Oleh :
Hari Khoirur Rozikin
201810401011062
Pembimbing
dr. Ululil Chusaida W, Sp.M
i
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
SMK” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas dalam rangka
Mengetahui,
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan berkat dan rahmatnya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan responsi di Bagian Ilmu
Penyakit Mata dengan judul “Glaukoma Primer Sudut Terbuka, Kelainan
Refraksi, SMK”
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak, rekan sejawat, dan terutama dr. Ululil Chusaida W., Sp.M selaku dokter
pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberi
saran, dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan responsi
ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa responsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis mengharapkan
kritik dan saran demi memperbaiki kekurangan atau kekeliruan dalam responsi.
Semoga responsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis
DAFTAR ISI
iii
Halaman
COVER.......................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR..................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iv
BAB I TINJAUAN KASUS......................................................................... 1
1.1 Identitas Pasien......................................................................................... 1
1.2 Anamnesis................................................................................................ 1
1.3 Pemeriksaan Mata.................................................................................... 2
1.4 Daftar Masalah......................................................................................... 4
1.5 Diagnosis.................................................................................................. 5
1.6 Planning.................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 7
2.1 Resep Kacamata....................................................................................... 12
2.2 Penulisan Resep Obat............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
iv
BAB I
TINJAUAN KASUS
1.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama:
Kedua mata kabur
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pasien datang ke poliklinik mata RSU Haji Surabaya dengan keluhan
pandangan kedua mata kabur. Mata merah (-). Pandangan kabur terjadi
perlahan-lahan sejak ± 1 tahun yang lalu, semakin lama semakin berat.
Kabur saat melihat jauh maupun dekat, dan kesulitan membaca tulisan
kecil yang terlihat seperti berbayang (double) hingga mata terasa lelah.
Kabur saat malam hari/melihat gelap (-). Kadang pasien sering
menabrak saat berjalan. Mata nyeri/kemeng (+), seperti melihat
bayangan hitam melayang-layang (-). Silau saat melihat cahaya terang
(-). Mata mengluarkan kotoran yang mengering (+) terutama pagi hari,
gatal (+), mata terasa mengganjal (-), Nrocoh (-), terasa berpasir (-).
Pasien sering menggunakan obat tetes lyteers dan timolol untuk kedua
mata.
Riwayat Penyakit Dahulu:
DM (+)
Hipertensi (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat operasi mata (-)
Riwayat kacamata (-)
c. Riwayat Penyakit Keluarga:
Katarak (-)
1
Glaukoma (-)
Hipertensi (-)
DM (-)
Riwayat penggunaan kacamata pada keluarga pasien (-)
d. Riwayat Sosial: -
1.3. Pemeriksaan Mata
1.3.1 Tajam Penglihatan
OD OS
Jernih
OD Keterangan OS
Edema (-), Hiperemi (-), Palpebra Edema (-), Hiperemi (-),
Rima okuli normal Rima okuli normal
2
Hiperemi (-), Edema (-) Konjungtiva Hiperemi (-), Edema (-)
Jernih Kornea Jernih
Jernih, Dalam Bilik Mata Depan Jernih, Dalam
Reguler, Warna Coklat Iris Reguler, Warna Coklat
Bulat, Pupil Bulat,
Diameter 3 mm, Diameter 3 mm,
Reflex Cahaya (+) Reflex Cahaya (+)
Jernih Lensa Jernih
OD Keterangan OS
+ Fundus reflex +
Batas tegas, CD Ratio Batas tegas, CD Ratio 0.4 ,
Papil N. II
0.5/0.6, optic disk atrofi (-) optic disk atrofi (-)
3
VOD : 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180 1,0f Ph tetap
VOS : 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80 1,0f Ph tetap
Transpose OD : S+1.00 C+0.50 X90
OS : S+0.50 C+0.50 X170
ADD : +2.00
PD : 60/58
- TOD : 17,3 mmHg (dengan obat)
TOS : 17,3 mmHg (dengan obat)
- Segmen anterior
OD : BMD dalam
OS : BMD dalam
- Segmen posterior
OD : CD ratio 0,5-0,6
OS : CD Ratio 0,4
- Schermer test : OD : 4 cm; OS : 12 cm
1.5. Diagnosis
ODS Suspect Glaukoma Primer Sudut Terbuka
ODS Astigmatisme hipermetropia kompositus + Presbiopia
ODS Sindroma Mata Kering
1.6. Planning
1.6.1. Diagnosis
- Humprey
- Gonioskopi
- TBUT
1.6.2. Terapi
- Kacamata
- Timolol eyedrop 2 x 1 tetes ODS
- Cendo lyteers eyedrop 4 x 1 tetes ODS
1.6.3. Monitoring
- Keluhan pasien
- Visus
- TIO
- Segmen anterior
- Segmen posterior
1.6.4. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita pasien
yaitu glukoma, astigmatisme hipermetropia kompositus dan sindroma
mata kering.
4
- Menjelaskan kepada pasien tentang obat yang diberikan, yaitu timolol
untuk menurunkan/mengontrol tekanan pada bola mata, lyteers untuk
menambah air mata agak mata tidak kering.
- Memberitahukan kepada pasien agar menggunakan obat tersebut
secara teratur.
- Memberi informasi kepada pasien bahwa pemberian obat yang
diberikan hanya bersifat menghambat/mengontrol progresivitasnya
saja.
- Menginformasikan agar pasien rutin kontrol apabila obat habis
ataupun jika ada keluhan untuk memantau tekanan bola mata.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada kasus ini pasien perempuan usia 58 tahun datang ke poliklinik dengan
keluhan kontrol kedua mata kabur perlahan. Anamnesis didapatkan differential
5
diagnosis untuk mata tanpa adanya hiperemi (riwayat mata merah) dengan
penurunan visus perlahan didapatkan yaitu kelainan refraksi, glaukoma kronik,
katarak, retinopati diabetic, retinitis pigmentosa.
Pada pemeriksaan didapatkan VOD 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180 1,0f Ph
tetap; VOS 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80 1,0f Ph tetap dengan transposisi OD :
S+1.00 C+0.50 X90 dan OS : S+0.50 C+0.50 X170 dengan ADD +2.00 dan PD
60/58. Hasil pemeriksaan tajam penglihatan menunjukkan bahwa pasien
mengalami kelainan anatomi pada mata bagian kiri. Pemeriksaan segmen anterior
menunjukkan BMD yang dalam pada mata kanan dan kiri. Pemeriksaan segmen
posterior menunjukkan CD ratio 0,5-0,6 pada mata kanan dan CD ratio 0,4 pada
mata kiri. Pasien ini diagnosisnya adalah suspect glaukoma kronis sudut terbuka
primer pada ODS, kelainan refraksi (astigmatisme hipermetropia kompositus dan
presbiopia) ODS dan sindroma mata kering ODS. Pada kasus ini untuk
mendiagnosis harus dibedakan antara keluhan hiperemi dan tanpa hiperemi. Pada
pemeriksaan pasien didapatkan mata putih. Kemudian mata putih dibagi menjadi
mata tanpa disertai hiperemi dengan penurunan visus perlahan atau mendadak.
Pada kasus ini penurun visus secara perlahan.
Pada pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan daftar masalah
berupa mata tidak ada riwayat hiperemi, mata kabur (penurunan tajam
penglihatan) perlahan-lahan. Tajam penglihatan: 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180
1,0f Ph tetap; VOS 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80 1,0f Ph tetap. Segmen anterior:
ODS : BMD dalam menunjukkan suspek sudut terbuka. Segmen posterior : OD :
CD ratio 0,5-0,6 dan OS : CD ratio 0,4. Tonometri ODS 17,3 mmHg (dengan
terapi). Korelasi antara daftar masalah dihubungkan pada teori bahwa pada
glaukoma didapatkan peningkatan TIO, perubahan CD ratio dan hilangnya
lapang pandang yaitu mengenai 30o bagian perifer (Kanski, 2016). Peningkatan
TIO penglihatan menurun, mual muntah (PDT, 2006). Sesuai dengan faktor
resiko dari glaukoma terutama terjadi pada usia tua (40-80 tahun) dan jenis
kelamin perempuan (Tham, 2014; Budiono, 2013). Bilik mata depan dalam karena
tidak tertutupnya trabekulum oleh iris perifer secara perlahan memiliki faktor
predisposisi anatomi berupa sudut bilik mata depan yang tidak sempit (Chusaida,
2013). CD Ratio normal sebesar 0,3-0,4 sedangkan pada glaukoma ditemukan CD
6
Ratio yang abnormal (lebih besar) (Budiono, 2013). Serta adanya riwayat
penggunaan obat tetes mata timolol pada mata kanan dan kiri merupakan salah
satu indikasi bahwa pasien menderita glaukoma, dimana timolol sendiri
merupakan golongan obat Beta agonis topikal yang merupakan obat penurun TIO
yang bekerja dengan cara menekan pembentukan humor aqueous (Kanski, 2016).
Pada pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan daftar masalah
berupa mata tidak ada riwayat hiperemi, mata kabur (penurunan tajam
penglihatan) perlahan-lahan, sulit membaca tulisan kecil, melihat tulisan double
dan mata terasa lelah jika digunakan untuk membaca lama. Tajam penglihatan:
VOD 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180 1,0f Ph tetap; VOS 0,6 cc S+1.00 C-0.50
X80 1,0f Ph tetap dengan transposisi OD : S+1.00 C+0.50 X90 dan OS :
S+0.50 C+0.50 X170 dengan ADD +2.00 dan PD 60/58. Kelainan refraksi
merupakan kelainan pembiasan sinar pada mata sehingga sinar tidak difokuskan
pada retina dan memerlukan suatu sistem optik untuk memasukkan sinar atau
bayangan suatu benda ke dalam mata. Gejala yang sering dialamai yaitu keluhan
berupa sakit kepala terutama di daerah tengkuk atau dahi, mata berair, cepat
mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada bola mata, dan penglihatan kabur
dimana seperti ada bayangan terutama pada astigmatisme. Pada hipermetropia
penglihatan jauh umunya hanya terganggu jika derajat hipermetropia cukup besar
(3 dioptri atau lebih) atau penderita sudah tua, sementara penglihatan dekat
biasanya terganggu lebih dahulu. Serta usia pasien yakni 58 tahun merupakan
faktor predisposisi kelainan refraksi yaitu seseorang dengan mata emetrop (tanpa
akomodasi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda – benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44 –
46 tahun dan meningkat sampai usia 55 tahun keatas menjadi stabil dan menetap.
(Budiono, 2013).
Pasien mengeluh mata terasa gatal, kemeng, terkadang sering merasa kering
pada saat bangun tidur. Tes Schimer : OD/OS : 4mm/12mm. Gejala SMK
didapatkan sensasi mengganjal seperti terdapat benda asing, dapat juga berupa
gatal, sekresi mukus berlebih. Uji shirmer tanpa anestesi setelah 5 menit
ditemukan <10mm maka abnormal (Vaughan, 2013). Faktor resiko: usia, jenis
kelamin, ras, penggunaan obat, kondisi lingkungan (Craig, 2017).
7
Sesuai dengan tinjauan pustaka, pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan
adalah pemeriksaan humphrey test untuk membuktikan adanya defek pada lapang
pandang pada pasien glaucoma. Gonioskopi untuk menentukan sudut terbuka atau
tertutup untuk menentukan tindakan selanjutnya (Kanski, 2016). Terapi yang
disebutkan berdasarkan teori yang sesuai dengan pasien ini adalah:
Beta blocker untuk menurunkan produksi humor akuos: Timolol 0,5% eye
drops 2x1 tetes.
Penggunaan kacamata sesuai hasil koreksi visus untuk membantu
penglihatan pasien karena kelainan refraksi.
Artifical tear untuk mengurangi osmolaritas, homeostasis normal dari
permukaan mata, membersihkan kotoran pengiritasi dan toksik pada lapisan
air mata dan melindungi permukaan mata : Lyteers eye drops 4x1 tetes
Setelah itu pada pasien ini, direncanakan untuk dilakukan gonioskopi untuk
menentukan glaucoma kronis sudut terbuka atau tertutup (Chusaida, 2013).
DIAGNOSIS DAN TEORI ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN
8
ditemukan CD Ratio yang
abnormal (lebih besar)
(Budiono, 2013)
KELAINAN REFRAKSI (ASTIGMATISME HIPERMETROPIA
KOMPOSITUS + PRESBIOPIA)
9
juga berupa gatal, sekresi Tes Schimer : OD/OS :
mukus berlebih. 4mm/12mm
Uji shirmer tanpa anestesi
setelah 5 menit ditemukan
<10mm maka abnormal
(Vaughan, 2013).
Faktor resiko: usia, jenis
kelamin, ras, penggunaan obat,
kondisi lingkungan (Craig,
2017).
Kanan +1.00 90
+0,50
10
Kiri +1,0 -0.50 80
ADD +2.00
dr. H, Sp. M
11
Penderita : Ny. S
Umur : 58 tahun
DAFTAR PUSTAKA
12
5 Dieudonne, Kaimbo. 2012. Astigmatism – Definition, Etiology,
Classification, Diagnosis and Non-Surgical Treatment. Croatia: InTech.
6 Kanski, Bowling B. 2011. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach,
7 Ed. Philadelphia : Elsevier.
7 Tham, YT. 2014. Global prevalence of glaucoma and projections of
glaucoma burden through 2040. American Academy of Ophthalmology.
8 Vaughan, Daniel G, Asbury Taylor, Riordan Paul-Eva. 2013. Oftalmologi
Umum. Edisi 17. Jakarta: ECG Hal 169-176, 212-224.
13