Anda di halaman 1dari 34

Proses Pembentukan endapan Mineral

Proses pembentukan endapan mineral dapat diklasifikasikan menjadi dua macam,


yaitu proses internal atau endogen dan proses eksternal atau eksogen.

Endapan mineral yang berasal dari kegiatan magma atau dipengaruhi oleh faktor
endogen disebut dengan endapan mineral primer. Sedangkan endapan endapan mineral yang
dipengaruhi faktor eksogen seperti proses weathering, inorganic sedimentasion,
danorganic sedimentation disebut dengan endapan sekunder, membentuk endapan
plaser, residual, supergene enrichment, evaporasi/presipitasi, mineral-energi (minyak&gas
bumi dan batubara dan gambut).

Proses internal atau endogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

1. Kristalisasi dan segregrasi magma: Kristalisasi magma merupakan proses utama dari
pembentukan batuan vulkanik dan plutonik.

2. Hydrothermal: Larutan hydrothermal ini dipercaya sebagai salah satu fluida pembawa
bijih utama yang kemudian terendapkan dalam beberapa fase dan tipe endapan.

3. Lateral secretion: erupakan proses dari pembentukan lensa-lensa dan urat kuarsa pada
batuan metamorf.

4. Metamorphic Processes: umumnya merupakan hasil dari contact dan regional


metamorphism.

5. Volcanic exhalative (= sedimentary exhalative); Exhalations dari larutan hydrothermal


pada permukaan, yang terjadi pada kondisi bawah permukaan air laut dan umumnya
menghasilkan tubuh bijih yang berbentuk stratiform.

Proses eksternal atau eksogen pembentukan endapan mineral yaitu meliputi:

1. Mechanical Accumulation; Konsentrasi dari mineral berat dan lepas menjadi endapan
placer (placer deposit).

2. Sedimentary precipitates; Presipitasi elemen-elemen tertentu pada lingkungan tertentu,


dengan atau tanpa bantuan organisme biologi.

3. Residual processes: Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu pada batuan


meninggalkan konsentrasi elemen-elemen yang tidak mobile dalam material sisa.
4. Secondary or supergene enrichment; Pelindian (leaching) elemen-elemen tertentu dari
bagian atas suatu endapan mineral dan kemudian presipitasi pada kedalaman menghasilkan
endapan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Klasifikasi Endapan Mineral

Asosiasi kelompok endapan mineral dan batuan masing-masing mempunyai cirri


asosiasi komposisi unsure kimia, dapat diklasifikasikan dalam grup tertentu, misalnya:

1. Endapan mineral magmatic dicirikan dengan kelompok unsure Cr, Ni, Ti, Cu, V, C, Bi
(Segresi); Be, B, Li, Mo, W, P, F, REE, U, Th (pegmatit); F, Cl, Sn, Mo, W, Au, Cu
(pneumotolitik); Al, Zn, W, Mo, Fe, Cu, Au, Sn (Skarn); Cu, Pb, Zn, Au, Ag, Fe, Co, B, U,
Ni, Sb, As, Hg (hidrotermal); Fe, Cu, Pb, Zn, Au (Exhalative sub marine/kuroko).

2. Endapan mineral sedimentasi dicirikan kelompok unsure Cu, Pb, Mn, Ag, Au
(Supergen); Ni, Fe, Al (residual, laterit); Au, Pt, Ti, Cr, gems (plaser); gypsum (evaporit);
mineral energi: batubara, migas (organic); lempung, pasir, pebble, gravel, karbonat, feldspar,
sirtu (klastik): karbonat (kimia, organik).

3. Endapan mineral metamorfik dicirikan kelompok unsure Au, U, Mg, Al, Pb, Cu, Zn
(regional metamorfik)

Endapan Mineral (Mineral Deposit)

Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam
maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma dan endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena
suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak
terlepas dari faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap
jenis pembentukan mineral. Adapun menurut M. Bateman maka proses pembentukan mineral
dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral, proses tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Proses Magmatis.

Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa lalu
mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada
temperatur tinggi diatas 6000 C stadium likwido magmatis mulai membentuk mineral-mineral
baik logam maupun non logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur
pendinginan pada saat itu. Early magmatis yang terbagi atas :
· Disseminated, contoh endapannya Intan

· Segregasi, contoh endapan chromit

· Injeksi, contoh magmatik Kiruna

2. Late magmatis yang terbagi atas :

· Residual liquid segregation, contohnya Magmatis Taberg

· Residual liquid injection ,contohnya magmatik Adirondack

· Immiscible liquid segregation, contohnya sulfida Insizwa

· Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein, Afrika Selatan.

3. Pegmatisme

Setelah proses pembentukan magmatisme, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)


yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini ± 6000- 4500C berupa larutan magma
sisa. Asosiasi batuan umumnya berupa granit.

4. Pneumatolisis

Setelah temperatur mulai turun ± 5500 – 4500C akumulasi gas mulai membentuk
mineral sampai pada temperatur 4500C volume unsur volatilnya makin menurun karena
membentuk jebakan pneumatolitis dan tinngal larutan sisa magma yang makin encer. Unsur
volatil akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya
kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur
volatile tersebut dengan batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang
disebut endapan pneumatolitis.

5. Proses hydrothermal

Merupakn proses pembentukan mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatut dan
tekanan yang santa rendah ,dan larutan magma yang terbentuk ini merupakan unsur volatil
yang sangat encer yang terbentuk setelah tiga tahapan sebelumnya. Secara garis besar
endapan hidrotermal dapat dibagi atas:

Ø Endapan hipotermal, dengan ciri-ciri yaitu :

· Tekanan dan temperatur pembekuan relatif paling tinggi.

· Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang
besar.
· Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya pirit, kallopirit, galena, dan spalerit serta
oksidasi besi.

· Pada intrusi granit sering berupa nedapan logam Au, Pb, Sn, W, dan Z.

Ø Endapan Mesotermal, dengan ciri-ciri yaitu :

· Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.

· Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.

· Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian
antara lain berupa crustification dan banding.

· Asosiasi mineralnya berupa sulfida, misalnya Au, Cu, Ag, As, Sb dan Oksida Sn.

· Proses pengayaan sering terjadi.

Ø Endapan Epitermal, dengan ciri-ciri sebagai berikut :

· Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.

· Tekstur penggantian tidak luas, jarang terjadi.

· Endapan bias dekat atau pada permukaan bumi.

· Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa “fissure-vein”.

· Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.

· Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”nya berupa klasit
dan zeolit disamping kuarsa.

Adapun bentuk bentuk endapan mineral yang dapat dijumpai sebagai endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling yaitu proses mineralisasi berupa
pengisian ruang-ruang bukaan atau rongga – rongga dalam batuan yang terdiri atas mineral-
mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan–bukaan batuan. , yang berupa Fissure
veins, Shear-zonedeposits, Stockworks, Ladder veins, Saddle – reefs, Tension crack fillings,
Breccia fillings

6. Replacement, atau metasomatic replacement

Replacement, atau metasomatic replacement merupakan proses dalam pembentukan


endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan mineral pada
endapan Hypothermal dan Mesothermal dan sangat penting dalam group Epithermal.
Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah di bentuk oleh proses ini,
dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfida dan dominasi pada formasi
unsur-unsur endapan mineral lainnya.
Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa
pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak di mana terjadi penggantian
suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat diartikan bahwa
penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat
kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka terbagi atas :

· Massive

· Lode fissure

· Disseminated.

7. Sedimenter, terbagi atas endapan besi, mangan, phospate, nikel dll.

8. Evaporasi, terdiri atas evaporasi laut, danau, dan air tanah.

9. Konsentrasi Residu dan mekanik, terbagi atas:

· Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dll

· Konsetrasi mekanik (endapan placers ), berupa : sungai, pantai, elivial, dan eolian.

10. Supergen enrichment

Proses dan aktivitas geologi bisa menimbulkan terbentuknya batuan dan jebakan
mineral. Yang dimaksud dengan jebakan mineral adalah endapan bahan-bahan atau material
baik berupa mineral maupun kumpulan mineral (batuan) yang mempunyai arti ekonomis
(berguna dan mengguntungkan bagi kepentingan umat manusia). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemungkinan pengusahaan jebakan dalam arti ekonomis adalah bentuk
jebakan, besar dan volume cadangan, kadar, lokasi geografis dan biaya pengolahannya.

Dari distribusi unsur-unsur logam dan jenis-jenis mineral yang terdapat didalam kulit
bumi menunjukkan bahwa hanya beberapa unsur logam dan mineral saja yang mempunyai
prosentasi relative besar, karena pengaruh proses dan aktivitas geologi yang berlangsung
cukup lama, prosentase unsur – unsur dan mineral-mineral tersebut dapat bertambah banyak
pada bagian tertentu karena Proses Pengayaan, bahkan pada suatu waktu dapat terbentuk
endapan mineral yang mempunyai nilai ekonomis. Proses pengayaan ini dapat disebabkan
oleh :

· Proses Pelapukan dan transportasi

· Proses ubahan karena pengaruh larutan sisa magma

Proses pengayaan tersebut dapat terjadi pada kondisi geologi dan persyaratan tertentu.Kadar
minimum logam yang mempunyai arti ekonomis nilainya jauh lebih besar daripada kadar
rata-rata dalam kulit bumi. Faktor perkalian yang bisa memperbesar kadar mineral yang kecil
sehingga bisa menghasilkan kadar minimum ekonomis yang disebut faktor pengayaan
(Enrichment Factor atau Concentration Factor). Dari sejumlah unsur atau mineral yang
terdapat didalam kulit bumi, ternyata hanya beberapa unsur atau mineral saja yang berbentuk
unsur atau elemen tunggal (native element).

Sebagian besar merupakan persenyawaan unsur-unsur daaan membentuk mineral atau


asosiasi mineral.Mineral yang mengandung satu jenis logam atau beberapa asosiasi logam
disebut mineral logam (metallic mineral). Apabila kandungan logamnya relatif besar dan
terikat secara kimia dengan unsur lain maka mineral tersebut disebut Mineral Bijih (ore
mineral). Yang disebut bijih/ore adalah material/batuan yang terdiri dari gabungan mineral
bijih dengan komponen lain (mineral non logam) yang dapat diambil satu atau lebih logam
secara ekonomis. Apabila bijih yang diambil hanya satu jenis logam saja maka disebut single
ore. Apabila yang bisa diambil lebih dari satu jenis bijih maka disebut complex-ore.

Mineral non logam yang dikandung oleh suatu bijih pada umumnya tidak
menguntungkan bahkan biasanya hanya mengotori saja, sehingga sering dibuang. Kadang-
kadang apabila terdapatkan dalam jumlah yang cukup banyak bisa dimanfaatkan sebagai
hasil sampingan (by-product), misalnya mineral kuarsa, fluorit, garnet dan lain-lain. Mineral
non logam tersebut disebut gangue mineral apabila terdapat bersama-sama mineral logam
didalam suatu batuan. Apabila terdapat didalam endapan non logam yang ekonomis, disebut
sebagai waste mineral. Yang termasuk golongan endapan mineral non logam adalah material-
material berupa padat, cairan atau gas. Material-material tersebut bisa berbentuk mineral,
batuan, persenyawaan hidrokarbon atau berupa endapan garam. Contoh endapan ini adalah
mika, batuan granit, batubara, minyak dan gas bumi, halit dan lain-lain.

1. Yang dimaksud dengan:

a. Ore adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya
secara ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui
penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang
bernilai ekonomis.

b. Gangue Minerals adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai hasil
sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup

c. By product: adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses manufaktur,
suatu reaksi kimia atau jalur biokimia, dan bukan produk utama atau jasa yang dihasilkan. By
product dapat bermanfaat dan berharga, atau dapat dianggap limbah. Air juga bisa menjadi
produk sampingan ketika reaksi menyebabkan karbon dioksida.

d. Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila kandungan
logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain disebut mineral bijih (ore-
minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat logam dan sebagian bersifat non logam
(bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua, yaitu logam murni dan logam campuran.
Logam murni digunakan dalam kondisi murni tanpa campuran. Contoh logam murni adalah
emas, timah, seng, dan aluminium. Biasanya kaleng minuman menggunakan aluminium
murni. Sementara kabel listrik terbuat dari tembaga murni.

e. Waste Minerals adalah mineral non logam yang tidak ekonomis

2. Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang untung
jika ditambang.. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya,
bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan
sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga
bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut
menghasilkan timbunan limbah (tailing).

Pembagian kelompok mineral bijih:

a. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi dalam
batuan tersilisifikasi.

b. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.

c. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna
gelap, galena, barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit,
markasit, serta sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.

d. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam
tubuh yang terpisah- pisah.

e. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)

f. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

4. Tipe-tipe endapan yang terbentuk secara sekunder


Proses pembentukan endapan ini sangat di dominasi oleh media air permukaan, sehingga
jejak-jejak pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul menggambarkan
manifestasi tersebut.
Tipe endapan ini terbagi atas:
a. Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi
Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan
mengalami transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material
lain. Proses dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru
dinamakan dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba
mengenal secara kimia penyebab suatu dispers. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi
kimia yang terjadi di permukaan bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi
primer oleh proses yang biasanya terjadi di permukaan, antara lain proses pelapukan,
transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada proses sedimentasi dapat berupa
partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat.
b. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik
Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari
residu. Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir
dan berat jenis disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au,
kasiterit, magnetit, monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb
c. Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia
• Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi
Fe dan umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi elemen logam dekat
permukaan tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi
konsentrasi larutan logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama
air tanah yang kemudian mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat
oleh penukaran kation antara Fe dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral
lempung itu sendiri.
• Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang
umumnya mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi
dibandingkan kandungan di laut. Kadar air laut mempunai elemen yang rendah. Sebagai
contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang
berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai keadaan yang khusus
5. Tipe endapan yang terbentuk karena aktivitas vulkanik
Aktivitas vulkanik dapat menghasilkan endapan mineral baik logam maupun non logam.
Endapan tersebut terbentuk karena proses sublimasi gas atau uap yang dikeluarkan oleh
aktivitas vulkanik. Air tanah dan air meteoric disekitar daerah vulkanik juga dapat
menghasilkan endapan mineral tertentu. Contoh mineral : belerang, fosfor, dan mineral logam
Pb, Zn, Bi, Fe.

Disamping menghasilkan mineral, aktivitas vulkanik juga menghasilkan panas bumi yang
dimanfaatkan untuk energi panas bumi (geothermal energy).

6. Tipe endapan yang berasosiasi dengan batuan intrusi dan tipe endapan
Deposit Kuroko merupakan salah satu wakil dari deposit sulfida volcanogenic besar di dunia.
Hal ini ditandai oleh logam simpanan kelas dasar yang tinggi untuk mengandung cukup
jumlah emas dan perak. Deposito tersebut telah dieksplorasi sebagai sumber utama logam
mulia dan logam mulia di dunia.
Dalam kasus Jepang, hampir semua deposito dihasilkan dalam berumur Miosen sehingga ada
banyak. contoh dan unmetamorphosed pelat badan kaku.Kuroko mengacu pada model
endapan yang terdapat di salah satu distrik yang terdapat di Jepang bagian Utara yang
mengandung kumpulan dari karakteristik horizon bijih dalam suatu tatanan geologi khusus
7. Klasifikasi Endapan Mineral
a. Beck, 1904
• Primary
 Syngenetic
 Magmatic segregations
 Sedimentary ore
 Epigenetic
 Vein
 epigenetic deposits not vein
• Secondary
 Residual
 Placers

b. Irving, 1908
• Bedrock deposits
 Syngenetic
 Iqneous
 Sedimentary
 Epigenetic
 cavity fillings
 replacement
 contact-metamorphic deposits
• Disintegration deposits
 Mechanical
 Mechanical

8. Karakteristik dan tipe endapan di Sangkaropi


a. Bijih hitam (Kuroko) percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap,
galena, barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit,
serta sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil
b. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko) yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh
yang terpisah- pisah.

Proses Pembentukan Mineral


Pengertian Mineral
Dalam mendefinisikan mineral, hingga saat ini masih belum didapatkan kepastian
untuk menerangkan pengertian dari mineral tersebut. Karena memang belum didapatkan
kesamaan pendapat oleh para ahli tentang hal ini. Namun pada umumnya dikenal dua defenisi
mineral, defenisi klasik yang disimpulkan sebelum tahun 1977 dan defenisi kompilasi yang
disimpulkan setelah tahun 1977.
Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk
secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap.
Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan
komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya
berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu.

Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang
termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral
mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam
yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan
karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa
tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara,
minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-
garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui
(senyawaan organik biasanya tidak termasuk).

Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari
pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian
mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.

Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat
yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis
dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa
menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman
untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada
sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :

1. Suhu Kohesi

Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya
tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam
suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau
komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi
oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.

2. Reaksi Terhadap Cahaya

Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya.
Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan
penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama
pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksi-reaksi yang terjadi pada mineral akan
menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores,
kilap, transparansi dan perputaran warna.

3. Perawakan Kristal

Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral


yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama
mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak
terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral.
Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral.

4. Sifat Kelistrikan

Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga
meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada dua jenis sifat
kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat
menghantarkan listrik (isolator).

5. Sifat Radioaktivitas

Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral
tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β, dan γ. Ada mineral-
mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv
sepertiUranium(U),Radium(Ra),Thorium(Th),Plumbum(Pb),Vanadium(V)
dan Kalium(K).Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-
mineral ikutan atau mineral-mineral yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral
radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan untuk
mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time).

6. Gejala Emisi Cahaya

Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-
proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor
yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-
menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut
merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang
cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral
yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7. Bau dan Rasa

Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:

¨ Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).

¨ Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter

¨ Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral
diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :

¨ Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).

¨ Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.

¨ Rasa Witter atau rasa pahit.

Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan


bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen
(bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan
dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus
hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.

Mineral Pembentuk Batuan


Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas :

1. Felsic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah
serta mempunyai berat jenis kecil atau ringan.
Contoh : Quartz, Feldspar dan Feldspatoid
2. Mafic mineral, tersusun dari mineral-mineral yang berwarna gelap dan
mempunyai berat jenis besar atau berat.
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.

Mineral Felsic (Mineral Terang)

A. Quartz (Kuarsa)

Mineral kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan


kombinasinya. Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat jenis dari
mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna pada kuarsa dapat
jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat inklusi dari gas, cairan atau
mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur pengotor dan sangat mempengaruhi
warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian
kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan pada kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan
dalam industri, khususnya yang berkaitan dengan gelas (kaca).

Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk batuan
yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul dengan warna seperti
asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”. Kadang-kadang juga dengan warna ungu
atau merah-lembayung (violet). Nama kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah
massip atau merah-muda, kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini
disebabkan karena adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.

B. Feldspar

Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :

1. Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,

pertite, dan antipertite.

2. Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,

bytownite dan anorthite (calsic).

Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu), feldspar
ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas) dan Plagioklas.

¨ Orthoclase (Potassium feldspar)

Orthoklas adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars)


adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya prismatik,
umumnya berwarna merah daging hingga putih.

Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis
mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin, mempunyai
kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan sebagai bahan baku
dalam industri keramik.

¨ Plagioklas feldspar

Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik, umumnya
berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung Natrium dikenal
dengan mineral Albite, sedangkan yang mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76. plagioklas
ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk kembaran. Komposisi
kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.

C. Feldspatoid

Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan mineral
ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila dalam suatu batuan
terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk adalah feldspar dan tidak akan
terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang termasuk feldspatoid adalah nepheline, leusite,
sodalite, scapolite, carcrinite dan analcite. Namun yang umunya dapat ditemukan hanyalah
nepheline dan leucite.

¨ Nepheline (KNaAl2Si2O4)

Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal,
walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari mineral ini
adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan nepheline adalah 5,5
sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65. Kilap pada nepheline adalah
kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap minyak. Belahan permukaannya berbentuk
prisma yang terdapat dalam kristal-kristal besar. Nepheline sering ditemukan dalam bentuk
“dike” pada batuan beku.

¨ Leucite (KaISi2O8)

Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah
trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan nama fine
grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai dengan 6 dan nilai
berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya adalah putih keabu-abuan.

Mineral Mafic (Mineral Gelap)


A. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)

Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk pada
temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt dan ultramafic.
Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine dikenal dengan batuan
Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0. mineral
ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine ditemukan pada batuan beku
basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.

B. Piroksin

Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki hubungan
erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia walaupun mereka mengkristal
dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic dan monoklin. Secara struktur, piroksin
terdiri dari mata rantai yang tidak ada habisnya dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-
sama secara lateral oleh ion-ion logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak
berikatan langsung dengan silicon.

Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana symbol


W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.

W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti

X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil

Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan beku
vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang dalam batuan
plutonik, piroksin adalah Augite.

C. Amphibole (Horblende)

Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe), Magnesium
(Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen (O). Hornblende tampak
berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku
dan batuan metamorf.

D. Mica

Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang bervariasi,
dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) , silicon (Si) dan air (H2O).
Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga
oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga komposisi dan valensinya diwakili oleh
(Si4O10)ˉ4.

Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na


dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).

X,Y = Al, Li, Mg, Fe


Z = Ai, Al.

Untuk belajar lebih lanjut tentang mineral dan tatacara pendeskripsiaanya silahkan buka
di arsip posting saya yg sebelum atau bisa juga klik disini;
http://adf.ly/URmZ5

Proses terbentuknya Endapan Bahan Galian


Diposkan oleh Najib ARANGI PANJAH di 5:05 PM
Label: Bahan Galian, Pertambangan
Bahan galian adalah produk dari suatu magma dimana magma merupakan larutan
silica panas yang kaya akan elemen-elemen volatile dimana magma tersebut berada
jauh di bawah permukaan bumi yang kemudian melalui reaksi panas
dari massa padatan.

Macam-macam proses pembentukan bahan galian:

1. Metamofic concentration
2. Sublimation
3. hydrothermal processes

a. Cavity filling
b. Replacement

4. Sedimentation
5. Metamorphism

1. Magmatic Concentration
Terbentuknya bahan galian karena adanya diff dari magma. Magma sebagai
cairan panas dan pijar merupakan sumber dari jebakan bijih yang terjadi dari
bermacam-macam komponen, dimana dari masing-masing komponen mempunyai
daya larut yang berlainan. Pada waktu magma naik ke permukaan bumi,
maka temperature dan tekanannya akan turun. Akibatnya terjadi kristalisasi, dimana
komponen yang sukar larut akan mengkristal lebih dahulu sebagai terbentuk
endapan bijih.

Proses magmatic concentration dibagi atas:

I. Early magmatic

Early magmatic disebabkan karena terjadi langsung dari proses magmatic


mineral yang terjadi lebih cepat dari membekunya batuan silikat dan dipisahkan oleh
kristalisasi diff.

A. Dissemination
Dimana mengkristalnya mineral-mineral terpencar tanpa adanya konsentrasi.

Contoh:

1. Cebakan intan di Africa Selatan didapat pada batuan ultrabasa yang disebut
kimberlite. Intan ini dianggap sebagai Phenocryst yaitu kristal-kristal besar yang
mengkrital dalam magma yang dalam sekali yang kemudian terangkat bersama
magma sehingga didapat sebagai kejadian yang sekarang.

2. Cebakan Corundum dalam batuan nepheline syenit di Ontaria, Canada.

B. Segregation

Terjadi dari hasil gravity diff dan akumulasi dari mineral-mineral.

Ciri-ciri jebakan ini:

- hubungan dengan magma jelas

- endapan terdapat dalam lingkungan intrusi

- karena adanya gravity dif, maka dalam teksturnya menunjukkan


pseudootrasigrafi.

Contoh:

1. Cebakan chromite di Transvall, Africa Selatan dalam batuan anorthosite yang


mempunyai lapisan Cr 20-30 inch.

C. Injection

Bijih mineral terkonsentrasi oleh adanya kristalisasoi diff, kemudian massa ini
menerobos masuk ke dalam celah-celah batuan sekelilingnya. Hubungan struktur
dari jebakan dengan batuan yang diterobosnya jelas sekali menunjukkan adanya
injection.

Ciri-cirinya:

- adanya fragmen-fragmen batuan di dalamnya.

- Terdapat dike atau badan intrusi yang lain di dalam batuan aslinya.

- Terjadi metamorphose pada dinding batuan.

Contoh:

1. Cebakan Titaniferous magnetite di Cubarland.

2. Cebakan magnetite di faruna Swedia.

II. Late magmatic


Jebakan menghasilkan kristal setelah terbentuk batuan silikat sebagai bentuk
sisa magma yang lebih kompleks dan mempunyai corak dengan variasi yang lebih
banyak. Magma dari endpan late magmatic mempunyai sifat mobilitas tinggi.

Jebakan ore mineral late magmatic terjadi setelah terbentuknya batuan silikat
yang menerobos dan bereaksi dan menghasilkan rangkaian reaksi.

Perubahan ini disebut Deuteric alteration yang terjadi pada akhir kristalisasi dari
batuan beku dan cirri-cirinya hampir mirip dengan efek yang dihasilkan proses
pneumatolytic atau larutan hydrothermal.

Jebakan late magmatic terutama berasosiasi dengan batuan beku yang basic
dan disebabkan oleh bermacam-macam proses differensiasi, kebanyakan jebakan
mgmatic termasuk dalam golongan ini.

A. Residual Liquid Segregation

Dalam proses diff magma, residual magma umumnya lebih kaya akan silikat
alkali dan uap air. Twetapi pada jenis magma yang basic menjadi kaya oleh Fe dan
Ti. Ini adalah magma yang utama yang menghasilkan anorthosite. Plagiocelah
mengkristal pertama-tama dan Fe oksida dengan atau tanpa piroxenne mengkristal
belakangan. Resudual liquid tadi mungkun menerobos keluar atau bisa juga
trepisah dari rongga-rongga kristal dari dapur magma dan mengkristal disitu tanpa
perpindahan.

Beberapa badan bijih yang terjadi cukup besar dan kaya untuk membetuk
jebakan yang berharga. Jebakan ini umumnya sejajar dengan struktur primer btuan
sekitarnya yang umumnya terdiri dari anhorthsite, norite, gabro atau batuan lain.

Contoh:

1. Cebakan Titanifereous magnetite di Bushveld complex di Afrika Selatan.

2. Cebakan platinum di Iron Mountain, Wyo.

B. Residual Liquid Injection

Proses ini hampir sama dengan diatas, dimana kumpulan residual liquid yang
banyak mengandung Fe oleh adanya tekanan dari luar menyebabkan :

- Liquid menerobos keluar ke tempat yang tekanannya lebih rendah ke dalam celah
atau perlapisan batuan di atasnya.

- Jika pengumpulan liquid ini tidak terjadi, maka residual liquid yang kaya Fe akan
terfilter keluar membentuk late magmatic injection deposite.

C. Immiscible Liquid Segregation


Dalam sisa magma yang basic dari Fe-Ni-Cu Sulphide berupa saat pendinginan
mereka memisah membentuk bagian yang tidak bisa bercampur mengumpul pada
dasar sumber magma membentuk larutan yang terpisah.

Contoh:

1. Di Sudbury Ontario, Canada terdapat cebakan bijih Ni dalam bentuk lensa yang
teratur pipih disebut Marginal Deposite. Keseluruhan ini terdapat dalam batuan
norite brexia dimana mineral-mineralnya adalh pyrrhotite, Chalcopyrite, Petlandite (
bijih Ca dan Ni ), magnetite, pyrote.

2. Cebakan Ni, Cu Sulphide di Insizwa Afrika Selatan, mineral Pyrrhotite,


Chalcopyrite, Petlandite dalam batuan gabro yang kontak dengan sedimen. Di
samping itu terdapat pula au dan Ag.

D. Immiscible Liquid injection

Proses ini hampir sama dengan proses Immiscible Liquid Segregation di atas.
Dimana pada residu liquid yang kaya akan suphide diselingi gangguan sebelum
konsolidasi sehingga menyebabkan liquid menerobos ke dalam celah-celah batuan.
Bentuk jebakan tidak teratur atau dapat mirip bentuk dike.

Contoh:

1. Cebakan di Vlacfontein, Afrika Selatan.

2. jebakan Nickel di Norwegia.

2. Sublimation

Proses ini termasuk suatu proses yang kurang begitu penting dalam ganesa
bahan galian.

Dalam proses sublimasi terjadi penguapan yang langsung dari bentuk badan
kemudian diikuti ore deposit/pengendapan dari uap tersebut pada temperatur atau
tekanan yang lebih rendah. Proses ini berhubungan erat dengan gejala vulkanis
adalah endapan minerqal yang terdapat disekitar gunung api fumarol, dimana
kebanyakan tidak cukup besar dikerjakan, yang penting hanya beberapa endapan
Sulphide, misalnya di Itali, Jepang, dan Indonesia. Sedang beberapa endapan yang
tidak ekonomis seperti endapan cloridha Fe, Cu, Zn: Oksida Fe, Cu, boracic acis
dan logam – logam alkali lainnya.

3. Hyrothermal Processes

Dalam poses diff. Magma akan menghasilkan product akhir berupa larutan
magma dimana didalamnya dapat terkonsentrasi bermacam-macam meta, disebut
juga larutan hydrothermal. Larutan hydrothermal ini mengangkut mineral-mineral
yang terkumpul didalam intrusi membentuk cebakan mineral-mineral yang ekonomis.
Sesuai dengan temperatur pembentukannya dan jarak terhadap intrusi magma,
menurut Lingren, proses hidrothermal dapat dibedakan atas tiga macam yaitu :

1. proses pada temperatur tinggi --- ------ hypothermal.


2. proses pada temperatur intermedia ---- mesethermal
3. proses pada temperatur rendah --------- epithermal

TABEL 1

Pengaruh dari Tiap Proses pada Beberapa Batuan

NO BATUAN HASIL

1. - kapur - silification

- lava - aluminite, chlorite, pyrite, secyrite, clay

2. Ephithermal

- igneous intrusi - cholorite, epidote, calcite, quartz, secirite,


clay mineral

3. Mesothermal
- silicified to jasperoid, dolomite, siderite.
- kapur
- silification, clay mineral.
- shale lava
- siriciyte, quartz, clay.
- batuan acid
- serpentine, epidote, chlorite.
- batuan besic

4. Hypothermal
- gnesses, topaz, mika.
- granitic
- tourmaline, pyroxine, amphibole.
-schist lava

Syarat – syarat utama untuk pembentukan hydrothermal deposite.

- Adanya larutan mineralisasi yang meralut dan mengankut unsur-unsur mineral.

- Adanya celah-celah dalam batuan tempat larutan mengalir ”E”

- Adanya tempat pengendapan mineral yang terkadung larutan

- Reaksi kimia yang ,emyebabkan pengendapan.


- Cukupnya konsentrasi dari unsur-unsur minreal yang diendapkan untuk
membentuk cebakan yang ekonomis.

Celah rekahan dalam batuan tempat bergeraknya larutan mineralisation


dibedakan atas :

I. Original cavities in rock

1 Pore space

2 Crystal latticos

3 Vesicles or ”blow holes”

4 Lava drain channels

5 Cooling Cracks

6 Igneous breccia cavities.

7 Bedding planes.

Dalam keterangan yang lebih lanjut adalah sebagai berikut :

a. Rongga asli (rock opening)

1. Pore space = antar butir (porosyte)

Permeability batuan tergantung pada :

- ukuran dan bentuk rongga

- jumlah rongga dalam satu bidang

- hubungan antar rongga

2 Struktur kristal adalah rongga antara atom-atom kristal-kristal hanya dapat


ditembus dengan cara difusi.

3 Visicle blow hole yakni rongga-rongga yang terjadi karena gas yang keluar
sewaktu magma membeku (lava basalt dan rhyolite)

4 Volume flow drains yaitu pipa/saluran yang terjadi karena magma mengalir.

5 Colling cracks celah yang terjadi sewaktu magma mendingin columnar jointing.

6 Igneous breccea celah yang terjadi sewaktu magma mendingin columnar jointing.

7 Bidang perlapisan tempat terbaik bagi proses hydrothermal.


II. Induced civities in Rock

1. Fissures, with or without faulting

2. Shear-zone cavities

3. Cavities due to folding and warping

a. Saddle reefs

b. pitches and flats

c. anticlinal and synclinal cracking and slumping

4. Volcanic pipes

5. Tectonic breccias

6. Collapse breccias

7. Solution caves

8. Rock alteration opening

Untuk keterangan selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

b. Rongga yang terjadi kemudian.

1. Fissure dalam batuan karena terjadi dijasnasi

2. Shear holes cavity patahan kecil dalam batuan

3. Rongga karena perlipatan (saddle reef) sedimen yang mengalami gravitasi


perlengkungan rongga

4. Vulcanic pipe rongga di batuan karena peledakan

5. Breksi tektonik karena gejala patahan membentuk rongga-rongga antarfragmen

6. Solution cavi rongga-rongga dibatu gamping karena pelarutan

7. Callapse breccea gejala callapse—rongga

8. Rongga alderasi batuan yang mengalami alderasi mineral tak stabil akan keluar
meninggalkan rongga.

Proses hydrothermal termasuk salah satu proses uang penting dalam


pembentukan bijih, karena bijih-bijih sulphide Fe,Pb,Zn, dan Cu dihasilkan oleh
proses ini.

Dua proses penting dalam proses ini adalah :


A. Cavity Filling (pengisian celah batuan)

B. Replacement (dalam proses ini mineral-mineral yang terbentuk lebih dahulu


direplace/diganti oleh mineral yag datang kemudian)

A. Cavity Filling (Pengisian celah batuan oleh larutan mineral)

Pengendapan dari mineral dalam proses ini akan mengisi celah dalam lorong
pada umumnya terjadi dari dinding batuan menuju ke dalam secara berturut-turut.

Lubang yang terakhir proses tidak terisi disebut “Vugs”. Cara pengisian celah
batuan secara bertahap ini disebut “Crustification”

Proses cavity filling telah menghasilkan banyak cebakan mineral yang bentuk
dan ukurannya bermacam-macam dan beberapa dari cebakan telah menghasilkan
kumpulan meter dari mineral mineral yang besar.

Cebakan yang terbentuk dari cavity filling dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Fissure veins

2. Shear-zone deposite

3. Stock works

4. Saddle reefs

5. Ladder veins

6. Pitches and flats;Fold cracks

7. Breccia-filling deposite:Vulcanic,callapse,tectonic

8. Solution cavity filling:cave,channel,gash vein

9. Pore space filling

10. Vesicular fillings

1. Fissue Veins

Bentuk kebanyakan dari tabular pipih atau dua dimensi lebih besar dari dimensi
ketiga. Celah tempat mineralisasi terjadi karena gerakan tectonic patahan.
Peleburan juga sering terjadi pada bagian yang lemah oleh gaya mineralisasi pada
waktu masuknya mineralisator.

Bentuk celah batuan yang terjadi tergantung pada batuan induknya, dapat
simple atau beraneka macam.
Fissure (urat) yang terdapat dalam batuan diiisi oleh mineral. Fissure terjadi
karena adanya pengaruh tention compression atau gaya tersendiri terhadap batuan,
kedudukannnya vertikal atau bersudut 45o-90o. umumnya fissure tidak lurus baik
pada strike atau dipnya.

Contoh : Cebakan Cu di Montana, dikenal sebagai The Range Hill of Earth.


Susunan mineral terdiri dari: calcopyrite, enorgite, bornite, chalcosite, tetradite dan
covelite. Sedangkan batuan terdiri dari quartz dan quartz monzolite yang dimana
terjadi suatu sistem patahan sebagai mineral-mineral.

2. Shear-zone deposite (sesaran)

Bentuknya tipis pada daerah sesaran. Ruangan yang terjadi pada sasaran ini
tidak cukup untuk pengumpulan non ferrous metal sebagai cebakan ini
pengumpulan telah banyak membentuk endapan yang ekonomis dalam endapan
primernya. Contoh : cebakan Au dengan Phyrite di Atago New Zealand.

Umumnya berbentuk tabung atau tabular tetapi membentuk rongga yang tipis
dan jarang dalam jumlah yang besar karena kesempatan untuk mengendap kecil-
kecil.

3. Stockworks

Stockworks adalah jalinan (rangkaian) oro bearing veinless dalam massa


batuan. Tiap veinlet lebar beberapa inchi dan panjangnya beberapa feet. Daerah
diantara veinlet sendiri diliputi juga oleh bijih mineral “F”.

Contoh : cebakan Sn di Altenberg yang diliputi rangkaian celah jaringan


mineral dengan diameter 3000” yang memotong batuan granite porpyri. Mineral-
moneral peserta pyrite,chalcopyrite. Terrahedrite, magnetite, specularite.

Stockworks veinlet terbentuk dari :

1 Rekahn pada waktu pendinginan bagian atas atau nagian tepi dari batuan intrusi.

2 Rekahan yang tidak teratur

Contoh:

- Endapan Sn alluvial di Malaysia dan Indonesia berasal dari desintegrasi


stockworks deposite

- Cebakan Au dan Ag di Quartz Hill, Gilpin Colorado

4. Saddle Reef
Lekukan antiklinal pada batuan sedimen yang berlapis dimana terjadi rongga
pada lapisan yang kemudian diisi oleh larutan Hydrotermal lalu membentuk cebakan
bahan galian bentuk seperti pelana (saddle).

Contoh : cebakan Au di Bendigo. Batuan terdiri dari sandstone yang mengandung


rekahan yang diisi quartz yang mengandung Au dengan mineral pyrite dan
arsenopyrite (mesothermal lindgren).

5. Ladder Vein

Menurut Grout, rongga-rongga terjadi karena adanya pengaruh tangensial


disamping adanya kontraksi pada waktu pendinginan batuan. Celah-celah ini
kemudian diiisi oleh mineral yang dapat membentuk cebakan yang ekonomis.
Ladder vein deposite terjadi pada joint/celah yang memotong dike bila dike vertikal
maka celah horizontal.

Contoh:

- The Morning Star Gold Bearing Dike di Victoria Australia

- Endapan Au di Alaska yang terdapat bersama pyrolusite, tourmalin (apecific


catathermal disamping pengaruh albitasan)

6. Pitches and Flat (Fold Cracks)

Terjadi karena gaya penurunan sebuah sinklinal, sebagai lapisan sedimen


dapat menjadi retak-retak. Dalam retakan dilalui larutan mineralisator sehingga
terbentuk cebakan bahan galian.

Cebakan ini umumnya pada daerah kapur dan dapat menghasilkan bahan
yang ekonomis.

Contoh: Pitches and flats Pb-Zn deposite di Missisipi Valley (galena)

7. Breccia Filling Deposits

Bentuk dan susunan cebakan ii tidak teratur rongga dan yang terjadi di sini
dengan breccia berasal dari :

- Volcanism

- Collapse

- Tectonic

Volcanic breccia deposit. terjadi karena aktivitas eksplosif gunung api dimana
menghasilkan kepundan yang vertikal atau synklin yang kemudian diisi oleh
breccia. Bahan galian terbentuk diantara fragmen batuan.

Contoh:
- Tambang Au di Bull Domingo dekat Lake City Colorado.

- Tambang Cu di Braden Chili dengan kadar 2,3% Cu. Intrusi batuan andesite
monzonite/porpyry dalam andesit lava berumur tersier.

Mineralnya: Chalcopyrite, bornite, pegmatite, siderite, quartz, specularity, tourmaline.

Collapse Breccia Deposite. Cebakan ini terjadi karene adanya guguran dari
batuan yang masuk ke dalam larutan yang ada di bawahnya, sehingga terjadi
batuan breccia yang mengandung rongga-rongga lapisan terjadinya mineralisasi
dalam rongga tersebut.

Contoh:

- Cebakan Cactus pipe di Utah AS. Mengandung Ag, Pb dan Zn

- Cebakan Zn di Appalachian AS dalam daerah kapur uang telah berubah menjadi


dolomit, terdapat sebagai shpalerite dengan calsite yang mengisi batuan tersebut.

Tectonic breccia deposite. Breccia terbentuk oleh adanya patahan sesar dan
intrusi atau gaya-gaya tectonic lain sehingga didapatkan bermacam-macam bentuk
breccia.

Contoh:

- cebakan Pb dan Zn di Arkansas dalam bentuk mineral sphalerite yang terjadi


bersama-sama scondary chert/dolomite yang diselingi dengan quartz. Endapan ini
terdapat dalam batu kapur orthovisium.

8. Solution Cavity Filling

Umumnya terjadi pada daerah kapur. Karena kerja dari air permukaan kapur
yang mengandung CO2 sehingga melarutkan lapisan kapur yang terletak sebelah
ata dari permukaan air tanah. Dalam rongga dapat terbentuk mineralisasi sehingga
pengisian di samping dan seterusnya terjadi pelebaran pada rongga-rongga
tersebut. Cebakan yang terjadi disebut ”Cave deposite”.

Contoh:

Gua-gua yang terjadi di Wisconsin dan Illionis, terdapat Zn, Pb ore dan Oksida Cu,
Pb, Zn, Vanadium dan logam-logam lainnya.

9. Poreshace Filling

Rongga tempat terjadinya bijih adalah pori-pori batuan, umumnya endapan


minyak, gas alam dan air. Tetapi mungkin juga terdapat besi-besi.

Contoh:
cebakan Cu dalam pori-pori sand stone yang dikenal sebagai Red Bed Ores di
Texas, Mexico, Arizona, Colorado dan Utah.

10. Vesicular Filling

Terjadi karena gas yang keluar ketika pendinginan yang basalt yang kemudian
vesikular ini dapat diisi larutan hydrothermal yang membentuk bahan galian.

Contoh:

cebakan Cu di Lake Superior yang telah ditambang sejak abad 17. Cu terbesar
dalam batuan amydoloid.

B. Replacement

Proses yang penting bagi endapan epigenetic atau disebut juga metasomatic
replecement mencakup pembentukan mineral pada pada suhu pypothermal,
mesothermal dan terutama epithermal. Dalam proses ini terjadi pseudomorphose
dengan adanya penggantian mineral, karena bertemunya mineralisator dengan
mineral-mineral yang tidak stabil. Tempat mineral yang satu diganti dengan mineral
yang lain karena pengaruh difusi dengan adanya gerakan ion-ion dalam larutan yang
konsentrasinya berlainan. Pertimbangan replacement tergantung pada sifat-sifat fisik
dan kimia dari batuan induk

Proses replacement dibagi 3, yaitu:

1. Dimulai dari celah batuan. Dinding celah yang mula-mula direplace kemudian
berlangsung terus-menerus ke dalam sampai pada batuan samping yang
merupakan batas proses replacement. Proses ini menghasilkan ”massive ore body”.
Contoh: Cebakan bijih Sulphida di Kennecott, Alaska.

2. Melalui suatu rekahan yang merupakan center, kemudian menyebar, sehingga


dapat menyebabkan high grade ore body yang massive atau tak teratur.

3. Secara multiplace center, karena batuan sampingnya mudah diserap oleh larutan
mineralisasi sehingga menimbulkan cebakan yang terpencar (dissominated ore).

Proses replacement dapat juga terjadi karena adanya mineralisator yang


berupa gas, uap, air panas dan pada suhu rendah dengan mineralisasi komponen
sederhana.

Bentuk endapan replacement disebut replacement vein. Dibandingkan


dengan fissure vein, pengaruhnya lebih luas dan perubahannya tidak teratur.

Contoh: Cebakan galena vein di Idaho. Lebar daerah mineralisasi 40”, dip
48odapat diikuti sedalam 4500”. Kristalisasi terjadi karena intrusi dua batuan
monzonite. Umur paefaceus ke dalam formasi fine grade silicated quartzcite.
Cebakan yang terbentuk dari replacement dapat dibagi atas:

- Massive deposite

- Replacement Lode deposite

- Disseminated deposite

4. Sedimentation

Endapan sediment adalah endapan yang terbentuk dari proses pengendapan


dari berbagai macam mineral yang telah mengalami pelapukan dari batuan asalnya,
yang kemudian terakumulasi dan tersedimentasikan pada suatu tempat.

Endapan sedimentasi dapat dibagi menjadi:

A. Proses pembentukan endapan residu

Pada prinsipnya pembentukan endapan residu akan terbentukjika ada


sumber, dimana sumber batuan berasal dari batuan yang sifatnya pembawa mineral
/ unsure seperti Ni, Fe, Cr, Ti, Pt, Co, C, Al ,Cs, unsure tanah jarang dan yang lainya
.Bisa juga terbentuk dari mineralisasi primer seperti endapan magmatik awal atau
ensdapan magmatik akhir (cromit, nikel, magnetit, titan dan lainya). Sumber untuk
pembentukan endapan residu umumnya berasal dari batuan pembawa seperti
granit, granodiorit batuan beku ultra basa serta endapan mineralisasi.

Perbedaan yang paling mendasar dari pembentukan endapan residu dengan


endapan magmatik awal, magmatik akhir dan hidrotermal adalah tekanan dan
temperature pembentukan, dimana pembentukan endapan ini tidak dipengaruhi oleh
tekanan dan temperature yang berasal dari magma.

Pembentukan endapan residu dipengaruhi oleh gaya-gaya geologi yang


bersumber dari luar bumi (eksogen), khususnya pelapukan kimia dan fisika
pelapukan akan berlangsung pada seluruh batuan dan endapan mineralisasi yang
telah tersingkap dipermukaan bumi, dimana intensitas pelapukannya sangat
ditentukan oleh komposisi kimia dari endapan mineralisasi, serta iklim yang yang
berlangsung didaerah tersebut, khususnya curah hujan.

Selain iklim dan komposisi kimia batuan, yang berpengaruh terhadap


pelapukan kimia, factor lainnya adalah komposisi fisik batuan, struktur geologi,
porositas dan tektonik.

Hubungan iklim dengan komposisi kimia batuan, dimana untuk iklim tropis
dengan curah hujan tinggi, maka pelapukan kimia dan fisik akan maksimal. Pada
batuan atau mineralisasi yang bersifat basa – ultrabasa, bila kontak dengan udara
atau air hujan akan terjadi pada pelapukan kimia dan fisiknya yang maksimal.
Sedangkan batuan yang bersifat asam sampai dengan intermedier bila terjadi
kontak dengan udara dan air hujan pelapukan yang terjadi tidak semaksimal seperti
batuan yang bersifat basa-ultrabasa. Kondisi ini sesuai dengan reaksi bown’s yang
mana batuan yang bersifat basa-ultrabasa terbetuk duluan dan akan melapuk lebih
dulu dibandingkan dengan batuan yang mengandung mineral asam–intermedier.air
hujan relative melarutkan mineral karena air hujan mengandung CO2 dan sedikit
asam dari atmosfir.

Hubungan sifat fisik batuan, struktur dan tekstur dengan pembentukan


endapan residu, bila struktur geologinya rapat (patahan dan rekahan) dan porositas
tinggi, maka pelapukan kimia dan fisika akan maksimal, dibandingkan struktur yang
jarang dan porositas yang kecil. Hal ini disebabkan air hujan akan terakumulasi baik
pada struktur geologi rapat dan porositas yang tinggi.

Hubungan kondisi tektonik dengan pembentukan endapan residu adalah


pada daerah dengan kondisi pengangkatan berangsur, setelah pengangkatan awal
yang terletak pada lereng topografi yang tidak kritis, maka hasil pelapukan akan
tebal, sebab fluktuasi permukaan air tanah akan berangsur dan membentuk
penampang pelapukan akan menebal sampai ratusan meter.

Pelapukan pada pembentukan endapan residu ini sebagai:

- Menghancurkan (Pelapukan Fisik, kimia, dan biologi), memeindahkan dan


mengumpulkan.

- Mengubah material kurang berharga menjadi material berharga.

- Melepaskan mineral aksesoris yang resisten melalui proses desintegrasi mineral


batuan disekitarnya.

Kondisi pelapukan batuan terhadap endapan bijih dan non logam dipengaruhi
oleh pH dan eH dari media penyebab dan lingkungannya. Dimana untuk batuan
yang tersusun oleh mineral-mineral mafic, Plagioklas basa dan batuan karbonat
akan intensif dipengaruhi oleh air hujan yang bersifat asam. Kondisi ini disebabkan
oleh pembentukan batuan tersebut, terutam batuan beku ultra basa. Terjadi peda
lingkungan basa dan temperature tinggi (1500 C) sedangkan air hujan bersifat asam,
sehingga kondisi ini bertolak belakang yang menyebabkan batuan mudah
mengalami pelapukan.

Kehadiran mineral-mineral/unsur-unsur tertentu pada hasil pelapukan


berhubungan erat dengan mobilitas mineral-mineral tersebut terhadap proses
pelapukan normal.

Presentase kehadiran unsure-unsure logam, non logam dan unsure lain


dipengaruhi oleh mobilitas dan ketahanan mineral terhadap proses reduksi, oksidasi,
karbonisasi, berat jenis serta posisinya terhadap zona pelapukan. Dibawa zona
oksidasi maka unsure yang memiliki mobilitas lebih tinggi dan tidak terpengaruh oleh
proses oksidasi serta memiliki berat jenis lebih besar akan lebih benyak dijumpai.
Setelah endapan bijih terbentuk, dan kemudian tersingkap di permukaan,
maka akan mengalami pelapukan yaitu pelapukan fisik dan kimia. Jika pelapukan
kimia dominant dan proses erosi relative tidak mempengaruhi, maka akan terbentuk
endapan residu dibagian atas endapan bijih.

Akibat pengaruh pelapukan terhadap endapan bijih, maka akan terbentuk


zona pelapukan. Konsentrasi endapan residu, Jika kondisinya ideal maka akan
terbentuk penampang lengkap, bila tidak ada bagian yang tererosi.

Bagian atas dari zona pelapukan endapan bijih/mineralisasi, disebut gossan,


yang merupakan bongkah-bongkah mineralisasi. Daerah ini terjadi jika telah
mengalami pengangkatan, dilanjutkan proses pelapukan dan erosi. Setelah
pembentukan gossen, maka pada bagian bawahnya akan terbentuk zona pelindian
atau pencucian, kemudian akumulasi dari bijih –bijih primer yang mengalami proses
oksidasi yang kemudian akan membentuk mineral-mineral oksida skunder seperti
limonit, hematite atau pun mineral-mineral sulfide lainnya. Zona oksidasi merupakan
zona pengayaan mineral-mineral oksida sekunder.

Setelah pembentukan zona pelindihan dan zona oksidasi, maka selanjutnya


adalah proses pelarutan garam-garam dan asam sulfat yang berlangsung dibawah
muka air, dimana zona ini merupakan zona sulfidasi atau zona pengkayaan
supergene, mineral-mineral yang terbentuk pada zona ini adalah sulfide skunder,
mialnya kalkosit(Cu2S). Reaksi-reaksi kimia terhadap mineral-mineral primer yang
terkonsentrasi pada endapan bijih akan terjadi pada zona oksidasi dan sulfidasi.

Akibat adanya proses pelindihan menyebabakan migrasi logam-logam


tertentu damapak dari pelarutan mineral-mineral primer sulfide, akan meninggalkan
jarak berupa rongga-rongga yang merupakan tempat keberadaan awal mineral –
mineral primer.Endapan konsentrasi residu, umumnya terjadi terhadap endapan
mineral primer, porfir, vein, dessiminated, dan replacement. Beberapa contoh
endapan residu antara lain: endapan residu nikel residu besi, residu managan,
residu alumunium dan lain-lain.

B. Pembentukan Endapan Alluvial

Setelah batuan pembawa unsure mineral terbentuk dan tersingkap, karena


pengaruh iklim menyebabakan batuana pembawa tadi mengalami desintegrasi dan
dekomposisi, kondisi ini terus berlangsung sejak awal tersingkap hingga hingga
keberadaannya saat ini, sehingga akan terbentuk endapan hasil pelapukan. Bila
pelapukannya tidak tertransportasi maka akan terbentuk endapan residu, dan
tertransportasi membentuk endapan alluvial atau endapan konsentrasi .pada proses
pembentukan endapan konsentrasi diawali proses erosi terhadap material sumber
yang mkengalami pelapukan dan masih kompak.

Endapan alluvial adalah endapan hasil pelapukan yang mengalami erosi,


tertransportasi dan sedimentasi, yang terakumulasi.
Sumber endapan alluvial berasl dari hasil pelapukan daerah sepanjang
sungai yang kemudian tererosi dan tertransportasi. Endapan sungai ini akan
terakumulasi sejalan dengan berkurangnya gradient kemiringan sungai. Akumulasi
endapan sungai ini dapat dijumpai dari hulu, hilir, muara sungai dan sepanjang garis
pantai.

C. Erosi Tertransportasi dan Sedimentasi

Setelah material sumber endapan mengalami erosi, maka material ini akan
tertransportasi oleh media air sepanjang sungai .Bentuk dasar sungai yang tidak

Rata, sebagai akibat terdapatnya endapan batuan/mineral-mineral yang


resisten, akan menyebabkan perubahan kecepatan aliran sungai, perubahan ini
akan menyebabka minerl-mineral berat yang awalnya tertransportasi akan
mengendap dan terakumulasi pada bagian dasar sungai.mineral-mineral berat yang
resisten terhadap perubahan fisik dan kimia ini antara lain: emas, casitrit, kromit,
intan platina dll. Perubahan kecepatan aliran sungai ini akan meyebabakan pula
pengandapan sediment lain akan bergradasi ke arah atas sesuai dengan berat jenis
atau ukuran sediment tersebut. Sedimen yang memiliki berat jenis besar/ukuran
besar akan terendapkan terlebih dahulu yang kemudian diikuti oleh sediment yang
berat jenis dan ukuran yang lebih ringan.

Kenampakan ini akan memperlihatkan suatu struktur yang disebut


‘gradede bedding”.

Pada kondisi tertentu dimana aliran sungai sangat pekat dengan energi
yang kuat (arus cepat), maka terjadi endapan yang sangat tidak teratur dan yang
akan mengalami pengendapan pertama adalah material yang tertransport terlebih
dahulu.

Pada pengendapan emas skunder, umumnya akan berasosiasi baik


dengan endapan alluvial yang berukuran bongkah-bongkah krikil, dan akan dijumpai
hingga ’nugget’ dan peletit yang berukuran besar.

Material yang tertransportasi dan tersedimentasi, terutama mineral-mineral


bijih yang keras dan resisten memiliki nilai ekonomis yang tinggi, akan semakin
berukuran kecil dan berbentuk membulat sejalan dengan jauhnya jarak transportasi.
Mineral-mineral yang tersedimentasi di sepanjang pantai akan memiliki ukuran pasir
(1/16 -2 mm) dan bahkan berukuran lanau–lempung. Sedangkan yang berukuran
lanau–lempung adalah kasitrit dan bauxite. Endapan–endapan ini sangat dikontrol
oleh arus sungai yang masuk ke laut dan pengaruh ombak serta pasang surut
sebagai agen sedimentasi.

Mineral-mineral lain yang terendapkan pada alur sungai seperti emas,


intan, kasitrit, platina, kromit, besi, dan lainnya, akan terkonsentrasi pada sungai
meandering baik pada bagian luar dan dalam. Endapan ini akan berkembang
mengikuti perkembangan alur sungai purba hingga saat ini.
Contoh endapan aluuvial yang memiliki nilai ekonomis tinggi di Indonesia
antara lain:

1 Intan didaerah Martapura, Kalimantan.

2 Emas didaerah kalimanatan, Sumatra jawa barat, Sulawesi, NTB dan NTT.

3 Pasir besi di Jawa Tengah

4 Kasitrit dipulau Bangka, Bintan, dan Singkep.

5. Contact metasomatism

Dalam proses magmatic dimana adanya intrusi dari magma terhadap batuan
sampingnya, maka oleh pengaruh kontak dari gas pada temperatur tinggi yang
keluar dari magma, akan terjadi dua gejala yang penting.

Effect gas panas ini menurut Barrel ada dua macam:

1 Contact Metamorphism. Yaitu effect gas panas diikuti penambahan material baru
dari dapur magma.

2 Contact Metasomism, yaitu effect gas panas diikuti penambahan material basa
dari dapur magma.

Penambahan pada contact metamorphism menimbulkan cebakan mineral yang


penting, kecuali beberapa non metalicl deposite sepertri sillimanite, sedangkan
dalam contact metasomisim dapat menghasilkan cebakan mineral yang berharga
dan sifatnya lain sama sekali.

1. Contact Metamorphisim dapat menyebabkan:

- Internal effect (endogene), yaitu effect yang terjadi pada batas tepi dari masa
intrusi itu sendiri, hal ini terutama mengubah texture dari mineral – mineral pada
daerah tepi tersebut.Kemungkinan dapat terjadi pegmatit mineral seperti tourmaline,
beryl atau garnet.

- External effect (exogene), yaitu effect terhadap batuan yang diterobos oleh massa
beku tersebut.

Batuan limestone yang mengandung CaCo3, Mg, Fe, quartz dan clay mungkin
berubah sebagai berikut :

- CaO + quartz ============ wollastonite

- dolomit + qoartz + H2O ============ tremolite

- sandstone ============ quartzite

- limestone murni ============ marble


2. Contact metasomism.

Disebut juga pneumatolitic proses. Dengan material tambahan yang dibawa


serta oleh magma dimana oleh reaksi metasomism dengan batuan senntuhan
disekelilingnya membentuk mineral-mineral baru pada keadaan temperatur yang
tinggi.

Contoh:

- Cebakan Cu di Bisbee Arizona yang terdapat dalam batuan kapur, mineral –


mineralnya yaitu: Cuprite, chalcosite. Kadang–kadang terdapat limonite dan sidenite.
Didaerah sentral terdapat tourmaline, garnet, quartz bersama magnite, pyrite,
bornite, calcopyrite, galena dan sphalerite.

- Cebakan Fe di iron Spring Utah dengan kadar 50% Fe, mineralnya magnite,
hematite.

- Cebakan Zn di honover N. Mex dan di long Lake Ontario mineralnya sphalerite


dengan magnetite dan sulphide Te serta Pb.

- Cebakan Sn di Phitaronta Finlandia dan Dutamon England, mineralnya


Cassiterite, wolfframite, mangnetite, scheelite dan pyrrhotite.

Syarat kondisi untuk terjadi metasomisma kontak :

1. Type tertentu dari magma (komposisi intermed) grano deorite, biotite, quartz
monzonite, manchoniten.

2. magma mengandung Rock Jarming mineral.

3. kedalam cukup memadai, tidak terlalu dalam, cukup 4000-6500 jaraknya dari
permukaan bumi pada temperatur 800oC.

4. bersentuhan dengan batuan yang relatifd seperti CaCo3.

Pengubahan komposisi terjadi rekondisasi dan kristalisasi dan kristalisasi.

AB + CD ============= AC + BD

Magma batu gamping

AB + CD + XV ======== AC + XBDY

Batu gamping zat

Gejala metasoyisme kontak sering terlihat pada structure batuan seperti


lapisan yang miring, retak, celah – celah dan patahan.

Mineral – mineral yang dihasilkan oleh proses metasotisme kontak antara lain
adalah : Magnite, hematite, chalcopyrite, bornite, pyrite, pyrolusite, spalerite,
molybdenite, galena, caserite, wolframite, sckiste, graphite, massareno pyrite,
mineral – mineral manganis.

Metasotisme kontak terjadi dalam periode magmatis dimana cairan magma


mengalami perubahan pengerutan / penambahan atau pengantian bahan yang
diperlukan oleh gas-gas cairan-cairan panas terbentuk mineral dengan komposisi
tertentu. Bila proses ini dominat adalah gas-gas maka proses ”Pneumatolitis”. Bila
oleh cairan panas ”Hydrothermal’. Dilihat kontak suatu bhaan intruisi ---- gejala
pengaruh magmatis.

Anda mungkin juga menyukai