METODE PENELITIAN
Kesehatan Mata RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS Khusus Mata Medan
III.3. POPULASI
Kesehatan Mata RSUP. H. Adam Malik Medan dan RS Khusus Mata Medan
intraokuler pada bilik mata belakang, antara bulan Maret 2012 sampai dengan
penelitian.
secara acak dengan cara undian diberikan terapi obat A atau obat B.
b. Pada pasca bedah hari pertama didapatkan inflamasi dalam bilik mata
kornea dan kalainan segmen anterior lain, serta diabetes mellitus dan
yang akan memberiakan kesulitan evaluasi flare dan sel radang dalam
yang digunakan.
III.5 VARIABEL
Jenis Obat
dengan fibrin )
ruang gelap. Lebar celah 1 mm, tinggi celah 3 mm, sudut 45º, pembesaran dan
Flare tampak sebagai efek Tyndall yang terjadi dalam bilik mata depan
III.7. SARANA
- Keadaan kataraknya
- Tajam Penglihatan
- Tekanan Intraokuler
3. Laporan Operasi
4. Hasil pemeriksaan flare dan sel dalam bilik mata depan pada hari
setelah pemeriksaan flare dan sel radang dalam bilik mata depan.
sebanyak 1 tetes.
jam sekali.
Dicatat : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, tajam penglihatan tekanan
bola mata, jenis katarak keadaan umum dan riwayat penyakit sistemik
FAKOEMULSIFIKASI + LIO
Tidak didapatkan komplikasi ruptur kapsul posterior dan prolaps karpus vitreous
selama operasi
Pengumpulan data
Analisa Data
\
Hasil Penelitian
HASIL PENELITIAN
Malik Medan dan RS Khusus Mata Medan Baru mulai bulan Maret sampai
dengan April 2012. Sampel penelitian merupakan total sampling dari semua
serta mata yang dioperasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.:
adalah 90 tahun, rata-rata umur penderita adalah 59,25 + 11,14 tahun. Sedangkan
Diagram I : Distribusi Penderita Menurut Jenis Kelamin dan Mata yang dioperasi
32,26%
37,10%
67,75% 62,91%
untuk masing-masing kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2 : Distribusi Penderita Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Untuk
DEKSAMETASON DIKLOFENAK
terhadap setiap
pasca bedah, sedangkan yang diamati adalah flare dan sel radang dalam bilik mata
0,05 (5%), sehingga dikatakan signifikan atau bermakna (B) bila P< 0,05 dan
flare dalam bilik mata depan pada kedua kelompok perlakuan dapat dilihat pada
radang dalam bilik mata depan pada kedua kelompok uji dapat dilihat pada tabel
eksperimental dengan cara uji klinik tersamar ganda dengan tujuan untuk
mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas tetes mata deksametason 0,1% dan
tetes mata natrium diklofenak 0,1% dalam menekan inflamasi pasca bedah katarak
Alat ukur dari penelitan ini adalah adanya flare dan sel radang di
dalam bilik mata depan yang merupakan salah satu penanda adanya inflamasi
pada bilik mata depan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lampu celah
biomikroskop dengan lebar celah 1 mm, sudut 45º, pembesaran serta intensitas
cahaya maksimal. Area pengamatan adalah bilik mata depan di depan pupil.
Pengamatan dilakukan pada hari pertama , ketiga, ketujuh dan keempat belas
pasca bedah. Diharapkan terjadi penurunan jumlah Flare dan sel radang sebagai
sampai dengan April 2012 didapatkan 62 orang penderita yang memenuhi kriteria
sampel, terdiri dari 42 orang penderita laki-laki (67,75%) dan 20 orang perempuan
(32,26%). Dari tabel 1 tampak bahwa pada hampir semua kelompok umur,
penderita laki-laki lebih banyak dari pada penderita perempuan. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh wisnujono tahun 1985 – 1992 yang
sebanyak 39,00% Sedangkan Aminoe pada tahun 1994 – 1995 melaporkan bahwa
utamakan.
40 tahun sedangkan yang tertua adalah 90 tahun. Rata-rata usia penderita adalah
59,25 tahun sedangkan standar deviasi 11,14 tahun. Dari tabel 1 tampak bahwa
penderita katarak yang dioperasi yang terbanyak adalah dari kelompok umur 61 –
70 tahu yaitu sebesar 36,54%. Duke Elder (1968) menyatakan bahwa terjadinya
katarak senilis mulai didapatkan pada usia 40 tahun dan terbanyak pada umur 60 –
70 tahun, sehingga opersi katarak banyak dilakukan pada umur sekitar 60 tahun.
12 orang (38,71%).
didapatkan nilai p = 0,25826 yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
kelompok.
penderita dengan katarak matur jauh lebih banyak dari katarak inmatur, baik
secara total maupun untuk masing-masing kelompok. Secara total, katarak matur
sebanyak 72,58% sedangkan katarak inmatur 27,42%. Hal ini menunjukkan masih
masih merupakan masih yang menakutkan atau merupakan suatu hal yang belum
bisa dijangkau dalam hal pembiayaan, sehingga penderita baru memeriksakan diri
bedah fakoemulsifikasi + LIO yang pada hari pertama pasca bedah menunjukkan
reaksi inflamasi bilik mata depan dengan gradasi flare dan sel + 2 dan + 1. Kami
tidak mengambil sampel penderita dengan tingkat inflamasi yang lebih berat
mengingat pada keadaan tersebut diperlukan terapi dan perawatan yang lebih
intensif.
bedah EKEK + LIO penderita yang menunjukkan adanya rekasi inflamasi pada
hari pertama bedah besar 23,33%, pada hari ketiga terjadi penurunan menjadi
hari pertama. Hanya terjadi sedikit penurunan jumlah penderita dengan flare + 2
( p = 0,0530).
penderita dengan flare + 1. Sementara itu terdapat beberapa penderita yang telah
mencapai flare 0 atau tidak didapatkan adanya flare dalam bilik mata depan yaitu
sedangkan pada kelompok diklofenak sebesar 64,51% Pada hari keempat belas ini
juga tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok deksametason dan
diklofenak ( p = 0,7367).
besar penderita mengalami reaksi inflamasi dengan gradasi sel bilik mata depan +
2, yaitu sebesar 51,61% pada kelompok deksametason dan sebesar 74,19% pada
= 0,0502). Pada hari ketiga tidak perubahan jumlah penderita dengan gradasi sel
hari ketujuh dimana pada kedua kelompok terjadi penurunan jumlah penderita
dengan gradasi sel radang 2, yaitu menjadi 9,68% pada kelompok deksametason
dan 19,35, 1% pada kelompok diklofenak. Sementara itu beberapa penderita telah
mencapai gradasi sel 0 yaitu sebesar 12,50% pada kelompok deksametason dan
3,22% pada kelompok diklofenak. Tidak ada perbedaan bermakna antara kedua
kelompok (p = 0,2662).
penderita dengan gradasi sel + 2 pada kedua kelompok. Sementara itu jumlah
penderita yang mencapai gradasi sel 0 semakin banyak yaitu sebesar 38,71% pada
pada tiap tingkat reaksi inflamasi yang terjadi terdapat kesetaraan gradasi flare
dan gradasi sel radang sejalan dengan waktu terapi penurunan tingkat inflamasi
ditandai dengan penurunan sebanding antara gradasi flare maupun gradasi sel
radang. Smith dan Nozik (1983) mengemukakan bahwa tingkat inflamasi bilik
mata depan ditentukan oleh gradasi flare dan gradasi sel radang dalam bilik mata
perubahan yang berati antara tingkatan imflamasi pada hari pertama dan hari
ketiga pasca bedah, pada kedua kelompok perlakuan. Perubahan berarti baru
tampak pada pengamatan hari ketujuh dimana pada kedua kelompok terjadi
penurunan jumlah penderita dengan flare dan gradasi sell +2 dan semakin banyak
belas tidak didapatkan lagi penderita dengan flare dan sel radang +2 dan semakin
banyak penderita yang mencappa gradasi flare dan sel = 0. Hal ini berarti bahwa
Avci (1993), Othenin – Girard (1994) dan Robert & Bennan (1995)
sedikit penurunan inflamasi pasca bedah katarak + LIO antara hari pertama dan
hari ketiga pasca bedah. Perubahan kearah penyembuhan baru tampak berarti pada
ketujuh dan keempat belas, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara
inflamasi pada bilik mata depan penderita pasca bedah fakoemulsifikasi + LIO
yang ditandai dengan penurunan gradasi flare dan sel radang sejalan dengan
dan Othenin Girard (1994) yang menyatakan bahwa tidak terdapat efektifitas yang
bermakna antara obat tetes mata diklofenak 0,1% dan obat tetes mata
deksametason 0,1 % dalam menekan reaksi inflamasi pasca bedah katarak + LIO.
VI.1. KESIMPULAN
perbedaan yang bermakna antara tetes mata Deksametason 0,1% dan tetes mata
Natrium diklofenak 0,1% dalam menurunkan reaksi inflamasi bilik mata depan
intraokuler di RSUP H. Adam Malik Medan dan Rumah Sakit Khusus Mata
Medan Baru.
VI.2. SARAN
intraokuler.
RINGKASAN
di ruangan departemen Ilmu Penyakit Mata RSUP H. Adam Malik Medan dan
Rumah Sakit Khusu Mata Medan Baru. Didapatkan 62 orang penderita yang
tahun, dengan rata-rata usia 59,25 ± 11,14 tahun. Kelompok umur terbanyak
adalah 61-70 tahun yaitu sebanyak 23 orang (72,58%). Menurut jenis kataraknya,
secara acak. Kelompok pertama diberikan terapi tetes mata deksametason 0,1%
dan kelompok kedua diberi terapi tetes mata diklofenak 0,1%. Dilakukan
pengamatan terhadap flare dan sel radang dalam bilik mata depan pada hari
makna antara kelompok deksametason dengan kelompok diklofenak pada tiap hari
pengamatan, baik pengamatan terhadap flare maupun terhadap sel radang bilik
mata depan.
depan pada kelompok baru tampak jelas pada hari ke tujuh dan hari keempat
belas.
PENUTUP