Disusun Oleh :
Maulitiara Ayu Kautsar
2016730062
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Ablasi
Retina Regmatogenosa”. Laporan kasus ini penulis ajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan kepanitraan klinik stase Ilmu Penyakit Mata di
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan selanjutnya. Atas
selesainya laporan kasus ini, penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Hj. Hasri Darni, Sp.M. yang
telah memberikan arahan dan bimbingannya. Semoga tugas laporan kasus ini
dapat menambah ilmu pengetahuan bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
STATUS PASIEN............................................................................................................1
1.1. Identitas Pasien.......................................................................................................1
1.2. Anamnesis...............................................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik....................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5
2.1 Definisi.....................................................................................................................5
2.2 Epidemiologi............................................................................................................5
2.3 Etiologi.....................................................................................................................5
2.4 Patofisiologi.............................................................................................................6
2.5 Gejala Klinis............................................................................................................6
2.5.1 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut.....................................................................6
2.5.2 Konjungtivitis Bakteri Akut.............................................................................8
2.5.3 Konjungtivitis Bakteri Subakut........................................................................8
2.5.4 Konjungtivitis Bakteri Kronik..........................................................................8
2.5.5 Konjungtivitis Angular.....................................................................................8
2.5.6 Konjungtivitis Mukopurulen............................................................................8
2.6 Diagnosis.................................................................................................................9
2.7 Diagnosis Banding.................................................................................................10
2.8 Tatalaksana............................................................................................................11
2.9 Pencegahan............................................................................................................12
2.10 Prognosis..............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Konjungtivitis Gonokokus........................................................................7
Gambar 2.2 Konjungtivitis Bakteri ..............................................................................9
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Diagnosis Banding Konjungtivitis ..............................................................11
iii
BAB I
STATUS PASIEN
Nama : Tn. L
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 45 tahun
Pekerjaan :-
1.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Mata terasa seperti ada benda kecil bertebangan (Floater) dan fotopsia. Mata tidak
merah
Os datang ke poli mata RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan mata tiaba-tiba tidak
bisa melihat sejak 3 hari. Keluhan ini disertai penglihatan berupa benda kecil
bertebangan (floater) dan disusul pijaran api (fotopsia) pada lapang penglihatan
mata kanan. Tidak ada trauma dan tidak nyeri pada kedua mata.
Os tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya. Pasien juga tidak memiliki
riwayat penyakit lain seperti hipertensi atau DM.
Riwayat Pengobatan
1
Pasien belum menggunakan obat apapun.
Riwayat alergi
Pasien menyangkal adanya riwayat alergi terhadap debu, obat-obatan, makanan
ataupun perubahan suhu (cuaca).
Riwayat Psikososial
Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, minum alcohol ataupun memakai
narkoba.
Gizi : Baik
Tanda Vital :
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 80x/ menit teratur dan kuat angkat
- Respirasi : 16x/mnt reguler
- Suhu : 37°C
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
2
OD OS
Normal Normal
Palpebra
B. PALPASI
Pemeriksaan OD OS
Nyeri tekan (-) (-)
Massa tumor (-) (-)
C. VISUS
VOD = 1/300
VOS = 1/60
D. SLIT LAMP
Tidak dilakukan
E. FUNDUSKOPI
+/-
1.4 RESUME
Pasien laki-laki berusia 20 tahun datang dengan keluhan mata kiri merah
sejak 3 hari SMRS, lalu 2 hari SMRS mata kanan mengalami gejala serupa. Mata
3
merah disertai adanya rasa gatal, pembengkakan dan keluarnya sekret berwarna
kuning. Keluhan memberat setelah pasien mengucek matanya dan berkurang setelah
dikompres air hangat. Nyeri disangkal. Adik pasien mengalami gejala serupa
beberapa hari sebelumnya.
1.5 DIAGNOSIS
Ablasi retina
Non Medikamentosa
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Peradangan pada konjungtiva atau selaput lender yang menutupi belakang
kelopak serta bola mata dan diakibatkan oleh infeksi bakteri, klamidia, viral toksik,
alergi atau penyakit sistemik disebut dengan konjungtivitis. Konjungtivitis dapat terjadi
secara akut yaitu terjadi sekitar 14 hari ataupun secara kronik.1
2.2 Epidemiologi
Konjungtivitis akut secara keseluruhan terjadi pada 6 juta orang per tahunnya di
Amerika Serikat dan sebagian besar merupakan konjungtivitis bakteri.Puncak terjadinya
konjungtivitis bakteri diperkirakan antara bulan Desember sampai April.3
Konjungtivitis bakteri lebih banyak terjadi pada anak-anak mulai dari usia 0-19
tahun dan hanya terjadi pada 36% yang terjadi pada orang dewasa. Meskipun demikian,
prevalensi konjungtivitis tidak bergantung dengan jenis kelamin dan ras. 4
2.3 Etiologi
Konjungtivitis bakteri disebabkan oleh infeksi Haemophilus influenza,
Streptococcus pneumoniae, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Moraxella dan
Corynebacterium diphtheriae. Tidak hanya itu, konjungtivitis bakteri juga dapat terjadi
5
akibat infeksi bakteri yang ditularkan secara seksual seperti infeksi Neisseria
gonnorrhoeae dan Chlamydia. 1,2
2.4 Patofisiologi
Penularan pathogen langsung pada konjungtiva akan menyebabkan terjadinya
konjungtivitis infeksi. Konjungtivitis dapat terjadi ketika terjadi kerusakan baik pada
lapisan epitel mata maupun mekanisme pertahanan. Selain itu, kondisi
3
imunokompromis merupakan factor pendukung terjadinya konjungtivitis bakteri.
Mekanisme pertahanan yang ada pada konjungtiva antara lain mempunyai lapisan
dengan banyak vaskularisasi, mempunyai beragam tipe sel yang memberikan reaksi
peradangan, memiliki banyak immunoglobulin yang dihasilkan oleh sel
imunokompeten, serta mempunyai aktivitas mikrovili dan enzimatis yang bertugas
untuk menetralisasi mikroorganisme. Tidak hanya itu, jika terjadi peradangan ringan di
konjungtiva, maka akan sekresi mucus akan meningkat. 2 Selain akibat runtuhnya
mekanisme pertahanan, infeksi juga dapat terjadi akibat adanya perubahan pada titer
bakteri atau jenis bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi klinis sehingga flora
normal, seperti Streptococci, Staphylococci dan Corynebacteria, pada mata juga akan
berubah . 4
6
2.5.1 Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
7
Gambar 2.1 Konjungtivitis Gonokokus5
(Sekret purulent yang berlebihan (panah yang terwarnai) dan penipisan kornea (panah
yang tidak terwarnai)).
2.5.2 Konjungtivitis Bakteri Akut
Konjungtivitis ini sering terjadi pada epidemik dan memiliki gejala klinis
berupa edema palpebra serta hiperemis pada konjungtiva dengan onset yang akut
atau kurang dari 14 hari dan disertai pengeluaran sekret mukopurulen dengan
jumlah yang lumayan banyak. Pada iklim yang sedang konjungtivitis akut sering
disebabkan oleh S. pneumoniae, sedangkan pada iklim yang hangat sering
disebabkan oleh H. aegyptius. Pada konjungtivitis yang diakibatkan oleh S.
pneumoniae dan H. aegyptius sering disertai perdarahan subkonjungtiva.1,5
8
Konjungtivitis ini umumnya dialami secara unilateral oleh pasien dengan
obstruksi ductus lakrimalis, dakriosistitis kronik, blefaritis kronik dan kelenjar
meibom yang mengalami disfungsi. 5
9
(A. Edema kelopak dan eritema pada infeksi yang berat B. Hiperemia konjungtiva
fornises dan tarsal difus. C. pengeluaran sekret mukopurulen D. Sekret mukopurulen
profus atau berlebihan)
2.6 Diagnosis
Sebelum pemeriksaan penunjang, konjungtivitis diagnosisnya dapat ditegakkan
dengan anamnesis berupa keluhan mata merah, adanya rasa mengganjal, gatal dan
berair, dan terkadang disertai sekret. Pada konjungtivitis tidak disertai penurunan tajam
penglihatan. 7
Selain keluhan-keluham tersebut, pada pasien konjungtivitis dapat juga
ditemukan beberapa factor risiko yang mendukung terjadinya konjungtivitis seperti
adanya penurunan daya tahan tubuh, riwayat atopi, riwayat penggunaan kontak lensa
yang tidak disertai perawatan yang baik dan kebersihan diri yang juga tidak baik. 7
Setelah anamnesis, maka lakukan pemeriksaan oftalmologi seperti pemeriksaan
visus, inspeksi dan palpasi. Pada konjungtivitis akan didapatkan tajam penglihatan yang
normal, injeksi konjungtiva, edema kelopak, kemosis dan sekret yang
serosa/mukopurulen/purulent sesuai dengan penyebabnya. Selain pemeriksaan
oftalmologi, dapat juga dilakukan perabaan pada pre aurikula. Pada konjungtivitis
akibat virus, jamur atau konjungtivitis bakteri non-purulen sering didapatkan nodus,
sedangkan pada konjungtivitis bakteri yang purulent jarang ditemukan nodus pada
perabaan pre aurikula. 1,7
Dalam mengidentifikasi organisme penyebab konjungtivitis bakteri maka dapat
dilakukan pemeriksaan mikroskopik yang menggunakan kerokan konjungtiva yang
diwarnai dengan pewaraan Gram atau Giemsa. Pada pewarnaan ini dapat ditemukan
sejumlah neutrophil polimorfonuklear. Pemeriksaan kerokan konjungtiva ini tidak
hanya dapat dilakukan untuk pemeriksaan mikroskopik tetapi juga dapat digunakan
untuk pemeriksaan kultur. Pemeriksaan kerokan konjungtiva wajib dilakukan pada
pasien yang ditemukan pengeluaran sekret purulent dan psudomembran. 1,5
10
sediaan langsung dan agar dapat diberikan pengobatan yang sesuai dengan bakteri yang
ditemukan. 1
Hemoragik + + - -
Folikel - + + -
Panus - - + -
11
2.8 Tatalaksana
Bila pada sediaan langsung tidak diperoleh bakteri penyebab, maka antibiotik
yang diberikan ialah antibiotik spektrum luas dengan sediaan tetes mata tiap jam atau
salep mata 4-5 kali sehari. Selain itu, pemberian salep sulfasetamid 10-15% atau
kloramfenikol sebaiknya diberikan sebelum tidur. Jika setelah 1 minggu tidak ada
perbaikan, maka lakukan uji resistensi untuk melihat adanya kemungkinan defisiensi air
mata atau obstruksi duktus nasolakrimal.1
12
2.9 Pencegahan
Penularan perlu dicegah dengan meminta pasien dan orang-orang yang tinggal
bersama pasien untuk menjaga kebersihan diri, seperti mencuci tangan sebelum dan
sesudah membersihkan atau mengoleskan obat. Selain itu, pasien juga diminta untuk
tidak berbagi handuk atau lap dengan orang-orang yang tinggal bersamanya serta
menjaga kebersihan lingkungan rumah dan sekitar.5,7
2.10 Prognosis
Gejala klinis konjungtivitis jarang memberat sehingga biasanya memiliki
prognosis bonam.7
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI; 2017. p 124-9
2. Soewono W, Budiono S, Eddyanto, et al. Penyakit Mata Luar dan Kornea.
Dalam: Budiono S, Saleh TT, Eddyanto, Moestidjab. Editor: Ilmu Kesehatan
Mata. Surabaya: Airlangga University Publisher;2013. p 109-11.
3. Pippin MM, Le JK. Bacterial Conjuctivitis. National Center for Biotechnology
Information; 2019. [cited 2020 Apr 7]; Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546683/
4. Yeung KK. Bacterial Conjunctivitis (Pink Eye). Medscape; 2019. [Cited 2019 Jan
3]; Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1191730-
overview#a6
5. Ferrer-Garcia FJ, Augsburger JJ, Correa ZM. Conjunctiva. Dalam: Eva PR,
Augsburger JJ. Editor: Vaughan and Asbury’s General Ophthalmology. 19 th
Edition. London: McGraw-Hill; 2018. p 200-8
13
6. Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th edition . Sydney: Elsevier;
2016. p 135-6.
14