Anda di halaman 1dari 39

9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit Tuberculosis

1. Pengertian Tuberculosis

Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit menular yang

menyebabkan kematian, dan merupakan penyebab kematian ketiga di

Indonesia (Murtiwi, 2013).

Tuberculosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis (Kemenkes RI, 2012).

Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang paru-

paru yang secara khas ditandai oleh pembentukkan granuloma dan

menimbulkan nekrosis jaringan. Penyakit ini bersifat menahun dan dapat

menular dari penderita kepada orang lain (Santa, dkk, 2009).

Tuberculosis adalah suatu infeksi akibat Mycobacterium tuberculosis

yang menyerang berbagai organ, terutama paru-paru, dengan gejala yang

sangat bervariasi(Junaidi, 2010).

Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru-

paru secara khas ditandai oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan

nekrosi jaringan. Penyakit ini bersifat menahan dan dapat menular dari

penderita kepada orang lain (Manurung, 2009).

9
10

Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini

dapat juga menyebar ke bagian tubuh lainseperti meningen, ginjal, tulang, dan

nodus limfe (Somatri, 2008).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

Tuberculosis Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Mycobakterium tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang

parenkim paru atau bagian lain dari tubuh manusia ( Zahro, Fatimah. 2015).

2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Penafasan


(Prestasiherfen.blogspot.com/2009)
11

Anatomi saluran pernafasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

saluran pernafasan bagian atas adan saluran pernafasan bagian bawah.

a. Saluran pernafasan bagian atas.

1) Lubang Hidung (cavum nasalis)

Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan

(kartilago) serta jaringan ikat. Bagian dalam hidung merupakan suatu

lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat

(septum). Rongga hidung mengadung rambut (fimbriae) yang

berfungsi sebagai penyaring (filtrer terhadap benda asing yang masuk.

Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel berselia yang

mengadung sel goblet. Sel ini mengeluarkan lendir sehingga dapat

menangkap benda asing yang masuk pada saluran pernafasan.

Di dalam lubang hidung terdapat reseptor yang dapat

membuat kita dapat membau yang dukendalikan oleh nervous

olfaktorius.

Hidung berfungsi sebagai jalan nafas, pengatur udara,

pengatur kelembaban, pelindung dan penyaring udara, indra

penciuman dan resonator suara.

2) Sinus paranasalis

Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada

tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada,

yaitu :
12

a) Sinus frontalis

b) Sinus spenoidalis

c) Sinus maxilaris

d) Sinus lakrimalis

Sinus berfungsi untuk :

a) Membantu menghangatkan dan melembabkan udara

(humidifikasi)

b) Meringakan berat tulang tengkorak.

c) Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resinansi

3) Faring

Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang

letaknya bermula daridasar tengkorak sampai persambungannya

dengan esophagus, faring digunakan pada saat “digestion” (menelan)

seperti pada saat bernafas.

Faring dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a) Nasofaring

Nasofaring terdapat pada superior di area yang terdapat

epitel bersilis dan tonsil (adenoid), seta merupakan muara tube

eustachius. Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit-langit

nasofaring.
13

b) Orofaring

Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari

nasofaring dan makanan dari mulut. Pada bagian ini terdapat

tonsili palatina (posterior) dan tonsili lingualis (dasar lidah).

c) Laringofaring

Merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan

dengan esophagus dan pita suara (vocal cord) yang beraada dalam

trachea. Laringofaring berfungsi pada saat menelan dan respirasi.

Laringofaring terletak dibagian depan pada laring, sedangkan

trachea terdapat di belakang.

4) Laring

Laring sering disebut dengan “voice box” dibentuk oleh

struktur epitelium lined yang berhunugan dengan faring (di atas) dan

trachea (dibawah). Laring terletak di anterior tulang belakang

(vertebrae) ke empat dan ke enam. Bagian atas dari esophagus berada

di posterir laring.

Fungsi utama laring adalah untuk pembentukkan suara,

sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk

memfasilitasi proses terjadinya batuk.

Laring terdiri atas :

a) Epiglottis: katub kartilago yang menutup dan membuka selama

menelan.
14

b) Glottis : lubang antara pita suara dan laring.

c) Kartilago thyroid : kartilago yang terbesar pada trakea, terdapat

bagian yangmmembentuk jaku (adam’apple)

d) Kartilago krikoid : cincin kartilago yang utuh di laring (terletak di

bawah kartilago thyroid).

e) Kartilago aritenoid : digunakan pada pergerakkan pita suara

bersama dengan kartilago thyroid.

f) Pita suara : sebuah ligamen yang kontrol oleh pergerakkan otot

yang menghasilkan suara dan menempelkan pada lumen.

b. Sedangkan saluran pernafasan bagian bawah adalah sebagai berikut :

1) Trakhea

Trakhea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian

tulang vertebrae torakal ke tujuh yang bercabang menjadi dua

bronhus. Ujung cabang trakhea disebut carina. Trakea bersifat sangat

fleksibel, berotot, dan memiliki panjang ± 12 cm denan cincin

kartilago berbentuk C. Pada cincin tersebut terdapat epitel bersilis

tegak yang banyak mengandung sel goblet yang mensekresikan lendir

(mucus).

2) Bronkhus dan Bronkhiolus

Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan

cenderung lebih vertikal daripada yang kiri. Hal tersebut


15

menyebabkan benda asing lebih mudah masuk ke dalam cabang

sebelah kanan daipada cabang bronkhus sebelah kiri.

Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan

berbentuk seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkhus di

susun oleh jaringan kartilago sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di

alveoli, tidak mengadung kartilago.

Tidak hanya kartilago menyebabkan bronkhiolus mampu

menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar tidak

kolaps, alveoli dilengkapai dengan porus atau lubang kecil yang

terletak antar alveoli ‘kohn pores’ yang berfungsi untuk mencegah

kolaps alveoli. Saluran pernafasan mulai dari trakhea sampai

bronkhus terminalis tidak mengalami pertukanran gas dan merupakan

area yang dinamakan Anatomical Dead Space. Banyak nya udara

yang berada dalam area tersebut adalah sebesar 150 ml. Awal dari

proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.

3) Alveoli

Alveoli merupakan kantung udara yang berukuran sangat

kecil, dan merupakan akhir dari bronkhiolus respiratorius sehingga

memungkinkan terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukran oksigen dan

karbondioksida di antara kapiler pulmoner dan alveoli.


16

4) Paru-paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang

ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada

diagfragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus (superior, medial,

inferior) sedangkan paru-paru kiri mempunyai dua lobus (superior

dan inferior). Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang

disebut mediastinum (Irman Somari, 2008).

Paru-paru manusia terbungkus oleh dua selaput, yaitu pleura

dalam (pleura visceralis) dan plura luar (pleura parietalis). Pleura

dalam langsung menyelimuti paru-paru, sedangkan pleura luar

bersebelahan dengan tulang rusuk. Antara kedua pleura tersebut

terdapat rongga tulang rusuk. Antra kesua pleura terdapat rongga

yang berisi cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru.

3. Etiologi

Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya

paru oleh micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk

batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang

menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit

tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat

kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan

kimia dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui


17

droplet nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Depkes RI,

2009).

4. Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,

infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet

yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang

terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis biasanya

diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di saluran hidung atau

cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit.

Setelah berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau

paru-paru atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan

reaksi peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan

memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari

pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang

akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang

tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau

berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi bening

reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan

sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi

oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang memberikan gambaran yang

relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis kaseora dan jaringan granulasi di
18

sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan fibrosis menimbulkan respon berbeda,

jaringan granulasi menjadi lebih fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya

akan membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi dengan gabungan

terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi primer dinamakan

komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon lain yang dapat terjadi

pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cairan lepas ke dalam

bronkus dengan menimbulkan kapiler materi tuberkel yang dilepaskan dari

dinding kavitis akan masuk ke dalam percabangan keobronkial. Proses ini

dapat terulang kembali di bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa

sampai ke laring, telinga tengah atau usus.

Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan

dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat dengan perbatasan

bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol sehingga tidak dapat

mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitasi penuh dengan bahan

perkijuan dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang terlepas. Keadaan ini

dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama dan membentuk lagi

hubungan dengan bronkus dan menjadi limpal peradangan aktif.

Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme atau lobus dari kelenjar betah bening akan mencapai aliran darah

dalam jumlah kecil, yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi pada

berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo
19

hematogen yang biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus

nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke

dalam sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price &

Wilson, 2005 dalam Lisa Kurnia, 2016).

Penularan tuberculosis akan mudah terjadi, antara lain :

a. Hunian padat (Overcrowding), misalnya di penjara dan di tempat-tempat

pengungsian dan yang kurang berfentilasi.

b. Situasi sosial ekonomi yang tiadak menguntungkan (Social deprivation),

misalnya keadaan malnutrisi, pelayanan kesehatan yang buruk, tuna-

wisma.

c. Lingkungan kerja, misalnya pertambagan, laboratorium, rumah sakit.

(Kemenkes RI, 2012).

5. Pathway (Lembar Lampiran)

(Terlampir)

6. Manifestasi Klinik

Tanda dan gejala tuberculosis menurut Perhimpunan Dokter

Penyakit Dalam (2006) dapat bermacam-macam antara lain :

a. Demam

Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya

infeksi kuman tuberculosis yang masuk.


20

b. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan

untuk membuang produk radang. Sifat batuk dimulai dari batuk

kering (non produktif). Keadaan setelah timbul peradangan

menjadi produktif (menghasilkan sputum atau dahak). Keadaan yang

lanjut berupa batuk darah haematoemesis karena terdapat pembuluh

darah yang cepat. Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding

bronkus.

c. Sesak nafas

Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak

nafas. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah

lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

d. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai

pada pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan

jarang ditemukan.

e. Malaise

Penyakit TBC paru bersifat radang yang menahun. Gejala malaise

sering ditemukan anoreksia, berat badan makin menurun, sakit kepala,

meriang, nyeri otot dan keringat malam. Gejala semakin lama semakin

berat dan hilang timbul secara tidak teratur.


21

Gejala klinis Tuberculosis menurut (Kemenkes RI, 2012). Pada

umumnya pasien datang ke fasilitas layanan kesehatan dengan berbagai

keluhan dan gejala, yang mungkin akan menunjukkan bahwa yang

bersangkutan termasuk suspek.

a. Gejala utama

Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

b. Gejala tambahan yang sering dijumpai

1) Gejala respiratorik

Dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada.

2) Gejala sistemik

Badan lemah, nafsu makan menurun, nerat badan turun, rasa kurang

enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan,

demam meriang lebih dari sebulan.

c. Gejala-gejala tersebut dapat dijumpai pula pada penyakit paru selain

tuberculosis, seperti bronkiektasis, bronkitis kronis, asma, kanker paru,

dan lain-lain.

d. Di negara epidemik Tuberculosis seperti Indonesia, setiap orang yang

datang ke rumah sakit dengan gejala tersebut di atas, harus dianggap

sebagai seorang suspek tuberculosis dan perlu dilakukan pemeriksaan

dahak secara mikroskopis langsung.


22

e. Gejala ekstraparu tuberculosis tergantung dari organ yang terkena,

misalnya pada limfadenitis tuberculosis akan ditemukan pembesaran pada

kelenjar getah bening.

f. Pada ODHA yang menderita tuberculosis gejala klinis adalah perlu dicari

kemungkinan juga menderita tuberculosis.

7. Komplikasi

Komplikasi pada pasien TB Paru menurut Kemenkes RI (2012)

antara lain :

a. Hemoptisis masif (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan napas, atau syok

hipovolemik.

b. Kolab lobus akibat sumbatan bronkus.

c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukkan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

d. Pneumotoraks (udara didalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan

karena bullae yang pecah.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan

sebagainya.

f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficienncy).


23

8. Penatalaksanaan

a. Pencegahan

1) Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang

bergaul erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif.

2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan misal terhadap kelompok-

kelompok populasi tertentu misalnya : karyawan rumah sakit, siswa-

siswi pesantren.

3) Vaksinasi BCG.

4) Kemofolaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kg BB selama 6-12

bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri

yang masih sedikit.

5) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis

kepada masyarakat.

(Muttaqin, 2008 dalam Lisa Kurnia, 2016).

Tujuan utama pencegahan dan pengendalian infeksi tuberculosis

adalah deteksi dini, pemberian OAT (obat anti teberculosis) secepat

mungkin, dan mencegah orang lain terinfeksi (Kemenkes RI, 2012).

b. Pengobatan

Penyakit Tuberculosis paru dapat disembuhkan jka minum obat

secara teratur dan konsultasi ke petugas kesehatan dengan teratur dalam

jarak waktu minimal 6 bulan. Tahap pengobatan terdiri dari tahap intensif
24

dan tahap lanjutan. Tahap intensif atau awal pasien mendapat obat setiap

hari dan diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap

semua obat anti Tuberculosis (OAT), bila pengobatan tahap intensif

tersebut diberikan secara tepat biasanya pasien menular menjadi tidak

menular dalam kurung waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien

tuberculosis paru BTA positif menjadi BTA negatif (kenversi) ada akhir

pengobatan intensif. Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih

sedikit, namun dengan jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan

penting untuk membunuh kuman persister atau dormant sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan. Hal-hal lain yang menunjang proses

penyembuhan yaitu :

1) Minum obat secara teratur.

2) Kontrol secara teratur untuk mengetahui perkembangan penyakit.

3) Mengkonsumsi makanan dengan menu gizi seimbang.

4) Instirahat yang cukup.

5) Menjaga kebersihan.

Obat yang dikonsumsi pasien tuberculosis paru haruslah adekuat

(jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan), jika tidak maka kuman

tuberculosis paru akan berkembang menjadi kebal (resisten).


25

B. Tinjauan Pustaka Teori Keperawatan

1. Konsep Dasar Teori Florence Nightingale

Florence Nightingale lahir di Firenze (Florence), Italia tanggal 12

Mei 1820. Ayah Florence bernama Wiliam Nightingale seorang tuan tanah

kaya di Derbyshire, Lomdon. Ibunya Frances (Fanny) Nightingale nee Smith

keturunan ningrat, keluarga Nightingale adalah keluarga terpandang. Florence

memiliki seorang kakak bernama Parthhenope. Semasa kecil Florence tinggal

di Lea Hurst yaitu sebuah rumah besar dan mewah milik ayahnya. Saat remaja

Florence tidak seperti anak ningrat kebanyakam yang suka bermalas-malasan

dan berfoya-foya, Florence lebih banyak beraktivitas diluar rumah membantu

warga sekitar yang membutuhkan.

Tahun 1846 ia mengunjungi Kaiserswerth, Jerman. Ia mengenal lebih

jauh tentang rumah sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh pendeta

Theodor Fliedner bersama istrinya dan di kelola oleh biarawati Lutheran dari

kalangan katolik. Disana Florence terpesona akan pekerjaan social

keperawatan yang di praktikan oleh para biarawati, Florence pulang ke inggris

dengan membawa angan-angannya tentang keperawatan.

Tahun 1851 saat Florence menginjak usia 31 tahun ia dilamar oleh

Richard Monckton Milnes (seorang penyair dan seorang ningrat) namun

lamaran tersebut ditolaknya karena pada tahun tersebut Florence sudah

membulatkan tekadnya untuk mengabdikan diri di dunia keperawatan.

Keinginan Florence untuk menjadi perawat di tentang keras oleh ibu dan
26

kakaknya, karaena pada saat itu ditempatnya perawat di anggap sebagai

pekerjaan hina. Ayahnya setuju jika Florence mengabdikan diri dibidang

kemanusiaan, namun ayahnya tidak setuju jika ia menjadi perawat dirumah

sakit, karena saat itu rumah sakit adalah tempat yang kotor dan menjijikan.

Namun, Florence tetap pergi ke Kaiserwerth untuk mendapatkan

pelatihan bersama biarawati disana selama empat bulan, walaupun di tekan

oleh keluarganya yang khawatir terjadi implikasi social yang timbul karena

seorang gadis yang menjadi perawat serta latar belakang rumah sakit yang

katolik sementara Florence dari Kristen protestan. Selain itu Florence pernah

bekerja di rumah sakit untuk orang miskin di Prancis.

Tanggal 12 Agustus 1853, Florence kembali ke London dan bekerja

sebagai pengawas bagian keperawatan di Institute For The Care Of Sick

Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street, London.

Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena tahun ini terjadi perang

krimea sehingga ia menjadi suka relawan untuk merawat korban perang. Ayah

Florence memberikan uang pertahun (setara Rp.425 juta sekarang)

sehingga ia dapat hidup nyaman dan meniti karirnya.

Di rumah sakit ini ia berargumentasi keras dengan komite rumah

sakit, karena menolak pasien yang beragama katolik, Florence mengancam

akan mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan

memberinya izin tertulis;”rumah sakit akan menerima tidak hanya pasien yang

beragana katolik, tetapi juga yahudi dan agama lainnya, serta


27

memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka,

termasuk rabid an ulama untuk orang islam”. Dan akhirnya komite rumah

sakit menyetujuinya.

Terjadinya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854 yang

memakan banyak korban membuat Florence mengajukan surat kepada

menteri penerangan Inggris saat itu Sydney Hubert, untuk menjadi

sukarelawan, ia merupakan sukarelawan wanita satu-satunya yang

mendaftarkan diri. Tanggal 21 Oktober 1854 bersama 38 wanita yang ia latih

termasuk bibinya Mai Smith mereka berangkat ke Turki menumpang sebuah

kapal, bulan November 1854 mereka mendarat di rumah sakit pinggir pantai

di Scuatri

Kondisi rumah sakit saat Florence tiba sungguh mengerikan, semua

ruangan penuh sesak dengan prajurit yang terluka dan beratu-ratus prajurit-

prajurit bergelimpangan di halaman tanpa tempat berteduh dan tanpa ada yang

merawat. Potongan-potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk diluar jendela

dan tidak ada yang membuangnya sehingga menggunung dan menimbulkan

bau yang tidak sedap. Florence melakukan perubahan-perubahan penting, ia

mengatur tempat tidur para pasien di ruangan dan untuk penderita di luar

ruangan, iajuga mengusahakan setidaknya bernaung di bawah pohon dan ia

juga menugaskan mendirikan tenda. Penjagaan dilakukan secara teliti, begitu

juga perawatan dilakukan dengan cermat, perban di ganti secara berkala, obat

di berikan pada waktunya, lantai rumah sakit di pel setiap hari , meja kursi di
28

bersihkan, baju-baju kotor di cuci dengan mengerahkan bantuan dari warga

sekitar. Potongan tubuh manusia di buang dan di kubur.

Dalam sebulan kondisi rumah sakit berubah total, jeritan dan

rintiham para prajurit yang terluka telah berkurang, walaupun bau dari

tumpukan daging belum hilang sama sekali. Perawat yang bekerja disana

dibawah pengawasan Florence Nightingale. Pada malam hari ketika perawat

lain beristirahat memulihkan diri, Florence menulis pengalamannya dan cita-

citanya tentang keperawatan, dan obat-obatan yang ia ketahui.

Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tidak berpengaruh

banyak terhadap jumlah kematian para prajurit, angka kematian menjadi yang

terbanyak diantara rumah sakit lain di daerah tersebut. Sebagian besar para

prajurit mati karena penyakit tipes, tifoid, kolera dan disentri dibandingkan

dengan kematian akibat luka-luka perang.Kondisi rumah sakit menjadi sangat

fatal karena jumlah pasien melimpah lebih banyak dari daya tampungnya

sehingga menyebabkan pembuangan limbah dan ventelasi memburuk.

Pada bulan Maret 1855 setelah hampir 6 bulan Florence di sana,

komisi kebersihan Inggris datang memperbaiki system pembuangan limbah

dan sirkulasi udara sehingga jumlah kematian menurun drastic. Sebelumnya

Florence yakin bahwa tingkat kematian prajurit yang tinggi dikarenakan

nutrisi yang kurang dari makanan dan juga beban kerja yang berat bagi

prajurit, namun setelah kembali ke Inggris dan mengumpulkan bukti-bukti di

hadapan komisi kesehatan tentara Inggris, akhirnya Florence menyadari


29

bahwa tingkat kematian yang tinggi di akibatkan karena kondisi rumah sakit

yang kotor dan memprihatinkan, sehingga ia gigih mengkampanyekan

kebersihan lingkungan sebagai hal utama. Kampanye tersebut berhasil

menurunkan angka kematian prajurit pada saat tidak terjadi peperangan dan

Florence menunjukan betapa pentingnya desain pembuangan limbah dan

ventelasi udara sebuah rumah sakit.

Pada saat pertempuran dahsyat di luar kota telah berlalu, seorang

bintara dating dan melapor pada Florence bahwa dari keduabelah pihak

korban yang berjatuhan banyak sekali. Rombongan pertama datang namun

ternyata jumlahnya sedikit, bintara tersebut mengatakan bahwa korban

selanjutnya harus menunggu sampai besok karena sudah terlanjur gelap.

Namun Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarkannya

ke bekas medan pertempuran untuk mengumpulkan korban yangmasih bias di

selamatkan karena bila mereka menunggu hingga esok hari korban-korban

tersebut bisa mati kehabisan darah. Berangkatlah mereka berenam ke bekas

medan pertempuran, semuanya pria, hanya Florence satu-satunya wanita.

Florence dengan bebekal lentera membalik dan memeriksa tubuh-tubuh yang

bergelimpangan, membawa siapa saja yang masih hidup dan masih bisa

diselamatkan, termasuk prajuri rusia.Malam itu mereka kembali dengan

membawa 15 prajurit, 12 prajurit Inggris dan 3 prajurit Rusia.

Semenjak saat itu setiap terjadi pertempuran, pada malam harinya

Florence berkeliling dengan lampu untuk mencari prajurit-prajurit yang masih


30

hidup dan mulailah ia terkenal sebagai bidadari berlampu yang menolong di

gelap gulita. Banyak nyawa yang tertolong yang seharusnya sudah meninggal.

Florence Nightingale kembali ke Inggris sebagai pahlawan pada

tanggal 7 Agustus 1857. Nightingale pindah dari rumah keluarganya di

Middle Claydon, Buckinghameshire, Burlington Hotel di Piccadilly.

Nightingale memainkan peran utama dalam pendirian komisi kerajaan untuk

kesehatan tentara inggris, dengan Sidney Herbert menjadi ketua.Nightingale

menulis laporan 1000 halaman lebih yang termasuk laporan statistic

mendetail. Laporan komisi kerajaan membuat adanya pemeriksaan tentara

militer dan di dirikan sekolah medis angkatan bersenjata dan system rekam

medic angkatan bersenjata.

Ketika ia masih di Turki, pada tanggal 29 November 1855, public

memberikan pengakuan pada Florence Nightingale untuk hasil kerjanya pada

saat perang. Sekembalinya Florence ke London, ia diundang oleh tokoh-tokoh

masyarakat. Mereka mendirikan sebuah badan bernama “DANA Nightingale”

dimana Sidney Herbert menjadi sekretaris kehormatan dan adipati Cambridge

menjadi ketuanya. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana yang besar

sekali sebagai rasa terimakasih orang-orang Inggris karena Florence

Nightingale berhasil menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.

Florence menggunakan uang itu untuk membangun sekolah perawat

khusus wanita yang pertama. Florence berargumen bahwa dengan adanya

sekolah perawat, maka profesi perawat akan lebih dihargai, ibu-ibu dari
31

keluarga baik-baik akan mengizinkan anak-anak perempuan bersekolah di

sana dan masyarakat akan lain sikapnya menghadapi seseorang yang terdidik.

Sekolah tersebutpun didirikan di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital,

London.

Saat di buka pada tanggal 9 Juli 1860 berpuluh-puluh gadis dari

kalangan baik-baik mendaftarkan diri, perjuangan Florence di Semenanjung

Krimea telah menghilangkan gambaran lama tentang perempuan perawat.

Dengan di dirikannya sekolah perawat tersebut telah diletakannya dasar baru

tentang perawat terdidik dan dimulailah masa baru dalam dunia keperawatan

orang sakit. Kini sekolah tersebut dinamakan sekolah perawat dan kebidanan

Florence Nightingale (Florence Nightingale School Of Nursing and

Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King Collage London.

Pada tahun 1860 florence menulis buku catatan tentang keperawatan

(Notes On Nursing). Buku setebal 136 halaman ini menjadi buku acuan pada

kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun

1861 cetakan lanjutan buku ini terbit dengan tambahan bagian tentang

perawatan bayi. Pada tahun 1869, Nightingale dan Elizabeth Blackweel

mendirikan Universitas medis wanita. Pada tahun 1870-an, Linda Richards

”perawat terlatih pertama Amerika”, berkonsultasi dengan Florence

Nightingale di Inggris, Linda Richards menjadi pelopor perawat di Amerika

dan Jepang.
32

Pada tahun 1883 Florence dianugrahkan medali palang merah

kerajaan (The Royal Red Cross) oleh ratu victoria. Pada tahun 1907 Florence

Nightingale di anugrahi dengan bintang jasa The Order Of Merit dan Florence

Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini.

Pada tahun 1908 ia di anugrahkan Honorary Freedom Of the City dari kota

London.

Florence Nightingale meninggal dunia di usia 90 tahun pada tanggal

13 Agustus 1910. Ia di makamkan St.Margaret yang terletak East Wellow,

Hampshire, Inggris.

2. Model Konsep Menurut Florence Nigthingale

Penulis kontemporer mulai menggali hasil pekerjaan Florence

Nightingale sebagai sesuatu yang mempunyai potensi menjadi teori dan model

konseptual dari keperawatan (Meleis, 1985; torres, 1986; Marriner-Tomey,

1994; Chinn and Jacobs, 1995). Meleis mencatat bahwa konsep Nightingale

menempatkan lingkungan sebagai fokus asuhan keperawatan dan perhatian

dimana perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit merupakan

upaya awal untuk memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran.

Nightingale tidak memandang perawat secara sempit yang hanya

sibuk dengan masalah pemberian obat dan pengobatan, tetapi lebih

berorientasi pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan,

kebersihan, ketenangan dan nutrisi yang kuat. Melalui observasi dan

pengumpulan data Nightingale menghubungkan antara status kesehatan klien


33

dengan faktor lingkungan dan sebagai hasil yang menimbulkan perbaikan

kondisi hygiene dan sanitasi selama perang Crimean. Tores (1986) mencatat

bahwa Nightingale memberikan konsep dan penawaran yang dapat divalidasi

dan digunakan untuk menjalankan praktek keperawatan. Nightingale dalam

teori diskripsinya memberikan cara berfikir tentang keperawatan dan

kerangka rujukan yang berfokus pada klien dan lingkungannya. Nightingale

dan tulisan tangannya menuntun perawat untuk bekerja atas nama klien.

Prinsipnya mencakup bidang pelayanan, penelitian dan pendidikan. Hal yang

penting adalah konsep dan prinsip yang membentuk dan melingkupi praktek

keperawatan. Nightingale berfikir dan menggunakan proses keperawatan ia

mencatat bahwa observasi atau pengkajian bukan demi bebagai informasi atau

fakta yang mencurigakan tetapi demi penyelamatan hidup dan meningkatkan

kesehatan dan keamanan.

Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang dalam kontek

lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan

psikologis dan lingkungan sosial.

a. Lingkungan fisik (physical enviroment).

Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan

ventilasi dan udara. Faktor tersebut mempunyai efek terhadap lingkungan

fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun dia

berada di dalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan.


34

Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan hangat, udara bersih,

tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa

sehingga memudahkan perawatan baik bagi orang lain maupun dirinya

sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur harus memberikan

memberikan keleluasaan pasien untuk beraktifitas.Tempat tidur harus

mendapatkan penerangan yang cukup, jauh dari kebisingan dan bau

limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya

mendapat ventilasi.

b. Lingkungan psikologi (Psychologi Enviroment).

Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang

negatif dapat menyebabkan stress fisik dan berpengaruh buruk terhadap

emosi pasien. Oleh karena itu ditekankan kepada pasien menjaga

rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang menarik

dan aktivitas manual dapat merangsanag semua faktor untuk membantu

pasien dalam mempertahankan emosinya.

Komunikasi dengan pasien dipandang dalam suatu konteks

lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara

terburu-buru atau terputus-putus. Komunikasi tentang pasien yang

dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan

pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh

dari pendengaran pasien. Tidak boleh memberikan harapan yang terlalu

muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi penyakitnya. Selain itu


35

membicarkan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita

hal-hal yang menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat

memberikan rasa nyaman.

c. Lingkungan sosial (Social Environment).

Observasi dari lingkungan sosial terutama hubungan yang

spesifik, kumpulan data-data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan

penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian

setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi dalam hubungan

dengan kasus-kasus secara spesifik lebih dari sekedar data-data yang

ditunjukkan pasien pada umumnya.

Seperti juga hubungan komuniti dengan lingkungan sosial

dugaannya selalu dibicarakan dalam hubungna individu pasien yaitu

lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan

rumah atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas

yang berpengaruh terhadap lingkungan secara khusus.

3. Komponen Pokok Lingkungan Menurut Teori Florence Nightingale

a. Lima (5) komponen pokok lingkungan sehat menurut Florence

Nightingale :

1. Peredaran hawa baik.

Maksudnya adalah suatu keadaan dimana suhu berada dalam keadaan

normal.
36

2. Cahaya yang memadai

Cahaya yang cukup dalam pemenuhan kesehatan pasien.

3. Kehangatan yang cukup

Kehangatan yang diperlukan untuk proses pemulihan.

4. Pengendalian kebisingan

Suatu cara agar pasien merasa nyaman dan tidak terganggu

oleh kebisingan (keributan).

5. Pengendalian effluvia (bau yang berbahaya)

Menjauhkan pasien dari bau yang menyebabkan gangguan dalam

kesehatan.

b. Ada 12 macam Komponen Lingkungan dalam Teori Florence Nightingale

1. Kesehatan rumah

Rumah yang sehat adalah rumah yang bersih, sehingga seseorang

merasa nyaman.

2. Ventilasi dan pemanasan

Ventilasi merupakan perhatian utama dari teori Nightingale. Ventilasi

merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen lingkungan

yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga sebagai pemulihan

penyakit.

3. Cahaya

Pengaruh nyata terhadap tubuh manusia. Untuk mendapatkan manfaat

dari pencahayaan konsep ini sangat penting dalam teori Florence, dia
37

mengidentifikasi secara langsung bahwa sinar matahari merupakan

kebutuhan pasien. Menurutnya pencahayaan mempunyai sinar

matahari, perawat diinstruksikan untuk mengkondisikan agar pasien

terpapar dengan sinar matahari.

4. Kebisingan

Kebisingan ditimbulkan oleh aktivitas fisik di lingkungan atau

ruangan. Hal tersebut perlu dihindarkan karena dapat mengganggu

pasien.

5. Variasi/keanekaragaman

Berbagai macam faktor yang menyebabkan penyakit bagi seseorang,

misalnya makanan.

6. Tempat tidur

Tempat tidur yang kotor akan mempengaruhi kondisi kesehatan

seseorang dan juga pola tidur yang kurang baik akan menyebabkan

gangguan pada kesehatan.

7. Kebersihan kamar dan halaman

Kebersihan kamar dan halaman sangat berpengaruh bagi kesehatan.

Oleh karena itu, pembersihan sangat perlu dilakukan pada kamar dan

halaman.

8. Kebersihan pribadi

Kebersihan pribadi sangat mendukung kesehatan seseorang karena

merupakan bagian dari kebersihan secara fisik.


38

9. Pengambilan nutrisi dan makanan

Pengambilan nutrisi sangat perlu dalam hal menjaga keseimbangan

tubuh. Adanya nutrisi dan pola makan yang baik sangat berpengaruh

bagi kesehatan.

10. Obrolan, harapan dan nasehat

Dalam hal ini, komponen tersebut menyangkut kesehatan mental

seseorang dalam menyikapi lingkungannya. Komunikasi sangat

perlu dilakukan antara perawat, pasien dan keluarga. Mental yang

yang terganggu akan mempengaruhi kesehatan pasien.

11. Pengamatan orang sakit

Pengamatan sangat perlu dilakukan oleh seorang perawat, dimana

seorang perawat harus tahu sebab dan akibat dari suatu penyakit.

12. Pertimbangan sosial

Tidak melihat dari suatu aspek, untuk mengambil suatu keputusan

tetapi dari berbagai sisi.

4. Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Beberapa Konsep

a. Hubungan teori Florence Nightingale dengan konsep keperawatan

1) Individu/manusia memiliki kemampuan besar untuk memperbaikan

kondisinya dalam menghadapi penyakit.

2) Keperawatan bertujuan membawa/mengantar individu pada

kondisi terbaik untuk dapat melakukan kegiatan melalui upaya dasar

untuk mempengaruhi lingkungan.


39

3) Sehat/sakit fokus pada perbaikan untuk sehat.

4) Masyarakat/lingkungan melibatkan kondisi eksternal (lingkungan

luar) yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan individu,

fokus pada ventilasi, suhu, bau, suara dan cahaya.

b. Hubungan teori Florence Nightingale dengan proses keperawatan

1) Pengkajian/pengumpulan data

Data pengkajian Florence Nightingale lebih menitik beratkan

pada kondisi lingkungan (lingkungan fisik, psikis dan sosial).

2) Analisa data

Data dikelompokkan berdasarkan lingkungan fisik, sosial dan mental

yang berkaitan dengan kondisi klien yang berhubungan dengan

lingkungan keseluruhan.

3) Masalah difokuskan pada hubungan individu dengan lingkungan

misalnya;

a) Kurangnya informasi tentang kebersihan lingkungan

b) Ventilasi

Merupakan indikasi yang berhubungan dengan komponen

lingkungan yang menjadi sumber penyakit dan dapat juga

sebagai sumber pemulihan penyakit.

c) Pembuangan sampah

d) Pencemaran lingkungan

e) Komunikasi sosial, dll


40

4) Diagnosa Keperawatan berbagai masalah klien yang berhubungan

dengan lingkungan antara lain :

a) Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap efektivitas asuhan

b) Penyesuaian terhadap lingkungan.

c) Pengaruh stressor lingkungan terhadap efektivitas asuhan.

5) Implementasi (Pelaksanaan) upaya dasar merubah/ mempengaruhi

lingkungan yang memungkinkan terciptanya kondisi lingkungan yang

baik yang mempengaruhi kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan

individu.

6) Evaluasi Mengobservasi (Pengamatan) dampak perubahan lingkungan

terhadap kesehatan individu.

Andriani (2016) menyebutkan secara rinci Florence Nightingale

mengidentifikasi masalah lingkungan yang harus dikaji adalah sebagai

berikut :

1) Pengkajian Data Dasar

Nama, umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, budaya, status

perkawinan, agama, pekerjaan dan pendidikan.

2) Observasi Status Kesehatan Klien

Untuk menemukan masalah keperawatan berdasarkan teori Florence

Nightingale maka perlu melakkan pengkajian terhadap klien melalui


41

observasi yang memfokuskan pada kondisi lingkungan fisik,

lingkungan psikis dan lingkungan sosial.

3) Perkembangan Teori Florence Nightingale

Teori Florence Nightingale mengidentifikasi masalah lingkungan

secara rinci yang harus dikaji sebagai berikut :

a) Kesehatan Rumah

Yang perlu dikaji pada kesehatan rumah, yaitu karakteristik rumah,

sumber air minum, dan sanitasi rumah.

b) Ventilasi dan udara

Pengkajian pada ventilasi dan udara, yaitu terdiri dari jumlah

ventilasi, dan keadaan ventilasi rumah klien.

c) Cahaya

Cahaya yang kaji adalah sumber pencahayaan yang masuk ke

dalam rumah, seperti sinar matahari, listrik maupun sumber cahaya

lainnya

d) Makanan

Yang perlu dikaji adalah menu makanan, frekuensi makan,

kebiasaan sebelum makan, makanan kesukaan, makanan

pantangan, dan pembatasan pola makan.

e) Istirahat

Pada bagian istirahat yang perlu dikaji oleh perawat adalah waktu

istirahat, pola tidur, kebiasaan sebelum tidur, dan kesulitan tidur.


42

f) Kebisingan

Pada kebisingan yang dimaksud adalah kebisingan yang berasal

dari luar rumah dan dari dalam rumah yang mempengaruhi

kesehatan lingkungan klien.

g) Kebersihan diri

Kebersihan yang perlu dikaji oleh perawat adalah kebersihan diri,

kebersihan lingkungan, dan kebersihan rumah.

5. Hubungan Teori Florence Nightingale Dengan Teori-teori Lain

a. Teori adaptasi menunjukkan penyesuaian diri terhadap

kekuatan yang melawannya. Kekuatan dipandang dalam konteks

lingkungan menyeluruh yang ada pada dirinya sendiri. Berhasil tidaknya

respon adaptasi seseorang dapat dilihat dengan tinjauan lingkungan yang

dijelaskan Florence Nightingale.

b. Kemampuan diri sendiri yang alami dapat bertindak sebagai

pengaruh dari lingkungannya berperan penting pada setiap individu

dalam berespon adaptif (baik) atau mal adaptif (tidak baik).

c. Teori kebutuhan Menurut Maslow pada dasarnya mengakui pada

penekanan teori Florence Ninghtingale, sebagai contoh kebutuhan oksigen

dapat dipandang sebagai udara segar, ventilasi dan kebutuhan lingkungan

yang aman berhubungan dengan saluran yang baik dan air yang bersih.

Teori kebutuhan menekankan bagaimana hubungan kebutuhan yang


43

berhubungan dengan kemampuan manusia dalam mempertahankan

hidupnya.

d. Teori stress.

Stress meliputi suatu ancaman atau suatu perubahan dalam lingkungan,

yang harus ditangani. Stress dapat positip atau negatip tergantung pada

hasil akhir. Stress dapat mendorong individu untuk mengambil tindakan

positip dalam mencapai keinginan atau kebutuhan. Stress juga dapat

menyebabkan kelelahan jika stress begitu kuat sehingga individu tidak

dapat mengatasi. Florence Nightingale, menekankan penempatan pasien

dalam lingkungan yang optimum sehingga akan menimumkan efek

stressor, misalnya tempat yang gaduh, membangunkan pasien dengan

tiba-tiba, semuanya itu dipandang sebagai suatu stressor (penyebab

stress) yang negatif. Jumlah dan lamanya stressor juga mempunyai

pengaruh kuat pada kemampuan koping (pertahan terhadap stress)

individu.

Melalui observasi (pengamatan) dan pengumpulan data, Nightingale

menghubungkan antara status kesehatan klien dengan faktor

lingkungan dan sebagai hasil, yang menimbulkan perbaikan kondisi

higiene (bersih) dan sanitasi selama perang Crimean. Kondisi higene (bersih)

penting untuk membantu pasien tetap bersih dan untuk merawat kulit, mulut,

rambut, mata, telinga, kuku.


44

Di zaman sekarang ketika seseorang sakit, akan sulit memikirkan

tentang mandi atau menyikat gigi atau membersihkan kuku; bernapas atau

mengatasi nyeri tampak lebih penting. Oleh karenanya, perawat perlu melihat

apakah pasien dapat membersihkan diri mereka sendiri dan membantu mereka

bila mungkin.

Penting untuk menanyakan pasien apa yang biasanya mereka lakukan

dan bagaimana mereka menginginkan bantuan. Praktik budaya dan agama

dapat membedakan praktik higiene (bersih). Higiene adalah sangat pribadi

dan masing – masing individu mempunyai ide yang berbeda tentang apa yang

mereka ingin lakukan.

Jika memungkinkan, perawat harus membantu pasien memenuhi

kebutuhan pribadinya daripada melakukan standar rutin. Perawat adalah orang

yang membantu proses penyembuhan penyakit tetapi tidak untuk

menyembuhkan penyakit. Ini karena tugas seorang perawat adalah merawat

orang yang sakit dan dokter adalah orang yang berperan penting dan sangat

membantu dalam proses penyembuhan penyakit.

Itulah beda perawat dan dokter. Perawat juga bukan hanya

memberikan obat untuk menyembuhkan penyakit kepada si pasien tetapi

mereka juga harus bisa membuat lingkungan fisik, psikologis, sosial pasien

sembuh. Setelah mereka merasa sehat atau sembuh dari penyakit baik lahir

maupun batin (kejiwaan) mereka tenang dan nyaman.


45

Pada saat pasien berada di rumah sakit pun perawat di tuntut

untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, artinya kita bisa meringankan

penderitaan sakit si pasien itu dan dalam perawatan pasien tidak dibedakan

yang kaya dan miskin.

6. Aplikasi Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan

Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam

merawat pasien yang di terapkan dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini

ventilasi menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan pasien.

a. Udara segar

Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-

menerus merupakan prinsip utama dalam perawatan. Oleh sebab itu,

setiap perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih,

sebersih udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.

b. Air bersih

Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit

pada pasien. Oleh karena itu, perawat harus berusaha dengan baik

agar air tetap terjaga kebersihannya.

c. Saluran pembuangan yang efesien

Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran

dan keadaan normalnya, jarak waktu pengeluaran, dan frekuensi

pengeluaran sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien


46

d. Kebersihan

Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat

pasien. Perawat memerlukan kebersihan yang optimal agar

mempercepat proses penyembuhan. Focus perawatan klien menurut

Nightingale adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan

klien sangat dipengaruhi oleh tingkat kebersihan, baik kebersihan klien,

perawat maupun lingkungan.

e. Cahaya

Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien

adalah cahaya matahari. Nightingale yakin sinar matahari dapat

membermanfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga

perlu membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar

matahari selama tidak terdapat kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh

dilakukan).

Selain kelima komponen lingkungan di atas, seorang perawat juga

harus memperhatikan kehangatan, ketenangan dan makanan klien.

7. Asumsi Utama Teori Florence Nightingale

Nightingale mendefenisikan kesehatan sebagai kondisi sejahtera dan

mampu memanfaatkan setiap daya yang dimiliki hingga batas maksimal,

sedangkan penyakit merupakan proses perbaikan yang dilakukan tubuh untuk

membebaskan diri dari gangguan yang dialami sehingga individu dapat

kembali sehat. Prinsip perawatan adalah menjaga agar proses reparative ini
47

tidak terganggu dan tidak menyediakan kondisi yang optimal untuk proses

tersebut. Untuk mencapai kondisi kesehatan, perawat harus menggunakan

nalarnya, disertai ketekunan dan observasi (pengamatan).

Dengan demikian, kesehatan dapat dipelihara melalui upaya

pencegahan penyakit melalui faktor kesehatan lingkungan. Ia menyebut

hal ini sebagai health nursing dan membedakannya dengan proper nursing

yang berarti merawat klien yang sakit hingga ia dapat bertahan atau

setidaknya menjadi lebih baik hingga saat kematiannya.

Menurut Nightingale, lingkungan adalah tatanan eksternal yang

memengaruhi sakit dan sehatnya seseorang, termasuk disini makanan klien

dan interaksi perawat dengan klien. Jika seseorang ingin sehat, perawat, alam,

dan orang yang bersangkutan harus bekerja sama agar proses reparative dapat

berjalan.

Anda mungkin juga menyukai