Anda di halaman 1dari 31

RESPONSI

GLAUKOMA, KELAINAN REFRAKSI,


DAN SINDROMA MATA KERING

Pembimbing : Hari Khoirur Rozikin (201810401011062)


dr. Ululil Chusaida W, Sp M

BAB 1
TINJAUAN KASUS

2
Nama : Ny. SA

Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Surabaya

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia

Status : Menikah

Pemeriksaan : 30 Oktober 2019


3
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Kedua mata kabur

RPS • Mata terasa nyeri/kemeng (+)


• Mata MERAH (-) • Melihat Bayangan hitam melayang2 (-)
• Kabur secara perlahan-lahan. Keluhan • Silau melihat cahaya terang (-)
dirasakan sudah 1 tahun, semakin • Mata mengeluarkan kotoran mengering (+),
memberat. terutama pagi hari.
• Kabur melihat jauh dan dekat, sulit • Mata gatal (+)
membaca tulisan kecil dan tampak • Mata terasa mengganjal (-)
berbayang. • Nrocoh (-), terasa berpasir (-).
• Mata terasa lelah jika membaca terlalu • Riwayat pengobatan Timolol dan lyteers
lama. mata kanan dan kiri.
• Kabur malam hari (-) 4
• Jalan sering nabrak-nabrak (+)
RPD
• DM (+) terkontrol minum obat
• Hipertensi (-)
• Alergi (-)
• Riwayat operasi mata (-)
• Riwayat penggunaan kacamata (-)

RPK
• Katarak (-)
• Glaukoma (-)
• Hipertensi (-)
• DM (-)
• Riwayat penggunaan kacamata pada keluarga pasien (-)

Riwayat Sosial
• - 5
PEMERIKSAAN MATA

Tajam Penglihatan Tekanan Intra Okuler

VOD: 0,5f cc S + 1.50 C-0.50 X 180  1,0f Ph


tetap
VOS: 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80  1,0f Ph TOD : 17,3 mmHg (On Treatment)
tetap TOS : 17,3 mmHg (On Treatment)
ADD : +2.00
PD : 60/58

Transposisi :
OD : S+1.00 C+0.50 X90
OS : S+0.50 C+0.50 X170 6
Tekanan Intra Okuler

OD OS

Baik Segala Arah Baik Segala Arah

7
Segmen Anterior

8
OD Keterangan OS

Edema (-), Hiperemi (-) Palpebra Edema (-), Hiperemi (-)

Hiperemi (-), Edema (-) Konjungtiva Hiperemi (-), Edema (-)

Jernih Kornea Jernih

Dalam Bilik Mata Depan Dalam

Reguler, Warna coklat Iris Reguler, Warna Coklat

Bulat, diameter 3mm, Isokor, Pupil Bulat, diameter 3mm, Isokor,


RC (+) RC (+)

Jernih Lensa Jernih

9
Segmen Posterior

OD Keterangan OS
+ Fundus reflex +
Batas tegas, CD Ratio 0,5-0,6, CD Ratio 0,4, optic disk atrofi
Papil N. II
optic disk atrofi (-) (-)

Perdarahan (-), Perdarahan (-),


mikroaneurisma (-), eksudat (- Retina mikroaneurisma (-), eksudat
), bone spicules (-) (-), bone spicules (-)

A:V= 2:3, AV crossing (-) Vaskuler A:V= 2:3, AV crossing (-)

Fovea reflek (+), oedem Fovea reflek (+), oedem


Makula
macula (-) macula (-)

jernih Vitreous jernih

10
PEMERIKSAAN
LAINNYA

OD
• S+1.75 C-0.75 X170
AR
OS
• S+1.50 C-0.75 X85

OD
• 4 cm Schermer
OS
• 12 cm
11
DAFTAR MASALAH

ANAMNESIS

• Mata merah (-)


• Usia 58 tahun • Sulit membaca tulisan kecil, melihat
• Kedua mata kabur perlahan- double dan mata terasa lelah
lahan • Nyeri/kemeng sekitar mata
• Kabur melihat jauh dan dekat, • Mata mengeluarkan kotoran, gatal
semakin lama semakin kabur • Riwayat terapi timolol, lyteers ODS
• Jalan menabrak-nabrak

12
Visus :
● VOD : 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180  1,0f Ph TIO:
tetap ●TOD : 17,3 mmHg (on treatment)
● VOS : 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80  1,0f Ph ●TOS : 17,3 mmHg (on treatment)
tetap
● Transpose OD : S+1.00 C+0.50 X90
OS : S+0.50 C+0.50 X170 Schermer : OD : 4 cm; OS : 12 cm
● ADD : +2.00
● PD : 60/58
13
Segmen anterior Segmen posterior

●OD : Bilik Mata Depan dalam ●OD : CD Ratio 0,5-0,6


●OS : Bilik mata depan dalam ●OS : CD Ratio 0,4

14
DIAGNOSIS

ODS Susp. Glaukoma Kronis Sudut Terbuka

ODS Astigmatisme hipermetropia kompositus


+ Presbiopia

ODS Sindroma Mata Kering

15
PLANNING

Diagnosis Terapi
• Humprey
• Gonioskopi
• TBUT • Kacamata
• Timolol eyedrop 2 x 1 ODS
• Cendo lyteers eyedrop 1 x 1 ODS

16
Monitoring

• Keluhan pasien
• Visus
• TIO
• Segmen anterior
• Segmen posterior

17
Edukasi

• Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita pasien yaitu glukoma,
astigmatisme hipermetropia kompositus dan sindroma mata kering.
• Menjelaskan kepada pasien tentang obat yang diberikan, yaitu timolol untuk
menurunkan/mengontrol tekanan pada bola mata, lyteers untuk menambah air
mata agak mata tidak kering.
• Memberitahukan kepada pasien agar menggunakan obat tersebut secara teratur.
• Memberi informasi kepada pasien bahwa pemberian obat yang diberikan hanya
bersifat menghambat/mengontrol progresivitasnya saja.
• Menginformasikan agar pasien rutin kontrol apabila obat habis ataupun jika ada
keluhan untuk memantau tekanan bola mata.

18

BAB 2
PEMBAHASAN

19
Diagnosis Banding

Mata putih, penurunan visus perlahan

• Kelainan refraksi
• Glaukoma kronik
• Katarak
• Retinopati diabetik
• Retinitis pigmentosa

20
Glaukoma Kronis Susp. Sudut Terbuka Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Primer

• Mata Putih, tidak ada riwayat mata merah


• Pada teori bahwa pada glaukoma
• Mata kabur (penurunan tajam penglihatan)
didapatkan peningkatan TIO, perubahan CD
perlahan-lahan.
ratio dan hilangnya lapang pandang perifer
• Tajam penglihatan:
(Kanski, 2016).
VOD : 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180  1,0f
• Peningkatan TIO  penglihatan menurun,
Ph tetap
mual muntah (PDT, 2006)
VOS : 0,6 cc C +2,00 X10  0,6 cc
• Sesuai dengan faktor resiko dari glaukoma
S+1.00 C-0.50 X80
terutama terjadi pada usia tua (40-80 tahun)
• Segmen anterior :
dan jenis kelamin perempuan. (Tham, 2014;
ODS : BMD dalam menunjukkan suspek
Budiono, 2013)
sudut terbuka

21
Glaukoma Kronis Susp. Sudut Terbuka Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Primer

• Bilik mata depan dalam karena tidak


tertutupnya trabekulum oleh iris perifer
• Segmen posterior :
secara perlahan memiliki faktor predisposisi
OD : CD ratio 0,5-0,6; OS : CD ratio 0,4
anatomi berupa sudut bilik mata depan yang
• Tonometri
tidak sempit (Chusaida, 2013).
OD 17,3 mmHg (Tx)
• CD Ratio normal sebesar 0,3-0,4 sedangkan
OS 17.3 mmHg (Tx)
pada glaukoma ditemukan CD Ratio yang
abnormal (lebih besar) (Budiono, 2013)

22
KELAINAN REFRAKSI (ASTIGMATISME Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
HIPERMETROPIA KOMPOSITUS + PRESBIOPIA)

• Kelainan refraksi merupakan kelainan


• Mata Putih, tidak ada riwayat mata merah
pembiasan sinar pada mata sehingga sinar
• Mata kabur (penurunan tajam penglihatan)
tidak difokuskan pada retina dan
perlahan-lahan
memerlukan suatu sistem optik untuk
• Sulit membaca tulisan kecil
memasukkan sinar atau bayangan suatu
• Melihat tulisan double
benda ke dalam mata (Budiono, 2013).
• Mata terasa lelah jika digunakan untuk
• Gejala yang sering dialamai yaitu keluhan
membaca lama
berupa sakit kepala terutama di daerah
• Tajam penglihatan:
tengkuk atau dahi, mata berair, cepat
VOD : 0,5f cc S+1.50 C-0.50 X180  1,0f
mengantuk, mata terasa pedas, pegal pada
Ph tetap
bola mata, dan penglihatan kabur dimana
VOS 0,6 cc S+1.00 C-0.50 X80  1,0f Ph
seperti ada bayangan terutama pada
tetap
astigmatisme (Budiono, 2013).

23
KELAINAN REFRAKSI (ASTIGMATISME Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
HIPERMETROPIA KOMPOSITUS + PRESBIOPIA)

• Pada hipermetropia penglihatan jauh


umunya hanya terganggu jika derajat
hipermetropia cukup besar (3 dioptri atau
lebih) atau penderita sudah tua, sementara
penglihatan dekat biasanya terganggu lebih
Transposisi OD : S+1.00 C+0.50 X90 dan
dahulu (Budiono, 2013)
OS : S+0.50 C+0.50 X170
• seseorang dengan mata emetrop (tanpa
ADD +2.00
akomodasi) akan mulai merasakan
PD 60/58
ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda – benda kecil yang
terletak berdekatan pada usia sekitar 44
tahun keatas kemudian menjadi stabil dan
menetap (Budiono, 2013).

24
Sindroma Mata Kering Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

• Gejala SMK didapatkan sensasi mengganjal


seperti terdapat benda asing, dapat juga
berupa gatal, sekresi mukus berlebih.
• Pasien mengeluh mata gatal, terkadang
• Uji shirmer tanpa anestesi setelah 5 menit
sering merasa kering pada saat bangun
ditemukan <10mm maka abnormal
tidur
(Vaughan, 2013).
• Tes Schimer : OD/OS : 4mm/12mm
• Faktor resiko: usia, jenis kelamin, ras,
penggunaan obat, kondisi lingkungan (Craig,
2017).

25
PENATALAKSANAAN

Terapi yang disebutkan berdasarkan teori yang sesuai dengan pasien ini adalah :

• Pemberian kacamata sesuai hasil pemeriksaan visus untuk membantu


pengelihatan.

• Beta blocker untuk menurunkan produksi humor akuos: Timolol eyedrop 2x1
tetes

• Tear artificial untuk agar mata tidak kering : Cendo lyteers eyedrop 4x1 tetes

26

LAMPIRAN

27
28
29
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Budiono, Sjamsu. 2013. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 55-76,
79-103.
2. Chusaida, U. 2013. Glaukoma dalam Buku Ajar Kepanitraan Klinik SMF MATA RSU Haji Surabaya.
Surabaya. Hal 57-59.
3. Craig P, Jennifer, et al, 2017, TFOS DEWS II Report Executive Summary, The Ocular Surface (2017), pp
1-11, Elsivier.
4. Daniel E, Bustos MD, Alpha S, Pathel MD. 2018. Fundamental and Principles of Ophthalmology. United
State of America: American Academy of Ophthalmology.
5. Dieudonne, Kaimbo. 2012. Astigmatism – Definition, Etiology, Classification, Diagnosis and Non-Surgical
Treatment. Croatia: InTech.
6. Kanski, Bowling B. 2011. Clinical Ophthalmology : A Systematic Approach, 7 Ed. Philadelphia : Elsevier.
7. Tham, YT. 2014. Global prevalence of glaucoma and projections of glaucoma burden through 2040.
American Academy of Ophthalmology.
8. Vaughan, Daniel G, Asbury Taylor, Riordan Paul-Eva. 2013. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: ECG Hal
169-176, 212-224.
31

Anda mungkin juga menyukai