Anda di halaman 1dari 19

PAPER

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS


FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Marfan Sindrom adalah penyakit sistemik yang paling sering dikaitkan dengan
lensa subluksasi. Sindrom ini terdiri atas kelainan sistem kardiovaskular,
muskuloskeletal, dan okular. Ini diwariskan sebagai sifat dominan autosom, tetapi
riwayat keluarga negatif pada 15% kasus. Marfan Sindrom disebabkan oleh mutasi
pada FBN1, yang menyediakan instruksi untuk membuat protein fibrillin-1, unsur
utama ekstraseluler. Pasien yang dipilih memiliki karakteristik tinggi, dengan anggota
tubuh yang panjang dan jari-jari (arachnodactyly), longgar, sendi fleksibel, skoliosis,
dan kelainan bentuk dada.1
Abnormalitas kardiovaskular merupakan sumber mortalitas yang signifikan dan
bermanifestasi sebagai pembesaran akar aorta, pelebaran aorta desendens,
pembedahan aneurisma, dan katup mitral. Kehidupan harapan pasien dengan Marfan
Sindrom adalah sekitar setengah dari populasi normal.1
Abnormalitas okular terjadi pada lebih dari 80% pasien yang terkena, dengan
subluksasi lensa menjadi yang paling umum. Dalam sekitar 75% kasus, lensa
disubluksasi secara superior. Ciri khas kelainan okular pada Marfan Sindrom adalah
zonula yang terlihat utuh dan tidak terputus. Pemeriksaan iris biasanya menunjukkan
iridodonesis dan dapat mengungkapkan defek transiluminasi dekat basis iris.
Pupilnya kecil dan berdilatasi buruk. Lengkungan kornea sering menurun. Panjang
aksial meningkat, dan pasien yang terkena sering rabun. Ablasi retina dapat terjadi
secara spontan, biasanya pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.1
Kejadian Marfan Sindrom diperkirakan berkisar dari 1 dalam 5.000 sampai 2-3
dalam 10.000 orang. Marfan Sindrom mempengaruhi pria, wanita, dan anak-anak,
dan telah ditemukan di antara orang-orang dari semua ras dan latar belakang etnis.
Mutasi pada gen fibrillin menyebabkan efek pleiotropic. Dengan demikian, berbagai

1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

fitur fenotipik yang berasal dari mutasi gen tunggal. Beberapa penyakit lain memiliki
presentasi yang mirip dengan marfan sindrom, sehingga sangat sulit untuk
menentukan kejadian tepat.2
Bernard Marfan seorang dokter anak penemu sindrom ini lahir di Castelnaudary,
Aude, Prancis pada 23 Juni 1858. Pada 1892, ia diangkat sebagai asisten profesor
pediatri di fakultas Paris. Marfan menggambarkan penyakit yang masih menyandang
namanya pada pertemuan Society Kedokteran Paris pada 1896. Ia memaparkan kasus
seorang gadis 5-tahun bernama Gabrielle, yang memiliki anggota badan tidak
proporsional.2
Dalam studi selanjutnya didokumentasikan bahwa kelainan pada Marfan Sindrom
dapat berupa arachnodactyly (digit), kelainan kardiovaskular, dan dislokasi dari lensa
okular. Sebuah komplikasi umum dan sering mematikan Marfan Syndrome adalah
diseksi aorta, dan warisan genetik yang sekarang dikenal sebagai autosomal. 2
Marfan Sindrom adalah gangguan jaringan ikat yang mempengaruhi banyak
bagian tubuh. Diagnosis Marfan Sindrom didirikan sesuai dengan review dari kriteria
diagnostik, yang dikenal sebagai Nosologi Ghent, melalui penilaian yang
komprehensif sebagian besar didasarkan pada kombinasi dari manifestasi klinis
mayor dan minor dalam berbagai sistem organ dan sejarah keluarga. Dilatasi aorta
dan mitral valve prolapse adalah presentasi utama antara malformasi kardiovaskular
Marfan Sindrom. Patogenesis Marfan Sindrom belum dijelaskan secara penuh.
Namun, mutasi gen fibrillin-1 yang diyakini mengarahkan kepada efek negatif yang
dominan. Oleh karena itu, Marfan Sindrom disebut fibrillinopathy, bersama dengan
gangguan jaringan ikat lainnya dengan perbedaan yang halus dalam manifestasi
klinis. Perawatan mungkin termasuk profilaksis β-blocker dan angiotensin II
blockers-reseptor untuk memperlambat pelebaran aorta menaik, dan operasi aorta
profilaksis. Terapi β-blocker dapat mengurangi aktivasi TGF-β, yang telah diakui
sebagai faktor penyumbang pada Marfan Sindrom.3

2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Marfan Sindrom adalah gangguan jaringan ikat autosom dominan, disebabkan
oleh mutasi pada gen fibrillin-1 (FBN1).4,5,6 Fibrillin-1 adalah unsur utama
mikrofibril, terlibat dalam pembentukan serat elastis. Manifestasi marfan sindrom
mempengaruhi banyak sistem organ termasuk otot rangka, kulit, sistem
kardiovaskular (mis. diseksi aorta) dan mata. Hingga 54% pasien marfan sindrom
memiliki keterlibatan mata yang besar, dan temuan mata mungkin sangat penting
dalam menegakkan diagnosis. Kriteria diagnostik terakhir diperbarui pada 2010
(kriteria Ghent 2). Dalam kriteria ini, ectopia lentis adalah fitur diagnostik utama.
Temuan mata diagnostik lainnya miring ke bawah fisura palpebra, enophthalmos dan
miopia 3 dioptri. Peningkatan panjang aksial (> 23,5 mm), kornea rata (<41,5 D
kelengkungan kornea rata-rata), cacat transiluminasi iris dan retinal detachment
adalah umum pada marfan sindrom.4,5
Marfan Sindrom adalah penyakit genetik autosomal dominant pada jaringan ikat
yang ditandai dengan adanya disproporsi tungkai, jari-jari tampak lebih panjang dan
kurus, serta perawakan tubuh yang tinggi. Penyakit ini merupakan salah satu
faktor predisposisi terjadinya kelainan kardiovaskular, terutama yang mempengaruhi
katup jantung dan aorta. Selain itu, penyakit ini juga mempengaruhi struktur dan
organ lain seperti paru-paru, mata, saccus duralis yang mengelilingi tulang belakang
dan palatum durum.7

3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

Gambar 1. Autosomal dominan8

2.2 Pewarisan Autosomal Dominan


Suatu gen dominan abnormal tetap menimbulkan kelainan spesifiknya walaupun
gen Pasangannya (alel) normal. Pria dan wanita sama-sama terkena dan karena
heterozigot memiliki kemungkinan teoritis 50% untuk mewariskan gen yang sakit
(dan dengan demikian kelainannya) ke setiap keturunannya walaupun pengidap
menikah dengan individu yang genotipenya normal. Pada suatu kelompok silsilah
tertentu, dipastikan adanya pewarisan autosomal dominan bila kondisi-kondisi
berikut terpenuhi:9
(1) Pria dan wanita terkena sama banyak.
(2) Transmisi langsung terjadi pada dua generasi atau lebih.
(3) Sekitar 50% individu dalam silsilah terkena. Penyakit dengan manifestasi di mata
yang serius (namun jarang)
Terdapat beberapa penyakit yang diwariskan dengan cara ini, seperti : glaukoma
kongenital dan juvenilis, Marfan Sindrom buta senja stasioner kongenital,
osteogenesis imperfekta, neurofibromatosis tipe 1 dan 2, penyakit von Hippel-Lindau,
dan sklerosis tuberosa. Proses seleksi-alamiah cenderung menjaga insidens

4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

kebanyakan penyakit ini tetap rendah karena banyaknya pengidap yang tidak atau
tidak bisa bereproduksi.9
Sebaliknya, atrofi optik autosomal dominan sekarang diketahui memiliki suatu
lokus genetik pada kromosom 3, umumnya merupakan suatu kelainan serius yang
mempengaruhi banyak keluarga besar dari generasi ke generasi, penyakit yang
diwariskan secara dominan bisa semakin parah atau berkurang keparahannya,
tergantung pada gejalanya. Suatu penyakit dengan gejala yang beragam adalah
penyakit yang dapat timbul dalam bentuk ringan atau parah.9

2.3 Epidemiologi
Marfan Sindrom dapat terjadi pada pria maupun wanita dengan presentase yang
sama. Semua gen yang diterima dari orang tua masing-masing, satu dari ayah dan ibu
hanya satu gen saja dari sepasang gen itu yang terkena Marfan Sindrom maka
kemungkinannya 50% dari anak-anaknya akan terwarisi sindrom yang sama.
Kemungkinan ini dapat dijelaskan dari fakta bahwa gen dalam hal ini merupakan
faktor dominan. Marfan Sindrom cukup sering terjadi karena diidap satu di antara 1
dari 3.000 sampai 5.000 populasi sampai 1:10.000.7,10,11
Penderita Marfan Sindrom diperkirakan sekitar 200.000 di Amerika, sedangkan di
Indonesia belum diketahui berapa banyak penderita Marfan Sindrom. Tak ada
kecenderungan Marfan Sindrom diderita oleh satu suku atau gender tertentu, yang
berarti pula setiap orang di muka bumi ini berpeluang mengalaminya. Kendati
penyakit tersebut bersifat menurun, pengidap Marfan Sindrom dapat berasal dari
orang tua yang sehat dan normal. Hal itu dapat terjadi karena terjadinya mutasi pada
sperma maupun sel telur yang termanifestasi pada anaknya. Kemungkinan terjadinya
peristiwa seperti ini menurut hitungan statistik sebesar 15%.7,10,12

5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

2.4 Etiologi
Mutasi menghasilkan stop kodon dan terkadang menyebabkan pergeseran
kerangka genetik. Marfan Sindrom terungkap setelah ditemukannya abnormalitas
genetik pada penderita Marfan Sindrom, yaitu pada gene fibrillin satu (FBN1) yang
teletak pada khromosom 151 pada lengan panjang (q) 15q21.1 dan fibrillin dua
(FBN2) yang berlokasi pada khromosom 5.7
Protein FBN1 yang dihasilkan oleh penderita tidak normal atau kurang dari
jumlah yang seharusnya berkaitan dengan kelainan kardiovaskuler, sedangkan FBN2
menyangkut masalah arachnodactyly dan masalah lensa mata. Fibrillin adalah salah
satu elemen dari matriks ekstra-seluler dan ditemukan diberbagai jaringan seperti:
periosteum di tulang, stroma kornea mata, glomerulus di ginjal, bronchioli pada paru-
paru, ligamentum serta lapisan tunika media dari aorta.2 Lebih dari 500
mutasi gen fibrilin telah teridentifikasi, hampir semua dari mutasi gen ini sangat khas
didapatkan pada individu atau keluarga dengan Marfan Sindrom, namun sekitar 30%,
merupakan mutasi genetic denovo.7
Marfan Sindrom adalah penyakit jaringan ikat diwariskan secara autosomal
dominan dan disebabkan terutama oleh mutasi pada gen FBN1. Gen ini mengkode-
fibrillin 1, sebuah glikoprotein yang utama konstituen dari mikrofibril matriks
ekstraselular. Kebanyakan mutasi yang unik dan mempengaruhi amino tunggal asam
protein. Mengurangi atau abnormal pada fibrillin-1 menyebabkan kelemahan
jaringan, peningkatan pertumbuhan transformasi faktor β sinyal, kehilangan interaksi
sel-matriks, dan akhirnya Marfan Sindrom. Karena deskripsi FBN1 sebagai gen
berpengaruh pada pasien dengan gangguan ini, kemajuan besar telah dibuat dalam
memahami patogenesis nya, yang kemungkinan akan mengubah pengobatan dan
prognosis pasien di tahun-tahun mendatang. Di antara banyak manifestasi klinis yang
berbeda pada Marfan Sindrom, keterlibatan kardiovaskular layak pertimbangan
khusus, karena dampaknya terhadap prognosis.13

6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

Marfan Sindrom adalah gangguan dominan autosomal jaringan ikat yang


melibatkan sistem kardiovaskular, rangka dan okular, integumen, paru-paru dan dura.
Manifestasi cardinal termasuk aneurisma aorta dan diseksi, dislokasi lensa okuler dan
pertumbuhan berlebih tulang panjang. Dalam 90-93%kasus, marfan sindrome
disebabkan oleh mutasi pada FBN1.14

2.5 Patofisiologi
Selama bertahun-tahun, beberapa peneliti telah mempelajari berbagai molekul
yang ditemukan dalam matriks ekstraseluler dalam upaya untuk menjelaskan
penyebab Marfan Sindrom. Molekul ini termasuk kolagen, elastin, asam hialuronat,
dan, baru-baru ini, fibrilli. Studi mengenai identifikasi fibrillin, protein 350-kd,
dengan menggunakan antibodi monoklonal yang ditingkatkan terhadap miofibril.
Studi imunofluoresensi kemudian digunakan untuk membandingkan reaktivitas pada
subyek sehat dan yang dengan Marfan sindrom. Selama periode ini, teknologi yang
sama digunakan untuk membangun peta eksklusi genetik yang menyebabkan
lokalisasi cacat ke kromosom 15 (band q15-q23).15
Beberapa mutasi titik kini telah diidentifikasi pada gen fibrilin, yang sebagian
besar memengaruhi residu sistein dalam mikrofibril. Dengan demikian, mutasi ini
diduga menyebabkan fibrilin yang rusak diproduksi. Struktur dan fungsi fibrilin
diubah oleh lipatan protein abnormal karena perubahan ikatan antara residu sistein,
yang pada gilirannya menyebabkan produksi mikrofibril yang rusak. Mutasi pada
lokus FBN1 dari gen fibrillin pada kromosom 15 telah dikaitkan dengan marfan
sindrom dan entitas klinis berbeda lainnya dengan temuan serupa.15

2.6 Manifestasi Klinis


Meskipun manifestasi klinis pada Marfan Sindrom tidak terlalu khas, namun
adanya disporporsional pada tungkai, dislokasi pada lensa mata, dan dilatasi aorta
cukup untuk menegakkan diagnosis Marfan Sindrom. Tercatat ada lebih dari 30

7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

manifestasi klinis lainnya pada sindrom ini yang sebagian besar melibatkan kulit,
rangka, dan sendi.
1. Kelainan pembuluh darah dan jantung
Kelemahan pada dinding aorta bisa menyebabkan pelebaran sehingga
terbentuk aneurisma. Darah juga dapat menyusup diantara lapisan-lapisan
dinding pembuluh darah (diseksi aorta) atau terjadi robekan pada aneurisma.
Kelainan kardiovaskuler pada Marfan Sindrom adalah yang terberat dan
ditemukan pada 90% penderita Marfan Sindrom yang pada akhirnya
menyebabkan kematian pada usia rata-rata 32 tahun.7,16
Kelainan jantung dapat berupa kelainan yang dibawa sejak lahir atau
kongenital seperti : Tetralogy of Fallot (TF), Atrial-septal defect (ASD), dan
katup aorta yang berdaun dua alias bicuspid. Persentase kelainan jantung
bawaan pada penderita Marfan Sindrom jauh lebih tinggi dibandingkan
populasi umum. Jantung pada penderita Marfan Sindrom dapat terdesak
sehingga terjadi kebocoran. Gejalanya antara lain sering sesak, lelah, dan
berdebar-debar. Jika pembuluh darah tersebut keluar dari jantung dan pecah,
maka kematian mendadak tak dapat dihindarkan.7,16

2. Kelainan kerangka tubuh


Bentuk kaki yang panjang dan tangannya melebihi tinggi tubuhnya. Jari-
jarinya sedemikian panjang sehingga jika dilingkarkan pada pergelangan
tangan jari-jarinya akan melebihi ibu jarinya. Jari-jemari sangat panjang
seperti jari laba-laba yang disebut arachnodactyly dan disertai langit-langit
didalam rongga mulut yang melengkung tinggi. Wajah lonjong tetapi sempit,
gigi bertindihan, atap rongga mulut melengkung dan tinggi, tulang dada
menonjol.7,16
Selain kedua kakinya, lensa matanya menjorok ke dalam, dan tulang
punggungnya skoliosis. Normalnya, tulang punggung membengkok sedikit ke
arah dalam dan keluar, namun dari belakang tampak seperti garis lurus hingga

8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

ke leher dan tulang tengkorak. Tulang rusuk melengkung sehingga


menyebabkan bengkok di punggung, tidak heran bila dapat menyebabkan
nyeri punggung yang hebat tergantung berapa derajat kecenderungan
pembengkokannya.7,16
Gejala lainnya, pada usia pertumbuhan tidak lagi secepat sebelumnya.
Tubuh pengidap Marfan Sindrom akan terus meninggi tanpa henti. Jika tidak
dihentikan, maka tulangnya tetap akan tumbuh.7,16

Gambar 2. Kelainan bentuk tangan dan kaki pada penderita marfan sindrom. 12

Gambar 3. Kelainan tulang belakang Marfan Sindrom.17

9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

3. Kelainan Mata
Lensa matanya terlepas karena urat mata terus memanjang (Dislokasi
lensa mata), miopi, ablasio retina. Pada mata, lebih dari setengah individu
dengan Marfan Sindrom akan didapatkan dislokasi pada salah satu atau kedua
lensa. Dislokasi lensa sendiri dapat terjadi minimal atau bahkan terlihat sangat
jelas. Selain dislokasi lensa, kelainan pada mata lainnya
yang dapat terjadi pada Marfan Sindrom adalah katarak, glaukoma, miopia,
serta retinal detachment.7,16,18
Pada sindrom ini tulang-tulang bertambah panjang (jari tangan dan jari
kaki), ligamen kendor, terdapat penyakit jantung bawaan, serta ada kelainan
tulang belakang dan sendi-sendi. Gambaran pada mata berupa dislokasi lensa
kearah superior dan nasal, kelainan refraksi berat, megalokornea, katarak,
koloboma uvea, dan glaukoma sekunder. Mungkin juga diperlukan ekstraksi
lensa yang mengalami dislokasi.19 Pemeriksaan mata tahunan dianjurkan
untuk pasien dengan marfan sindrom. Ektopia lentis, miopia, glaukoma,
katarak, dan retinal detachment adalah beberapa okular manifestasi yang
terkait dengan marfan sindrom. Retinal detachment terjadi pada 5-25,6%
penyandang Marfan Sindrom.10 Ekstraksi lentis dilakukan pada ektopia lentis
yang tidak stabil, kelainan refraktif yang progresif, atau jika memiliki potensi
terjadinya glaukoma. Ekstraksi lentis dengan pembedahan tidak meningkatkan
risiko retinal detachment.17
Ektopia lentis terjadi karena lemahnya jaringan ikat yang disebabkan
karena mutasi gen FBN1. Hal ini terjadi melalui dua mekanisme. Pertama,
sintesis molekul abnormal dari fibrilin-1 yang mengganggu pembentukan
polimer fibrilin sehinga semua molekul matriks ekstrasel menjadi struktur
yang abnormal. Kedua, penurunan produksi fibrilin-1 di bawah batas normal
yang disebabkan karena defisiensi gen copy yang diperlukan dalam
pembelahan gen.20

10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

Miopia berhubungan dengan peningkatan panjang sumbu bola mata dan


berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya retinal detachment.
Panjang sumbu bola mata pada penyandang sindroma Marfan bervariasi
berdasarkan usia dan astigmatisma.21 Deteksi dini dan koreksi dari kelainan
refraksi mencegah terjadinya ambliopia Kondisi mata mungkin merupakan
kondisi awal gejala pada pasien di Indonesia.18,22,23

Gambar 4. Pemeriksaan foto fundus menun-jukkan gambaran mata kiri dengan keadaan pupil
midriasis. Didapatkan gambaran lensa subluksasi ke arah superiotemporal dengan tarikan
zonula Zinii.24

Gambar 5. Pemeriksaan foto fundus menun-jukkan gambaran mata kanan pasien dengan keadaan pupil
midriasis. Didapatkan gambaran lensa subluksasi ke arah superonasal dengan tarikan zonula Zinii.24

11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

4. Abnormalitas jaringan ikat (kolagen)


Menurut penelitian, penyebab abnormalitas adalah pada kolagen –zat
utama yang membuat jaringan berserat yang dibentuk dari zat kimia esensial.
Fungsi utama kolagen adalah untuk menahan tubuh bersama-sama dan
menyediakan arahan bagi pertumbuhan dan perkembangan. Jaringan ikat
terdiri dari serabut, sel-sel, dan cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler dan
serabut disebut matriks. Dalam Marfan Sindrom, jaringan ikat mengalami
kerusakan dan tidak bertindak sesuai fungsinya. Karena jaringan penghubung
ditemukan di seluruh tubuh maka Marfan Sindrom dapat mempengaruhi
banyak sistem tubuh, termasuk kerangka, mata, jantung, pembuluh darah,
sistem saraf, kulit, dan paru-paru.7,16
Keadaan ini mirip dengan penyakit lain yang disebut Ehlers Danlos
Syndrome yang disebabkan oleh abnormalitas pada jaringan elastis. Hal itu
mengakibatkan kulit sering kendor (pada lengan, pantat, bahu, dan
punggung), membran otak melebar (dural ectasia), sehingga sering muncul
kekebalan pada bagian tubuh seperti kaki atau tangan.7,16

Gambar 6. Kelainan jaringan ikat pada Marfan Sindrom.23

12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

2.7 Diagnosis
Seseorang dapat di diagnosa mengidap Marfan Sindrom setelah melakukan
beberapa tes, seperti mengisi sejarah detail tentang riwayat kesehatan keluarga,
menyelesaikan tes fisik, mengecek jantung dengan elektrokardiogram dan tulang,
melakukan slip-lamp eye examination.2,15,16
Diagnosis mudah ditegakkan apabila pasien dan anggota keluarga lainnya
mengalami dislokasi lensa, dilatasi aorta, dan extremitas yang panjang dan tipis
disertai kifoskoliosis atau deformitas dada lainnya. Diagnosis sering ditegakkan jika
dijumpai ektopia lentis dan aneurisma aorta asendens tanpa habitus Marfan atau
riwayat penyakit pada keluarga. Semua pasien yang dicurigai mengidap kelainan
harus diperiksa dengan slit lamp dan ekokardiogram.2,15,16
Dalam semua kasus dugaan Marfan Sindrom seperangkat kriteria diagnostik
(Ghent criteria) yang digunakan. Aneurisma aorta dan ectopia lentis (dislokasi lensa)
adalah gambaran klinis kardinal. Dengan tidak adanya riwayat keluarga, kehadiran
dua manifestasi ini cukup untuk diagnosis Marfan Sindrom. Dengan tidak adanya
salah satu dari dua fitur ini, kehadiran mutasi FBN1 atau kombinasi dari manifestasi
sistemik diperlukan. Diagnosis memerlukan besar keterlibatan dalam setidaknya 2
sistem organ dan keterlibatan kecil dari sistem ketiga. Namun dalam keluarga dimana
pathogen FBN1 mutasi gen telah ditemukan, temuan mutasi ini dalam anggota
keluarga cukup untuk diagnosis.24
a. Kriteria Major
Kriteria utama meliputi:
1) Pembesaran aorta (arteri utama)
2) Dislokasi lensa mata (ectopia lentis)
3) Riwayat keluarga dengan Marfan Sindrom.
4) Setidaknya empat masalah tulang, seperti kaki datar atau tulang belakang
melengkung (scoliosis).
5) Ectasia dural (pembesaran selaput yang mengelilingi bagian dari sumsum
tulang belakang).24

13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

b. Kriteria minor
Kriteria minor meliputi:
1) Myopia
2) Stretch mark yang tidak terjelaskan
3) Sendi longgar
4) Wajah tipis dan panjang
5) Peninggian arcus palatum (atap mulut).24

2.8 Penatalaksanaan
Karena Marfan Sindrom dapat menyebabkan beberapa gangguan mata yang
berbeda, Banyak masalah mata terkait dengan Marfan Sindrom dapat diobati.
Masalah penglihatan yang disebabkan oleh lensa dislokasi dapat diperbaiki dengan
menggunakan jenis khusus dari kacamata dalam hubungannya dengan dilatasi obat
tetes mata yang memperbesar pupil.1
Mengalami Marfan Sindrom juga menempatkan pada risiko yang lebih tinggi
untuk beberapa penyakit mata. Seperti menyebabkan katarak pada usia lebih muda.
Jika katarak terjadi, operasi katarak dapat dilakukan untuk meningkatkan penglihatan.
Selain katarak, resiko untuk terjadi glaukoma juga dapat terjadi. Anak-anak
didiagnosis dengan Marfan Sindrom juga dapat mengembangkan amblyopia (mata
malas). Pengobatan untuk amblyopia harus dimulai sejak dini, karena mengalami
Marfan Sindrom menempatkan pada risiko tinggi untuk mengalami ablasi retina.1
Tidak ada obat khusus untuk penderita Marfan Sindrom. Namun demikian,
berbagai pilihan pengobatan dapat meminimalisir dan mencegah komplikasi.
Pengobatan-pengobatan tersebut meliputi:
 Skeletal, evaluasi tahunan sangat penting untuk mendeteksi setiap perubahan
dalam tulang belakang atau tulang dada. Hal tersebut penting dalam masa
pertumbuhan cepat, seperti masa remaja. Cacat yang serius dapat mencegah
jantung dan paru-paru dari berfungsi dengan baik. Dalam beberapa kasus,

14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

operasi ortopedi mungkin disarankan untuk mengobati kelainan pada tulang


tersebut.

 Mata, pemeriksaan mata teratur merupakan kunci untuk menangkap dan


memperbaiki setiap masalah penglihatan yang berkaitan dengan Marfan
Sindrom. Dalam kebanyakan kasus, kacamata atau lensa kontak dapat
memperbaiki masalah ini, meskipun operasi mungkin diperlukan dalam
beberapa kasus.

 Jantung dan pembuluh darah, pemeriksaan yang rutin dengan menggunakan


echocardiogram membantu dokter mengevaluasi ukuran dan cara aorta
jantung bekerja. Beberapa masalah katup jantung dapat dikelola dengan obat-
obatan seperti beta-blocker, yang dapat membantu mengurangi tekanan pada
aorta. Dalam beberapa kasus, operasi untuk mengganti katup atau perbaikan
aorta mungkin diperlukan. Pembedahan harus dilakukan sebelum aorta
mencapai ukuran yang dikatakan berisiko tinggi untuk robek atau pecah.

 Sistem saraf, Jika dural ektasia (pembengkakan selubung saraf tulang


belakang) mengembang, obat-obatan dapat membantu mengurangi rasa sakit
yang terkait.

 Paru-paru, Penderita Marfan Sindrom diharapkan tidak merokok, karena dapat


mengalami peningkatan risiko untuk kerusakan paru-paru dan hubungi dokter
terdekat.

 Kehamilan, konseling genetik harus dilakukan sebelum kehamilan pada


wanita penderita Marfan Sindrom, karena Marfan Sindrom adalah suatu
penyakit keturunan. Wanita hamil dengan Marfan Sindrom dianggap kasus
yang memiliki risiko tinggi. Selama kehamilan, tekanan darah harus sering
dicek bulanan dengan menggunakan echocardiogram. Jika ada pembesaran
cepat atau regurgitasi aorta, istirahat atau pembedahan mungkin diperlukan.9

15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

BAB III

KESIMPULAN

Sindrom marfan adalah penyakit sistemik yang paling sering dikaitkan dengan
lensa subluksasi. Sindrom Marfan disebabkan oleh mutasi pada gen FBN1, yang
menyediakan instruksi untuk membuat protein fibrilin-1. Abnormalitas okular terjadi
pada lebih dari 80% pasien yang terkena, dengan subluksasi lensa menjadi yang
paling umum. . Ciri khas kelainan okular pada Marfan Sindrom adalah zonula yang
terlihat utuh dan tidak terputus. Pemeriksaan iris biasanya menunjukkan iridodonesis
dan dapat mengungkapkan defek transiluminasi dekat basis iris. Pupilnya kecil dan
berdilatasi buruk. Lengkungan kornea sering menurun. Panjang aksial meningkat, dan
pasien yang terkena sering rabun. Ablasi retina dapat terjadi secara spontan, biasanya
pada dekade kedua dan ketiga kehidupan.
Diagnosis mudah ditegakkan apabila pasien dan anggota keluarga lainnya
mengalami dislokasi lensa, dilatasi aorta, dan extremitas yang panjang dan tipis
disertai kifoskoliosis atau deformitas dada lainnya. Diagnosis sering ditegakkan jika
dijumpai ektopia lentis dan aneurisma aorta asendens tanpa habitus Marfan atau
riwayat penyakit pada keluarga. Semua pasien yang dicurigai mengidap kelainan
harus diperiksa dengan slit lamp dan ekokardiogram
Tidak ada obat khusus untuk penderita Marfan Sindrom. Namun demikian,
berbagai pilihan pengobatan dapat meminimalisir dan mencegah komplikasi.

16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology. Pediatric Ophthalmology and


strabismus. 2019. p.208-210.
2. Ammash NM, Sundt TM, Connolly HM. Marfan Syndrome-diagnosis and
management.Curr Probl Cardiol. Jan 2008;33(1):7-39.
3. Shi-Min YuanI, Hua JingII.Marfan’s syndrome: an overview. Department of
Cardiothoracic Surgery, Jinling Hospital, School of Clinical Medicine,
Nanjing University, China. Sao Paulo Med J. 2010;128(6):360-6.
4. Gehle P, Goergen B, Pilger D, Ruokonen P, Robinson PN, Salchow DJ (2017)
Biometric and structural ocular manifestations of Marfan Syndrome. PLoS
ONE 12(9): e0183370. https://doiorg/10.1371/journal.pone.0183370
5. Mario Torrado et al. A Novel Heterozygous Intronic Mutation in the FBN1
Gene Contributes to FBN1 RNA Missplicing Events in the Marfan Syndrome.
2018. BioMed Research International. Article ID 3536495.
https://doi.org/10.1155/2018/3536495
6. Sheng.X, et al. Whole exome sequencing confirms the clinical diagnosis of
Marfan Syndrome combined with X‑linked hypophosphatemia. J Transl Med
(2015) 13:179.DOI 10.1186/s12967-015-0534-9
7. Waard V. Marfan on the move. Available at: http://www.AHA.com Last
update:January, 2008. Accessed: Maret,18, 2019
8. Lucile Packard. Autosomal Dominant: Syndrome marfan. Stanford Childrean
health.2018. Accessed: Maret,20,2019
9. Augsburger.J, Asbury.T, 2010. Vaughan & Asbury general ophtalmology.
Bab 18: aspek genetik pada mata.p 364-365.
10. Nelson, W.E. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 6, Vol. 3. EGC. 2000: 192-194.

17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

11. Naidoo. P, Ranjith.N, et al. Marfan Syndrome: a case report and pictorial
essay. Pan African Medical Journal. 2018;30:171.
doi:10.11604/pamj.2018.30.171.14363 This article is available online at:
http://www.panafrican-med-journal.com/content/article/30/171/full/
12. Y. Yin, X.-H. Liu, X.-H. Li, N. Fan, D.-F. Lei, Y. Wang, S.-P. Cai, X.-M.
Zhou, X.-M. Chen and X.-Y. Liu (2015) A novel FBN1 heterozygous
mutation identified in a Chinese family with autosomal dominant Marfan
Syndrome. http://dx.doi.org/10.4238/2015.April.27.27
13. Victoria Cañadas, Isidre Vilacosta, Isidoro Bruna and Valentin Fuster. Marfan
Syndrome. Part 1: Pathophysiologyand Diagnosis. 2010.
http://www.sindromemarfan.cat/docs/rm1.pdf
14. Loeys BL et al. The Revised Ghent Nosology for the Marfan Syndrome. J Med
Genet 2010 ;47:476-485. http://diagnosticcriteria.net/marfan/reprints/Loeys-
2010-JMedGenet-47-p476-485.pdf.
15. Channell K, Washington ER. eMedicine Journal [serial online]. 2004.
Available at: http://www.emedicine.com/orthoped/topic414.htm
16. Judge DP, Dietz HC Division of Cardiology, Department of Medicine, Johns
Hopkins University, Baltimore, MD 21205, USA.Published 5 December 2005
in Lancet, 366(9501): 1965-76. www.Humangeneticdisoreder.com
17. Nemet AY, Assia EI, Apple DJ, Barequet IS. Current concepts of ocular
manifesta-tions in Marfan syndrome. Survey of Ophthalmology.
2006;51(6):561-75.
18. Luebke.J, Reinhard.T, Agostini.H,et al. Long-term follow-up after scleral lens
fixation in patients with Marfan Syndrome. BMC Ophthalmology (2017)
17:235. DOI 10.1186/s12886-017-0625-x.
19. Sardjito.2007. Ilmu Kesehatan Mata. Edisi 1. Penerbit: Universitas Gadjah
Madha. Bab 12: Oftalmologi pediatrik. p.322

18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : BAHRINA HADANI LUBIS
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RS UNIVERSITAS NIM : 140100025
SUMATERA UTARA

20. Cañadas V, Vilacosta I, Bruna I, Fuster V. Marfan syndrome. Part 1:


pathophysio-logy and diagnosis. Nature Reviews Cardiology. 2010
May;7(5):256.
21. Chen J, Jing Q, Tang Y, Qian D, Lu Y, Jiang Y. Age differences in axial
length, corneal curvature, and corneal astig-matism in Marfan syndrome with
ectopia lentis. Journal of Ophthalmology, vol. 2018, Article ID 1436834, 8
pages, 2018. https://doi. org/10.1155/2018/ 1436834.
22. Bitterman.A, Sponseller.P, Review Article: Marfan Syndrome: A Clinical
Update. J Am Acad Orthop Surg 2017;25: 603-609. DOI: 10.5435/JAAOS-D-
16-00143. Copyright 2017 by the American Academy of Orthopaedic
Surgeons.
23. Kinori.M, Wehrli.S, Kassem.I, et al. Biometry Characteristics in Adults and
Children With Marfan Syndrome: From the Marfan Eye Consortium of
Chicago. Published in final edited form as: Am J Ophthalmol. 2017 May ;
177: 144–149. doi:10.1016/j.ajo.2017.02.022
24. Arslan-Kirchner, M. Arbustini, E. Boileau, C. et al. Clinical utility gene card
for: Marfan Syndrome type 1 and related phenotypes [FBN1].European
Journal of Human Genetics.2010.http://dx.doi.org/10.1038/ejhg.2010.42

19

Anda mungkin juga menyukai