TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
dan subtropis, seperti Afrika, Amerika selatan, Karibia, Australia tengah dan
selatan, dan Asia.1 Prevalensi skabies sangat tinggi pada lingkungan dengan
tingkat kepadatan penghuni yang tinggi dan kebersihan yang kurang memadai.
Menurut World Health Organization (WHO) angka kejadian skabies pada tahun
menurut data Depkes RI sudah terjadi cukup penurunan dari tahun ke tahun
terlihat dari data prevalensi tahun 2008 sebesar 5,60%-12,96%, prevalensi tahun
2009 sebesar 4,9-12, 95 % dan data terakhir yang didapat tercatat prevalensi
prevalensi namun dapat dikatakan bahwa Indonesia belum terbebas dari penyakit
skabies dan masih menjadi salah satu masalah penyakit menular di Indonesia.2
tingkat kebersihan, akses air yang sulit, dan kepadatan hunian. Tingginya
kepadatan hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu memudahkan
transmisi dan investasi tungau skabies. Oleh karena itu, prevalensi skabies yang
1
Skabies sering diabaikan karena tidak mengancam jiwa sehingga prioritas
akibat investasi sekunder GAS dan S. aureus sering terdapat pada anak-anak di
negara berkembang.1
1.2 Definisi
Skabies adalah infeksi parasit yang umum terjadi yang disebabkan oleh
tungau Sarcoptes scabiei var hominis.3 Skabies adalah infeksi parasit yang sangat
menular dan umum terjadi, dikarakterisikkan dengan rasa gatal yang intens dan
rentan terhadap skabies dan beberapa aktivitas yang lebih banyak kontak kulit-ke-
kulit, seperti orang tua dengan anaknya, aktivitas seksual, keramaian yang terlalu
1.3 Sinonim
1.4 Epidemiologi
Skabies termasuk penyakit kulit yang endemis di wilayah beriklim tropis dan
utara, Australia tengah, Kepulauan Karibia, India, dan Asia tenggara. Sebuah studi
2
epidemiologi di United Kingdom (UK) menunjukkan bahwa skabies lebih banyak
dan kepadatan penduduk. Hasil survei didapatkan prevalensi skabies 25% pada
orang dewasa, sedangkan prevalensi tertinggi terjadi pada anak sekolah yaitu 30-
65%.6
Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial
1.5 Etiologi
semitranslusen, panjang kurang dari 0.3 mm, mempunyai 8 kaki, berwarna putih
1.6 Patofisiologi
ketika tungau betina yang telah dibuahi menggali ke dalam kulit dan bergerak
korneum), menyimpan 60-90 telur dan fecal pellet (scybala) di sepanjang jalan.
Lalu telur ini menetas, menajdi larva berkaki 6 dan membutuhkan 10-14 hari
untuk menjadi tungau dewasa dan mampu melakukan reproduksi dan mengulang
3
Ruam dan pruritus pada skabies adalah hasil dari reaksi hipersensitivitas
terhadap tungau dan detritus. Masa inkubasi dari investasi ke pruritus dapat
berkisar dari hari ke bulan. Sensitisasi terjadi pada individu yang pertama kali
terinvestasi, dan biasanya membutuhkan waktu 2-6 minggu untuk menjadi peka
dan menimbulkan gejala lalu akan timbul gatal dalam 24 jam. Tetapi individu
yang sebelumnya yang sudah hipersensitif terhadap skabies, gatal dapat timbul
dalam waktu 1 hingga 3 hari. Ada beberapa individu yang terinvestasi tapi tidak
gejala, tetapi masih bisa menularkan infeksi; ini disebut asimtomatik “carier”.3,8
1. Gejala klinis5,8
Gejala yang sangat menonjol adalah rasa sangat gatal terutama saat
malam hari sehingga mengganggu penderita. Gatal malam hari atau bisa
disebut pruritus nocturna ini disebabkan oleh aktivitas tungau lebih tinggi
4
Tempat predileksinya adalah sela-sela jari tangan, telapak tangan,
pusar dan perut bagian bawah, daerah genitalis eksterna dan pantat. Pada
anak-anak terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak kaki,
2. Gambaran lesi5,9
Gambar 1.2 Gambaran Klinis Scabies a) nodul dan papul pruritus di penis
karena infeksi scabies; b); manifestasi klinis scabies disertai eksematisasi pada
tangan c) pruritus kronis pada Scabies.10
Gentiane Monsel, Pascal Delaunay, Olier Chosidow.2016. Arthropods, dalam
Rook’s Textbook of Dermatology. Garsington Road,Oxford. Ed.9, chapter 34,
pp. 34.39-34.47
5
di sela-sela jari (Gambar 1.4) dan pergelangan tangan (Gambar 1.3) pada
orang dewasa dan di telapak tangan dan telapak kaki pada bayi. Namun
terowongan ini sukar dilihat karena rasa sangat gatal sehingga pasien
1.8 Diagnosis
Diagnosis berdasarkan :
1. Anamnesis5,8
untuk mendapat informasi ada tidaknya keluarga atau teman dekat yang
6
Riwayat gatal yang sangat dan bertambah gatal saat malam hari. Adanya
payudara, aksila, abdomen, atau genital. Pada anak-anak, lesi dapat berada
3. Pemeriksaan laboratorium5,8
Ada pendapat yang mengatakan bahwa penyakit skabies ini merupakan the
pada pasien dengan gejala gatal yang sangat terutama pada malam hari,
dermatitis, terutama jika ada anggota keluarga dan teman dekat memiliki
7
1.10 Penatalaksanaan
penjelasan secara tertulis juga berguna untuk pasien. Semua anggota keluarga
dan teman dekat yang sering kontak fisik dari individu yang terkena harus
dirawat juga12,13.
A. Medikamentosa8 :
Setelah mandi dengan sabun hijau (resep no. 5) seluruh tubuh diolesi
dengan:
1. Salep yang mengandung asam salisilat dan sulfur (resep no. 1) selama
minggu.
Salep resep no. 2 jangan diberikan pada anak-anak dan bayi, karena
Salep resep no. 3 dan no. 4 jangan diberikan pada bayi, anak-anak dan
8
Resep no. 1
R/ Acidum salicylicum 2%
Sulfur precipitatum 4%
Vaselin flavum ad.
m.f. ung.
S.salep pagi malam
Resep no. 2
R/ Benzoas benzylicus
Emulgidum 4,375%
Oleum sesami 4,375%
Aqua ad 100 ml
m.f.c.
S.salep malam
Resep no. 3
R/ Scabicide tube No. I
S. salep satu malam
Resep no. 4
R/ Scabex pot No. I
S. salep satu malam
Resep no. 5
R/ Sapo viridis 100 gram
S. sabun mandi
4. Malathion 0,5% dalam basis air befungsi sebagai skabisid dioleskan pada
kulit dalam 24 jam. Aplikasi kedua bisa diulang beberapa hari kemudian.
5. Krim Permethrin 5% (terbaik, dapat untuk semua umur dan wanita hamil).
Dioleskan pada seluruh tubuh dari leher ke bawah dan dicuci setelah 8-14
9
jam, merupakan obat yang paling efektif bila terjadi kegagalan pengobatan
B. Non medikamentosa8 :
1. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas serta mandi dengan
sabun
2. Semua anggota keluarga atau orang seisi rumah kontak dengan penderita
harus diperiksa dan bila juga penderita skabies juga diobati bersamaan agar
10
1.11 Prognosis dan Komplikasi4,5
semua orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit
ini dapat diberantas dan prognosisnya baik. Infeksi sekunder yang disebabkan
11
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Nama : Tn. M
Usia : 52 tahun
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku : Jawa
2.2 Anamnesis
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya pada hari
Selasa 11 Desember 2018 dengan keluhan gatal pada kedua tangan sejak 2
minggu lalu, semakin terasa gatal saat malam hari sampai tidak bisa tidur.
Kemudian pasien berobat ke dokter umum, lalu diberi 2 obat bentuknya krim dan
12
salep bening. Gatal hilang setelah pengobatan 1 minggu namun kumat lagi setelah
obat habis. Pasien juga mengatakan bahwa anak ke-3 nya juga mengalami keluhan
gatal-gatal seluruh badan dan belum diobati sejak 3 minggu yang lalu. Pasien
Anak ke-3 pasien mengalami keluhan yang sama dan belum diobati.
padat hunian. Pasien memiliki 3 anak, yang pertama sudah tinggal berbeda rumah.
Di rumahnya pasien tinggal bersama istri dan kedua anaknya yang berumur 12
tahun dan 17 tahun. Rumahnya hanya memiliki 1 kamar dan mereka sering tidur
tempat tidur. Pasien mandi 2x sehari menggunakan sabun Lifebuoy. Mandi dan
13
Leher : Dalam batas normal
Tidak dilakukan (-), karena dilihat dari gejala klinis dan anamnesa diagnosis
sudah dapat ditegakkan, selain itu pasien juga menolak karena takut dengan benda
tajam.
2.5 Resume
Pasien Tn. M datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya pada
hari Selasa 11 Desember 2018 dengan keluhan gatal pada kedua tangan, semakin
terasa gatal saat malam hari sampai tidak bisa tidur. Kemudian pasien berobat ke
dokter umum, lalu diberi 2 obat bentuknya krim dan salep bening. Gatal hilang
setelah pengobatan 1 minggu namun kumat lagi setelah obat habis. Pasien juga
mengatakan bahwa anak ke-3 nya juga mengalami keluhan gatal-gatal seluruh
badan dan belum diobati sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku kadang saling
14
mana merupakan daerah padat hunian. Pasien memiliki 3 anak, yang pertama
sudah tinggal berbeda rumah. Di rumahnya pasien tinggal bersama istri dan kedua
kamar dan mereka sering tidur bergantian 1 kasur, 1 WC dan tempat untuk
2.6 Diagnosis
Skabies
(-)
(-)
Non-medikamentosa :
15
Medikamentosa
bawah, lalu dibilas setelah 8-14 jam, ulangi lagi setelah 1 minggu bila
2.10 Monitoring
Keluhan pasien
kepada seluruh orang di rumah; semua baju, sprei, bantal, handuk dicuci
2.11 Prognosis
Baik, jika pasien bisa melakukan pengobatan dengan baik dan mengikuti
cara pemakaian obat dengan benar, serta tidak sering menggaruk agar tidak
menimbulkan bekas.
16
2.12 Foto Kasus
17
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien datang ke Poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan
keluhan gatal pada kedua tangan sejak 2 minggu yang lalu. Kemudian pasien
berobat ke dokter umum, lalu diberi 2 obat bentuknya krim dan salep bening.
Gatal hilang setelah pengobatan 1 minggu namun kumat lagi setelah obat habis.
Pasien juga mengatakan bahwa anak ke-3 nya juga mengalami keluhan gatal-gatal
seluruh badan dan belum diobati sejak 3 minggu yang lalu. Riwayat alergi obat (-
), alergi makanan (-), asma (-), rhinitis alergi (-). Dari pemeriksaan fisik
didapatkan multipel papul, vesikel, kunikulus dan erosi yang menyebar secara
pemeriksaan fisik, terdapat 3 dari 4 tanda kardinal Skabies yaitu gatal malam hari,
berkelompok (di sekitar pasien ada yang mengalami keluhan yang sama), pada
skabies.
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabies var, hominis dan produknya. Ditandai gatal malam
hari, mengenai sekelompok orang, dengan tempat predileksi di lipatan kulit yang
tipis, hangat dan lembab. Gejala klinis dapat terlihat polimorfik tersebar di seluruh
badan.2 Gejala awal ini terdiri dari adanya lesi yang bermacam-macam. Pruritus
yang bersifat progresif, yang dapat mengganggu tidur dan aktivitas normal,
merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien. Munculnya lesi primer kadang-
kadang dapat diperoleh hanya dari anamnesis langsung. Beberapa pasien datang
berobat dengan perubahan sekunder yang luas pada kulit, seperti dermatitis yang
18
meluas, infeksi bakterial sekunder, self-induced dermatitis yang disebabkan oleh
anamnesis, yaitu keluhan utama berupa gatal. Gatal yang dirasakan penderita
terowongan yang masih utuh kemungkinan besar kita dapat menemukan tungau
dewasa, larva, nimfa, maupun skibala (fecal pellet) yang merupakan poin
karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain). Akan tetapi, kriteria
yang keempat ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita
pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.2
gatal yang lebih hebat pada malam hari sehingga membuat penderita sulit tidur.
Selain itu, pasien mengaku anak ke-3 pasien juga mengalami gatal-gatal sama
19
BAB 4
KESIMPULAN
krim, aplikasi hanya sekali, dioleskan pada malam hari seluruh tubuh dari leher
hingga ujung kaki dan dicuci setelah 8 – 14 jam. Bila pada pengolesan pertama
belum sembuh maka dapat diulangi lagi 1 minggu kemudian. Selain itu, diberikan
terapi antihistamin Cetirizine 1x sehari 3-7 hari. Pasien diminta kontrol lagi 1
minggu kemudian.
20
DAFTAR PUSTAKA
5. Aisah, Siti, dan Ronny P.Handoko. 2017. Skabies Dalam Ilmu Penyakit
Kulit Dan Kelamin, oleh Siti Aisah B. dan Ronny P. Handoko, 137-140.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
7. Ali, Asra. 2015. Dermatology A pictorial Review 3rd Edition, 290. Texas:
McGraw-Hill Education.
21
10. Gentiane Monsel, Pascal Delaunay, Olier Chosidow.2016. Arthropods,
dalam Rook’s Textbook of Dermatology. Garsington Road,Oxford. Ed.9,
chapter 34, pp. 34.39-34.47
11. Salavastru C et all.2017.European Guideline for The Management of Scabies.
European Academy of Dermatology and Venereology.Europe. pp 1-6.
22