, dalam periode waktu tertentu.
27. Kedip Tegangan : Penurunan tegangan RMS (root mean square)
dalam fraksi milidetik sampai beberapa detik.
28. Kejadian Penting : Kejadian serius yang mempengaruhi keandalan
sistem distribusi dan kenyamanan pelanggan
yang mengakibatkan pemadaman listrik yang
meluas dan pemulihan sistem kelistrikan distribusi
membutuhkan waktu lebih dari 3x24 jam.
29. Komisioning : Serangkaian kegiatan pemeriksaan dan pengujian
suatu instalasi penyediaan dan pemanfaatan
tenaga listrik untuk meyakinkan instalasi tersebut
berfungsi sebagaimana mestinya dan laik untuk
dioperasikan.
41
http://www.djpp.depkumham.go.id
30. Kondisi Jaringan : Kondisi operasi pada konfigurasi yang seharusnya
Operasi Normal dan tidak ada pemadaman.
31. Konsumen : Pemakai tenaga listrik yang tersambung pada
sistem distribusi yang terikat dalam suatu kontrak
dengan PD.
32. Konsumen Besar : Konsumen dengan daya tersambung lebih besar 1
MVA atau yang diatur oleh PD.
33. Laporan Khusus : Laporan tertulis selain Laporan Tahunan dan
Laporan Kejadian Penting.
34. Load Shedding : Pengurangan beban secara sengaja (otomatis
atau manual) dengan pemutusan beban tertentu
karena kejadian kekurangan pasokan tenaga
listrik, untuk mempertahankan integritas Jaringan
dan menghindari pemadaman yang lebih besar.
35. Meter : Peralatan untuk mengukur besaran listrik antara
lain: energi nyata (kWh), energi reaktif (kVARh)
dan daya maksimum (kVA max) yang
dipergunakan sebagai titik transaksi.
36. NEMA : National Electrical Manufacturers Association
(USA).
37. Para Pihak : Semua pihak yang terdiri atas PSD, PD dan
Konsumen.
38. PD : Pengelola Distribusi, badan usaha milik Negara
yang ditunjuk sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan atau Pemegang IUKU yang
mengelola sistem distribusi (termasuk sistem
jaringan dan fasilitas yang dimiliki oleh reseller
misalnya pengelola pasar, mal, apartemen, dsb).
39. PDKB : Pekerjaan dalam keadaan bertegangan dengan
menggunakan prosedur khusus dan seperangkat
peralatan kerja serta pengaman khusus yang
umumnya dilakukan untuk pemeliharaan dan
pemasangan baru jaringan saluran udara
tegangan menengah dengan tujuan mengurangi
jumlah padam yang dirasakan konsumen.
40. Pembeli energi : Pihak yang membeli energi listrik.
41. Pemutus Tenaga : Pemutus Daya untuk menutup dan membuka
rangkaian listrik dalam keadaan tidak berbeban
maupun berbeban, dengan kemampuan tertentu
untuk memutus arus hubung singkat.
42. Pemutusan : Pemisahan secara listrik peralatan dari sistem
distribusi.
43. Penjual energi : Pihak yang menjual energi listrik.
44. Pentanahan : Sambungan listrik antara satu atau lebih
konduktor dengan tanah, yang diperlukan untuk
keselamatan personil, umum dan keamanan
peralatan.
45. Penyulang : Jaringan Distribusi utama pada Gardu Induk atau
Gardu Hubung.
42
http://www.djpp.depkumham.go.id
46. Peralatan : Seluruh peralatan yang terhubung dengan sistem
Pengukuran metering yang meliputi: trafo arus, trafo tegangan,
alat ukur.
47. Peralatan Proteksi : Peralatan pengaman yang berfungsi untuk
mencegah kerusakan yang lebih besar pada
peralatan listrik dan gangguan meluas.
48. PSD : Pemasok Sistem Distribusi, terdiri atas Grid dan
PSK.
49. PSKM : Pembangkit Skala Kecil dan Menengah yang
langsung terhubung ke sistem distribusi.
50. Reseller : Pihak yang membeli energi listrik dari PD dan
menjual kembali kepada konsumen akhir.
51. SCADA : "Supervisory Control And Data Acquisition
System", Sistem pengendalian dan pengukuran
jarak jauh yang digunakan untuk memantau dan
mcngendalikan Sistem Tenaga Listrik.
52. Sertifikat Laik : Sertifikat yang dikeluakan oleh lembaga
Operasi (SLO) terakreditasi sebagai dasar untuk pengoperasian
peralatan listrik.
53. Setelmen : Aktifitas yang berhubungan dengan pembacaan
dan pembayaran atas transaksi jual beli dan
penyelesaian perselisihan yang terjadi.
54. Simpul : Titik pertemuan dari satu atau lebih jaringan
distribusi pada Gardu Induk atau Gardu Hubung.
55. Sistem Distribusi : Sistem jaringan dan fasilitas terkait yang dimiliki
oleh pemegang lisensi sebagai PD, dari titik
sambung antara Grid dan PD, atau PSK dan PD,
sampai dengan konsumen akhir. (termasuk sistem
jaringan dan fasilitas yang dimiliki oleh pembeli
curah misalnya pengelola pasar, mal, apartemen,
dsb yang menjual kembali listriknya ke konsumen
akhir).
56. SNI : Standar Nasional Indonesia.
57. SOP : Standing Operation Procedure, prosedur operasi
standar yang disepakati bersama.
58. SPLN : Standar Teknik PLN.
59. Tarif Dasar Listrik : Harga jual tenaga listrik yang ditetapkan oleh
Pemerintah.
60. Terminal Meter : Terminal yang ada di kWhmeter.
61. Titik Sambung : Tempat dimana terjadi penyambungan antara
jaringan listrik PD, PSD dan Konsumen.
62. UFR : Under Frequency Relay, relai yang akan bekerja
jika terjadi frekuensi lebih rendah dari setelannya.
63. UGB : Unit Gardu Bergerak, adalah gardu distribusi
(20 kV/400V) yang dapat dipindah-pindahkan
digunakan untuk mengurangi terjadinya
pemadaman Konsumen akibat pekerjaan di
jaringan distribusi.
43
http://www.djpp.depkumham.go.id
64. Under Voltage Relay : Relai yang akan bekerja jika terjadi tegangan lebih
rendah dari settingnya.
65. Unit Pembangkit : Kombinasi penggerak-mula dan generator (dan
peralatan lainnya) yang membangkitkan daya
listrik arus bolak-balik.
44
http://www.djpp.depkumham.go.id