PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pokok bahasan yang disusun dalam pedoman ini adalah pedoman tentang
keselamatan kerja, kesehatan kerja, kebakaran, dan kewaspadaan bencana, yang
selanjutnya disingkat dengan K3.
Buku pedoman K3 ini sebagai salah satu proses komitmen manajemen untuk
memperlancar dan meningkatkan kerjasama saling pengertian dan partisipasi
efektif antara pihak menejemen dengan tenaga kerja/petugas untuk bersama-sama
melaksanakan tugas dan kewajiban di bidang K3 di rumah sakit.
Upaya K3 merupakan upaya meminimalkan pencegahan terjadinya Penyakit
Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) melalui upaya promotif,
prefentif, penyerasian antara beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan sehingga
setiap pekerja dapat bekerja dengan selamat dan sehat, tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat atau orang lain disekelilingnya dan tercapainya
produktifitas kerja yang optimal. Upaya tersebut dilaksanakan secara menyeluruh
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan produktifitas pekerja rumah sakit.
C. Dasar Hukum
Dasar pertimbangan disusunnya Buku Pedoman K3 di RS Lestari Raharja
mengacu pada peraturan perundang-undangan, sebagai berikut :
1. Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 8 ayat (1) :
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan
kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang akan diberikan padanya.
Ayat (2) : Pengurus perusahaan wajib untuk memeriksakan kesehatan tenaga
kerja sejak akan masuk kerja, selama kerja dan akan dipindahkan ketempat atau
pekerjaan lain.
2. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sesuai dengan pasal
164 ayat (1): upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakubatkan oleh pekerja.. ayat (3). Upaya Kesehatan Kerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi setiap pekerja yang berada dilingkungan
tempat kerja. Pasal 165 ayat (1): Pengelolaan tempat kerja wajib melakukan
segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Ayat (2): Pekerja wajib
menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati
peraturan yang berlaku ditempat kerja. Ayat (3): Dalam penyeleksian pemilihan
calon pegawai pada Perusahaan/Instansi, hasil pemeriksaan kesehatan secara
fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan. Ayat (4):
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), dan ayat (3) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 166 ayat (1):
Majikan atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung
seluruh biaya atas gangguan kesehatan akibat kerja yang diderita oleh pekerja
sesuai dengan peraturan masing-masing.
3. Undang-Undang No. 25 tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan pasal 108 ayat
(1): Setiap pekerja mempunyai hak memperoleh atas kesehatan dan
keselamatan kerja, moral dan kesusilaan serta perilaku yang sesuai dengan
harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama. Ayat (2): Untuk melindungi
kesehatan pekerja guna mewujudkan produktifitas tenaga kerja yang optimal
diselenggarakan upaya kesehatan kerja.
4. Keputusan Presiden RI No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul karena
hubungan kerja pasal 2 : Setiap tenaga kerja yang menderita penyakit yang
timbul karena hubungan kerja berhak mendapat jaminan kecelakaan kerja baik
pada saat masih dalam hubungan kerja maupun setelah hubungan kerja
berakhir.
5. Keputusan Presiden RI No. 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penaggulangan Bencana dan Penanggulangan Pengungsian di Indonesia.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja yang merupakan pedoman untuk
melaksanakan K3 di kegiatan perusahaan.
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 432/MENKES/IV/2007 tentang
Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
D. Pengertian
1. Tempat kerja adalah tempat tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka,
bergerak atau tetap dimana karyawan atau yang sering dimasuki karyawan
untuk melaksanakan tugas.
2. Karyawan adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di
dalam maupun di luar hubungan kerja, untuk menghasilkan jasa pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
3. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu upaya untuk menekan atau
mengurangi resiko kecelakaan atau penyakit kerja yang pada hakikatnya tidak
dapat dipisahkan antara kesehatan dan keselamatan.
4. Upaya kesehatan adalah upaya penyelesaian antara kapasitas kerja, beban kerja
dan lingkungan kerja agar setiap kerja karyawan dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri maupun masyarakat disekelilingnya.
5. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, tempat kerja dan lingkungan serta cara-cara
melakukan pekerjaan.
6. Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak diharapkan,
karena peristiwa tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk
perencanaan dan tidak diharapkan karena peristiwa kecelakaan disertai
kerugian material maupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada
yang paling berat.
7. Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang ditimbulkan dari suatu pekerjaan
yang mengandung paparan/kontaminasi pada fasilitas penunjang pekerjaan.
BAB II
PEMBENTUKAN ORGANISASI K3
A. Organisasi
Organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS Lestari Raharja disebut
sebagai Tim K3. Dalam pengorganisasiannya melibatkan seluruh unsur yang ada di
RS sesuai dengan tanggung jawab masing-masing. Namun demikian untuk
menjamin terlaksananya K3 dengan baik diperlukan keterpaduan antar fungsi
dalam organisasi dan antar jenjang dalam fungsi serta harus dinyatakan secara jelas
dalam uraian tugas.
Pembentukan Panitia K3 bermaksud untuk menentukan dan membagi tugas,
wewenang, dan tanggung jawab dalam melakukan pengawasan. Pengkoordinasian
dan pengendalian kegiatan K3 di Rumah Sakit terhadap seluruh pegawai, dokter,
pasien dan pengunjung lainnya.
Panitia K3 dibentuk bertujuan untuk menciptakan kondisi sehat, aman dari
kecelakaan kerja dan lingkungan yang nyaman bagi pegawai sehingga produktifitas
kerja meningkat dan rasa aman dari bahaya kebakaran dan bencana lainnya.
Panitia K3 Rumah Sakit (PK3RS) ditunjuk dan diangkat langsung oleh
Direktur Rumah Sakit berdasarkan usulan-usulan dan pertimbangan yang
disampaikan oleh pihak terkait dengan tetap memperhatikan prestasi kerja masing-
masing PK3RS, kemudian ditetapkan dalam Surat Keputusan Direktur Rumah
Sakit.
1. Tugas Pokok
a. Merumuskan kebijakan, peraturan, pedoman, petunjuk pelaksanaan dan
prosedur yang berkaitan dengan bidang keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit.
b. Membuat program keselamatan Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
c. Memberikan rekomendasi dan pertimbangan kepada Direksi mengenai
masalah-masalah yang berkaitan dengan bidang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Rumah Sakit.
2. Fungsi
Fungsi Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS Lestari Raharja adalah :
a. Mengumpulkan dan mengolah seluruh data dan informasi serta
permasalahan yang berhubungan dengan bidang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Rumah Sakit.
b. Membantu Direksi dalam melaksanakan dan meningkatkan upaya promosi,
sosialisasi dan pelatihan bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit.
c. Memberikan saran dan pertimbangan berkaitan dengan tindakan koreksi.
d. Investigasi dan melaporkan kecelakaan kerja.
B. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Surat Keputusan Direktur RS Lestari Raharja Nomor :
34/SK/RSLR/X/2018 bentuk organisasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di RS
Lestari Raharja adalah berupa Tim K3 yang bertanggung jawab langsung kepada
Direksi Rumah Sakit Lestari Raharja Magelang.
DIREKTUR
POLSEK Dr. Benyamin Tri Darma
RS.
RUJUKAN
Ketua
Dr. Renjana Galih Atmantika
Dinas
Pemadam
Kebakaran
Sekretaris
Kanwil Aprilia Dwi Rahmanti
Dep. Naker.
Magelang
Koordinator bidang Koordinator bidang Koordinator bidang Koordinator bidang
Kesehatan kerja Keselamatan kerja Penyehatan lingkungan kewaspadaan bencana dan
kebakaran
BAB III
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
A. Falsafah
Terciptanya suasana dan lingkungan kerja yang sehat aman dan nyaman bagi
penghuninya dengan cara membangun, melengkapi, menjalankan dan memelihara
sumber daya yang tersedia secara optimal sesuai dengan tujuan pelayanan
kesehatan di RS Lestari Raharja, sebagai perwujudan Iman, Taqwa dan landasan
amal Sholeh kepada Allah SWT.
B. Visi
1. Terciptanya tempat kerja dan lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman bagi
seluruh karyawan dan pelanggan
2. Tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu serta produktifitas kerja yang
tinggi
C. Misi
Mewujudkan kualitas kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya melalui
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, sehingga tercipta suasana
kerja yang sehat, aman, dan nyaman bagi seluruh karyawan dan pelanggan
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Terciptanya cara kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan karyawan rumah sakit
2. Tujuan Khusus
a. Falsafah dan Tujuan
Rumah sakit dibangun, dengan peralatan, dijalankan, dipelihara sedemikian
rupa untuk menjaga keamanan dan mencegah kebakaran serta persiapan
menghadapi bencana. Hal ini bertujuan untuk menjamin dan menjaga
keselamatan hidup pasien, pegawai dan pengunjung.
b. Adminitrasi dan Pengelolaan
Ditetapkan seorang pejabat sebagai Pimpinan ynag bertanggung jawab atas
pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dan bencana. Ada
unit/tim dengan tugas menyusun dan menetapkan program keselamatan
kerja
c. Staf dan Pimpinan
Pimpinan dan staff dari unit/tim harus memiliki pengetahuan keterampilan,
pengalaman dalam menanggulangi K3, upaya menjamin keselamatan kerja
serta mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bencana serta
mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (basic life support)
d. Fasilitas
Tersedia fasilitas peralatan yang cukup serta siap pakai terus menerus untuk
menunjang program keselamatan kerja, mennaggulangi bahaya kebakaran
dan bencana.
e. Kebijakan dan Prosedur
Kebijakan, prosedur, peraturan dan pedoman tertulis harus diterapkan di
setiap unit kerja dan berlaku bagi setiap orang dalam upaya menjamin
keselamatan kerja serta mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran
dan bencana
f. Pengembangan Staff dan Program Pelatihan
Adanya program tertulis tentang pendidikan dan pelatihan bagi staf unit
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang kesehatan kerja,
bahaya kebakaran dan bencana
g. Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Adanya prosedur tertulis tentang pelaksanaan evaluasi dan program
keselamatan, kesehatan, dan bencana.
BAB IV
KEWASPADAAN BENCANA
A. Pengertian
1. Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta
menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat
dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara
khusus.
2. Gawat darurat sehari-hari adalah suatu keadaan seseorang secara tiba-tiba
dalam keadaan darurat dan terancam anggota badannya dan jiwanya (akan
menjadi cacat/mati) bila tidak mendapatkan pertolongan dengan segera.
3. Korban massal adalah korban akibat kejadian dengan jumlah relatif banyak
oleh karena sebab yang sama dan perlu mendapatkan pertolongan kesehatan
segera dengan menggunakan sarana, fasilitas dan tenaga yang lebih besar
sehari-hari.
4. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang WNI yang meninggalkan
tempat tinggal akibat tekanan berupa kekerasan fisik dan mental akibat ulah
manusia dan bencana alam guna mencari perlindungan maupun penghidupan
yang baru
5. Rencana kedaruratan adalah rancangan atau rencana RS dalam penanggulangan
bencana baik yang bersifat eksternal (yang terjadi diluar RS) maupun internal
(yang terjadi didalam RS)
6. Penanggulangan bencana eksternal/External Hospital Disaster Plan adalah
penanganan korban/pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi di
luar rumah sakit.
7. Penanganan bencana Intern/Intern Hospital Disaster Plan adalah penanganan
korban/pasien yang berasal dari kejadian/bencana yang terjadi di dalam rumah
sakit.
8. Migitasi adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi dampak yang terjadi
akibat bencana
9. Tanggap darurat adalah tindakan-tindakan yang diambil segera setelah terjadi
bencana.
10. Triage adalah pengelompokan korban berdasarkan kegawat daruratnya akibat
trauma penanganan/pemindahannya
11. Struktur komando adalah suatu sistem komando/perintah yang dijalankan
hanya pada saat bencana
12. Rehabilitasi
13. Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana pada
wilayah pasca bencana, dengan sasaran utama tumbuhnya perekonomian,
sosial, dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan pada wilayah pasca bencana
14. Tujuan Umum Hospital Disaster Plan adalah mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi semua lapisan masyarakat dalam rangka terwujudnya
masyarakat utama adil makmur yang diridhoi Allah SWT melalui pendekatan
pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitasi) yang
dilaksanakan menyeluruh.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi semua lapisan masyarakat
dalam rangka terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan (propmotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitasi) yang dilaksanakan menyeluruh.
b. Tujuan Khusus
Pada dasarnya pertolongan yang diberikan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecatatan atau kematian yang dapat dihindarkan, dengan cara
memanfaatkan semua tenaga, fasilitas dan sarana yang telah ada secara efektif,
efisien, terkoordinasi dan terkendali.
C. Sistem Kewaspadaan
Bila ada informasi tentang kemungkinan bencana, direktur Bidang pelayan medis
selaku incident commander melakukan “Immediate Action” yaitu :
1. Melakukan prosedur persiapan meliputi cadangan logistik, arus informasi,
lokasi triase, dan lain-lain
2. Menginstruksikan semua karyawan yang berada di luar RS untuk melaporkam
kepada unit masing-masing
3. Rumah sakit dinyatakan dalam keadaan “waspada” atau “stand by”
4. Keseluruhan aktifitas dikoordinasi oleh Direktur Medis
5. Tingkat aktifitas sesuai dengan tingkat kewaspadaan yang ditemukan oleh
Direktur pelayanan Medis berdasarkan analisa situasi.
D. Pemberlakuan Bencana
1. Pelaksanaan Rencana Kontijensi ditetapkan oleh Direktur Bidang Pelayanan
Medis selaku Incident Commander (Komando Kejadian)
2. Saat dinyatakan Rencana Kontijensi diberlakukan, Direktur Bidang Pelayanan
Medis :
a. Mengemukakan pemberlakuan rencana kedaruratan melalui pengeras suara
RS baik secara langsung ataupun melalui petugas informasi umum
b. Menginformasikan dan menginstruksikan kepada semua unit terkait yang
berada dibawah komandonya untuk melakukan tugas sesuai tanggung
jawab masing-masing
c. Menilai dan menginstruksikan untuk merelokasi pasien yang sedang
dirawat bila diperlukan
d. Memberitahukan kondisi kedaruratan tersebut kepada Direktur dan pihak
yang berwenang
e. Mengaktifkan pelaksanaan Dukungan Medis (Medical Support) dan
Dukungan Management (Management Support)
3. Medical Support
a. Triage
Triase dilakukan di depan IGD dengan pertimbangan sebagai berikut :
1) Bantuan Hidup dasar
2) Korban dengan label merah segera dimasukkan ke IGD
3) Korban dengan label kuning dikirim ke pintu utama (poliklinik)
4) Korban dengan label hijau diletakkan diteras depan (poloklinik)
b. Bantuan Hidup Dasar
Dilakukan di IGD oleh Dokter jaga IGD dibantu oleh perawat IGD
BAB V
KEBAKARAN
A. Pengertian
1. Pencegahan kebakaran adalah segala usaha secara terencana untuk menghindari
bencana bahaya kebakaran, dalam arti meniadakan kemungkinan akan
timbulnya kebakaran.
2. Penanggulangan kebakaran adalah segala daya upaya mencegah dan
menanggulangi terjadinya kebakaran, yang meliputi memadamkan, melokalisir,
mengamankan jiwa, harta benda dan penyelidikan sebab terjadinya bencana
kebakaran
3. Kebakaran adalah proses bertemunya sumber api/panas, oksigen dan material
4. Bahan mudah terbakar adalah bahan/benda yang apabila terkena panas/sangat
mudah terbakar dan api lebih cepat menjalar (bensin, oli, thiner, cat minyak,
tanah, solar, gas, kertas, tekstil, kayu, karet, dan lain-lain)
5. Bahan berbahaya adalah benda/benda/zat/elemen/ikatan kimia atau pengolahan,
penimbunan, penyimpangan, pengepakan, yang dapat menimbulkan bahaya
bagi jiwa manusia, peralatan dan lingkungan (bahan-bahan kimia, arus listrik,
suhu udara)
B. Prinsip Tindakan
1. Padamkan api
2. Selamatkan jiwa/pasien dan pengunjung
3. Selamatkan harta benda dengan prioritas
C. Persyaratan Tindakan
1. Tanggap atas potensi timbulnya bahaya api
2. Bersikap tenang, penuh perhitungan, dan tidak panic, tahu jenis bahan yang
terbakar, serta jenis alat pemadam api ynag digunakan.
3. Tahu tempat alarm, alat pemadam api, dan alat komunikasi
4. Tahu cara membunyikan alarm
5. Tahu cara menggunakan alat pemadam api ringan (APAR)
6. Tahu nomor telepon Tim K3, security/satpam serta kantor pemadam kebakaran
kota Magelang
7. Mampu menenangkan/mengarahkan setiap orang yang berada dilokasi
8. Mampu menyelamatkan pasien dengan cara tertentu
9. Tahu prioritas penyelamatan harta benda
D. Program Pencegahan
1. Mengetahui secara mendalam pentingnya kondisi yang selamat dan bebas dari
segala keadaan pada bahaya kebakaran dengan berbagai akibat
2. Menghindarkan dan menjauhkan segala bahan dan peralatan yang dapat
mendatangkan atau mengakibatkan kebakaran
3. Pemeliharaan dan pemeriksaan barang dan peralatan secara periodic, terutama
yang berhubungan dengan pemakaian listrik dan alat berisiko tinggi lainnya
4. Membuat aturan-aturan yang berhubungan dengan pencegahan kebakaran yang
tersosialisasikan secara luas.
5. Latihan-latihan pemadam kebakaran dan evakuasi pasien dengan peralatan dan
disesuaikan dengan prosedur tetap yang berlaku di setiap unit
6. Memberdayakan fungsi pemantauan yang efektif bagi setiap unit, terutama bagi
para pengunjung dan pegawai rumah sakit yang merokok di sembarang tempat
E. Penanggulangan Kebakaran
1. Dasar
Dalam rangka pengamanan pasien di RS Lestari Raharja perlu dipikirkan
adanya satu prosedur pelaksanaan yang baku dalam penanggulangan kebakaran
yang mungkin terjadi di Rumah Sakit
2. Tujuan
a. Meninggalkan resiko sekecil apapun yang ditimbulkan dari api
b. Menyelamatkan jiwa pasien, pengunjung dan pasien
c. Menyelamatkan sarana, alat, dan bahan (harta benda) yang ada ditempat
kerja
3. Cara penanggulangan kebakaran
Dalam hal adanya kasus kebakaran, khususnya yang terjadi di Instalasi. Unit
kerja, perlu segera bertindak secara dini, cepat, terpadu, dan terarah, yaitu :
a. Ketika terjadi kebakaran
Prioritas utama
1. Pertolongan jiwa manusia, baik pasien, pengunjung, maupun petugas
yang keadaannya gawat/kondisi kesehatannya tidak memungkinkan
menyelamatkan diri
2. Sarana, alat dan bahan yang vital/penting perlu didahulukan
3. Memadamkan api secara dini dengan memakai alat pemadam api ringan
(APAR) yang tersedia di lokasi sambil menunggu pasukan pemadam
kebakaran (satpam)
4. Melaporkan ke Komandan Pasukan pemadam kebakaran (Satpam)
Tindakan pemadam kebakaran
1. Jika terlihat nyala api (kebakaran) di sebuah area tempat kerja, maka
segera klasifikasikan jenis kebakarannya (kelas A, B, atau C) agar
penggunaan alat/fasilitas pemadamnya dapat tepat dan tidak
membahayakan petugas.
2. Bunyikan alarm dan segera padamkan nyala api tersebut dengan alat
pemadam api (APAR) dan atau fasilitas lain yang tersedia di tempat
tersebut
3. Bagi tugas dengan kawan petugas setempat untuk menghubungi lewat
telepon, sesuai alur terlampir
4. Padamkan listrik lokal pada area tersebut dengan memutuskan aliran
listrik melalui saklar yang berada di tempat tersebut
5. Selamatkan pasien dan pengunjung rumah sakit melalui jalur aman
yang tersedia, dengan sigap dan cermat sesuai dengan keadaan tersebut
6. Selamatkan harta benda yang ada disekitar lokasi dan mudah
terjangkau, dengan skala prioritas (tingkat biaya, kelangkaan, dan
kegunaan)
7. Lokalisir api dengan menutup rapat-rapat pintu yang berada di area
kebakaran, setelah proses pemadaman dan evaluasi dilakukan. Tunggu
pasukan pemadam kebakaran dan pasukan lain
8. Pasukan pemadam kebakaran datang dengan menutup area tersebut dari
manusia
9. Untuk petugas di unit lain yang jauh dari lokasi kebakaran, berikan rasa
tenang dan aman kepada pasien maupun pengunjung rumah sakit
Evakuasi
1. Melalui jalan yang terdekat/pintu darurat yang tersedia
2. Khususnya bagi pasien yang harus menggunakan kursi roda atau kereta
dorong, dapat melalui ram sesuai dengan petunjuk yang ditentukan
3. Untuk penyelamatan sarana dan alat, dikeluarkan dari lokasi kebakaran
ke lokasi yang aman dan kemungkinan untuk diawasi
b. Setelah kebakaran selesai
1. Koordinasi dengan polisi setempat guna pengamana TKP
2. Waspada terhadap timbulnya api susulan dan ledakan
3. Mendata secara rinci kerugian akibat kebakaran yang dilakukan oleh
Supervisor unit kerja yang bersangkutan
4. Melaporkan hasil pendataan kepada Direktur Utama Rumah Sakit
A. Pengertian
1. Pegangan sepanjang tangga atau dinding/railing wall adalah sarana bagian dari
gedung rawat inap yang berguna untuk pengamanan pasien berjalan
2. Toilet yang memenuhi standart K3 adalah fasilitas kamar mandi yang
didalamnya terdapat pegangan/safety handle dan bel yang diperuntukkan jika
pasien lemah
3. Pintu dapat dibuka dari luar adalah daun pintu yang dapat membuka dan dibuka
oleh orang dari luar
4. Tempat tidur standart K3 adalah sarana tempat tidur yang mempunyai fasilitas
pengaman berupa terali berjari-jari lebih kecil dari kepala anak
5. Sumber listrik yang memenuhi syarat K3 adalah box sumber listrik yang
mempunyai pengamanan penutup
6. Oksigen yang memenuhi standart K3 adalah pendistribusian dan persediaan
yang cukup untuk kebutuhan pasien
7. Alat penghisap dalam keadaan darurat (emergency suction) adalah alat untuk
pertolongan pasien yang membutuhkan pengeluaran lendir
8. Tenaga listrik cadangan adalah sumber listrik cadangan yang berfungsi untuk
cadangan jika sumber listrik PLN terdapat gangguan/mati
B. Persyaratan Teknis
1. Pegangan sepanjang tangga
Bangunan gedung untuk pasien dirawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasaran pengaman berupa pegangan sepanjang tangga yang terdapat
pada sisi tangga
2. Pengaman Tangan
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasarana pengaman berupa pegangan tangan diletakkan pada dinding
luar/dalam ruang dan dinding kamar mandi rawat inap
3. Bel pemanggil
Bangunan gedung untuk pasien rawat inap harus dilengkapi dengan
sarana/prasaran pengaman berupa bel pemanggil petugas yang diletakkan pada
dinding sebelah tempat tidur dan kamar mandi (terjangkau oleh pasien)
4. Dimensi pintu toilet
Pintu kamar mandi yang disyaratkan oleh K3 adalah pintu yang dapat
dibuka/ditutup dari luar untuk pengamanan pasien yang jika sewaktu-waktu
pasien yang berada dalam kamar mandi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
dapat ditolong dari luar serta lebar pintu diisyaratkan sesuai lebar kursi
roda/brankar
5. Dimensi tempat tidur
Tempat tidur pasien yang diisyaratkan pasien adalah tempat tidur yang
mempunyai fasilitas dan dilengkapi dengan penahan pada tepinya dengan jarak
terali lebih kecil dari pada kepala anak
6. Pengaman sumber listrik
Sumber listrik yang diisyaratkan K3 adalah sumber litrik yang mempunyai
fasilitas Box
7. Pemasok oksigen
Pemasok oksigen yang diisyaratkan K3 adalah pemasok oksigen yang
diginakan untuk perawatan pasien dengan jumlah yang cukup dan selalu siap
jika sewaktu-waktu digunakan
8. Alat penghisap (emergency suction)
Alat penghisap yang diisyaratkan K3 adalah sarana/prasarana yang harus
tersedia di Instalasi Gawat Darurat dengan jumlah yang cukup dan selalu siap
jika sewaktu-waktu digunakan
9. Tenaga listrik cadangan
Tenaga listrik cadangan yang diisyaratkan adalah sumber listrik cadangan yang
berfungsi untuk cadangan listrik jika sumber listrik PLN terdapat gangguan
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESEHATAN PEGAWAI
A. Pengertian
1. Upaya kesehatan kerja merupakan upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat
sekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal (UU
Kesehatan 1992 pasal 23)
2. Kecelakaan kerja dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kecelakaan yang terjadi
di tempat kerja atau kembali dari tempat kerja atau di luar tempat kerja dan
kecelakaan kerja dari tempat kerja atau di luar tempat kerja yang masih
berhubungan dengan pekerjaan.
3. Penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan
(Permenakertrans Nomor: 01/Men/1981. Pasal 1 ayat a)
4. Penyakit yang timbul akibat hubungan kerja adalah penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Kepres Nomor :22 tahun
1003 tentang penyakit yang timbul akibat hubungan kerja)
5. Tempat beresiko adalah tempat kerja dilingkungan RS Lestari Raharja yang
karena jenis maupun proses kegiatan di tempat tersebut dapat menyebabkan
lingkungan kerjanya menimbulkan resiko terjadi kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan atau gangguan kesehatan lainnya bagi pekerja yang ada di
dalam tempat kerja tersebut.
6. Tempat beresiko dibedakan menjadi beberapa kelompok disesuaikan dengan
jenis yang dapat menyebabkan kecelakaan maupun penyakit. Di dalam denah
masing – masing kelompok diberi tanda dengan warna yang berbeda.
7. Alat pelindung diri adalah alat yang dipakai untuk melindungi pekerja dari
bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan yang dilakukan. Hal ini dijelaskan
dalam UU Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
8. Alat Pelindung diri digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan
pekerjaan beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan,
cidera akibat kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan
kerja.
B. Kecelakaan Kerja
1. Penggolongan kecelakaan kerja
a. Kecelakaan kerja di tempat kerja
Kecelakaan di tempat kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja di
tempat kerja selama jam kerja, baik yang disebabkan oleh proses kerja,
alat – alat kerja maupun lingkungan.
b. Kecelakaan dalam perjalanan
Kecelakaan dalam perjalanan adalah kecelakaan yang terjadi pada pekerja
selama dalam perjalanan dari rumah tinggal pekerja menuju ke tempat
kerja atau dari tempat kerja pulang menuju tempat tinggal pekerja dengan
jalur yang biasa dilalui oleh pekerja dan masih dalam tenggang waktu
yang wajar atau kecelakaan yang terjadi saat pekerja dalam perjalanan
pergi dan pulang menuju kesuatu tempat yang masih berhubungan dengan
pekerjaannya.
2. Biaya pengobatan
Biaya pekerja yang mengalami kecelakaan kerja pengobatannya ditanggung
oleh RS Lestari Raharja dengan memperhatikan jaminan atau asuransi yang
diberikan kepada pekerja yang bersangkutan.
Jenis dan status kepegawaian bagi pekerja yang bekerja di RS Lestari
Raharja mengacu pada ketentuan yang berlaku di RS Lestari Raharja.
Kecelakaan kerja yang terjadi dalam perjalanan dan merupakan kecelakaan
lalu lintas yang dinyatakan oleh instansi yang berwenang, biaya perawatan /
pengobatan diklaim kepada PT Jasa Raharja sesuai dengan peraturan yang
berlaku untuk itu.
Kecelakaan kerja yang terjadi di tempat kerja biaya pengobatan diklaimkan
kepada BPJS Ketenagakerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3. Penerimaan gaji selama pengobatan
Bila selama pengobatan pekerja yang mengalami kecelakaan kerja tidak
dapat masuk kerja, maka gaji uang kesejahteraan diterimakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
5. Santunan Kematian
Santunan kematian akibat kecelakaan kerja dibayar sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di BPJS Ketenagakerjaan dan RS Lestari Raharja
6. Pelaporan kecelakaan kerja
Sistem pelaporan kecelakaan kerja diatur dalam pedoman kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja.
7. Pengawasan dan evaluasi
Monitoring dan evaluasi kecelakaan kerja dilakukan oleh Tim K3 minimal
satu tahun sekali, disampaikan kepada Direktur RS Lestari Raharja
D. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan untuk karyawan RS Lestari Raharja dapat dikategorikan
menjadi 3 jenis pemeriksaan kesehatan yang digunakan sebagai dasar memantau
tingkat kesehatan karyawan, yaitu :
1. Pemeriksaan kesehatan prakarya / sebelum bekerja
Pemeriksaan kesehatan prakarya / sebelum bekerja adalah pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan lama yang
akan dimutasikan ke tempat, berkerja di tempat tersebut. Tujuan pemeriksaan
ini adalah untuk melakukan seleksi karyawan sesuai dengan tuntutan
pekerjaan, menempatkan karyawan sesuai dengan factor resiko, kapasitas
kerja dan keterbatasan pekerjaan, serta untuk membuat data dasar kesehatan
karyawan.
Pemeriksaan kesehatan pekarya meliputi :
a. Pemeriksaan klinis dan penunjang secara umum.
b. Pemeriksaan khusus disesuaikan dengan resiko penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh lingkungan kerja maupun proses kerja di tempat kerja
tertentu
2. Pemariksaan kesehatan berkala
Pemeriksaan kesehatan berkala adalah pemeriksaan kesehatan untuk karyawan
yang dilakukan secara berkala minimal 1 tahun sekali, dalam hal ini karyawan
yang berada di tempat kerja beresiko sesuai dengan jenis dan tingkat resiko
yang dihadapi. Tujuan pemeriksaan kesehatan berkala adalah untuk mendeteksi
secara dini gangguan – gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat resiko
yang ditimbulkan akibat pekerjaan maupun lingkungan kerjanya.
F. Pemakaian
Pemakai Alat Pelindung Diri (APD) di RS Lestari Raharja adalah wajib
dipergunakan oleh semua petugas / pekerja yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko, baik resiko terhadap penularan penyakit, keterpaparan obat-obat
beracun ataupun resiko cedera.
APD digunakan oleh semua petugas yang akan mengerjakan pekerjaan
beresiko sebagai pencegahan terhadap kecelakaan, kesakitan, cedera akibat
kerja atau menekan seminimal mungkin akibat kecelakaan kerja. Semua jenis
APD diinventaris dan dirawat oleh masing – masing instalasi / unit.
Pengguna APD dipergunakan di semua instalasi yang akan mempunyai resiko
terhadap kecelakaan akibat kerja, antara lain : Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi,
Instalasi Radiologi, Rawat Inap, Sanitasi, Linen / Loundry, CSSD,
Laboratorium, IGD.
1. Pelindung mata
Adalah perlengkapan pelindung organ mata yang digunakan oleh petugas pada
saat bekerja yang bertujuan untuk melindungi mata dari resiko akibat kerja.
Jenis Googles (kacamata menutup rapat seperti untuk menyelam).
2. Pelindung kepala dan wajah
Adalah perlengkapan pelindung kepala dan wajah ketika melakukan pekerjaan.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi diri dari terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja pada petugas rumah sakit di dalam
mengerjakan pekerjaan yang beresiko. Jenis kaca pelindung wajah
(faceshield), topi pelindung kepala (industri safety helmet), topi penutup
rambut.
3. Pelindung telinga
Merupakan alat untuk melindungi telinga ketika melakukan pekerjaan di
tempat yang mempunyai intensitas kebisingan yang mengganggu kenyamanan
kerja, bahkan dapat merusak organ pendengaran. Tujuan digunakannya alat ini
untuk menjaga keselamatan kerja, melindungi cedera terutama pada organ
pendengar. Jenisnya, ear mufflers (pelindung telinga dengan daun telinga
tertutup rapat).
4. Pelindung tangan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
tangan, baik hanya meliputi telapak tangan, maupun sampai bagian lengan
ketika melakukan pekerjaan. Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk
melindungi kedua tangan dari cedera maupun dari terkenanya bahan kimia,
cairan tubuh dan panas, yang dapat menimbulkan penyakit akibat kerja.
Jenisnya, sarung tangan pelindung bahan kimia, sarung tangan pelindung
tergores, sarung tangan biasa, sarung tangan pelindung panas.
5. Pelindung badan
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi badan bagian
depan, pakaian dan tubuh seluruhnya. Tujuan digunakannya alat ini adalah
untuk melindungi badan bagian depan, pakaian, tubuh seluruhnya dari ceceran,
tumpahan dan percikan dari bahan cair, gas, hembusan uap, radiasi atau
partikel – partikel yang dapat merusak kesehatan. Jenisnya pakaian kerja,
pakaian pelindung biasa, pakaian radiasi / apron.
6. Pelindung kaki
Merupakan alat pelindung diri yang digunakan untuk melindungi kedua belah
kaki, baik hanya sampai pergelangan kaki maupun sampai bagian bawah lutut.
Tujuan digunakannya alat ini adalah untuk melindungi kedua kaki dari cedera
atau terkena bahan kimia. Jenisnya, sepatu pelindung biasa dan boots.
BAB XII
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
A. Pendahuluan
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan, keterampilan,
dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan kegiatan / unsur –
unsur K3 maka dipandang perlu untuk melaksankan pendidikan dan latihan K3.
Tujuan diselenggarakannya diklat K3 adalah untuk membentuk karyawan yang
peka, tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga mempunyai kesadaran dan
kemampuan untuk melakukan kegiatan – kegiatan K3.
Bentuk atau jenis pengembangan SDM tersebut antara lain berupa pendidikan
formal ahli K3, pelatihan – pelatihan internal maupun eksternal, kegiatan ilmiah
dan studi banding
B. Tujuan
Tujuan pengembangan / peningkatan kemampuan SDM ini diarahkan untuk :
1. Memperhatikan tenaga / SDM bidang K3 agar memenuhi kebutuhan rumah
sakit baik dalam jumlah maupun kualitas / kemampuan yang diperlukan sesuai
dengan standar.
2. Meningkatkan kualitas / kemampuan tenaga yang sudah ada agar mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan maupun mengikuti perkembangan
masyarakat dan dunia khususnya dibidang K3.
3. Mempersiapkan keahlian khusus bidang K3 bagi tenaga yang sudah ada untuk
mengadakan refreshing, penyegaran, pengetahuan ketrampilan, bisa dengan
cara bekerja sama dengan pihak ketiga.
C. Pengertian
Yang dimaksud dengan pengembangan / peningkatan kemampuan SDM meliputi :
1. Pendidikan formal ahli K3
2. Pelatihan baik teknis / fungsional / manajemen
3. Kegiatan ilmiah sepert seminar.
4. Studi banding.