Anda di halaman 1dari 43

KECAMATAN NDAO NUSE

TAHUN 2015

PUSKESMAS NDAO
KECAMATAN NDAO NUSE

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya maka Profil Kesehatan Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015 ini
dapat diselesaikan.

Profil kesehatan yang kami sajikan ini dapat memberikan deskripsi mengenai
situasi kesehatan yang ada di Kecamatan Ndao Nuse sekaligus sebagai tolak ukur
untuk menilai kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus sebagai bahan
evaluasi program-program kesehatan di kecamatan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam profil ini
sehingga kritik dan masukannya sangat kami harapkan untuk perbaikan
kedepannya.

Akhirnya kami mengucapkan terimakasih pada semua pihak telah membantu


dalam menyusun profil kesehatan ini, terutama pada staf Puskesmas Ndao dan
Tim Nusantara Sehat yang telah bekerja keras selama ini demi terwujudnya
Kecamatan Ndao Nuse yang sehat.

Mbali Lendeiki, April 2016


Kepala Puskesmas Ndao

Stanislaus Pon, Amd.Kep.


NIP.19680715 199103 1 014

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................................................3
DAFTAR TABEL ....................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................5
BAB I: PENDAHULUAN .......................................................................................6
A. Latar Belakang ..............................................................................................6
B. Tujuan ...........................................................................................................6
C. Sistematika Penulisan ...................................................................................7
BAB II: GAMBARAN UMUM KECAMATAN NDAO NUSE ............................9
A. Geografis .......................................................................................................9
1. Letak ..........................................................................................................9
2. Luas Wilayah .............................................................................................9
B. Demografis ..................................................................................................10
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ...............................................10
2. Kepadatan Penduduk ...............................................................................11
3. Komposisi Umur Dan Jenis Kelamin ......................................................11
C. Status Sosial dan Ekonomi..........................................................................12
1. Pendidikan ...............................................................................................12
2. Agama .....................................................................................................12
3. Ekonomi ..................................................................................................13
BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN .....................................................14
A. Mortalitas (Kematian) .................................................................................14
B. Morbiditas (Kesakitan) ...............................................................................16
C. Status Gizi ...................................................................................................17
BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN .........................................................19
A. Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar .............................................................19
B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan .......................................................27
C. Upaya Pemberantasan Penyakit ..................................................................28
D. Upaya Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar ...................35
E. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat ..............................................................37
BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN ...........................................39
A. Sarana Kesehatan ........................................................................................39
B. Tenaga Kesehatan .......................................................................................40
C. Manajemen Kesehatan ................................................................................41
BAB VI: PENUTUP ..............................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................43
LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................................43

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1: Luas Wilayah Desa – Desa di Kecamatan Ndao Nuse ........................................ 10

4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Peta Kecamatan Ndao Nuse................................................................................ 9
Gambar 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2014 .................................... 10
Gambar 3. Piramida Penduduk Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2014 ................................ 12
Gambar 4 Pola 10 Jenis Penyakit Terbesar di Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015 ......... 16
Gambar 5 Angka K4 Puskesmas Ndao Tahun 2014-2015 ................................................ 20
Gambar 6 Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Nakes di Kecamatan Ndao Nuse Tahun
2014-2015 .......................................................................................................................... 21
Gambar 7 Jumlah Bayi yang Mendapatkan Pelayanan di Puskesmas Ndao Nuse Tahun
2014-2015 .......................................................................................................................... 24
Gambar 8 Jumlah Kasus Hipertensi di Kecamatan Ndao Nuse Pada Tahun 2014-2015 .. 33
Gambar 9 Hasil Inspeksi Rumah Sehat Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015 ................... 35
Gambar 10 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita dan Ibu Nifas di
Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015 .................................................................................. 38

5
BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas adalah
tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan
sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya. Indikator kecamatan sehat adalah lingkungan sehat,
perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta derajat
kesehatan penduduk kecamatan. Tetapi pada kenyataanya banyak Puskesmas di
Indonesia belum menjalankan fungsinya sesuai dengan amanah yang diberikan,
terutama Puskemas yang terletak di daerah terpencil dan sangat terpencil.
Disfungsi kinerja Puskesmas di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan pada
umumnya terjadi karena kerjasama lintas sektor yang tidak berjalan dengan baik
dan ketiadaan data mengenai kesehatan di wilayah kerja. Pembangunan kesehatan
di Kecamatan Ndao Nuse akan sulit terwujud jika tidak ada dukungan dari sektor
lain. Namun untuk mendapatkan dukungan, maka kita perlu memberikan
pemaparan kepada sektor lain mengenai gambaran kesehatan di Kecamatan Ndao
Nuse sehingga dapat terlihat jelas apa saja masalah kesehatan yang berada di
wilayah ini dan apakah sektor lain dapat memberikan intervensi terhadap
permasalahan tersebut. Agar proses pemaparan masalah tersebut berjalan sesuai
arah dan tujuan yang diamanahkan oleh Dinas Kesehata Kabupaten Rote Ndao,
maka pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola
dengan baik dalam suatu sistem kesehatan.
Untuk mencapai tujuan di atas maka pembuatan profil kesehatan yang sederhana
dan informatif menjadi suatu keharusan. Karena dengan begitu kita bisa memiliki
benchmark untuk membandingkan tingkat keberhasilan intervensi kesehatan dan
sektor lain dalam mewujukan masyarakat Ndao Nuse yang sehat dari tahun ke
tahun. Profil Kesehatan ini memberikan deskripsi mengenai gambaran situasi
kesehatan dan hasil pembangunan kesehatan selama 2015, yang disertai data
mengenai derajat kesehatan dan sumber daya kesehatan yang ada di wilayah
Kecamatan Ndao Nuse. Dengan begitu, setiap pengambilan kebijakan dan
keputusan serta perencanaan pembangunan kesehatan dapat mengikuti prinsip
evidence-based (berbasis bukti).

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan disusunya Profil Kesehatan Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015
adalah tersedianya data dan informasi kesehatan yang relevan, akurat, tepat
waktu dan sesuai kebutuhan.

6
b. Tujuan Khusus
1. Diperolehnya data dan informasi umum yang meliputi keadaan geografis,
demografis (data kependudukan) dan sosial ekonomi secara terpilah;
2. Diperolehnya data dan informasi tentang status kesehatan masyarakat
yang meliputi angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi
masyarakat;
3. Diperolehnya data dan informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi
cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan;
4. Diperolehnya data dan informasi untuk bahan penyusunan perencanaan
kegiatan program kesehatan;
5. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program-
program kesehatan.

C. Sistematika Penulisan
a. Sistematika Penyajian
Penyusunan Profil Kesehatan Kecamatan Ndao Nuse tahun 2015 berpedoman
pada Buku Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota
yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI
Tahun 2013. Dengan adanya pedoman tersebut diharapkan agar penyusunan
Profil Kesehatan Kecamatan Ndao Nuse disusun secara cermat dan
diusahakan terdapat kesesuaian antara Profil Kesehatan Kecamatan Ndao
Nuse dengan Profil Kesehatan Kabupaten Rote Ndao.
Merujuk dari buku pedoman tersebut, Profil Kesehatan Kecamatan Ndao
Nuse tahun 2015 terdiri dari 6 (enam) bagian beserta lampiran-lampiran yang
disusun sesuai urutan dalam Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
(SPM), dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan Profil
Kesehatan Kecamatan Ndao Nuse serta sistematika dan
penyajiannya.
BAB II : GAMBARAN UMUM KECAMATAN NDAO NUSE
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Kecamatan Ndao
Nuse. Selain uraian tentang letak geografis, administratif dan
informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya
misalnya kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan
lingkungan.
BAB III : SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai angka kematian,
angka kesakitan dan angka status gizi masyarakat.
BAB IV : SITUASI UPAYA KESEHATAN KESEHATAN
Bab ini menguraikan tentang pelayanan kesehatan dasar,
pelayanan kesehatan rujukan dan penunjang, pencegahan dan
pengendalian penyakit menular dan tidak menular, pembinaan
kesehatan lingungan dan sanitasi dasar, perbaikan gizi

7
masyarakat, pelayanan kefarmasian dan alat kesehatan, pelayanan
kesehatan dalam situasi bencana serta upaya pelayanan kesehatan
lainnya yang diselenggarakan oleh Puskesmas Ndao Nuse.

BAB V : SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN


Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan kesehaan dan sumber daya kesehatan lainnya.
BAB VI : KESIMPULAN
Bab ini berisi sajian garis besar hasil-hasil dan cakupan
program/kegiatan berdasarkan indikator-indikator bidang
kesehatan untuk dapat ditelaah lebih jauh dan untuk bahan
perencanaan pembangunan kesehatan serta pengambilan
keputusan di Kecamatan Ndao Nuse.
LAMPIRAN :Berisi resume atau angka pencapaian kecamatan Ndao Nuse
dan 79 tabel data, indikator pencapaian kinerja standar pelayanan
minimal bidang kesehatan Kecamatan Ndao Nuse dan 10 jenis
penyakit terbesar di Kecamatan Ndao Nuse.

b. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


Pengumpulan data profil dengan cara aktif yakni dengan mengumpulkan data
dari pengelola program Puskesmas, SP2TP dan sektor terkait selama satu
tahun.
c. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah. Pengolahan data meliputi
proses editing: memeriksa kelengkapan data di semua variabel yang akan
dimasukan dalam format tabel profil, entry: data dientri ke dalam format tabel
yang telah disediakan dan cleaning: proses pengecekan data untuk memeriksa
konsistensi dan memberi perlakukan pada data yang kurang lengkap.
Selanjutnya dianalisis secara deskriptif, komparatif, kecenderungan, dan
analisis hubungan. Penyajian data dan informasi disajikan dalam bentuk teks,
tabel, grafik, peta, atau kombinasinya.

8
BAB II: GAMBARAN UMUM KECAMATAN NDAO NUSE

A. Geografis
1. Letak
Kecamatan Ndao Nuse berdiri pada bulan Desember tahun 2011. Sebelumnya,
Ndao Nuse tergabung dalam Kecamatan Rote Barat. Kecamatan ini memiliki
batas-batas sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan Laut Sawu
Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Hindia
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Rote
Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

Gambar 1 Peta Kecamatan Ndao Nuse

Dengan data batas kewilayahan seperti itu maka Kecamatan Ndao Nuse masuk
dalam kategori Daerah Terpencil, Perbatasan, dan Kepulauan.

2. Luas Wilayah
Puskesmas Kecamatan Ndao terletak pada 122°40 BT dan 10°49 LS dengan luas
wilayah 14,19 Km2. Terdiri dari tiga pulau yaitu pulau Ndao, pulau Nuse dan
pulau Doo (pulau tidak berpenghuni).

9
Tabel 1: Luas Wilayah Desa – Desa di Kecamatan Ndao Nuse
N Desa Nama Luas Jumlah Jumlah Jumlah
o Ibukota Desa Wilayah Dusun Rukun Rukun
(Km2) Warga Tetangga
1 Ndao Nuse Oly 2,42 4 8 16
2 Mbali Lendeiki Lendeiki 2,41 4 8 16
3 Mbiu Lombo Mbiu 2,17 4 8 16
4 Anarae Oedoi 2,54 4 8 16
5 Nuse Nuse 4,65 4 4 8
Jumlah 14,19 20 36 72

Tabel di atas menunjukkan bahwa wilayah Desa di Kecamatan Ndao Nuse yang
terluas adalah Nuse (4,65 Km2) dan wilayah terkecil berada di Mbiu Lombo ( 2,17
Km2). Luas wilayah Desa Nuse yang berada di pulau terpisah dari ibukota
Kecamatan ini bahkan mencapai dua kali lipat wilayah Mbiu Lombo.

B. Demografis
1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Kecamatan Ndao Nuse menurut Biro Pusat Statistik 2014
adalah sebesar 3.772 jiwa, terdiri atas 1.847 jiwa penduduk laki-laki dan 1.925
jiwa penduduk perempuan. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran tabel 2.
Kependudukan sebagai komponen dalam pembangungan merupakan komponen
yang sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan. Berdasarkan
data hasil registrasi penduduk tahunan, penduduk Kecamatan Ndao Nuse
mengalami penurunan, dengan gambaran sebagai berikut:

Gambar 2 Jumlah Penduduk Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2014


1600
1358
1400

1200

1000
731 726 Laki-laki
800 707
651
Perempuan
600 506
374 417 451 Total
357
400 309 238 261 245
213
200

0
Ndao Nuse Mbali Mbiu Lombo Anarae Nuse
Lendeiki

Sumber: BPS Kab. Rote Ndao 2014

10
2. Kepadatan Penduduk
Dengan luas wilayah hanya sekitar 14.19 km2 dan jumlah penduduk 3.772 jiwa,
dapat dikatakan bahwa kepadatan penduduk di Kecamatan Ndao Nuse sangat
tinggi, mencapai 268 jiwa per kilometer persegi. Namun distribusi ini belum
merata karena ada kesenjangan yang sangat besar di antara beberapa wilayah, di
mana wilayah dengan kepadatan tertinggi adalah Desa Ndao Nuse (368 jiwa/km2)
sedangkan yang paling jarang adalah Desa Nuse (183 jiwa/km2). Dengan
kepadatan penduduk yang seperti itu maka sangat tinggi risiko timbulnya masalah
kesehatan lingkungan. Jika terjadi wabah penyakit menular, maka penduduk di
Kecamatan Ndao Nuse (terutama di Desa Ndao Nuse) sangat rentan untuk
mengalami penularan karena penduduknya terkonsentrasi di satu wilayah saja.
Jika data di atas dibandingkan dengan data profil kesehatan Kabupaten Rote Ndao
2013, maka dapat dikatakan bahwa Kecamatan Ndao Nuse merupakan kecamatan
yang memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi di Kabupaten Rote Ndao.

3. Komposisi Umur Dan Jenis Kelamin


Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin Kecamatan Ndao Nuse
pada tahun 2013 berdasarkan data BPS 2014 menunjukkan bahwa kelompok umur
15-44 tahun merupakan kelompok umur terbesar, dengan jumlah 1.684 jiwa atau
44,63% dari jumlah penduduk yang ada lalu diikuti oleh kelompok umur 5-14
tahun yang mencapai 800 jiwa atau 21,20%, kemudian diikuti lagi oleh kelompok
umur 45-64 tahun sebesar 642 jiwa atau 17,01%. Sedangkan kelompok umur
umur >65 tahun yang sebesar 247 jiwa (6,54%) dan kelompok umur 0-4 tahun
yang sebanyak 400 jiwa (10,60%) berada di dua posisi terbawah sehingga dengan
begitu, angka beban tanggungan (dependency ratio) di Kecamatan Ndao Nuse
adalah 62,21%. Itu artinya lebih dari separuh penduduk di Kecamatan ini tidak
lagi produktif sehingga mereka menjadi beban tanggungan kelompok usia
produktif.
Secara keseluruhan menurut BPS 2014, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
laki-laki lebih sedikit jika dibanding perempuan, di mana rasio jenis kelamin
penduduk Kecamatan Ndao Nuse sebesar 96,00 yang artinya dari setiap 100
penduduk laki-laki, terdapat sekitar 96 penduduk perempuan. Komposisi
penduduk menurut umur dan jenis kelamin sangat menentukan sasaran pelayanan
kesehatan terutama masalah kesehatan ibu dan anak, di samping masalah
kesehatan penduduk secara umum. Distribusi penduduk Kecamatan Ndao Nuse
menurut golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam gambar berikut ini:

11
Gambar 3. Piramida Penduduk Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2014

75+ 31 31
70-74 52 37
65-69 45 50
60-64 67 62
55-59 85 86
50-54 83 97
45-49 84 78
40-44 77 112
35-39 137 121
30-34 154 173
25-29 169 161
20-24 151 160
15-19 148 121
10-14 160 188
5-9 225 227
0-4 179 221

300 200 100 0 100 200 300

PEREMPUAN LAKI-LAKI

C. Status Sosial dan Ekonomi


1. Pendidikan
Sesuai amanat Pembkaan UUD 1945, salah satu tujuan negara adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kesejahteraan umum. Untuk
mencapai tujuan ini mutlak diperlukan pendidikan yang layak bagi setiap warga
negara, sehingga mempunyai implikasi pada peningkatan kualitas sumber daya
manusia, termasuk di bidang kesehatan masyarakat.
Menurut data 2013, angka melek huruf secara keseluruhan di Kabupaten Rote
Ndao adalah sebesar 90,39%. Data angka melek huruf secara khusus di
Kecamatan Ndao Nuse hingga saat ini belum tersedia. Namun hal itu dapat
diimbangi oleh tingginya tingginya angka kelulusan di tingkat Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas yang ada di Kecamatan
Ndao Nuse.

2. Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Ndao Nuse beragama Kristen Protestan.
Berdasarkan data Ndao Nuse dalam angka 2014, penduduk yang beragama
Kristen Protestan tahun 2013 sebanyak 3489 jiwa (93,70%), yang beragama islam
sebanyak 196 jiwa (5,24%), dan yang beragama Kristen Katolik berjumlah 39
jiwa (1,06%).
12
Jumlah Gereja Protestan sebanyak 11 unit, Masjid berjumlah 1 unit, dan Stasi
Katolik berjumlah 1 unit.

3. Ekonomi
Salah satu indikator untuk menilai pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah
PDRB atau Produk Domestik Regional Bruto. Hanya saja untuk Kecamatan Ndao
Nuse, data nilai tambah ini belum ada datanya.
Pendapatan utama masyarakat di Kecamatan Ndao Nuse pada umumnya berasal
dari usaha perikanan, tenun ikat, pertanian, dan perdagangan.

13
BAB III: SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Indikator kesehatan merupakan hal yang sangat diperlukan untuk menilai


keberhasilan pembangungan kesehatan. Dengan indikator kesehatan kita dapat
mendukung peningkatan kinerja yang mana hal ini memiliki keterkaitan erat
dengan pencapaian pembangunan kesehatan, seperti:
1. Indikator derajat kesehatan sebagai hasil akhir, yang terdiri atas indikator
mortalitas, morbiditas dan status gizi;
2. Indikator hasil yang terdiri atas indikator keadaan lingkungan, perilaku hidup
masyarakat dan status gizi;
3. Indikator proses dan masukan yang terdiri atas indikator pelayanan kesehatan,
sumber daya kesehatan, manajemen kesehatan dan kontribusi sektor terkait.
Dalam kerangka desentralisasi di bidang kesehatan, pencapaian pembangunan
kesehatan sangat ditentutkan oleh pencapaian indikator-indikator tersebut,
termasuk situasi derajat kesehatan di Kecamatan. Berikut ini adalah analisis
beberapa indikator yang mempengaruhi derajat kesehatan Kecamatan Ndao Nuse.

A. Mortalitas (Kematian)
Angka kematian menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar,
kondisi atau tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan
biologik secara tidak langsung. Angka tersebut dapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan. Angka kematian yang disajikan pada bab ini yaitu Angka Kematian
Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI), dan
Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas.
1. Kematian Bayi
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan)
per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan
dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status
gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi. Semakin tinggi AKB di suatu wilayah dapat
diartikan bahwa status kesehatan di wilayah tersebut masih relatif rendah.
Di Kecamatan Ndao Nuse selama tahun 2015, dari 45 kelahiran tidak ada
satupun bayi yang lahir mati. Hanya saja terdapat dua kematian yang terjadi
selama kurun waktu tersebut. Dengan begitu, angka kematian neonatal di
Kecamatan Ndao Nuse adalah 44 per 1000 kelahiran (2 kematian / 45
kelahiran x 1000).
Angka ini masih tergolong sangat tinggi jika dibandingkan dengan angka
nasional menurut Renstra Kemenkes 2015 yang hanya mencapai 19 per 1000
kelahiran untuk AKN sedangkan untuk Angka Kematian Bayi secara nasional
hanya 13 per 1000 kelahiran.

14
Mayoritas penyebab kematian bayi dan neonatus di Kecamatan Ndao Nuse
adalah asfiksia dan sepsis neonatorum. Selain itu faktor lain yang juga
berperan dalam sulitnya mencegah kematian tersebut adalah masalah status
gizi ibu yang kurang, tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah
mengenai perawatan bayi baru lahir di mana terdapat kebiasaan memberikan
kunyahan tembakau, sirih, atau arang pada tali pusar bayi, selain itu terdapat
persoalan fasilitas kesehatan di Puskesmas yang masih kurang memadai
terutama terkait dengan alat inkubator, resusitasi bayi dan neonatal,
kekurangan obat-obatan emergency serta ruangan persalinan dan perawatan
yang belum dapat dikatakan layak. Faktor transportasi untuk perujukan yang
harus melewati lautan juga turut menjadi kendala untuk mencegah timbulnya
kematian bayi di Kecamtan Ndao Nuse. Hingga saat ini Puskesmas Ndao
Nuse masih belum memiliki ambulance perairan untuk membantu operasional
lapangan. Selama ini perujukan ke Kabupaten masih mengandalkan swadaya
pasien untuk menyewa kapal dan Dinas Kesehatan untuk membantu
transportasi pasien dari pelabuhan ke Rumah Sakit Umum Daerah. Namun
proses perujukan seperti ini bukannya tanpa kendala karena terkadang pasien
tidak memiliki biaya menyewa kapal dan sarana transportasi dari Dinkes tidak
selalu bisa tersedia setiap saat.

2. Kematian Balita
Kematian Balita merupakan jumlah kematian bayi usia 0-5 tahun per 1000
kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. Kematian balita
menggambarkan tingkat permasalah kesehatan balita, tingkat pelayanan
KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi
sanitasi lingkungan.
Selama kurun waktu 2015, terdapat 2 kematian balita yang mana kematian
tersebut didominasi oleh kelompok usia di bawah 1 tahun dan tidak ada
satupun bayi usia di atas 1 tahun yang meninggal, sehingga Angka Kematian
Balita di Kecamatan Ndao Nuse adalah 44 per 1000 kelahiran (2 kematian /
45 kelahiran x 1000).

3. Kematian Ibu
Kematian ibu adalah kematian seorang perempuan yang disebabkan secara
langsung karena proses kehamilan, proses persalinan sampai 42 hari setelah
melahirkan. Angka Kematian Ibu (AKI) erat kaitannya dengan masalah status
gizi, kesehatan perorangan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
pentingnya pelayanan kesehatan serta masih rendahnya kemampuan ekonomi
masyarakat.
Selama tahun 2015 tidak ada satupun AKI yang ditemukan di Kecamatan
Ndao Nuse. Data tersebut cukup menggembirakan hanya saja jika data ini jadi
kurang bermakna jika disandingkan dengan data Kematian Balita yang masih
sangat tinggi.
Kita masih memerlukan banyak upaya agar selama antenatal, persalinan, dan
pasca-persalinan bukan hanya ibu yang dapat diselamatkan namun juga

15
bayinya. Upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kesehatan
diri dan bayi selama kehamilan dan pasca-persalinan melalui program Kelas
Ibu Hamil serta program pemberdayaan seperti Desa Siaga perlu dirintis di
Kecamatan Ndao Nuse guna meningkatkan taraf kesehatan ibu dan bayi.

4. Kematian Kecelakaan Lalu Lintas


Angka kematian kecelakaan lalu lintas adalah jumlah kematian sebagai akibat
dari kecelakaan lalu lintar per 100.000 penduduk dalam kurun waktu satu
tahun. Selama 2015 tidak ada satupun kematian yang diakibatkan oleh
kecelakaan lalu lintas di Kecamatan Ndao Nuse.

B. Morbiditas (Kesakitan)
Data angka kesakitan (morbiditas) penduduk yang berasal dari masyarakat
(Community Based Data) diperoleh melalui studi morbiditas dan hasil
pengumpulan data Laporan Bulanan dari Puskesmas serta sarana pelayanan
kesehatan (Facility Based Data). Gambaran Angka Kesakitan ini disajikan dalam
bentuk 10 penyakit terbanyak dari data pasien rawat jalan dan rawat inap selama
2015 adalah sebagai berikut:

Gambar 4 Pola 10 Jenis Penyakit Terbesar di Kecamatan Ndao Nuse Tahun


2015
1600 1369
1400
1200
1000
800 562
600 483
380 360 355
400 215 212 196 172
200
0

Data di atas menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernapasan merupakan


penyakit yang paling sering ditemukan di masyarakat. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat sanitasi dan higienitas masyarakat di Kecamatan Ndao Nuse masih
rendah. Hal ini terkait erat dengan perilaku hidup yang tidak sehat serta penurunan
daya tahan tubuh.
Selain itu penyakit radang lambung juga cukup banyak ditemukan di masyarakat
Ndao Nuse. Kondisi ini terjad karena pola makan masyarakat yang kurang sehat,

16
seperti kebiasaan minum kopi yang berlebihan, konsumsi makanan dan air
mentah,dll.

C. Status Gizi
a. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam
pertama setelah lahir. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil
mengalami anemia, kurang asupan gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir
kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan
yang serius karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami
hipotermi dan belum sempurnanya pembentukan organ-organ tubuhnya yang
biasanya akan menjadi penyebab utama kematian bayi.
Pada pemeriksaan kehamilan, kurangnya asupan gizi ditandai dengan hasil
pengukuran lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (kurang energi
kronik/KEK). Inilah mengapa pemeriksaan kehamilan perlu dilakukan secara
teratur agar dapat terdeteksi secara dini sehingga mendapatkan konseling dan
terapi yang sesuai. Dengan demikian tidak berdampak pada kelahiran dengan
BBLR.
Di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015, jumlah bayi lahir dengan berat
badan lahir rendah sebanyak 5 orang (11,11% atau 5 dari 45 bayi lahir
ditimbang) yang terdiri atas 3 laki-laki (3 dari 27 bayi laki-laki atau 11,11%)
dan 2 perempuan (2 dari 18 bayi perempuan atau 8,70%).
b. Status Gizi Balita
Untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat maka kita dapat
menilainya dengan menggunakan status gizi balita. Perkembangan keadaan gizi
masyarakat dapat dipantau melalui hasil surveilans gizi dalam bentuk
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang merupakan
hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di Posyandu.
Penilaian status gizi balita dapat dilakukan dengan anthropometri yang
menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U). Kategori yang
digunakan adalah 1) Gizi Lebih (z-score > +2 SD); 2) Gizi Baik (z-score -2 SD
sampai +2 SD); 3) Gizi Kurang (z-score < -2 SD sampai -3 SD); 4) Gizi Buruk
(z-score < -3 SD). Selain itu dapat juga dilakukan dengan membandingkan
berat badan dengan tinggi badan (BB/TB).
Keadaan status gizi balita di Kecamatan Ndao Nuse dipantau berdasarkan hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin
dalam hasil penimbangan balita setiap bulan di Posyandu. Skrining pertama
dilakukan di Posyandu dengan membandingkan berat badan dengan umur
melalui kegiatan penimbangan, jika ditemukan balita yang berada di bawah
garis merah (BGM) atau dua kali tidak naik (2T), maka dilakukan konfirmasi
status gizi dengan menggunakan indikator berat badan menurut tinggi badan.
Jika ternyata balita tersebut merupakan kasus buruk, maka segera dilakukan
perawatan gizi buruk sesuai pedoman di Posyandu dan Puskesmas. Jika

17
ternyata terdapat penyakit penyerta yang berat dan tidak dapat ditangani di
Puskesmas maka segera dirujuk ke rumah sakit.
Jumlah seluruh balita di Kecamatan Ndao Nuse sebanyak 228 balita, yang
ditimbang sebanyak 155 balita (70,09%). Hasil dari penilaian status gizi balita
di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 diketahui bahwa yang tergolong
dalam kategori BGM sebanyak 5 balita (3,23%) dari yang ditimbang.
Sementara balita gizi buruk berjumlah 1 balita dan semuanya telah mendapat
perawatan (100%).

18
BAB IV: SITUASI UPAYA KESEHATAN

Selama tahun 2015, telah banyak dilakukan upaya kesehatan di Kecamatan Ndao
Nuse guna meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat di Kecamatan.
Berikut ini diruaikan gambaran situasi upaya kesehatan di Kecamatan Ndao Nuse
tahun 2015
A. Upaya Pelayanan Kesehatan Dasar
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pemberian
pelayanan kesehatan dasar secara tepat dan cepat, diharapkan sebagian besar
masalah kesehatan masyarakat dapat diatasi. Berbagai upaya pelayanan kesehatan
dasar yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan di Kecamatan Ndao Nuse
diuraikan sebagai berikut :
1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Antenatal (Kunjungan Ibu Hamil)
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan
kunjungan baru ibu hamil (K1) untuk melihat akses dan pelayanan
kesehatan ibu hamil sesuai standar paling sedikit 4 (empat) kali.
Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC)
melalui penimbangan berat badan dan ukur tinggi badan, pemeriksaan
kehamilannya, pemberian tablet besi, pemberian imunisasi TT dan
konsultasi. Pelayanan kesehatan ibu hamil minimal 4 kali sesuai
standar ini sangat penting dilakukan agar setiap ibu hamil
mendapatkan pelayanan yang adekuat selama kehamilannya. Dengan
demikian, dapat mencegah lebih dini berbagai masalah kesehatan
maupun komplikasi yang mungkin timbul saat persalinan.
Cakupan pelayanan antenatal K1 pada tahun 2015 di Kecamatan Ndao
Nuse adalah 49,25% (dari 95 ibu hamil yang ada, hanya 47 bumil
yang mendapatkan pelayanan K1) sedangkan cakupan pelayanan
antenatal K4 adalah 34,58% (dari 95 ibu hamil yang ada, hanya 33
bumil yang mendapatkan pelayanan K4). Presentase K4 tergolong
masih sangat jauh dari SPM Rote Ndao 2015 yakni sebesar 80%. Hal
ini terjadi karena tingkat kesadaran para ibu untuk memeriksakan
kehamilan masih sangat rendah. Namun setidaknya data ini masih
jauh lebih baik dari tahun lalu di mana angka K4 2014 hanya 25,48%.

19
Gambar 5 Angka K4 Puskesmas Ndao Tahun 2014-2015

K4
40
34.58
35

30
25.48
25

20
K4
15

10

0
2014 2015

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan antenatal pada ibu hamil


minimal 4 (empat) kali, maka perlu dilakukan langkah-langkah : 1)
Pendataan ibu hamil yang tepat dan akurat; 2) Pembuatan kantong
persalinan; 3) Kunjungan rumah; 4) Meningkatkan kualitas pencatatan
dan pelaporan serta pelaksanaan monitoring dan evaluasi; dan 5)
Menetapkan suatu peraturan atau keputusan yang mengatur kewajiban
setiap keluarga untuk senantiasa melakukan pemeriksaan kesehatan
seluruh anggota keluarga khususnya ibu dan anak.

b. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi


Kebidanan di Fasilitas Kesehatan
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi
kebidanan adalah ibu bersalin yang mendapat pertolongan persalinan
oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan.
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi
kebidanan di fasilitas kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang
mendapat pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan,di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Pertolongan persalinan yang dilakukan bertujuan untuk mendapat
pelayanan yang aman dan selamat di fasilitas kesehatan yang memadai
serta dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian
bayi (AKB).

20
Gambar 6 Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Nakes di Kecamatan Ndao
Nuse Tahun 2014-2015
120

97.78
100

80

60 2014
47.83
2015
40

20

0
Persalinan ditolong Nakes

Gambar di atas menunjukan perbandingan cakupan pertolongan persalinan


oleh tenaga kesehatan pada tahun 2014 dan 2015, di mana terjadi
peningkatan cakupan dari 47,83% menjadi 97,78%. Peningkatan ini sudah
melewati SPM Kabupaten Rote Ndao 2015 yakni sebesar 81%.
Perlu lagi peningkatan cakupan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
dengan cara mensosialisasi perencanaan persalinan dan penanganan
komplikasi (P4K), pemanfaatan kantong persalinan, serta kemitraan antara
bidan-dukun yang terus ditingkatkan.

c. Deteksi Risiko, Rujukan Kasus Risiko Tinggi dan Penanganan


Komplikasi
1. Penanganan Komplikasi Kebidanan
Komplikasi kebidanan merupakan kesakitan pada ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas yang dapat mengancam jiwa ibu dan/atau bayi. Komplikasi
dalam kehamilan diantaranya (a) Abortus, (b) Hiperemesis Gravidarum,
(c) Perdarahan per vaginam, (d) Hipertensi dalam kehamilan
(preeklampsia, eklampsia), (e) Kehamilan lewat waktu, (f) ketuban pecah
dini. Komplikasi dalam persalinan diantaranya (a) Kelainan
letak/presentasi janin, (b) Partus macet/distosia, (c) Hipertensi dalam
kehamilan (preeklampsia, eklampsia) (d) Perdarahan pasca persalinan,
(e) Infeksi berat/sepsis, (f) Kontraksi dini/persalinan premature, (g)
Kehamilan ganda. Komplikasi dalam nifas diantaranya (a) Hipertensi
dalam kehamilan (preeklampsia, eklampsia), (b) Infeksi nifas, (c)
Perdarahan nifas.
Penanganan komplikasi kebidanan adalah penanganan komplikasi pada
ibu hamil, bersalin dan nifas disuatu wilayah kerja pada kurun waktu

21
tertentu yang ditangani secara definitif sesuai dengan standar oleh tenaga
kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.
Penanganan ini bertujuan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
penanganan komplikasi dalam mencegah dan menurunkan kematian ibu
akibat komplikasi.
Di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 persentase penanganan ibu
hamil komplikasi/resiko tinggi sebesar 31,44% dari 19 ibu hamil yang
diperkirakan mengalami komplikasi/resti. Semua ibu hamil
komplikasi/resiko tinggi yang ditemukan tersebut telah di tangani secara
baik. Angka ini masih jauh dari target SPM Rote Ndao 2015 yakni
sebesar 70%.

2. Penanganan Komplikasi Neonatal


Neonatus dengan komplikasi merupakan neonatus dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan kematian.
Neonatus dengan komplikasi seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus
neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR (<2500 gr), sindroma
gangguan pernafasan dan kelainan congenital maupun yang termasuk
klasifikasi kuning pada Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).
Perhitungan sasaran neonatus dengan komplikasi dihitung berdasarkan
15% dari jumlah bayi baru lahir. Indikator ini mengukur kemampuan
manajemen program kesehatan ibu dan anak (KIA) dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada
neonatus dengan komplikasi.
Penanganan komplikasi neonatal adalah cakupan neonatus dengan
komplikasi yang ditangani secara definitif oleh tenaga kesehatan
kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan disuatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu serta penanganan dengan penyakit dan
kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian.
Pada tahun 2015 dari 45 bayi diperkirakan ada 22 neonatal yang
beresiko tinggi. Namun jumlah cakupan penemuan dan penanganan
komplikasi neonatal hanya sebanyak 3 orang (13,92). Semua nenonatal
yang beresiko tinggi tersebut telah mendapat penanganan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
d. Kunjungan Nifas
Pasca persalinan (masa nifas) berpeluang untuk terjadinya kematian ibu
maternal, sehingga perlu mendapatkan pelayanan kesehatan masa nifas
dengan dikunjungi oleh tenaga kesehatan minimal 3 (tiga) kali sejak
persalinan. Kunjungan nifas merupakan pelayanan kepada ibu pada masa
6 jam sampai dengan 42 hari pasca bersalin sesuai standar paling sedikit
3 kali dengan distribusi waktu 6 jam-3 hari, 8-14 hari, dan 36-42 hari
setelah bersalin di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan terhadap ibu nifas yang dilakukan petugas kesehatan biasanya
bersamaan dengan kunjungan neonatus.

22
Di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015, kunjungan ibu nifas
sebanyak 45 orang (100%). Angka ini telah memenuhi target SPM
Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yakni sebesar 95%.

e. Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan standar oleh dokter,
bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kepada bayi umur 0-28
hari di sarana pelayanan kesehatan maupun melalui kunjungan rumah.
Pelayanan kesehatan sesuai standar sedikitnya 3 kali yakni pada 6-24 jam
setelah lahir, pada 3-7 hari dan pada 8-28 hari setelah lahir.
Di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015, cakupan kunjungan nenoatus
sebanyak 45 orang (100%).

f. Kunjungan Bayi
Kunjungan bayi adalah bayi umur 1-11 bulan yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan di sarana
pelayanan kesehatan maupun di rumah, posyandu dan sebagainya melalui
kunjungan petugas kesehatan. Setiap bayi memperoleh pelayanan
kesehatan minimal 4 (empat) kali yaitu satu kali pada umur 29 hari-2
bulan, satu kali pada umur 3-5 bulan, satu kali pada umur 6-8 bulan dan
satu kali pada 9-11 bulan.
Pelayanan yang diberikan menggunakan pendekatan komprehensif,
manajemen terpadu bayi muda yang meliputi pemeriksaaan tanda bahaya
seperti infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badab lahir rendah, perawatan
tali pusat, pemberian vitamin K1, imunisasi hepatitis B nol, pencegahan
hipotermi, ASI Eksklusif yang bertujuan untuk mengurangi resiko
terbesar kematian bayi baru lahir pad 24 jam pertama, minggu pertama
dan bulan pertama kehidupan.
Cakupan kunjungan bayi di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015
sebanyak 21 orang (46,67%) sedangkan pada tahun 2014 adalah 0.
Berarti terjadi peningkatan yang signifikan. Angka ini belum memenuhi
SPM Rote Ndao 2015 yaitu 90%. Jika dibandingkan dengan data
Puskesmas tahun lalu maka akan tampak seperti gambar berikut ini:

23
Gambar 7 Jumlah Bayi yang Mendapatkan Pelayanan di Puskesmas Ndao
Nuse Tahun 2014-2015
25

21
20

15
2014

10 2015

0
0
Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan

g. Pelayanan Kesehatan Anak Pra-Sekolah dan Usia Sekolah


Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dilakukan melalui kegiatan deteksi
dini tumbuh kembang anak sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
paling sedikit 2 (dua) kali, yang meliputi deteksi dini masalah kesehatan
anak menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS),
monitoring pertumbuhan menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan
perkembangan (motorik dasar, motorik halus, bahasa, sosialisasi, dan
kemandirian), penanganan penyakit sesuai MTBS, penanganan masalah
pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak balita dan pra sekolah,
pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.
Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 Cakupan pelayanan kesehatan
anak pra sekolah hanya mencapai 66,09% (115 anak dari total 174 anak).
Jika dilihat dari data perdesa maka di desa Nuse tidak ada anak yang
mendapat pelayanan sesuai standar diatas. Hal ini disebabkan kondisi
geografis, akses yang sulit serta status posyandu (pratama) di Nuse yang
belum berjalan sesuai fungsinya. Oleh karena itu perlu adanya
peningkatan jumlah kunjungan tenaga kesehatan (pusling) ke Nuse, serta
meningkatkan kerjasama lintas sektor serta refreshing kader Posyandu.
Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 46.
Pelayanan anak usia sekolah dilakukan melalui kegiatan penjaringan
kesehatan siswa SD kelas 1 atau setingkat dan pemeriksaan kesehatan
anak sekolah SD/sederajat (kelas 1-6). Pada tahun 2015 di Kecamatan
Ndao Nuse semua siswa SD/sederajatnya telah dilakukan penjaringan
(pelayanan kesehatan) dengan cakupan penjaringan kesehatan siswa
SD/sederajat Kelas 1 mencapai 83,12%. Jika dibandingkan dengan target
SPM Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 yaitu 100%, cakupan ini belum
24
mencapai target. Adapun kendala yang dialami selama penjaringan
adalah masih terdapatnya siswa yang pada saat dilakukan penjariangan
tidak masuk sekolah dengan alasan sakit, ijin dan lain sebagainya. Oleh
karena itu, cakupan penjaringan tidak mencapai target SPM.

h. Pelayanan Keluarga Berencana


Pelayanan Keluarga Berencana (KB) diharapkan dapat memutuskan rantai
sebab tidak langsung kematian ibu dan bayi, dimana mengurangi faktor
resiko 4 (empat) “Terlalu”: Terlalu dekat jarak kehamilan (<2 tahun),
Terlalu banyak anak (>3 atau 4 anak), Terlalu muda (<20 tahun), dan
Terlalu tua untuk kehamilan (>35 tahun).
Indikator keberhasilan program KB diukur dengan peserta KB aktif.
Peserta KB aktif adalah akseptor baru dan lama yang pada saat ini
memakai kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri
kesuburan. Cakupan peserta KB aktif adalah perbandingan antara jumlah
peserta KB aktif dengan pasangan usia subur (PUS) di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu. Cakupan peserta KB aktif menunjukkan tingkat
pemanfaatan kontrasepsi di antara PUS.
Cakupan pelayanan KB baru dan aktif tahun 2015 dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
Gambar 9. Cakupan Pelayanan KB baru dan Aktif
Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015
%PESERTA KB BARU % PESERTA KB AKTIF

100.00
83.64
72.16 70.22
63.68
50.77

24.62
14.43 16.98 12.83
8.42 7.27

Mbali Ndao Nuse Mbiu Lombo Anarae Nuse JUMLAH KEC.


Lendeiki

Cakupan KB Aktif tertinggi di desa Mbiu lombo yaitu 100%, sedangkan


terendah di desa Nuse yaitu 50,77 %. Kecamatan Ndao Nuse pada tahun
2015 mencapai 70,22%. Angka ini belum mencapai target SPM Rote Ndao
2015 yaitu 75%.

25
.
2. Pelayanan Imunisasi
a. Desa yang Mencapai “Universal Child Immunization” (UCI)
Strategi operasional pencapaian Universal Child Immunization (UCI)
pada dasarnya merupakan proporsi terhadap cakupan ≥ 80% sasaran bayi
(0-11 bulan) di desa mendapat imunisasi dasar lengkap. Bila cakupan
UCI dikaitkan dengan batasan suatu wilayah tertentu, berarti dalam
wilayah tersebut juga tergambarkan besarnya tingkat perlindungan
masyarakat (Herd Immunity) terhadap penularan penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I).
Hingga saat ini belum ada satupun Desa UCI di Kecamatan Ndao Nuse.
Berikut ini beberapa masalah yang berhubungan dengan pencapaian
cakupan UCI yaitu:
1) Pencatatan register yang tidak lengkap
2) Kurangnya vaksin dan dispo di gudang UPT Povabekes Provinsi
NTT, dimana stok vaksin BCG pada awal tahun 2014 kosong dan
pada bulan Mei 2014 juga stok vaksin kembali mengalami
kekosongan yakni BCG, TT, Polio dan dispo 0,5ml.
b. Cakupan Imunisasi Bayi
Upaya untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan, dan kematian bayi
serta anak balita dilaksanakan program imunisasi baik program rutin
maupun program tambahan/suplemen untuk penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Polio, Hepatitis B, dan Campak. Bayi seharusnya mendapat imunisasi
dasar lengkap yang terdiri dari BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali,
HB Uniject 1 kali dan campak 1 kali. Sebagai indikator kelengkapan status
imunisasi dasar lengkap bagi bayi dapat dilihat dari hasil cakupan
imunisasi campak, karena imunisasi campak merupakan imunisasi terakhir
yang diberikan pada bayi umur 9 (sembilan) bulan dengan harapan
imunisasi sebelumnya sudah diberikan dengan lengkap (BCG, DPT-HB,
Polio, dan HB).
Selain pemberian imunisasi rutin, program imunisasi juga melaksanakan
program imunisasi tambahan/suplemen yaitu Bulan Imunisasi Anak
Sekolah (BIAS) DT, BIAS Campak yang diberikan pada semua usia kelas
I SD/MI/SDLB/SLB, sedangkan BIAS Td diberikan pada semua anak usia
kelas II dan III SD/MI/SDLB/SLB, Backlog Fighting (melengkapi status
imunisasi).
Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Kecamatan Ndao Nuse Tahun
2015 sebesar 21 orang (46,67%), hal ini mengalami peningkatan drastis
jika dibandingkan dengan tahun 2014 di mana saat itu tidak ada satupun
bayi yang memiliki status imunisasi dasar lengkap. Walapun terjadi
peningkatan cakupan imunisasi dasar lengkap, tetapi belum memenuhi
target RPJMN yakni 90 %. Kondisi ini disebabkan karena belum adanya
listrik di kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015, serta cuaca yang tidak
menentu pada saat distribusi logistik dari Kabupaten.

26
c. Cakupan Imunisasi TT
Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE) merupakan program
eliminasi tetanus pada neonatal dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.
Menurut WHO, tetanus maternal dan neonatal dikatakan tereliminasi
apabila hanya terdapat kurang dari satu kasus tetanus neonatal per 1.000
kelahiran hidup di setiap kabupaten. Strategi yang dilakukan untuk
mengeliminasi tetanus neonatorum dan maternal adalah 1) pertolongan
persalinan yang aman dan bersih; 2) cakupan imunisasi rutin TT yang
tinggi dan merata; dan 3) penyelenggaraan surveilans Tetanus
Neonatorum.
Jumlah ibu hamil 2015 di Kecamatan Ndao Nuse sebanyak 95 orang, yang
mendapat TT-1 sebesar 23,05%, TT-2 sebesar 13,62%, TT-3 sebesar
2,10%%, TT-4 sebesar 0%, TT-5 sebesar 0% dan TT2+ sebanyak 15,72%.
Sementara dari 719 Wanita Usia Subur (WUS) yang mendapat TT-1
sebesar 19,19%, TT-2 sebesar 21,70%%, TT-3 sebesar 2,23%, TT-4
sebesar 0% dan TT-5 sebesar 0%
3. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu pelayanan penduduk usia 60 tahun
ke atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan, baik di Puskesmas maupun di Posyandu/kelompok usia
lanjut. Jumlah lanjut usia yang dilayani pada tahun 2015 adalah 746 orang
(353,17%) dari 211 Usila. Bila melihat cakupan yang tinggi seperti ini
maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan petugas kesehatan dalam
melakukan pembinaan dan pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap
kelompok usia lanjut sudah optimal, pelayanan yang dilakukan masih
dalam bentuk pelayanan yang bersifat kuratif, pelayanan yang bersifat
promotif dan preventif juga telah dilakukan. Data selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran Tabel 52.

B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, pemerintah telah
berupaya mengembangkan berbagai upaya kesehatan, salah satunya adalah
dengan mengembangkan suatu upaya kesehatan melalui program jaminan
pemeliharaan kesehatan. Jaminan pemeliharaan kesehatan merupakan upaya
pembiayaan kesehatan baik keanggotaannya secara sukarela maupun wajib
yang iurannya dibayarkan oleh pemerintah dan diselenggarakan dengan
kendali biaya dan kendali mutu.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah jaminan berupa perlindungan
kesehatan yang bersifat nasional agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau
iurannya dibayar oleh pemerintah yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
Data Desember 2015, cakupan pengguna BPJS sebesar 81,28 % atau 3.067
orang dari 3.772 total penduduk Kecamatan Ndao Nuse (BPJS, Desember

27
2015). Presentase Penduduk yang telah terdaftar BPJS dapat dilihat pada
gambar dibawah ini
Gambar 10. Presentase Peserta Terdaftar BPJS
Kecamatan Ndao Nuse perdesember 2015

Belum terdaftar
19%

Terdaftar
81%

Sumber: Pcare.bpjs-kes.go.id [12-12-2015]


2. Cakupan Rawat Jalan dan Rawat Inap
Upaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat dilakukan secara rawat jalan
untuk masalah kesehatan ringan dan pelayanan rawat inap baik secara
langsung maupun melalui rujukan pasien untuk masalah kesehatan sedang dan
berat. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di kecamatan Ndao Nuse seperti
pelayanan di Puskesmas, Puskesmas keliling, Posyandu, dan Posyandu Lansia.
Cakupan rawat jalan adalah cakupan kunjungan rawat jalan baru di Puskesmas
Ndao. Cakupan kunjungan rawat jalan ini meliputi kunjungan rawat jalan di
Puskesmas, kunjungan rawat jalan Pusling, dan kunjungan rawat jalan saat
pelayanan lansia (Posyandu Lansia). Jumlah penduduk Kecamatan Ndao Nuse
adalah 3.772 jiwa sedangkan selama 2015, jumlah kunjunga rawat jalan di
Puskesmas mencapai 5.431 orang, sehingga cakupan kunjungan rawat jalan di
Puskesmas Ndao mencapai 143,94%.
Cakupan rawat inap adalah cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana
pelayanan kesehatan swasta dan pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Cakupan kunjungan rawat inap ini meliputi kunjungan rawat
inap di Puskesmas Ndao. Cakupan rawat inap di sarana kesehatan di
Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 sebesar 1,83% atau 69 orang. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 55.
C. Upaya Pemberantasan Penyakit
1. Pemberantasan Penyakit Menular
a. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)
Upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit PD3I lebih ditekankan
pada upaya pencegahan dengan melaksanakan imunisasi dasar lengkap.
Pada tahun 2015 di Kecamatan Ndao Nuse tidak terjadi kasus PD3I.
28
b. Acute Flaccid Paralysis (AFP)
Acute Flacid Paralysis merupakan kelumpuhan pada anak usia <15 tahun
yang bersifat layuh (flaccid) terjadi secara akut, mendadak dan bukan
disebabkan ruda paksa. Dalam upaya pencegahan dan pemberantasan AFP
ditetapkan indikator Non Polio AFP Rate ≥ 2 per 100.000 anak berusia
kurang dari 15 tahun per tahun dan speciment adekuat ≥ 80 %. Kedua
indikator ini lebih akurat untuk mengukur kinerja surveilans AFP di daerah
berpenduduk besar yaitu dengan jumlah populasi anak usia kurang 15
tahun  50.000 orang. Prosedur pembuktian penderita AFP terserang virus
Polio liar atau tidak adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pelacakan terhadap anak usia sama atau <15 tahun
yang mengalami kelumpuhan layu mendadak (<14 hari) dan
menentukan diagnose awal;
2. Mengambil spesimen tinja penderita tidak lebih dari 14 hari sejak
kelumpuhan, sebanyak 2 kali selang waktu pengambilan I dan II
adalah 24 jam;
3. Mengirim kedua specimen tinja ke laboratorium dengan
pengemasan khusus/baku;
4. Hasil pemeriksaan spesimen tinja akan menjadi bukti virologis
adanya virus polio liar di dalamnya;
5. Diagnosa akhir ditentukan pada 60 hari sejak kelumpuhan.
Pemeriksaan klinis ini sebaiknya dilakukan oleh Dokter Spesialis
Anak atau Syaraf untuk menentukan adanya kelumpuhan atau
tidak.
Selama 2015, tidak ditemukan adanya kasus AFP di Kecamatan
Ndao Nuse. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 18.
c. TB Paru
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar
melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan
Malaria dan HIV/AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang
pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs.
Penyakit TB paru juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
dapat mengakibatkan kematian. Penyakit TB paru paling banyak
menyerang kelompok usia produktif yang berakibat pada kehilangan
pendapatan tahunan rumah tangga sekitar 20-30%.
Penemuan kasus TB di Kecamatan Ndao Nuse selama 2015 berjumlah 1
orang dari 7 orang suspek. Salah satu kendala minimnya tingkat deteksi
kasus TB di Puskesmas Ndao adalah terbatasnya fasilitas laboratorium.
Diharapkan kedepannya, Puskesmas Ndao dapat lebih aktif dalam
melakukan pendeteksian TB.
Angka notifikasi kasus baru BTA positif (Case Notification Rate/CNR)
tahun 2015 sebesar 26,51. Angka ini belum mencapai standar SPM
Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yaitu 70%.

29
Angka kesembuhan (Cure Rate) penderita baru TB Paru BTA positif di
Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 masih 0% karena pasien TB yang
baru ditemukan pada tahun 2015 masih menjalani terapi TB hingga saat
laporan ini dibuat sehingga masih belum dapat dipastikan kesembuhannya.
d. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) yang
berhubungan erat dengan sanitasi lingkungan dan personal hygiene.
Pneumonia pada balita sangat berbahaya dan menimbulkan kematian jika
tidak memperoleh penanganan yang tepat.
Tahun 2015, jumlah kasus pneumonia pada balita di Kecamatan Ndao
Nuse sebanyak 1 kasus (2,65%) dari 38 kasus yang diperkirakan. Perlu
diketahui bahwa semua kasus yang ditemukan, semuanya telah ditangani
oleh tenaga kesehatan sesuai pedoman pelaksanaan program pneumonia.
e. HIV/AIDS
Selama 2015 tidak ada ditemukan satupun penderita HIV/AIDS di
Kecamatan Ndao Nuse. Meskipun tidak ada kasus, kita harus tetap
waspada berhubung di Kecamatan Ndao Nuse belum ada satupun klinik
VCT, sehingga untuk mendeteksi penyakit ini masih sulit dilakukan.
Selain itu adanya stigma negatif terhadap penyakit ini di masyarakat
membuat proses deteksi dini terhadap penyakit ini masih sulit dilakukan.
f. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit yang sering kali menyebabkan
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dapat menyebabkan kematian. Jumlah
penderita diare di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 sebanyak 99
kasus (122,64%) dari 81 perkiraan kasus. Jika dibandingkan dengan target
SPM Kabupaten Rote Ndao 2015 yaitu 100%, maka hal ini sudah melebihi
target. Besaran kasusnya sangat berkaitan erat dengan kondisi lingkungan
baik dari segi kebersihan lingkungan, aspek kepemilikan jamban, maupun
akses terhadap air bersih. Faktor lain yang sangat berkaitan erat dengan
peningkatan kasus diare adalah faktor perilaku individu, keluarga, dan
masyarakat, diantaranya yaitu perilaku mencuci tangan pakai sabun setiap
sebelum makan maupun setelah buang air besar atau setelah melakukan
aktivitas yang membuat tangan menjadi kotor, perilaku buang air besar
(BAB) di sembarang tempat, perilaku membuang sampah dan limbah tidak
pada tempatnya, dan perilaku mengkonsumsi air yang tidak dimasak. Data
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.
g. Kusta
Penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae ini merupakan salah
satu penyakit yang dapat menyebabkan disabilitas pada penderitanya jika
tidak terdeteksi secara dini karena penyakit ini menyerang sistem saraf tepi
dan berbagai organ internal.
Sepanjang tahun 2015, tidak ada satupun kasus kusta yang ditemukan di
Kecamatan Ndao Nuse baik itu yang berasal dari kunjungan Puskesmas
maupun dari hasil survei cepat di masyarakat. Namun kita belum bisa

30
berpuas diri karena salah satu kendala deteksi dini penyakit ini di
Puskesmas Ndao Nuse adalah peralatan laboratorium yang masih minim.
h. Filarisasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah merupakan penyakit menular menahun
yang disebabkan oleh cacing filarial. Penularan penyakit tersebut terjadi
malalui gigitan nyamuk sebagai vektor. Hampir semua jenis nyamuk baik
Mansonia, Anopheles, Culex, dan Aedes memiliki spesies yang dapat
berperan sebagai vektor filariasis. Penyakit Filaria termasuk dalam
Neglected Diseases yang belum bisa diberantas hingga saat ini.
Pendekatan penanganan filaria yaitu dengan melakukan pengobatan massal
pada daerah kantong untuk mencegah penularan, karena jika ditemukan
kasus klinis maka berpotensi untuk menularkan kepada penduduk lain
yang sehat.
Walaupun prevalensi filariasis sangat rendah dan bukan merupakan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian, namun kecacatan menetap
yang terjadi pada penderita filariasis berdampak sangat besar pada
penderita dan keluarganya. Selain menurunkan produktivitas, filariasis
mengakibatkan stigma sosial serta beban ekonomi keluarga akibat
pengeluaran biaya untk pengobatan. Penderita filaria yang sudah
menderita cacat seperti pembesaran pada organ tubuh tertentu tidak dapat
disembuhkan kecacatannya tetapi hanya membunuh mikrofilaria dalam
darah. Penanganan penderita dilakukan dengan pengobatan massal untuk
memutuskan mata rantai penularan, mencegah terjadinya infeksi sekunder
dan menekan frekuensi serangan akut.
Selama 2015, tidak ada kasus filariasis yang ditemukan di Kecamatan
Ndao Nuse.
i. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus
yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty. Selain itu juga, merupakan
penyakit berpotensi Kejadian Luar Biasa (KLB) sehingga perlu ditangani
secara cepat dan tepat. DBD ditandai panas tinggi mendadak tanpa sebab
yang jelas, berlangsung selama 2–7 hari, kadang-kadang bifasik, disertai
timbulnya gejala tidak ada nafsu makan, mual, muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati dan tanda-tanda perdarahan berupa bintik merah dikulit (petekia),
mimisan, perdarahan pada mukosa, perdarahan gusi atau hematoma pada
daerah suntikan, melena dan hati membengkak.
Selama 2015, tidak ada satupun kasus demam berdarah yang ditemukan di
Kecamatan Ndao Nuse. Tidak terdeteksinya penyakit demam berdarah
belum tentu terjadi karena ketiadaan kasus. Salah satu kendala dalam
mendiagnosis demam berdarah adalah keterbatasan fasilitas laboratorium
untuk memeriksa platelet, hematokrit, dan antibodi demam berdarah.
j. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit endemis yang terus menimbulkan
kerugian secara ekonomis dan memakan korban jiwa. Berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroksop dan RDT terhadap sediaan darah, yang positif

31
menderita malaria (ditemukan plasmodium) sebanyak 4 kasus. Seluruh
kasus yang ditemukan pada tahun ini sudah tertangani 100%. Hal ini sudah
menjawab target SPM Kabupaten Rote Ndao tahun 2015 yakni 100%.
Angka kesakitan (API) di Kecamatan Ndao Nuse tahun 2015 adalah 1,07
per 1000 penduduk. Diharapkan di masa depan API di Kecamatan Ndao
Nuse dapat diturunkan secara drastis. Upaya-upaya yang dilakukan guna
menurunkan API diantaranya penemuan penderita malaria secara pasif di
Puskesmas dengan rekomendasi laboratorium dan aktif melalui kegiatan
Mass Blood Survey (MBS).
2. Pemberantasan Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular (PTM) mempunyai dampak negatif sangat besar
karena merupakan penyakit kronis. Apabila seseorang menderita penyakit
tidak menular, berbagai tingkatan produktivitas menjadi terganggu. Penderita
ini menjadi serba terbatas aktivitasnya, karena menyesuaikan diri dengan
jenis dan gradasi dari penyakit tidak menular yang dideritanya. Hal ini
berlangsung dalam waktu yang relatif lama dan tidak diketahui kapan
sembuhnya karena memang secara medis penyakit tidak menular tidak bisa
disembuhkan tetapi hanya bisa dikendalikan. Yang harus mendapatkan
perhatian lebih adalah bahwa penyakit tidak menular merupakan penyebab
kematian tertinggi dibanding dengan penyakit menular. Data penyakit tidak
menular yang terlaporkan pada profil ini merupakan tiga jenis PTM
a. Hipertensi
Hipertensi atau sering disebut dengan darah tinggi adalah suatu keadaan di
mana terjadi peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada
suatu target organ tubuh sehingga timbul kerusakan lebih berat seperti stroke
(terjadi pada otak dan berdampak pada kematian yang tinggi), penyakit
jantung koroner (terjadi pada kerusakan pembuluh darah jantung) serta
penyempitan ventrikel kiri/bilik kiri (terjadi pada otot jantung).
Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai diantara penyakit tidak
menular lainnya. Hipertensi dibedakan menjadi hipertensi primer yaitu
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang muncul akibat adanya penyakit lain seperti hipertensi ginjal,
hipertensi kehamilan dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil pencatatan dan pelaporan Penyakit Tidak Menular pada
tahun 2015 jumlah pasien yang menjalani pengukuran tekanan darah saat
kunjungan ke Puskemas adalah 3.670 orang, dari semua itu, yang mengalami
hipertensi berjumlah 360 orang. Data ini lebih tinggi dari data tahun lalu
menurut Profil Kesehatan Kabupaten Rote Ndao yang mencatat bahwa Ndao
hanya memiliki 28 kasus hipertensi. Peningkatan drastis ini terjadi karena
keaktifan petugas kesehatan dalam mendeteksi kasus hipertensi.

32
Gambar 8 Jumlah Kasus Hipertensi di Kecamatan Ndao Nuse Pada Tahun
2014-2015

Jumlah Kasus Hipertensi


400
360
350

300

250

200 Jumlah Kasus


Hipertensi
150

100

50 28

0
2014 2015

b. Asma
Asma adalah penyakit pada saluran pernapasan dimana paru-paru
(bronchial tubes) mengalami pembangkakan dan terbatasnya kemampuan
bernapas. Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami
radang. Bronkus yang berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk
membawa udara masuk dan keluar dari paru-paru. Bronkus penderita asma
pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang lain dan lebih gampang
mengalami radang. Tanda dan gejala asma berbeda mulai dari napas yang
berat sampai kepada serangan asma yang membahayakan nyawa.
Tanda dan gejala asma antara lain:
 Sesak napas pada waktu inspirasi
 Pengetatan pada otot dada atau rasa sakit pada dada
 Sulit tidur karena sesak napas, batuk atau napas sengau
 Suara sengau atau siulan ketika bernapas
 Batuk atau sengau yang memburuk ketika terserang virus
pernapasan, seperti pilek dan flu
Tanda penyakit asma kronis antara lain:
 Bertambahnya tingkat keparahan dan frekuensi dari tanda dan
gejala asma
 Turunnya rata-rata maksimum aliran napas yang diukur oleh
peak flow meter, peralatan sederhana yang digunakan untuk
memeriksa seberapa baik paru-paru anda bekerja
 Meningkatnya kebutuhan untuk menggunakan bronchodilator –
pengobatan yang membuka jalan napas dengan
mengistirahatkan otot-otot saluran pernapasan.

33
c. Cedera Akibat Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Tahun 2009 Bab I :- Pasal 1 Ayat (24), kecelakaan lalu
lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak di sangka-sangka dan
tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau pemakai jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda.
Ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu
lintas antara lain:
1. Faktor Manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling dominan dalam
kecelakaan. Hampir semua kejadian kecelakaan didahului
dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas. Pelanggaran dapat
terjadi karena sengaja melanggar, ketidaktahuan terhadap arti
aturan yang berlaku ataupun tidak melihat ketentuan yang
diberlakukan atau pula pura-pura tidak tahu.
2. Faktor Kendaraan
Faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah,
rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelahan logam
yang mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang
sudah aus tidak diganti dan berbagai penyebab lainnya. Untuk
mengurangi faktor kendaraan, perawatan dan perbaikan
kendaraan diperlukan, di samping itu adanya kewajiban untuk
melakukan pengujian kendaraan bermotor secara teratur.
3. Faktor Jalan
Faktor jalan terkait dengan perencanaan jalan, geometrik jalan,
pagar pengaman di daerah pegunungan, ada tidaknya median
jalan, jarak pandang dan kondisi permukaan jalan. Jalan yang
rusak/berlubang sangat membahayakan pemakai jalan terutama
bagi pemakai sepeda motor.
4. Faktor Lingkungan
Hari hujan juga mempengaruhi unjuk kerja kendaraan seperti
jarak pengereman menjadi lebih jauh, jalan menjadi lebih licin,
jarak pandang juga terpengaruh karena penghapus kaca tidak bisa
bekerja secara sempurna atau lebatnya hujan mengakibatkan
jarak pandang menjadi lebih pendek.
Selama 2015, tidak ada satupun kasus kecelakaan yang terjadi di
Kecamatan Ndao Nuse. Ada beberapa faktor yang berperan sehingga hal
ini terjadi di antaranya ketiadaan jalan beraspal atau hotmix sehingga
pengendara di Kecamatan Ndao Nuse cenderung berkendara dalam
kecepatan rendah. Selain itu faktor masih minimnya jumlah kendaraan
juga turut ambil bagian dalam menekan angka kecelakaan lalu lintas.
Diharapkan agar di masa depan, jumlah kasus kecelakaan di Kecamatan
Ndao Nuse tetap rendah.

34
D. Upaya Pembinaan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar
1. Rumah Sehat
Rumah sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yakni yang memiliki jamban sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, kepadatan hunian rumah sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari
tanah (Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan).
Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Rote Ndao 2014, tidak pernah ada
inspeksi rumah sehat di Kecamatan Rote Ndao selama tahun lalu sehingga
tidak ada data yang tersedia mengenai rumah sehat. Salah satu kendala yang
berperan dalam ketiadaan data tersebut adalah di tahun sebelumnya tidak ada
tenaga kesehatan lingkungan. Di tahun 2015, sejak adanya tenaga kesehatan
lingkungan dari Nusantara Sehat, maka di Kecamatan Ndao Nuse, jumlah
rumah yang diperiksa sebanyak 242 rumah dari 836 rumah yang ada
(28,94%). Yang memenuhi persyaratan sebagai rumah sehat sebanyak 108
rumah (12,92%).

Gambar 9 Hasil Inspeksi Rumah Sehat Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015

11.21
107
Nuse 40
28
12
9.66
145 Persentase Rumah Sehat Per
Mbiu Lombo 25 Desa
11
14
Seluruh Rumah
8.59
128
Anarae 27 Rumah yang Diinspeksi
16
11
15.09 Belum Memenuhi Syarat
285
Ndao Nuse 92
49 Rumah Sehat
43
16.96
171
Mbali Lendeiki 64
35
29

- 50 100 150 200 250 300

Gambar di atas menunjukkan bahwa persentase rumah sehat tertinggi di Desa


Mbali Lendeiki (16,96%) sedangkan yang paling rendah adalah Desa Anarae
(8,59%).

35
2. Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat-tempat umum adalah sarana yang disediakan oleh suatu badan
pemerintah, swasta atau perorangan untuk masyarakat dan dikhawatirkan
tempat tersebut dapat menjadi salah satu tempat penyebar penyakit, karena
masyarakat menggunakan tempat fasilitas umum tersebut untuk berbagai
kepentingan.
Pengawasan sanitasi di tempat umum bertujuan untuk mewujudkan tempat
umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat yang memanfaatkan
fasilitas tersebut terhindar dari kemungkinan penularan penyakit serta tidak
menjadi sarang vector penyakit yang dapat menjadi penyebab gangguan
kesehatan terhadap masyarakat di sekitarnya.
Jumlah tempat-tempat umum di Kecamatan Ndao Nuse yang dilaporkan
meliputi:
1. Sarana pendidikan yang terdiri dari SD dan SLTP sebanyak 5 unit dan
yang memenuhi syarat belum ada.
2. Sarana kesehatan yang terdiri dari Puskesmas 1 unit dan yang
memenuhi syarat juga belum ada.
Selama 2015 belum ada satupun TTU dan TPM (2 TPM, masing-masing
depot air minum yang belum dilakukan uji petik) yang memenuhi syarat di
Kecamatan Ndao Nuse. Diupayakan agar di masa depan semua TTU dan
TPM tersebut diupayakan agar memenuhi syarat kesehatan.
3. Keluarga Dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar
a. Sarana Air Bersih
Keluarga yang memiliki air bersih merupakan keluarga yang mempunyai
kemudahan dalam memperoleh air bersih dalam jumlah yang cukup sesuai
dengan kebutuhan. Di Kecamatan Ndo Nuse pada tahun 2015 jumlah
sarana air bersih yang tersedia antara lain sumur gali terlindung (345 SAB)
dan penampungan air hujan (15 SAB) dengan jumlah penduduk sebanyak
3.723 jiwa. Sementara jumlah sarana air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 101 SAB (28,06%) dengan jumlah penduduk
pengguna sebanyak 655 jiwa. Data selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran Tabel 60.
b. Jamban Keluarga
Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Di
Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 terdapat 644 jamban yang terdiri
dari yakni jamban komunal sebanyak 2 unit, leher angsa sebanyak 633
jamban, dan plengsengan sebanyak 9 jamban dengan jumlah penduduk
pengguna sebanyak 3.394 jiwa. Akan tetapi jamban keluarga yang
memenuhi syarat kesehatan sebanyak 210 jamban (32,61%) dengan jumlah
penduduk pengguna sebanyak 736 keluarga.

36
E. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, dalam rangka mencapai tujuan program gizi yaitu
meningkatkan kesadaran gizi keluarga yang selanjutnya akan meningkatkan status
gizi masyarakat.
Pemantauan pertumbuhan balita merupakan alat untuk mengetahui status gizi
anak balita. Salah satu kegiatan berbasis masyarakat yang melaksanakan
pemantauan pertumbuhan terhadap balita adalah Posyandu. Karena itu, peran serta
masyarakat dengan mengikutsertakan balitanya untuk ditimbang di Posyandu
memberikan andil yang sangat besar terhadap pencapaian indikator ini.
Upaya perbaikan gizi masyarakat pada hakekatnya dimaksudkan untuk menangani
permasalahan gizi yang dihadapi masyarakat. Ada 4 masalah gizi yang terjadi di
masyarakat adalah 1) Kekurangan Energi Kalori (KEK) dan Kekurangan Energi
Protein (KEP), 2) Kekurangan Vitamin A, 3) Gangguan Akibat Kekurangan
Iodium (GAKI), 4) Anemia Gizi Besi.

1. Pemantauan Pertumbuhan Balita


Pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan
penimbangan di Posyandu secara rutin setiap bulan.
Pada tahun 2015 jumlah balita yang ditimbang berjumlah 155 jiwa atau sekitar
65,77% dari jumlah balita yang ada. Sementara itu, persentase balita dengan
BGM mencapai 5 orang atau 3,23%.

2. Pemberian Tablet Besi


Pelayanan pemberian tablet besi (Fe) dimaksudkan untuk mengatasi kasus
anemia serta meminimalisasi dampak buruk akibat kekurangan zat besi (Fe)
khususnya pada ibu hamil.
Selama 2015, dari 95 ibu hamil, hanya 47 bumil yang mendapatkan Fe-3 atau
hanya 49,25%. Jumlah ini masih jauh dari SPM. Salah satu kendala dalam
meningkatkan cakupan pemberian Fe adalah seringnya stok obat habis di
Puskesmas.
3. Pemberian Kapsul Vitamin A
Kurang Vitamin A masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama
pada masa pertumbuhan. Salah satu dampak kekurangan Vitamin A adalah
kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada usia 6 bulan sampai 59 bulan
yang menjadi penyebab utama kebutaan.
Salah satu program penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah dengan
pemberian suplemen Vitamin A dosis tinggi 2 kali dalam setahun pada balita
yang biasa diberikan setiap bulan Februari dan Agustus; dan diberikan untuk
ibu nifas untuk mempertahankan bebas buta karena kekurangan Vitamin A
dan mencegah berkembanganya masalah Xeropthalmia dengan segala
manifestasinya. Selain itu pemberian Vitamin A dosis tinggi juga dapat
mendorong tumbuh kembang anak serta meningkatkan daya tahan anak

37
tehadap penyakit infeksi, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada bayi dan balita.
Kapsul Vitamin A Biru diberikan pada bayi berumur 6-11 bulan dan Kapsul
Vitamin A Merah diberikan pada balita berumur 12-59 bulan.

Gambar 10 Persentase Cakupan Pemberian Vitamin A Pada Bayi, Balita dan


Ibu Nifas di Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015
120
96.77 100
100
80
Bayi
60 49.4
Balita
40
Nifas
20
0
2015

Dari gambar di atas dapat terlihat jelas bahwa pemberian vitamin A pada bayi
dan balita sudah cukup optimal dilakukan. Namun pemberian vitamin A pada
ibu nifas masih jauh dari harapan. Salah satu faktor yang berperan dalam
rendahnya cakupan ini adalah terkadang tidak tersedia logistik vitamin A.
4. Pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI saja kepada bayi sampai berusia 6
bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Pemberian
ASI ini diawali dengan Insiasi Menyusu Dini (IMD). IMD penting dilakukan
karena pada ASI yang pertama kali keluar mengandung kolostrum dengan
kandungan antibody immunoglobulin A yang mampu memberi kekebalan
kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit terutama penyakit infeksi.
Selama 2015, bayi berusia 0-6 bulan berjumlah 26 jiwa, namun yang
mendapatkan ASI ekslusif hanya 11 jiwa atau 42,31%.

38
BAB V: SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam


penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Gambaran mengenai situasi sumber
daya kesehatan dikelompokkan dalam sajian data dan informasi mengenai sarana
kesehatan dan tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan manajemen
kesehatan.
A. Sarana Kesehatan
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat didukung
oleh adanya sarana dan prasarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Selain sarana dan prasarana kesehatan juga ketersediaan
obat dan peralatan juga harus tersedia sesuai kebutuhan masyarakat. Berikut ini
akan diuraikan mengenai sarana kesehatan diantaranya sarana distribusi sediaan
farmasi dan alat kesehatan, Rumh Sakit, Puskesmas dan sarana upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM).
1. Sarana Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Salah satu indikator penting untuk menggambarkan ketersediaan sarana
pelayanan kesehatan adalah jumlah sarana produksi dan distribusi sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Data berhasil dikumpulkan selama tahun 2015
dari Apotek Puskesmas. Ketersediaan obat dan Bahan Habis Pakai untuk
pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya sebanyak 343
item. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran Tabel 66 dan Tabel
67.
2. Puskesmas dan Jaringannya
Selama 2015, jumlah Puskesmas di Kecamatan Ndao Nuse adalah 1 unit.
Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan
dapat melayani sasaran penduduk rata-rata 30.000 penduduk. Dengan
begitu, 1 Puskesmas di Kecamatan Ndao Nuse melayani sebanyak 3.772
jiwa. Ini menunjukkan bahwa jumlah Puskesmas yang ada sudah melebihi
rasio standar. Namun jika dilihat dari topografi dan kondisi geografis di
Kecamatan Ndao Nuse, peningkatan jumlah sarana dan prasarana seperti
Pustu (Puskesmas Pembantu) merupakan hal yang wajib. Saat ini Pustu
yang ada di Kecamatan Ndao Nuse hanya ada 1 unit, yakni di Desa Nuse.
3. Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM)
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan
sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Pos Pelayanan Terpadu
(Posyandu), Pos Bersalin Desa (Polindes), Pos Kesehatan Desa
(Poskesdes), Pos Obat Desa (POD), Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos
UKK), Tanaman Obat Keluarga (TOGA) dan Desa Siaga.
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh
masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas
yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi,

39
imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya
Posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu Posyandu strata pratama,
Posyandu strata madya, Posyandu strata purnama dan Posyandu strata
mandiri. Jumlah Posyandu di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015
sebanyak 10 unit dengan Posyandu Pratama sebanyak 1 unit di Desa Nuse,
dan Posyandu Madya sebanyak 9 unit (2 di Desa Mbali, 3 di Desa Ndao
Nuse, 2 di Desa Anarae, dan 2 di Desa Mbiu Lombo).
UKBM lain yang ada di Kecamatan Ndao Nuse adalah Pos Lanjut Usia
(Pos Lansia) yang terdiri atas 5 unit. Diharapkan di masa depan, semakin
banyak UKBM yang dapat berdiri di Kecamatan Ndao Nuse.

B. Tenaga Kesehatan
Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan bahwa
yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka
tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik dan
tenaga keteknisian medis. Menurut Permenkes 75 tahun 2015, jumlah tenaga
kesehatan yang seharusnya untuk Puskesmas Daerah Terpencil, Perbatasan, dan
Kepulauan seperti Puskesmas Ndao adalah 27 orang.
Sedangkan data riil tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Ndao terdiri atas 1
orang dokter (Tim Nusantara Sehat), 1 apoteker (Tim Nusantara Sehat), 1 asisten
apoteker (PNS), 6 perawat (2 PNS, 2 tenaga kontrak, 1 tenaga magang), 2 tenaga
kesehatan masyarakat (1 Tim Nusantara, 1 PNS), 1 tenaga gizi (Tim Nusantara
Sehat), 1 analis laboratorium (Tim Nusantara Sehat), 4 bidan (2 PNS, 1 Tim
Nusantara Sehat, 1 tenaga kontrak), 2 tenaga Kesling (1 PNS, 1 Tim Nusantara
Sehat), 1 tenaga administrasi (tenaga kontrak), dan 4 pekarya (1 PNS, 3 Tenaga
Kontrak), sehingga total semuanya adalah 24 orang. Jumlah ini masih belum
memenuhi syarat Permenkes No. 75 Tahun 2015.

40
Gambar 12 Jumlah SDM Kesehatan Menurut Kategori PNS dan Total
Di Puskesmas Ndao Tahun 2015
8 7
7
6
5 4 4
4
3 2 2 2 2
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 - - - - - -
-

PNS TOTAL

Sumber: Puskesmas Ndao, 2015

C. Manajemen Kesehatan
a. Dokumen Sistem Kesehatan
Sampai dengan saat ini Puskesmas Ndao menggunakan sistem dokumentasi daerah
Kabupaten Rote Ndao berupa SIKDA (Sistem Informasi Kesehatan Daerah) dan
Non-SIKDA yang berjumlah 66 laporan yaitu Seksi KIA berjumlah 8 laporan, Seksi
KESPRO 5 laporan, seksi Gizi 4 laporan, seksi P2M 14 laporan, Seksi pencegahan
(imunisasi) 8 laporan, Seksi surveilans 5 laporan, seksi kesling 7 laporan, seksi
farmasi 9 laporan, dan seksi Yanmed dasar dan rujukkan 12 lapran. Laporan-laporan
ini dikirim rutin setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan.

b. Contingency Plan Untuk Mengatasi Masalah Kesehatan Akibat Bencana


Di Kecamatan Ndao Nuse pada tahun 2015 belum tersedia dokumen Contingency
Plan.

c. Profil Kesehatan Kabupaten


Sejak 2012, Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao telah mewajibkan pada setiap
Puskesmas untuk membuat Profil Kesehatan. Namun Puskesmas Ndao baru dapat
melaksanakannya di tahun 2015. Diharapkan di masa depan, pembuatan profil
kesehatan di Puskesmas Ndao dapat terus dilangsungkan.

41
BAB VI: PENUTUP

Berdasarkan data dan informasi hasil pembangunan kesehatan di Kecamatan Ndao


Nuse tahun 2015 yang dilaporkan, dapat disimpulkan bahwa indikator kesehatan
masyarakat di Kecamatan Ndao Nuse adalah:
1. Tidak ada Angka Kematian Ibu
2. Angka Kematian Bayi dilaporkan sebesar 0 per 1000 kelahiran hidup
3. Angka Kematian Balita dilaporkan sebesar 44,44 per 1000 kelahiran hidup
4. AFP Rate (non polio) < 15 th dilaporkan sebesar 0 untuk penduduk umur < 15
tahun
5. CNR kasus baru TB BTA + dilaporkan sebesar 26,51 per 100.000 penduduk
6. Persentase TB BTA + terhadap suspek dilaporkan sebesar 14.285 per 100.000
penduduk
7. Success Rate TB Paru 0 %
8. Angka kesembuhan TBC dilaporkan sebesar 0%
9. Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani dilaporkan sebesar 2,65%
10. Insidence Rate DBD dilaporkan sebesar 0.
11. Kasus baru HIV positif dilaporkan 0.
12. Persentase balita BGM dilaporkan sebesar 3,23%
Dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat di Kecamatan Ndao Nuse,
sudah dilakukan upaya-upaya kesehatan, yang hasilnya sebagai berikut:
1. Persentase cakupan kunjungan Ibu hamil K1: 49,25%, K4 : 34,58%,
2. Persentase cakupan persalinan ditolong tenaga kesehatan : 97,78%
3. Persentase cakupan KB aktif sebesar 70,22%
4. Persentase cakupan desa UCI sebesar 0%
5. Jumlah bayi yang mendapat imunisasi campak sebanyak 38 orang.
6. Persentase Ibu Hamil mendapat Tablet Fe3 : 49,25%
7. Tidak ada desa yang terkena KLB.
8. Cakupan rawat jalan sebesar 143,94% dan rawat inap sebesar 1,83%
9. Persentase Rumah Tangga ber PHBS sebesar 19,01%.
Dari data-data tersebut dapat disimpulkan bahwa taraf kesehatan masyarakat di
Kecamatan Ndao Nuse masih jauh dari harapan seperti masih tingginya angka kematian
balita, rendahnya cakupan K1, K4, pemberian tablet Fe3, dan belum ada desa UCI, serta
persentase Rumah Tangga ber-PHBS yang juga masih rendah.
Sulit untuk membuat perbandingan taraf kesehatan Kecamatan Ndao Nuse di tahun 2015
dengan di tahun-tahun sebelumnya karena di tahun-tahun yang lalu, profil kesehatan
Kecamatan Ndao Nuse tidak pernah diterbitkan. Diharapkan semua indikator yang masih
di bawah standar dapat diperbaiki di masa depan. Demikianlah penyajan Profil Kesehatan
Kecamatan Ndao Nuse Tahun 2015, semoga dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

42
DAFTAR PUSTAKA

Kab. Rote Ndao, BPS. Kecamatan Ndao Nuse Dalam Angka 2014: Ba’a

RI, Pusdatin Kemenkes 2013. Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan


Kabupaten/Kota: Jakarta

43

Anda mungkin juga menyukai