Soobbb… Gimana ya solusinya kalau ada pasien dengan letak plasenta yang
abnormal..??
Mau tau kan?? Intip dikit yuk! Materinya dijamin penting ting..ting..ting!
BENTUK PANGGUL
• PANGGUL GYNECOID: Panggul paling baik untuk perempuan.
Bentuk pintu atas panggul hampir bulat. Diameter
anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat. Jenis ini
ditemukan pada 45% wanita
• PANGGUL ANDROID: Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga.
Umumnya pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter
transversa dekat dengan sakrum. Pada wanita ditemukan 15%.
• PANGGUL ANTHROPOID: Bentuk pintu atas panggul agak lonjong
seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih besar
daripada diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35%
pada wanita
• PANGGUL PLATYPELOID: Sebenarnya jenis ini adalah jenis
ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran
melintang jauh lebih besar daripada ukuran muka belakang. Jenis
ini ditemukan pada 5% perempuan.
BIDANG HODGE
a. Bidang Hodge I: Bidang pintu atas panggul, dengan batas tepi atas
simfisis.
b. Bidang Hodge II: Bidang sejajar H-I setinggi tepi bawah simfisis
c. Bidang Hodge III: Bidang sejajar H-I setinggi spina ischiadica (Hodge III setara dengan Station 0)
d. Bidang Hodge IV: Bidang sejajar H-I setinggi ujung bawah os coccygis
Pemeriksaan perlimaan dilakukan untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah janin masuk Pintu Atas Panggul
(PAP)
5/5 jika seluruh kepala janin dapat diraba dengan kelima jari di atas symphisis pubis dan dapat
digerakkan
4/5 jika hanya sebagian kecil dari kepala janin masuk PAP
3/5 jika hanya 3 dari 5 jari yang dapat meraba seluruh kepala janin
2/5 jika hanya 2 dari 5 jari yang dapat meraba kepala janin di atas sympisis pubis (Hodge III+)
1/5 jika hanya 1 jari yang dapat meraba kepala janin (Hodge III/IV)
0/5 jika kepala sudah tidak dapat diraba lagi yang berarti seluruh bagian terendah bayi (kepala) sudah
masuk dasar panggul (Hodge IV)
DIAGNOSIS KEHAMILAN
• Bila siklus menstruasi < 28 hari, perhitungan tanggal setelah rumus asli (+7) perlu dikurangi dengan selisih (28 hari
- siklus mens ps)
wanita dengan siklus menstruasi 23 hari maka taksiran tanggal persalinannya, yaitu tgl HPHT +7 -5
menjadi tgl HPHT +2 bukan 7
MALPRESENTASI
• Kriteria anemia dalam kehamilan adalah Kadar Hb < 11 g/dl (pada trimester I dan III) atau < 10,5 g/dl (pada
trimester II). Faktor Predisposisi anemia pada ibu hamil antara lain Diet rendah zat besi, B12, dan asam folat,
Kelainan gastrointestinal, Penyakit kronis, Riwayat Keluarga.
• Bila diagnosis telah tegak
Pemeriksaan apusan darah tepi untuk melihat morfologi
Tablet yang saat ini banyak tersedia di Puskesmas adalah tablet tambah darah yang berisi 60 mg besi elemental
dan 250 µg asam folat.
Bila tidak tersedia pemeriksaan apusan beri suplementasi besi + asam folat 3x/hari selama 90 hari bila ada
perbaikan lanjut hingga 42 hari pascasalin tidak ada perbaikan rujuk
• Mikrositik Hipokrom
Defisiensi besi: Periksa ferritin. Bila kadar ferritin < 15 ng/ml terapi besi dengan dosis 180 mg besi elemental/
hari. Bila kadar ferritin normal periksa SI dan TIBC
Thalassemia: Pasien dengan kecurigaan thalassemia perlu dilakukan tatalaksana bersama dokter spesialis
penyakit dalam untuk perawatan yang lebih spesifik
Normositik Normokrom
Perdarahan: tanyakan riwayat dan cari tanda dan gejala aborsi, mola, kehamilan ektopik, atau perdarahan pasca
persalinan
Infeksi kronik
• Makrositik hiperkrom
Defisiensi asam folat dan vitamin B12: berikan asam folat 1 x 2 mg dan vitamin B12 1 x 250 – 1000 μg
• Tranfusi
Kadar Hb <7 g/dl atau kadar hematokrit <20 %
Kadar Hb >7 g/dl dengan gejala klinis: pusing, pandangan berkunang- kunang, atau takikardia (frekuensi nadi :
100x per menit)
PERSALINAN
FASE PERSALINAN
a. Kala 1
1. Fase laten: pembukaan sampai mencapai 3 cm (8 jam). His pada kala 1 Tiap 10 menit, amplitudo 40 mmHg, lama
20-30 detik. Serviks terbuka sampai 3 cm, Frekuensi dan amplitudo terus meningkat
2. Fase aktif: pembukaan dari 3 cm sampai lengkap (+ 10 cm)
a. Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm sampai 4 cm.
b. Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c. Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm sampai lengkap (+ 10 cm).
Pengukuran kekuatan kontraksi ini dengan His yaing diukur dalam 10 menit. Terjadi peningkatan rasa nyeri,
amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik (frekuensi setidaknya 2x/10
menit dan lama minimal 40 “). Serviks terbuka sampai lengkap (+10cm).
• Jenis Kelainan His
Inersia Uteri (Kontraksi Uterus Hipotonik)
His lemah, pendek, jarang tidak adekuat untuk mebuka serviks dan mendorong janin
His terlalu kuat (Kontraksi Uterus Hipertonik)
His terlalu kuat dan terlalu efisien sehingga persalinan terlalu cepat
Incoordinate uterine contraction
Tidak ada koordinasi antara kotraksi bagian atas, tengah dan bawah; tidak ada dominasi fundus
b. Kala 2
1. Dimulai pada saat pembukaan serviks telah lengkap, berakhir pada saat bayi telah lahir lengkap.
2. Vulva terbuka, perineum menonjol, tekanan pada anus, kepala pada introitus vagina
3. His: Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10 menit
4. Tanda pelepasan plasenta
Semburan darah dengan tiba-tiba: Karena penyumbatan retroplasenter pecah saat plasenta lepas
Pemanjangan tali pusat: Karena plasenta turun ke segmen uterus yang lebih bawah atau rongga vagina
Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi globular (bulat): Disebabkan oleh kontraksi uterus
Perubahan dalam posisi uterus, yaitu uterus didalam abdomen: Sesaat setelah plasenta lepas TFU akan
naik, hal ini disebabkan oleh adanya pergerakan plasenta ke segmen uterus yang lebih bawah
c. Kala 3
1. Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, berakhir dengan lahirnya plasenta.
2. His: Amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus menurun
3. Manajemen aktif kala 3:
Uterotonika
1 menit setelah bayi lahir
Oksitosin 10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral
Dapat diulangi setelah 15 menit jika plasenta belum lahir
Peregangan tali pusat terkendali
Tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso-
kranial secara hati-hati
Masase uterus
Letakkan telapak tangan di fundus masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga
d. Kala 4
Satu jam pertama postpartum dilakukan observasi per 15 menit, satu jam berikutnya per 30 menit. Yang
diobservasi adalah tanda vital, jumlah perdarahan, kontraksi dan tinggu fundus uteri, urin output
PARTOGRAF
Tujuan utama:
• Mencatat hasil observasi dan menilai kemajuan persalinan
• Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal atau terdapat
• penyimpangan, dengan demikian dapat melakukan deteksi dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama
Observasi
• Denyut jantung janin: setiap 1⁄2 jam
• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus: setiap 1⁄2 jam
• Nadi: setiap 1⁄2 jam
• Pembukaan serviks: setiap 4 jam
• Penurunan: setiap 4 jam
• Tekanan darah dan temperatur tubuh: setiap 4 jam
• Produksi urin, aseton dan protein: setiap 2-4 jam
Penilaian 0 1 2 3
Tidak ada definisi serviks yang favorable atau unfavorable yang diterima secara universal.
Skor Bishop tinggi kemungkinan persalinan pervaginam tinggi, sementara skor Bishop yang rendah
kemungkinan kelahiran caesar tinggi.
Dengan menggunakan sistem penilaian Bishop, para ahli menganggap skor ≥6 termasuk favorable dan skor ≤3
unfavorable cervix; skor 4 atau 5 berada di zona abu-abu.
Jika serviks favorable, oksitosin diberikan tanpa pematangan serviks.
Jika serviks unfavorable, dilakukan pematangan serviks dahulu dengan misoprostol
Sebaliknya, skor Bishop yang rendah adalah prediksi bahwa induksi akan gagal menghasilkan persalinan
pervaginam.
PERSALINAN LAMA
DISTOSIA BAHU
• Keadaan dimana setelah kepala dilahirkan, bahu anterior tidak dapat lewat dibawah simfisis pubis
• Diagnosis:
Kesulitan melahrikan wajah dan dagu
“Turtle Sign”: kepala bayi melekat erat di vulva atau bahkan tertarik kembali
Kegagalan paksi luar kepala bayi
Kegagalan turunnya bahu
Faktor predisposisi:
Antepartum: Riwayat distosia bahu sebelumnya, Makrosomia 4500 g
, Diabetes melitus
, IMT 30 kg/m2, Induksi
persalinan
Intrapartum: kala I persalinan memanjang, Secondary arrest, Kala II persalinan memanjang, Augmentasi oksitosin,
Persalinan pervaginam yang ditolong
Komplikasi: kematian janin, asfiksia dan sequelenya, fraktur klavikula/ humerus, paralisis pleksus brakialis,
perdarahan postpartum, ruptur uteri
Manajemen ALARM:
Ask for help
Lift the buttock & the legs (McRobert’s manoeuver)
Anterior disimpaction of shoulder: rotate to oblique (Rubin manoeuver) + suprapubic pressure (massanti
Manoeuver)
Rotation of the posterior shoulder - Woods’ manoeuver
Manual removal of posterior arm
• POGI (Semarang, 2008): persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
• (Wibowo, 1997) partus prematurus iminens adalah: Kontraksi uterus yang teratur setelah kehamilan 20 minggu
dan sebelum 37 minggu dengan interval kontraksi 5-8 menit atau kurang + satu atau lebih tanda berikut:
• Perubahan serviks yang progresif
• Dilatasi serviks 2 cm atau lebih
• Penipisan serviks 80 % atau lebih
DERAJAT ABORTUS
Diagnosis Perdarahan Serviks Besar uterus Gejala lain
tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi
Abortus Tertutup Sesuai usia
Sedikit Kram ringan
iminens Lunak kehamilan
Uterus lunak
Kram sedang/kuat
Abortus Terbuka Sesuai atau lebih
Sedang banyak Uterus lunak
insipien Lunak kecil
tidak ada ekspulsi jaringan konsepsi
Kram kuat
Abortus Terbuka/tertutup Keluar jaringan
Sedikit <usia kehamilan
inkomplit Lunak Uterus lunak
ekspulsi sebagian jaringan konsepsi
Sedikit/tanpa kram
Abortus Tertutup Massa kehamilan (+/-)
Sedikittidak ada <usia kehamilan
komplit Lunak Uterus agak kenyak
ekspulsi seluruh jaringan konsepsi
Tatalaksana umum:
• Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah,
pernapasan, suhu).
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90 mmHg). Jika terdapat syok, lakukan
tatalaksana awal syok
• Jika tidak terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong melakukan evaluasi
mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan kombinasi antibiotika sampai ibu
bebas demam untuk 48 jam:
Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan konseling kontrasepsi pasca
keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus
• Jika perdarahan berhenti, pantau kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan penilaian ulang bila
perdarahan terjadi lagi.
• Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
MOLA HIDATIDOSA
a. Klinis:
1. Ukuran uterus yang lebih besar dibanding usia kehamilannya
2. Kadar beta-hCG yang amat tinggi (Menyebabkan HEG, hipertensi, dan proteinuria)
3. Adanya benjolan karena kista theca lutein ovarium
4. Perdarahan, dengan riwayat keluar jaringan seperti mata ikan
5. USG: gambaran sarang lebah/ honeycomb ataupun gambaran menyerupai badai salju/ snowstorm
b. Tatalaksana
1. Kuretase dengan kuret tumpul dilakukan pemeriksaan PA pada seluruh jaringan kerokan
2. 7-10 hari setelah kuret tumpul dilakukan kuretase tajam untuk memastikan uterus benar-benar kosong dan
memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan
3. Lakukan pemeriksaan β-HCG ulang, jika tetap tinggi setelah kuretase, kemungkinan gestational trophoblastic
neoplasia (GTN), cth: Choriocarcinoma
4. Kemoterapi pada tahap awal biasanya dilakukan secara profilaksis dengan aktinomisin D.
KET
Kehamilan di luar cavum uterus (tersering di tuba) yang rupture (terganggu).
Klinis:
a. Nyeri Abdomen (95%), perdarahan abnormal, 1 dari 4 KET terjadi menstruasi
b. Perubahan asimetris Uterus, terjadi pembesaran pada sisi uterus yang mengalami KET
c. Kuldosintesis (+), terdapat darah pada kavum douglas
d. Shock
Tatalaksana dengan manajemen Awal dan tindakan bedah: evakuasi dengan laparotomy atau dilakukan histerektomi jika
pasien sudah tidak menghendaki untuk memiliki keturunan.
PERDARAHAN ANTEPARTUM
PLASENTA PREVIA
Merupakan keadaan dimana letak plasenta yang abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh jalan lahir (pada keadaan normal, plasenta terletak di bagian fundus atau segmen atas uterus). Dapat
terjadi bila keadaan endometrium kurang baik. Plasenta tumbuh luas hingga menutupi atau dekat ostium internum,
misalnya pada multipara (dengan jarak kehamilan pendek), mioma uteri, kuretase berulang.
Klinis:
a. Painless, causeless, recurrence
b. Darah berwarna merah segar
c. Bagian depan tinggi
d. Pada pemeriksaan dalam teraba jaringan placenta, dapat terjadi robekan selaput marginal
SOLUSIO PLASENTA
Pelepasan sebagian atau seluruh placenta yang normal implantasinya antara minggu ke22 sampai lahirnya anak.
Klinis:
a. Nyeri abdomen, dapat disertai perdarahan atau tidak.
b. Palpasi sukar karena abdomen terus menerus tegang dan adanya nyeri tekan. Fundus uteri lama-lama menjadi naik.
c. Rahim keras seperti papan.
d. Anemi dan syok, beratnya anemi dan syok sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
e. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus-menerus karena isi rahim bertambah.
f. Darah berwarna merah tua/kehitaman.
VASA PREVIA
Letak vasa yang abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus.
Klinis: Perdarahan per vaginam, merah segar dan tidak nyeri, DJJ lambat atau tidak beraturan dan pembuluh janin dapat
terpalpasi pada pemeriksaan vagina.
Tatalaksana dengan pembedahan SC
PERDARAHAN POSTPARTUM
Definisi Setiap kehilangan darah yang memiliki potensial untuk menyebabkan gangguan hemodinamik dengan jumlah
kehilangan darah > 500 mL setelah persalinan pervaginam atau kehilangan darah > 1000 mL setelah persalinan sesar (SC).
Etiologi
a. Tone Atoni uterus
b. Tissue Sisa plasenta/bekuan
c. Trauma laserasi, ruptur, inversio
d. Thrombin koagulopati
• Perdarahan segera
• Darah segar yang mengalir segera setelah • Pucat
Robekan jalan lahir
bayi lahir • Lemah
• Uterus kontraksi baik • Menggigil
• Plasenta lengkap
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
Retensio plasenta
• Perdarahan segera (P3) • Inversio uteri akibat tarikan
• Uterus kontraksi baik • Perdarahan lanjutan
• Plasenta atau sebagian selaput
• Uterus berkontaksi tetapi tinggi Tertinggalnya sebagian
(mengandung pembuluh darah) tidak
• fundus tidak berkurang plasenta
lengkap
• (kontraksi hilang-timbul)
• Perdarahan segera
Tatalaksana:
a. Kuretase, plasenta manual
b. Uterotonika
c. Antibiotika
Mastitis
• Inflamasi / infeksi payudara
• Gejala:
Payudara (biasanya unilateral) keras, memerah, dan nyeri
Dapat disertai benjolan
Dapat disertai demam > 38 C
Paling sering terjadi di minggu ke-3 dan ke-4 postpartum, namun dapat terjadi kapan saja selama
menyusui
Tatalaksana Umum
Tirah baring & >> asupan cairan
Sampel ASI: kultur dan diuji sensitivitas
Tatalaksana Khusus
Berikan antibiotika :
Kloksasilin 500 mg/6 jam PO, 10-14 hari ATAU
Eritromisin 250 mg, PO 3x/hari, 10-14 hari
Tetap menyusui, mulai dari payudara sehat. Bila payudara yang sakit belum kosong setelah menyusui,
pompa payudara untuk mengeluarkan isinya.
Kompres dingin untuk << bengkak dan nyeri dan kompres hangat untuk memudahkan pengeluaran ASI;
dilakukan secara bergantian
Berikan parasetamol 3x500mg PO
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
Abses Payudara
Perbedaan abses payudara dengan mastitis adalah adanya fluktuasi akibat pus yang terbentuk.
Tatalaksana
• Stop menyusui pada payudara yang abses, ASI tetap harus dikeluarkan
• Bila abses >> parah & bernanah antibiotika
• Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
• Terapi: aspirasi, insisi dan drainase
• Periksa sampel kultur resistensi dan pemeriksaan PA
• Jika abses diperkirakan masih banyak tertinggal dalam payudara, selain drain, bebat juga payudara dengan elastic
bandage 24 jam tindakan kontrol kembali untuk ganti kassa.
• Berikan obat antibiotika dan obat penghilang rasa sakit
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Keadaan Mual, muntah pada ibu hamil disebut sebagai emesis gravidarum. Jika mual muntah hebat sampai mengganggu
aktifitas disebut sebagai hieremesis gravidarum. Dialami pada trimester pertama, mulai minggu ke-6, dan menghilang sendiri
pada akhir minggu ke-12 . Etiologi pada hyperemesis ini adalah peningkatan kadar BhCG, faktor psikologik dengan faktor
predisposisi Primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda. Keadaan mual muntah ini dapat mencetuskan dehidrasi
Berani Sepenuh Hati 271 | O p t i m a p r e p
MASTER UKMPPD
sehingga elektrolit berkurang dan terjadi peningkatan aseton darah yang menimbulkan kerusakan liver. Berdasarkan gejala
klinisnya dapat dibagi menjadi:
a. Tingkat 1: lemah, napsu makan↓, BB↓, nyeri epigastrium, nadi↑,turgor kulit berkurang,TD sistolik↓, lidah kering,
mata cekung.
b. Tingkat 2: apatis, nadi cepat dan kecil, lidah kering dan kotor, mata sedikit ikterik, kadang suhu sedikit ↑, oliguria,
aseton tercium dalam hawa pernafasan.
c. Tingkat 3: KU lebih lemah lagi, muntah-muntah berhenti, kesadaran menurun dari somnolen sampai koma, syok
hipovolemik. Komplikasi: Ensefalopati Wernicke: nystagmus, diplopia, perubahan mental
Terapi:
Tatalaksana jika tidak keluhan tidak tertangani dan pasien mengalami dehidrasi
a. Rawat inap di RS, rehidrasi IV dengan cairan NaCL atau RL
b. Penghentian makanan per oral selama 24-48 jam, pemberian antiemetik
Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit, setiap 4-6 jam sekali
Bila perlu, tambahkan salah satu obat berikut ini: Klorpromazin, Proklorperazin, Metoklopramid
Bila perlu, tambahkan metilprednisolon 15-20 mg IV tiap 8 jam ATAU ondansetron 8 mg selama 15 menit
IV tiap 12 jam
c. Penambahan glukosa, multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan.
d. Cairan dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak.
e. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
f. Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil labor
a. Hipertensi Gestasional: Didapatkan TD ≥ 140/90 mmHg untuk pertama kalinya pada kehamilan diatas 20 minggu , tidak
disertai dengan proteinuria atau kerusakan organ dan TD kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.
b. Preeklamsia
Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu
disertai adanya gangguan organ.
Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun jika protein urin tidak didapatkan,
salah satu gejala dan gangguan lain dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu:
Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi
dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik /
regio kanan atas abdomen
Edema Paru
Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal
Growth Restriction (FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Robeknya selaput korioamnion sebelum onset persalinan berlangsung. Berdasarkan waktu munculnya dapat dibagi menjadi:
a. PPROM (Preterm Premature Rupture of Membranes): usia kehamilan < 37 minggu
b. PROM (Premature Rupture of Membranes) : usia kehamilan >37 minggu
Diagnosis:
a. Inspeksi: pengumpulan cairan di vagina atau mengalir keluar dari lubang serviks saat pasien batuk atau saat fundus
ditekan
b. Kertas nitrazin (lakmus): Berubah menjadi biru (cairan amnion lebih basa)
c. Mikroskopik: Ferning sign (arborization, gambaran daun pakis)
d. Amniosentesis: Injeksi 1 ml indigo carmine + 9 ml NS tampak pada tampon vagina setelah 30 menit, karena invasif,
biasanya tidak dikerjakan
Pemeriksaan penunjang: USG (menilai jumlah cairan ketuban, menentukan usia kehamilan, berat janin, letak janin,
kesejahteraan janin dan letak plasenta)
KORIOAMNIONITIS
Tatalaksana:
FISIOLOGI MENSTRUASI
Siklus menstruasi terdiri atas 2 komponen yaitu siklus ovarian dan siklus uterine
Siklus Ovarian
• Rata – rata berkisar sekitar 28 hari.
• Dimulai saat menarche, dapat diinterupsi secara
normal oleh kehamilan dan terhenti saat
menopause.
• Terdiri atas 3 fase :
Fase Follicular :
Didominasi oleh pertumbuhan dan pematangan
folikel.
Ovulasi
Ruptur dinding folikel Graff, cairan di dalam
folike dan oocyte keluar dari folikel.
Dipacu oleh LH surge
Dua atau lebih folikel dominan dapat
mengalami ovulasi.
Bila keduanya mengalami fertilisasi kembar
fraternal atau kembar dizigotik
Luteal phase
Dicirikan dengan hadirnya corpus luteum. Durasi
selalu konstan yaitu 14 hari
Folikel yang telah pecah akan berubah struktur
menjadi corpus luteum (gland)
Corpus luteum akan berfungsi sempurna dalam
waktu 4 hari post ovulasi.
Bila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, corpus
luteum akan mengalami degenerasi dalam waktu
14 hari setelah terbentuk
LH mempengaruhi pembentukan corpus luteum.
Durasi fase luteal bersifat konstan yaitu 14 hari.
Bila terjadi abnormalitas menstruasi, yang
mengalami pemanjangan atau pemendekan
adalah fase folikular
Siklus Uterine
• Menggambarkan perubahan endometrium selama siklus ovarium
• Terdiri atas 3 fase yaitu:
Fase menstruasi
Terjadi penurunan hormon estrogen dan progesteron
Endometrium luruh selama 5-7 hari
Terjadi pengeluaran darah serta debris endometrium melalui vagina
Hari pertama menstruasi dihitung sebagai hari pertama dari siklus baru
Terjadi bersamaan dengan berakhirnya fase luteal dari siklus ovarium dan awal dari fase folikular
siklus ovarium
Dipicu oleh penurunan hormon esterogen dan progesteron
Pelepasan prostaglandin uterin vasokontriksi pembuluh darah endometrium kematian dari
endometrium darah menstruasi
Fase proliferasi
Endometrium kembali tumbuh (menebal) untuk persiapan implantasi bila terjadi kehamilan
Mulai bersamaan dengan hari – hari terakhir fase folikular ovarium
Pada fase ini uterus bersiap untuk menerima ovum yang sudah fertilisasi
Endometrium mulai berproliferasi (tumbuh) dengan dipengaruhi oleh estrogen dari folikel yang
tumbuh
Estrogen mendomniasi fase proliferasi dari akhir fase menstruasi hingga ovulasi
Puncak dari kadar esterogen akan mencetuskan LH surge Ovulasi
Fase sekresi / progestational
Berani Sepenuh Hati 278 | O p t i m a p r e p
MASTER UKMPPD
KONTRASEPSI
Kontraseps
i
Dengan
Tanpa Alat
Alat
Koitus Metode
Mekanik Hormonal
Interuptus Kalender
AKDR Kondom
Kontrasepsi Darurat
• kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah senggama tanpa pelindung atau tanpa
pemakaian kontrasepsi yang tepat dan konsisten sebelumnya
• Indikasi penggunaan kontrasepsi darurat misalnya:
Perkosaan
Sanggama tanpa menggunakan kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi tidak benar atau tidak konsisten:
Kondom bocor, lepas atau salah digunakan
Diafragma pecah, robek, tau diangkat terlalu cepat
Sanggama terputus gagal dilakukan sehingga ejakulasi terjadi di vagina atau genitalia eksterna
Salah hitung masa subur
AKDR ekspulsi (terlepas)
Lupa minum pil KB lebih dari 2 tablet
Terlambat suntik progesti lebih dari 2 minggu atau terlambat suntik kombinasi lebih dari 7 hari
• Kontrasepsi darurat dapat bermanfaat bila digunakan dalam 5 hari pertama, namun lebih efektif bila dikonsumsi
sesegera mungkin. Kontrasepsi darurat sangat efektif, dengan tingkat kehamilan <3%.
• Efek samping:
mual, muntah (bila terjadi dalam 2 jam pertama sesudah minum pil pertama atau kedua, berikan dosis ulangan),
perdarahan/bercak.
Berani Sepenuh Hati 279 | O p t i m a p r e p
MASTER UKMPPD
Diafragma • Tunggu sampai 6mg • Tidak ada pengaruh • Perlu pemeriksaan dalam oleh
pascapersalinan terhadap laktasi petugas
KB Alamiah • Tidak dianjurkan sampai • Tidak ada pengaruh • Suhu basal tubuh kurang akurat jika
siklus haid kembali teratur terhadap laktasi klien sering terbangun malam untuk
menyusui
PERDARAHAN UTERI
Disorder Definition
Tidak pernah menstruasi setelah berusia 15 tahun, atau berusia 13 tahun
Amenorrhea Primer tanpa menstruasi sebelumnya dan tidak terdapat tanda-tanda
perkembangan seksual sekunder
Tidak terdapat menstruasi selama 3 bulan pada wanita dengan sklus haid
Amenorrhea Sekunder
teratur, atau 6 bulan pada wanita dengan siklus menstruasi tidak teratur
Oligomenorea Menstruasi yang jarang atau dengan perdarahan yang sangat sedikit
MYOMA UTERI
Neoplasma jinak otot polos yang berasal dari myometrium dengan gejala klinis adanya perdarahan per vaginam,
menorrhagia, dismenore, dan infertilitas. penekanan organ sekitar tumor seperti kandung kemih, ureter, rektum, organ lain
sehingga menyebabkan gangguan BAB atau BAK, pelebaran pembuluh darah vena dalam panggul, gangguan ginjal.
Empat Tipe Mioma Uteri:
Subserosa: Tumbuh dilapisan luar uterus dan kearah luar
Intramural: Tumbuh didalam dinding uterus
Submukosa: Dibawah lapisan kavum uteri polimenorrhea, infertilitas, keguguran
Pedunculated: Memiliki tangkai
Mioma geburt adalah mioma submukosa bertangkai yang keluar dari saluran serviks.
Tatalaksana:
• Pemeriksaan Berkala: Pemeriksaan fisik &USG setiap 6-8 minggu untuk mengawasi pertumbuhan, ukuran, dan
jumlah bila stabil observasi setiap 3-4 bulan
Terapi Hormonal: Preparat progestin atau GnH efek hipoestrogen
Terapi Operasi
Miomektomi: Bila pasien masih muda/ingin memiliki anak
Histerektomi: Bila tidak ingin memiliki anak lagi atau nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi
Miolisis: Koagulasi laparoskopik dengan neodymium
Embolisasi arteri uteri
Indikasi histerektomi menurut American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG)
o 1. Mioma asimptomatik yang dapat teraba dari dinding perut dan dikeluhkan oleh pasien.
o 2. Perdarahan uterus berlebihan, yang ditandai/diikuti oleh:
Perdarahan banyak dan bergumpal atau berulang selama >8 hari.
Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
o 3. Rasa tidak nyaman di pelvis yang:
akut dan hebat,
rasa tertekan pada perut bagian bawah atau pinggang, atau
penekanan vesika urinaria yang meningkatkan frekuensi miksi bukan disebabkan oleh infeksi
saluran kemih.
ENDOMETRIOSIS
Kelainan ginekologi jinak di mana terdapat kelenjar endometrium dan stroma di luar lokasi kavum uteri. Endometriosis di
myometrium dinamakan adenomyosis.
Gejala endometriosis:
• Dismenore
Timbul beberapa saat sebelum keluarnya darah haid, berlangsung selama menstruasi dan progresif
Berani Sepenuh Hati 281 | O p t i m a p r e p
MASTER UKMPPD
Subfertilitas/infertilitas
• Dispareunia
• Abortus spontan
Meningkat 40% dibanding wanita normal 15-25%
Keluhan lain
Di kolon & rektum : distensi abdomen, kostipasi
Di ureter : obstruksi, disuri, hematuri dll
Gejala adenomiosis:
• Paling sering pada pasien berusia 40–50 tahun dan terdapat keterkaitan dengan paritas.
• Adenomyosis relatif sering muncul pada kehamilan
• Abortus spontan lebih sering terjadi pada adenomyosis uteri.
• 35% wanita dengan adenomyosis uteri bersifat asimtomatik
• Bila bergejala, maka gejala yang timbul antara lain:
menorrhagia (40–50%) akibat kontraksi disfungsional myometrium, anovulasi serta hiperplasia
endometrium
dysmenorrhoea (10–30%) akibat meluasnya adenomyosis hingga ke pelvis
Metrorrhagia (10–12%)
dyspareunia or dyschesia (terkadang)
Jenis Keterangan
Kista pada kelenjar bartholin yang terletak di kiri-kanan bawah vagina,di belakang labium mayor.
Kista Bartholin
Terjadi karena sumbatan muara kelenjar e.c trauma atau infeksi
Terbentuk karena proses metaplasia skuamosa, jaringan endoserviks diganti dengan epitel berlapis
Kista Nabothi (ovula)
gepeng. Ukuran bbrp mm, sedikit menonjol dengan permukaan licin (tampak spt beras)
Tumor dari endoserviks yang tumbuh berlebihan dan bertangkai, ukuran bbrp mm, kemerahan, rapuh.
Kadang tangkai panjang sampai menonjol dari kanalis servikalis ke vagina dan bahkan sampai
Polip Serviks
introitus. Tangkai mengandung jar.fibrovaskuler, sedangkan polip mengalami peradangan dengan
metaplasia skuamosa atau ulserasi dan perdarahan.
Tumor ganas dari jaringan serviks. Tampak massa yang berbenjol-benjol, rapuh, mudah berdarah pada
Karsinoma Serviks
serviks. Pada tahap awal menunjukkan suatu displasia atau lesi in-situ hingga invasif.
Mioma Geburt Mioma korpus uteri submukosa yang bertangkai, sering mengalami nekrosis dan ulserasi.
INFERTILITAS
Tidak ada kehamilan setelah berhubungan selama 1 tahun tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Primer belum pernah hamil sama sekali
b. Sekunder sebelumnya pernah hamil
• Etiologi
hiperandrogenisme dan resistensi terhadap insulin
Gejala PCOS
Gangguan siklus haid yaitu siklus haid jarang dan tidak teratur
Gangguan kesuburan dimana yang bersangkutan menjadi sulit hamil (subfertile)
Tumbuh bulu yang berlebihan dimuka, dada, perut, anggota badan dan rambut mudah rontok
(hirsutisme)
Banyak jerawat
kegemukan (obesitas)
Pada USG ditemukan banyak kista di ovarium: gambaran seperti roda pedati
1. Edukasi
Menjelaskan pentingnya perubahan gaya hidup untuk
memperbaiki gangguan hormonal yang terjadi
5. Manajemen infertilitas
Tata laksana lini pertama pada SOPK adalah penurunan berat badan dan perubahan gaya hidup. Tindakan selanjutnya
adalah induksi ovulasi yang dapat dilakukan dengan klomifen sitrat dan atau metformin
• Infeksi pada traktus genital atas wanita yang melibatkan kombinasi antara uterus, ovarium, tuba falopi, peritonium
pelvis, atau jaringan penunjangnya.
• PID terutama terjadi karena ascending infection dari traktus genital bawah ke atas
• Patogen: Dapat berupa penyakit akibat hubungan seksual atau endogen (Tersering: N. Gonorrhea & Chlamydia
Trachomatis)
• Faktor Risiko:
Kontak seksual
Riwayat penyakit menular seksual
Multiple sexual partners
IUD
Uterine tenderness, OR
Adnexal tenderness, OR
Cervical motion tenderness on pelvic exam?
YES NO
YES NO
NO YES
*Sex partners in past 60 days should be examined and treated empirically for gonorrhea and chlamydia, regardless
of results of gonorrhea or chlamydia testing in index patient. If gonorrhea or chlamydia NAAT is positive, patient
should have repeat screening (test of reinfection) in 3-6 months.
**Doxycycline not for use in pregnancy.
***Add metronidazole if bacterial vaginosis documented or unable to do vaginal microscopy.
****See 2010 CDC STD Treatment Guidelines for further details.
PROLAPS UTERI
CA CERVIX
• Keganasan pada serviks dengan faktor risiko utama berupa infeksi HPV tipe 16 dan 18. nsidens : usia 40-60 tahun
• Faktor Risiko :
HPV (faktor utama) 50% oleh HPV 16 & 18
Multipartner
Merokok
Riwayat penyakit menular seksual
Berhubungan seks pertama pada usia muda
Kontrasepsi oral
Multiparitas
Status ekonomi sosial rendah
Riwayat Keluarga
Imunosupresi
Defisiensi nutrien dan vitamin
Tanda dan gejala kanker serviks:
Perdarahan pervaginam
Perdarahan menstruasi lebih lama dan lebih banyak dari biasanya
Perdarahan post menopause atau keputihan >>
Perdarahan post koitus
Nyeri saat berhubungan
Keputihan (terutama berbau busuk + darah)
Massa pada serviks, mudah berdarah
Nyeri pada panggul, lumbosakral, gluteus, gangguan berkemih, nyeri pada kandung kemih dan rektum
• Deteksi Lesi Pra Kanker
Pelayanan Primer: IVA, VILI (Visual inspection with Lugol's iodine (VILI), a.k.a Schiller's test), sitologi
pap smear
Pelayanan Sekunder: Liquid base cytology
Pelayanan Tersier: DNA HPV
• Diagnostik Ca cerviks
Pelayanan primer: anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pelayanan Sekunder: kuret endoserviks, sistoskopi, IVP, foto toraks dan tulang, konisasi, amputasi serviks
Pelayanan Tersier: Proktoskopi
Staging Ca Cervix
Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana (Program Skrining IVA)
Algoritma Diagnosis Deteksi Dini dan Tata Laksana (Program Skrining Pap Smear)
Berani Sepenuh Hati 287 | O p t i m a p r e p
MASTER UKMPPD