Anda di halaman 1dari 21

RESPONSI ILMU PENYAKIT MATA

GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT

Pembimbing:

dr. Dima Sari Wynirito, Sp.M

Penyusun:

Jessica Amelinda Mintarjo (20190420293)

Kezia Salay (20190420295)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
RSUD DR. MOHAMAD SOEWANDHIE
SURABAYA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Responsi dengan judul “Glaukoma Sudut Tertutup Akut” telah diperiksa,


disetujui, dan diterima sebagai salah satu tugas dalam rangka
menyelesaikan studi kepanitraan Dokter Muda di Ilmu Penyakit Mata
RSUD dr. Mohamad Soewandhie Surabaya

Surabaya, 1 Juni 2021

Pembimbing

dr. Dima Sari Wynirito, Sp.M

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya, kami bisa menyelesaikan responsi dengan topik
“GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP AKUT” dengan lancar. Responsi ini
disusun sebagai salah satu tugas wajib untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr. Mohamad
Soewandhi Surabaya, dengan harapan dapat dijadikan sebagai tambahan
ilmu yang bermanfaat bagi pengetahuan penulis maupun pembaca.

Dalam penulisan dan penyusunan referat ini tidak lepas dari


bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:

a. dr. Dima Sari Wynirito, Sp.M, selaku Dosen Pembimbing.


b. Para dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr. Mohamad
Soewandhie Surabaya.
c. Para perawat dan pegawai di bagian Ilmu Penyakit Mata RSUD Dr.
Mohamad Soewandhie Surabaya.
Kami menyadari bahwa responsi yang kami susun ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka saran dan kritik yang membangun dari semua
pihak sangat diharapkan. Semoga responsi ini dapat memberi manfaat.

Surabaya, 1 Juni 2021

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

I. STATUS PASIEN .................................................................................... 1

II. SUBJEKTIF ............................................................................................ 1

III. OBJEKTIF .............................................................................................. 2

IV. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

4.1 Definisi Glaukoma ................................................................................. 5

4.2 Klasifikasi Glaukoma ............................................................................ 5

4.3 Glaukoma Sudut Tertutup Akut ............................................................ 6

4.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko ................................................................. 6

4.3.2 Epidemiologi ...................................................................................... 8

4.3.3 Patofisiologi ....................................................................................... 9

4.3.4 Diagnosis ........................................................................................... 9

4.3.5 Penatalaksanaan ............................................................................. 10

4.3.6 Komplikasi ....................................................................................... 11

4.3.7 Edukasi dan pencegahan ................................................................ 11

4.3.8 Prognosis ......................................................................................... 11

4.3.9 DD .................................................................................................... 12

V. RESUME .............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

iv
I. STATUS PASIEN
Identitas Pasien:

- Nama : Tn.S
- Usia : 63 tahun
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Status pernikahan : Sudah menikah
- Alamat :Kedinding, Surabaya
- Pekerjaan : Pensiunan
- Suku/Bangsa : Jawa
- Agama : Islam
- Waktu pemeriksaan : 31 Mei 2021
-

II. SUBJEKTIF

1. Keluhan utama:
Mata kabur sisi kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengeluh pandangan mata sebelah kanan kabur mendadak
serta tampak warna pelangi sekitar sumber cahaya di
penglihatannya sejak satu minggu yang lalu disertai dengan mual,
muntah dan sakit kepala. Pasien juga mengeluhkan bahwa terjadi
perubahan warna pada mata kanan yang lebih merah di banding
kiri dan pengeluaran cairan tapi tidak banyak. Pasien sempat
minum obat pereda nyeri kepala yaitu asam mefenamat tapi mata
kabur tidak membaik signifikan. Riwayat trauma di sangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
DM, HT, alergi disangkal, riwayat trauma tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada yang mengalami hal serupa
5. Riwayat kebiasaan:

1
Membaca Al-Quran dengan penerangan cukup dan kaca mata
baca. Pernah merokok ketika masih muda. Riwayat minum alkohol
disangkal.

III. OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
- Keadaan umum : baik
- Kesadaran : compos mentis
- GCS : 4-5-6
- BB : 68 kg
- TB : 167 cm

• Vital Sign
- TD : 120/80
- Nadi : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- Suhu : 36 C
2. STATUS LOKALIS
Tajam penglihatan

VOD :1/60 TOD : 46 mmHg

VOS : 6/15 TOS : 25 mmHg

Segmen Anterior

Oculi Dextra Pemeriksaan Oculi Sinistra

Edema (-), hordeolum (-), Palpebra Edema (-), hordeolum (-),


chalazion (-), laserasi (-) chalazion (-), laserasi (-)

Hiperemia pericorneal(+), Konjungtiva Hiperemia (-) pterygium (-)


pterygium (-)

Keruh, edema (+), ulkus (- Kornea Jernih, edema (-), ulkus (-),
), abses (-), sikatrik (-), abses (-), sikatrik (-), corpal

2
corpal (-) (-)

Sulit di evaluasi , van BMD Jernih, van herick 2


herick 1

Radier (+) Iris Radier (+)

Bulat, ϕ 5 mm, RC Pupil Bulat, ϕ 3mm, RC (+)


menurun

Keruh Lensa Jernih

3. PEMERIKSAAN LAIN
a. Funduskopi
OD : tidak dapat dievaluasi
OS :
• fundus refleks +, papil N. II batas tegas warna normal,
CD ratio 0,3 – 0,4, GON –
• Retina : warna normal, perdarahan (-)
• Makula : makula refleks +, drusen (-)
• Vitreous : jernih
b. Gonioskopi
OD : tidak dapat dievaluasi
OS : sudut terbuka
c. USG
Dalam batas normal
d. Biometri
- Lens thickness
OD : 6 mm
OS : 4 mm
- Axial length
OD : 20,23
OS : 19,89

3
4. DAFTAR MASALAH
- Penglihatan mata kanan pasien kabur mendadak sejak satu
minggu yang lalu
- Pasien melihat warna pelangi disekitar sumber cahaya,
mengalami mual, muntah, dan sakit kepala
- Mata kanan lebih merah daripada mata kiri dan agak berair
- Pada pemeriksaan mata kanan ditemukan hiperemi
perikorneal pada konjungtiva, kornea keruh dan edema, bilik
mata depan sulit dievaluasi dengan van herick 1, pupil mata
kanan berukuran 5 mm sedangkan mata kiri berukuran 3
mm, dan lensa mata kanan keruh
- Visus dan TIO
VOD :1/60 TOD : 46 mmHg
VOS : 6/15 TOS : 25 mmHg

5. ASSESMENT
DIAGNOSIS
OD : Glaukoma sudut tertutup akut

6. DIAGNOSIS BANDING
OD : Glaukoma sekunder faktor lensa (fakolitik, fakomorfik),
Keratitis , Uveitis anterior
7. PLANNING :
- TERAPI
• Pasien diposisikan supinasi, agar lensa tertarik ke
posterior oleh gravitasi
• Gliserin 1 gram/kgbb PO
• Acetazolamide 500 mg PO (2 x 250 mg)
• KSR 1 x 1 tab
• Timolol 0,5% tetes mata 2 x
• Prednisolone 1 % tetes mata 4 – 6 x
• Setelah TIO tidak terlalu tinggi atau <30 mmHg :
Pilocarpine 2% tetes mata (tidak selalu diberikan)

4
• Pertimbangkan laser iridotomi
- Pertimbangkan ekstraksi lensa (bila karena faktor lensa,
misalnya katarak)
- MONITORING
• Tekanan intraokular
• Gejala penyerta
- EDUKASI
• Batasi asupan cairan agar tekanan intraokular tidak
semakin meningkat

IV. TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Glaukoma

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik progresif disebabkan


oleh TIO tinggi (relatif) ditandai oleh kelainan lapang pandang , atrofi dan
gaung papil saraf optik. Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan
pembentukan humor akueus dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari
mata. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg
pada pemeriksaan dengan tonometer aplanasi yang dinyatakan dengan
tekanan air raksa(Yulia, 2006).

4.2 Klasifikasi Glaukoma

Glaukoma primer adalah glaukoma yang penyebabnya tidak pasti


karena tidak didapatkan kelainan lain yang menyebabkan glaukoma atau
terjadi tanpa dikaitkan dengan penyakit mata lain. Glaukoma primer di
klasifikasi menjadi dua , yaitu sudut terbuka dan tertutup. Glaukoma
sekunder adalah glaukoma yang disebabkan oleh kelainan mata lain.
Galukoma kongenital sudah ada sejak lahir dan terjadi akibat gangguan
perkembangan pada saluran humor aquos. Glaukoma absolut merupakan
jenis glaukoma yang tidak terkontrol karena terapi yang tidak adekuat,
biasanya keras, nyeri hebat, dan menyebabkan kebutaan (Salmon JP,
2012)

5
4.3 Glaukoma Sudut Tertutup Akut

Glaukoma primer adalah glaukoma yang terjadi tanpa dikaitkan


dengan penyakit mata lain. Glaukoma sudut tertutup merupakan kelainan
neuropati optik berupa edema diskus N. II disertai oklusi sudut iridokorneal
dan gejala-gejala penutupan trabecular meshwork oleh iris perifer. Pada
glaukoma primer sudut tertutup, peningkatan tahanan pada margo pupil
meningkatkan gradien tekanan antara COA dan camera oculi posterior
(COP). Peningkatan tekanan intraokuler (TIO) secara cepat sebagai hasil
dari tertutupnya sudut bilik mata depan (BMD) sehingga terjadi obstruksi
aliran humor aquos dan meruapakan kegawat daruratan mata karena
beresiko menyebabkan kebutaan (Nur Muhammad Ichsan , Maharani,
2018).

Gambar 4.1 Glaukoma sudut tertutup

4.3.1 Etiologi dan Faktor Resiko

Faktor primer terdiri dari kenaikan tekanan intraokular dan faktor


tekanan independen. Faktor sekunder terdiri dari bahan toksin yang
dikeluarkan pada saat terjadinya kematian sel ganglion retina seperti
glutamate, radikal bebas, dan nitrit oksida. Kenaikan tekanan intraokular
dapat disebabkan oleh faktor lokal dan faktor umum. Faktor lokal terdiri
atas laju produksi humor aquos, adanya hambatan pada jalur keluar
humor aquos, kenaikan tekanan vena episklera, dan dilatasi pupil. Faktor
umum antara lain sebagai berikut (Khurana, 2007; Salmon JP, 2012)

A. Usia
Rata-rata tekanan bola mata akan meningkat seiring dengan
bertambahnya umur, kemungkinan karena adanya penurunan
fasilitasi aliran humor aquos. Biasanya kenaikan terlihat mulai usia

6
40 tahun dikarenakan lensa yang semakin menebal dan semakin
maju ke depan yang memicu kontak lensa dengan margo pupil
(kontak iridolentikular).

B. Jenis kelamin
Tekanan intraokularpada orang yang berumur di antara 20-40
tahun tidak ada bedanya antara laki-laki dan perempuan. Akan
tetapi tekanan intraokular biasanya lebih tinggi pada perempuan
yang berusia di atas 40 tahun. Hal ini didukung pula dengan angka
kejadian glaukoma sudut terbuka yang lebih tinggi pada perempuan
berdasarkan penelitian di RSMH Palembang.

C. Riwayat keluarga

Riwayat keluarga yang menderita glaukoma merupakan salah


satu faktor resiko khususnya pada glaukoma sudut terbuka.
Sehingga pada pasien yang memiliki riwayat keluarga dengan
glaukoma disarankan untuk melakukan skrining teratur.

D. Ras
Pada glaukoma sudut terbuka, ras kulit hitam memiliki
prevalensi tertinggi dibandingkan dengan ras putih dan Asia.

E. Biometrik
Secara biometrik, risiko glaukoma sudut tertutup meningkat
pada COA yang dangkal, lensa yang tebal, peningkatan kurvatura
anterior lensa, panjang axial yang pendek, dan diameter serta jari-
jari kurvatura kornea yang kecil.

F. Penyakit penyerta

Diabetes dan hipertensi dikatakan meningkatkan resiko


seseorang untuk menderita glaukoma . Katarak juga merupakan
faktor resiko seseorang untuk menderita glaukoma, karena katarak

7
dapat menyebabkan glaukoma sekunder yang dibangkitkan oleh
lensa. Kejadian glaukoma primer sudut tertutup lebih sering terjadi
pada mata dengan hipermetropi/rabun dekat.

G. Variasi diurnal

Biasanya tekanan intraokular akan lebih tinggi pada pagi hari


dibandingkan dengan sore hari. Hal ini dikaitkan dengan variasi
diurnal plasma kortisol

H. Penggunaan obat-obatan

Penggunaan steroid, merokok dan mengkonsumsi kafein


dikatakan dapat meningkatkan tekanan intraocular.

4.3.2 Epidemiologi

Kasus glaukoma primer sudut tertutup banyak terjadi pada ras


Asia. Prevalensi glaukoma di Indonesia hasil Jakarta Urban Eye Health
Study tahun 2008 untuk glaukoma primer sudut tertutup 1,89%. Studi
epidemiologi yang diterbitkan oleh British Journal of Ophthalmology
melaporkan angka kejadian glaukoma sudut tertutup di Asia Tenggara
sebesar 13,6% dari total kejadian glaukoma sudut tertutup di seluruh
dunia (Infodatin, 2015)

8
4.3.3 Patofisiologi

Gambar 4.2 Patofisiologi Glaukoma

4.3.4 Diagnosis
Gejala-gejala yang dialami pasien antara lain mata merah,
penglihatan menurun, seperti melihat pelangi di sekitar lampu, rasa sakit
pada mata yang berdenyut, sakit kepala sebelah, dan mual serta muntah.
Sedangkan tanda-tanda yang mungkin ditemukan adalah spasme
palpebra, hiperemia konjungtiva, dan edema kornea (keruh seperti kaca
es). Pada tahap awal, penurunan visus bukan karena kerusakan saraf
optik melainkan karena kekeruhan kornea. Selain itu bilik depan dangkal
dan pupil luas karena kelumpuhan m. sphincter pupillae. Pada serangan
yang sudah terjadi berulang-ulang, lensa menjadi keruh/katarak yang
tampak di atas permukaan kapsula lensa depan sebagi bercak putih
(disebut glaukoma ecken). Oftalmoskopi mengungkap gambaran papil
yang tidak khas (edema,pucat). Tonomoteri menunjukkan TIO > 21
mmHg, bisa mencapai 50-60 mmHg (Suhardjo and Hartono, 2007).

Studi berbasis klinis menunjukkan bahwa mata dengan glaukoma


primer sudut tertutup memiliki panjang aksial yang lebih pendek dan bilik
mata depan yang dangkal. Rosengren menemukan bahwa pasien

9
glaukoma memiliki kedalaman bilik mata depan yang lebih pendek
daripada subjek normal dan bilik mata depan yang dangkal pada pasien
glaukoma primer sudut tertutup ada sebelum peningkatan tekanan. Sir
Lowe pada tahun 1970 menyatakan bahwa karakteristik bilik mata depan
dangkal glaukoma primer sudut tertutup disebabkan oleh hubungan
abnormal antara struktur lensa dan bola mata (Divya, Vijayaramaraju and
Reddy, 2016).

4.3.5 Penatalaksanaan
Adapun Prinsip tatalaksana pada glaukoma akut sudut tertutup adalah
sebagai berikut (Syuhar, 2016):

1. Menurunkan TIO segera

2. Membuka sudut yang tertutup

3. Memberi suportif

4. Mencegah sudut tertutup berulang

5. Mencegah sudut tertutup pada mata yang lain (fellow eye).

Terapi (Ilyas and Yulianti, 2018; Liwang et al., 2020) :

- Pasien diposisikan supinasi, agar lensa tertarik ke posterior oleh


gravitasi
- Gliserin 1 gram/kgbb PO
- Penghambat karbonik anhydrase : Acetazolamide 500 mg IV (TIO >
50 mmHg, dapat ditambah dengan 500 mg PO) atau
Acetazolamide 500 mg PO (TIO <50 mmHg). Dilanjutkan dengan
dosis rumatan Acetazolamide 4 x 250 mg PO
- Penyekat beta : Timolol 0,5 % tetes mata 1 kali; dilanjutkan
rumatan 2x/hari
- Agonis alfa adrenergik : Apraclonidine 1% tetes mata 1x;
dilanjutkan rumatan 3x/hari
- Steroid : Prednisolone 1% tetes mata 1x, dilanjutkan tiap 30 – 60
menit, rumatan 4x/hari

10
- Miotik (setelah TIO tidak terlalu tinggi, atau <30mmHg) : Pilocarpine
2% tetes mata 2 tetes pada jam pertama, dilanjutkan rumatan
4x/hari
- Analgetik dan antiemetik
- Setelah tatalaksana awal pertimbangkan untuk dilakukan laser
iridotomi
Tindakan pembedahan harus dilakukan pada mata dengan
glaukoma sudut sempit karena serangan akan berulang lagi pada
suatu saat. Tindakan pembedahan dilakukan pada saat bola mata
sudah terkontrol, mata tenang dan persiapan pembedahan sudah
cukup (Ilyas and Yulianti, 2018).

4.3.6 Komplikasi
Jika pengobatan tertunda, iris perifer dapat menempel pada trabecular
meshwork (sinekia anterior), menghasilkan oklusi ireversibel sudut bilik
mata depan yang memerlukan pembedahan. Kerusakan saraf optik sering
terjadi (Riordan-Eva and Augsburger, 2017).

4.3.7 Edukasi dan pencegahan


Edukasi pada pasien glaukoma sudut sempit (Ilyas and Yulianti,
2018):

- Emosi (seperti bingung dan takut) dapat menimbulkan serangan


akut
- Membaca dekat yang menyebabkan miosis atau pupil kecil akan
menimbulkan serangan pada glaukoma dengan blok pupil
- Pemakaian simpatomimetik yang melebarkan pupil berbahaya
- Sudut sempit dengan hipermetropia dan bilik mata dangkal
berbahaya memakai obat anti histamin dan antispasme

4.3.8 Prognosis
Sekitar 42 – 72 % pasien glaukoma akut berhasil diterapi dengan
iridotomi laser, dengan 60 – 75 % pulih tanpa kerusakan diskus optik atau
defek lapang pandang menetap (Liwang et al., 2020).

11
4.3.9 DD
A. Glaukoma sekunder faktor lensa
Glaukoma fakomorfik
Galukoma fakomorfik (fako ; lensa, morfik : bentuk), merupakan
glaukoma yang berkembang sekunder di karenakan oleh perubahan
lensa. Glaukoma sudut tertutup yang dapat terjadi secara akut, subakut,
atau kronik oleh karena katarak matur atau intumesen (Prajna NV,
Ramakhrishnan R, Krishnadas R, 1996)
Galukoma fakomorfik dapat terjadi kerana pupil terhalang oleh
perubahan ukuran dan posisi permukaan anterior lensa yang mendorong
lensa ke anterior sehingga menekan iris. Terhalangnya pupil atau luksasi
diafragma lensa iris dapat menyebabkan sudut bilik mata tertutup. Selain
itu, glaukoma fakomorfik juga dapat disebabkan oleh mata hyperopia
dengan lensa yang telah lebih besar dibandingkan panjang aksial. Mata
seperti ini memiliki bilik mata depan yang lebih sempit sehingga dapat
mencetuskan glaukoma.
Pada mata dengan glaukoma fakomorfik terdapat peningkatan TIO
yang patologis. Penyebabnya adalah bentuk lensa yang
menebal/intumesen. Penebalan ini dapat disebabkan oleh pembentukan
katarak matur karena hidrasi korteks. Saat maturase katarak berlngsung
dan protein lensa denaturasi, terjadi hiperosmolaritas pada lensa yang
mengakibatkan proses hidrasi lensa berlanjut, sehingga lensa menjadi
tebal atau intumesen. Penebalan pada lensa tersebut menyebabkan
kapsul lensa meregang, sehingga pada bagian sisi lensa terjadi kalsifikasi
, sementara di sisi lain menjadi flasid. Penyebab penebalan lensa yang
lain adalah trauma tusuk pada kapsul lensa yang menyebabkan terjadi
hidrasi lensa. Penebalan lensa yang berlanjut dapat terjadi pada beberap
kondisi. Penderita dengan diabetes melitus memiliki resiko terjadi
penebalan lensa. Intumesensi lensa dapat terjadi akibat reaksi
idiosyncratic terhadap obat sistemik seperti diuretic. Penderita dengan
Persistent Hyperplasmic Primary Vitreus (PHPV) dapat terjadi glaucoma
karena adanya rupture pada kapsul lensa posterior sehingga mmebentuk

12
katarak denagn cepa. Sementara itu , kontraksi membrane fibrovascular
dapat mendorong diafragma lensa-iris ke depan dan membuat bilik
anterior menjadi dangkal. Selain itu , trauma dan psudo eksofoliation
mengganggu sokongan dari zonula zinii sehingga terjadi pergeseran lensa
anterior, dan membuat bilik mata depan menjadi dangkal.
Lensa yang tebal dapat menyebabkan penyempitan sudut
iridotrabekular secara progresif. Hal ini meningkatkan TIO, sehingga
timbul tanda dan gejala glaucoma akut sudut tertutup, atau disebut juga
glaucoma fakomorfik sudut tertutup akut. Selama glaucoma fakomorfik
belum menimbulkan neuropati optic, maka glaucoma tersebut adalah akut.
(Prajna NV, Ramakhrishnan R, Krishnadas R, 1996; Kaplowitz KB, 2011)

Gejala subjektif glaucoma fakomorfik : (Wijaya, 1993)


- Nyeri kepala mendadak
- Mata merah
- Pandangan kabur dan melihat bayangan seperti pelangi di sekitar
cahaya
- Mual dan muntah
- Penurunan tajam penglihatan uang telah dialami sejak sebelum
serangan akut glaucoma
- Tingginya TIO (>35mmHg)
- Pupil mid dilatasi, irregular
- Edema korena
- Injeksi konjungtiva dan silier
- BMD dangkal , <2mm
- Letak lensa yang lebih ke depan
- Ketebalan lensa setidaknya 5mm
- Pembentukan katarak yang tidak sama pada kedua mata

13
Glaukoma fakolitik

Glaukoma fakolitik merupakan glaukoma sekunder sudut terbuka


dengan tanda-tanda dan gejala klinik glaukoma akut, sudut bilik mata
terbuka lebar dan lensa dengan katarak hipermatur disertai masa seperti
susu (lensa yang mencair keluar melalui kapsul utuh mengalami
degenerasi) di dalam bilik mata depan. Bahan lensa ini dapat menutup
jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik. (Arnia,
2015; Ilyas and Yulianti, 2018).

B. Uveitis dan keratitis

Infeksi, misalnya uveitis, atau keratitis. Pada kasus infeksi umumnya


tidak ditemukan peningkatan TIO yang ekstrem dan bilik mata depan tidak
dangkal (Liwang et al., 2020).

Uveitis anterior adalah inflamasi pada uvea bagian anterior, yang


terdiri dari iris dan badan siliar. Pada uveitis anterior akut dapat ditemukan
gejala mata merah, nyeri, fotofobia, epifora, penurunan visus tergantung
tingkat keparahan inflamasi, injeksi siliar, keratic precipitates (KP). Pada
bilik mata depan dapat ditemukan sel dan flare, hipopion, miosis, sinekia
posterior (Liwang et al., 2020).

Keratitis adalah inflamasi pada kornea yang dapat disebabkan oleh


infeksi (bektari, fungi, virus, protozoa) maupun non infeksi (alergi,
trauma,dsb). Mayoritas keratitis akut disebabkan proses infeksi. (Liwang
et al., 2020). Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau , mata berair
dan kotor, lesi dikornea disertai penglihatan berkurang (Ilyas and Yulianti,
2018).

Tabel 4.1 Gejala pada glaukoma, uveitis, dan keratitis akut (Ilyas and
Yulianti, 2018)

Gejala Glaukoma akut Uveitis akut Keratitis akut


Kekeruhan +++ - +/+++
kornea

14
Kelainan pupil Midriasis non- Miosis iregular Normal / miosis
reaktif
Kedalaman Dangkal Normal Normal
BMD
Tekanan intra TInggi Rendah Normal
okular

V. RESUME
Pasiel laki – laki berusia 63 tahun datang dengan keluhan mata kanan
kabur mendadak sejak satu minggu yang lalu. Keluhan ini disertai mata
merah, melihat pelangi di sekitar cahaya, sakit kepala, mual, dan muntah.
Pasien tidak memiliki riwayat diabetes, hipertensi, alergi, dan trauma.
Pada pemeriksaan mata kanan didapatkan hiperemi perikorneal pada
konjungtiva, kornea keruh dan edema, bilik mata depan sulit dievaluasi
dengan van herick 1, pupil mata kanan berukuran 5 mm sedangkan pupil
mata kiri berukuran 3 mm dan lensa mata kanan keruh. Visus mata kanan
1/60 dan mata kiri 6/15. Tekanan intraokular mata kanan 46 mmHg dan
mata kiri 25mmHg. Pasien didiagnosis dengan glaukoma sudut tertutup
akut pada mata kanan dan diberikan tatalaksana awal. Pasien diposisikan
supinasi serta diberikan obat – obatan berupa gliserin 1 gram/kgbb PO,
acetazolamide 500 mg PO, KSR 1 x 1 tab, timolol 0,5% tetes mata,
prednisolone 1 % tetes mata, dan setelah TIO tidak terlalu tinggi atau <30
mmHg diberikan pilocarpine 2% tetes mata. Kemudian dipertimbangkan
untuk dilakukan laser iridotomi dan ekstraksi lensa.

15
DAFTAR PUSTAKA

Arnia (2015) ‘MANAGEMENT OF SECONDARY GLAUCOMA DUE TO


SENILE CATARACT IN 56 YEARS OLD MAN’, Agromed Unila, 2.

Divya, B., Vijayaramaraju, M. and Reddy, M. Y. (2016) ‘OCULAR


BIOMETRY IN PRIMARY ANGLE CLOSURE GLAUCOMA’, 5(29),
pp. 1475–1478. doi: 10.14260/jemds/2016/347.

Ilyas, S. and Yulianti, S. R. (2018) Ilmu Penyakit Mata. 5th edn. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Infodatin (2015) Situasi dan Analisis Glaukoma. Jakarta: Kemenkes RI.

Kaplowitz KB, K. K. (2011) ‘An-Evidence-Based Approach to


Phacomorphic Glaucoma’, Clinical and Experimental Opthalmology.

Khurana, A. (2007) ‘Comprehensive Ophtalmology’, New Delhi: New Age


International Publishers, Fourth Edi.

Liwang, F. et al. (2020) Kapita Selekta Kedokteran. 5th edn. Depok: Media
Aesculapius.

Nur Muhammad Ichsan , Maharani, F. L. R. (2018) ‘Perbandingan


Penurunan Tekanan Intraokuler Pasca Trabekulektomi dan Pasca
Fako-Trabekulektomi pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup: Studi
Berbagai Stadium’, Jurnal Kedokteran Diponegoro.

Prajna NV, Ramakhrishnan R, Krishnadas R, et al (1996) Lens Induced


Glaucomas-Visual Result and Risk Factors for Final Visual Acuity.
Edited by 2. Indian J Opthamol.

Riordan-Eva, P. and Augsburger, J. J. (2017) Vaughan & Asbury’s


General Ophthalmology. 19th edn. McGraw Hill Professional.

Salmon JP (2012) Glaukoma . In: Eva PR, Whitcher JP. 2012. Vaughan &
Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.

Suhardjo and Hartono (2007) Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu


Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

16
Syuhar, M. N. (2016) ‘Seorang Pria 66 Tahun dengan Glaukoma Akut
Primer Sudut Tertutup’, Mediula Unila, 4, pp. 99–103.

Wijaya, N. S. (1993) Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Abadi Tegal.

Yulia (2006) ‘Glaukoma’, http://fkuii.org/tiki-index.php?=Glaukoma2,.

17

Anda mungkin juga menyukai