Anda di halaman 1dari 14

I.

PENDAHULUAN

Bimbingan belajar merupakan bagian integral dalam proses pendidikan secara


keseluruhan. Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki tujuan khusus, yaitu
membantu individu mengembangkan dirinya secara optimal sehingga ia dapat menemukan
dirinya dan dapat mengadakan pilihan keputusan dan penyesuaian diri secara efektif.
Oleh sebab itu bimbingan belajar wajib dilaksanakan bagi setiap sekolah dalam upaya
mencapai keberhasilan belajar siswa secara keseluruhan. Dalam kenyataannya, pada saat
siswa melakukan kegiatan belajar sebagai bagian proses pembelajaran banyak timbul
permasalahan.

Bimbingan karier merupakan salah satu aspek bimbingan perkembangan, sehingga


sangat diperlukan sepanjang perkembangan anak, lebih baik jika bimbingan itu diberikan ke
anak sejak rnasa kanak-kanak bahkan sebelum masuk sekolah, yang diteruskan di masa
sekolah dasar, di sekolah lanjutan dan di perguruan tinggi, bahkan mungkin masih diperlukan
sewaktu seseorang sudah memasuki dunia kerja, dengan harapan bahwa dengan bimbingan
yang diberikan akan membantu dalam penyesuaian diri dengan sifat dan situasi kerja.

Kehidupan perkawinan dapat disebut menyatukan dua keunikan. Perbedaan watak,


karakter, selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan isteri) disatukan dalam rumah
tangga, hidup bersama dalam waktu yang lama. Ada pasangan yang cepat menyatu, ada yang
lama baru bisa menyatu, ada yang kadang menyatu kadang-kadang bertikai, ada yang selalu
bertikai tetapi mereka tak sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga
anaknya banyak, tetapi di luar itu mereka selalu bertikai. Kehidupan berumah tangga ada
yang berjalan mulus, lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus tiba-tiba
dilanda badai, ada yang selalu menghadapi ombak dan badai tetapi selalu bisa
menyelamatkan diri.

1
II. PEMBAHASAN
A. Bimbingan Pembelajaran

Kesulitan belajar dapat dialami oleh setiap orang dengan bakat dan intelegensi rendah,
normal, dan tinggi, atau disebabkan oleh faktor internal (bakat, intelegensi, afektif) dan
eksternal (lingkungan, desain, instruksional pembelajaran). Kesulitan belajar dapat di
deteksi dengan berbagai instrument (studi dokumentasi hasil belajar angket, lembar
observasi, catatan hasil bimbingan konseling, surat). Mengatasi kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara mengindentifikasi penyebab, merancang kegiatan bantuan, dan
menilai hasil bantuan. Tindakan nyata adalah berupa pemberian perhatian, motivasi,
mengikutsertakan dalam kegiatan kelompok, pemberian pengayaan, membuat desain
sintruksional yang bersifat antisipatif.1

Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting
diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang
dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya
intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap :

a) Pengenalan siswa yang mengalami masalah belajar


b) Pengungkapan sebab-sebab timbulnya masalah belajar, dan,
c) Pemberian bantuan pengetahuan masalah belajar2

Al-Ghazali menerapkan bimbingan dan konseling komprehensif (comprehensive


guidance and counseling) sebagai suatu layanan yang didasarkan kepada upaya pencapain
tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan penyelasaian masalah konseli. Standar
yang ditetapkannya adalah sunnah Rasulullah SAW, tanpa itu maka dimensi spritualnya
tidak akan tercapai dengan sempurna. Ia menekankan pada tujuan pembelajaran dalam
islam, yakni : menghidupkan syariat/ajaran Nabi Muhammad SAW, mendidik akhlak al-
karimah, menaklukkan nafsu.3

1
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam dan Kesehatan Mental, (Bandung : Ciptapustaka Media Perintis, 2011),
h. 180.
2
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 1999), h. 279.
3
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h. 181.

2
Jika dianalisa pandangan al-Ghazali tentang bimbingan belajar, maka akan kelihatan
melalui proses berikut ini :4

- Pertama, indentifikasi Kasus, sebagai langkah awal dalam mengelompokkan


peserta didik yang diklasifikasi memerlukan layanan bantuan. Hal penting yang
dilakukan adalah membangun hubungan yang baik dan akrab dalam interaksi
guru-murid. Sebagaimana diketahui bahwa interaksi yang baik antar manusia
menjadi syarat mutlak untuk mencapai perkembangan jiwa yang sehat.
- Kedua, indentifikasi masalah, sebagai upaya memahami jenis dan karakteristik
masalah peserta didik yang dirasakan sebagai kesulitan belajar, baik berupa aspek
substansial-material, struktural-fungsional, behavioral, maupun kepribadian.
- Ketiga, diagnosis, upaya untuk mengetahui latar belakang dan faktor terjadinya
kesulitan belajar. Mungkin karena faktor pola respon intrinsik atau ekstrinsik yang
salah sesuai (disebut ilmu mujarrad ). Dari segi intrinsik terbangun persepsi yang
salah dengan membanggakan status peserta didik berkemampuan rendah (low
achiever) yang tidak berkolerasi antara ilmu dengan kehidupan sehari-hari, dari
ilmunya tidak bermanfaat bagi siapa pun.
- Keempat, prognosis, upaya menentukan kemungkinan mengatasi kesulitan belajar
dengan menemukan alternative penyelesaiannya. Dalam hal ini, yang perlu
diyakini adalah bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
- Kelima, penyembuhan (treatment), merupakan upaya pelaksanaan perbaikan atau
penyembuhan masalah/kesulitan belajar yang diambil dalam langkah prognosis.
- Keenam, evaluasi dan tindak lanjut, adalah upaya untuk melihat tingkat pengaruh
tindakan bantuan penyembuhan (treatment) yang telah dilakukan dalam
penyelesaian masalah/kesulitan belajar yang dialami peserta didik tersebut, dan
sekaligus menentukan langkah-langkah lanjutan yang harus dilakukan secara
berkesinambungan demi mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajarnya.

4
Ibid, h.181-183.

3
B. Pendidikan dan Pekerjaan (Karir)

Berdasarkan penilaian yang jujur dan obyektif terlihat dengan jelas bahwa sampai saat
ini belum ada keterkaitan antara upaya pendidikan yang dilakukan dengan lapangan kerja
yang tersedia di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak jarang kelihatan para peserta
didik yang memasuki lembaga pendidikan tanpa disertai dengan konsep yang jelas
tentang keterkaitan lembaga pendidikan yang dimasukinya itu dengan lapangan kerja
yang ditemuinya kelak di tengah-tengah masyarakatnya. Keadaan ini bedampak, bahwa
peserta didik akan banyak yang menganggur atau akan memasuki lapangan kerja yang
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Pada sisi lain, akan ada penilaian
(terutama oleh pemilik lapangan kerja) bahwa produk lembaga pendidikan tersebut
“belum siap pakai”.

Bimbingan dan konseling yang fungsional diharapkan akan membantu dunia


pendidikan dalam mempersiapkan tenaga terdidik dan terampil sesuai dengan bakat
minat dan analisis dunia kerja. Selain itu, juga akan menjadi lembaga penghubung antara
dunia pendidikan dan dunia kerja.

Dalam kehidupan sosial terdapat beberapa alternatif jabatan atau karir yang salah satu
di antaranya akan dipilih untuk ditekuni dan dikuasai. Orang mudapun harus mampu
mengambil keputusan dalam hal memegang suatu jabatan, berdasarkan pemahaman
terhadap diri sendiridan situasi hidupnya yang berpedoman kepada pengolahan informasi
yang relevan tentang lingkungan hidupnya.5

Menurut Winkel, kemampuan mengolah diri harus dipupuk melalui usaha


perkembangan karir, agar semakin paham akan dirinya sendiri, lingkungan hidupnya serta
proses pengambil keputusan dan semakinmantap mempersiapkan diri dalam pengetahuan,
keterampilan, sikap serta nilai yang semuanya diperlukan dlam menekuni karir.
Seandainya orang dewasa menghayati pekerjaannya sebagai hal yang serba
membosankan dan sebagai hal yang serba membosankan dan sebagai perjuangan hanya
untuk bertahan diri, dia akan cenderung menggeser pekerjaannya ke posisi paling bawah

5
Abu Bakar M.Luddin, Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (Bandung :
Ciptapustaka Media Perintis, 2009), h. 116.

4
pada skala yang bermakna dalam hidupnya dan mencari kepuasaan dalam berbagai
aktivitas lain di luar lingkungan hidupnya.6

Karier merupakan sekuensi okupasi-okupasi dimana seseorang ikut serta didalamnya,


beberapa orang mungkin tetap dalam okupasi yang sama sepanjang tahap-tahap
kehidupannya, sedang yang lainnya mungkin memiliki rangkain aokupasi-okupasi yang
begitu berbeda.7

Karier adalah sebagai suatu rangkain pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan


kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja.8 Karier juga terkait dengan
pengambilan keputusan kerja, proses developmental dan pengambilan keputusan
menyangkut pekerjaan itu suatu proses yang panjang serta pekerjaan itu sendiri
berkembang.

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa karier sebagai suatu rangkaian
pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan
pengambil keputusan menyangkut pekekerjaan atau melanjutkan pendidikan yang
merupakan proses panjang.

Dalam hal pekerjaan dan karier, Islam memandang bahwa memiliki pekerjaan dan
karier merupakan salah satu perwujudan kewajiban bagi setiap umat Islam 9, seperti
terkandung isyaratnya pada surah al-Qasas ayat 28 :

َ‫َح َج ٖۖج ََفَإ ِ ۡن‬


ِ ‫ي‬ََ ِ‫ى َأَنَت َ ۡأ ُج ََرنِيَث َ َٰ َمن‬ ََ َ ‫ل َإِنِ ٓي َأ ُ ِريدَُأ َ ۡن َأُن ِك َح َك َإِ ۡحدَىَ ۡٱبنَتَيَ َ َٰ َهت ََۡي ِن‬
َٓ َٰ َ‫عل‬ ََ ‫قَا‬

ََٰ َ َ‫ٱّللَُ ِمن‬


َََ‫ٱلص ِل ِحين‬ َ َ‫شا ٓ َء‬ ََ َ‫علََۡي َۚ َك‬
َ َ‫ست َ ِجدُنِ ٓيََإِن‬ ُ َ ‫َو َمآَأ ُ ِريدَُأ َ ۡنَأ‬
ََ َ‫شق‬ َ ٖۖ ‫تَ َع ۡش ٗراَفَ ِم ۡنَ ِعند‬
َ ‫ِك‬ َ ۡ‫أ َ ۡت َمم‬

َ َ٢٧

6
Ibid, h. 117
7
Mohammad Thayeb Manrinhu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.
17
8
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 17
9
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h. 186.

5
Artinya “ Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu

dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku

delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari

kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku

termasuk orang-orang yang baik" (Al-Qasas :28)

Dalam hal ini Islam nenegaskan bahwa menjadikan bekerja adalah sebagai hak dan

kewajiban individu. Rasulullah memotivasi umatnya untuk bekerja sebaik-baiknya, dan

menganjurkan kepada para majikan untuk berlaku adil dalam menentukan gaji pekerjaanya

dan membayarkan dengan tepat waktu. Pengaturan pendapatan dari hasil bekerja didasarkan

pada kegiatan bekerja yang maksimum. Sebagai kewajiban manusia, maka pekerjaan

dijadikan sebgai sarana untuk memperoleh rezeki (yang halal dan baik) demi mewujudkan

penghidupan yang layak. Justru itu, Islam memotivasi manusia untuk menugaskan akal dan

fisiknya dalam bekerja bersungguh-sungguh. Dengan akalnya manusia diminta untuk berfikir

positif dan mengendalikan hawa nafsunya. Akal yang sehat dan pikiran yang positif harus

dijadikan pedoman kehidupan dalam upaya mencapai tujuan hidup dan menegakkan

kebenaran serta memerangi kebatilan. Misi kebenaran adalah misi kebaikan, misi kerja sama

berbagi rasa, dan misi kasih sayang sesama manusia. Dengan melaksanakan inilah manusia

menuju pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat di bawah naungan ridha dan

kasih sayang Allah SWT.10

C. Layanan Nasihat Perkawinan

Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban berat bagi

seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang wanita dari kedua orangtuanya untuk

hidup bersamanya dalam sebuah bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin olehnya.

10
Ibid, h. 188.

6
Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang mendambakan sebuah perkawinan yang disinari

oleh cahaya ketentraman, dan cahaya kebahagiaan. Segala upaya dan doa dilakukan dan

dimohonkan demi tercapainya cita-cita tersebut. Namun, tidak pula dapat disangkal bahwa

harapan itu tidak selamanya dapat terwujud sebagaimana diharapkan. Kenyataan

menunjukkan banyak bangunan perkawinan yang runtuh dalam waktu yang singkat. Ada

pasangan yang harus berpisah, ada pula yang terus bertahan, tetapi senantiasa di bumbui oleh

pertengkaran yang meresahkan, sehingga rumah tangga kehilangan sinar kebahagiaanya.

Rumah tangga telah berubah dari syurga menjadi neraka bagi pasangan suami istri dan

anggota keluarganya.

Konseling Islami dirumuskan sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar

menyadari individu agar menyadari individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk

Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai

kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.11

Dengan berlandaskan rumusan konseling islam di atas, maka konseling keluarga islami

dapat dirumuskan sebagai berikut: konseling keluarga/pernikahan Islami adalah proses

pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan

berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat

mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Problem di seputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga biasanya berada di sekitar:

1. Ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.

Masalah dalam keluarga merupakan aspek kehidupan yang pasti ada. Masalah
yang sering muncul ialah ekonomi. Ekonomi merupakan masalah yang bisa berujung
pada masalah yang lebih besar, misalnya perceraian, bunuh diri(seperti kasus bunuh
diri ibu dan anak karena tidak mampu membiayai kehidupan anak-anaknya).

11
Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Jogyakarta : UII Press, 1992), h.70.

7
Permasalahan ekonomi dapat terjadi di setiap unit masyarakat mulai dari keluarga
sampai negara.

Masalah ekonomi lebih sering muncul karena ketidakmampuan keluarga


tersebut dalam mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Masalah ekonomi bisa membawa dampak positif maupun dampak negative bagi
anggota keluarga tersebut. Banyak orang yang tidak tahan berada dalam himpitan
ekonomi dan memutuskan untuk mencari jalan pintas.

Tingkat kejahatan yang semakin tinggi salah satunya disebabkan oleh adanya
tuntutan ekonomi dalam sebuah rumah tangga. Tidak semua orang akan memilih jalan
pintas dengan melakukan kejahatan. Banyak orang yang justru terpacu untuk bekerja
lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ajaran agama sangatlah
berperan dalam hal ini untuk menuntun mereka agar bias sabar menghadapi
permasalahan yang ada dan tidak serta merta menempuh jalan kejahatan yang hanya
akan merugikan semua orang termasuk diri mereka sendiri.

2. Perbedaan watak dan perbedaan kepribadian yang terlalu tajam


Sikap egoisme masing-masing suami istri merupakan penyebab pula
terjadinya konflik rumah tangga yang berujung pada pertengkaran yang terus
menerus. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang mementingkan dirinya
sendiri.
3. Masalah kesibukan.
Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di
kota - kota. Kesibukan terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang, karena
falsafah hidup mereka mengatakan uang adalah harga diri dan waktu adalah uang.
Jika telah kaya berarti suatu keberhasilan, suatu kesuksesan. Tetapi bila tidak mampu,
jangan stres, jangan bertengkar dan jangan bercerai. Berusahalah sabar dan selalu
usaha , mungkin nantinya akan berhasil.
4. Masalah perselingkuhan.
Sering kita baca di surat kabar bahwa sesuatu masalah yang rumit untuk dikaji
adalah masalah perselingkuhan yang dilakukan suami atau istri. Ada beberapa faktor
penyebab terjadinya perselingkuhan. Pertama, hubungan suami isteri yang sudah
hilang kemesraan dan cinta kasih. Hal ini berhubungan dengan ketidakpuasan seks,
istri kurang berdandan dirumah kecuali jika pergi undagan atau pesta, cemburu baik

8
secara pribadi maupun hasutan pihak ketiga; kedua, tekanan pihak ketiga seperti
mertua dan lain-lain (anggota keluarga lain) dalam hal ekonomi; dan terakhir, adanya
kesibukan masing-masing, sehingga kehidupan kantor lebih nyaman dari kehidupan
keluarga.12
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perselingkuhan.
a. Hubungan suami istri yang sudah hilang kemesraan dan cinta kasih. Hal ini
berhubungan dengan ketidakpuasan seks, istri kurang berdandan di rumah kecuali
jika pergi ke undangan atau pesta, cemburu baik secara pribadi maupun atas
hasutan pihak ketiga;
b. Tekanan pihak ketiga seperti mertua dan lain-lain (anggota keluarga lain) dalam
hal ekonomi; dan terakhir, adanya kesibukan masing-masing, sehingga kehidupan
kantor lebih nyaman dari kehidupan keluarga.
5. Masalah pendidikan.
Pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya masalah di dalam keluarga.
Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri, maka wawasan tentang kehidupan
keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga. Akibatnya
selalu terjadi pertengkaran yang mungkin menyebabkan perceraian. Jika pendidika
agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan di bidang pendidikan akan
teratasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga
pertengkaran dapat dihindari.
6. Kejenuhan Rutinitas.
Baik suami maupun istri lelah dengan setumpuk peran, sudah saatnya
melepaskanKejenuhan tersebut. Tinggalkan sebentar kehidupan rutin dan bersenang-
senanglah sendirian, waktu untuk diri sendiri. Kerepotan mengatur rumah tangga,
mengasuh anak-anak berusia balita, ditambah kesibukan kerja membuat seseorang
merasa lelah dan jenuh. Harus ada semacam penyaluran yang sehat agar perasaan ini
tidak menjadi penghalang dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
7. Jauh dari agama.
Segala sesuatukeburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari
agama yaitu dinul Islam. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dan mencegah
berbuat munkar dan keji.Keluarga muslim sebaiknya suka beribadah dimana anak-

12
Willis, Konseling Keluarga, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.18.

9
anaknya dididik akan tiga hal yaitu, salat yang benar, artinya bacaan quran betul atau
tartil yaitu betul tajwid dan mahrajnya. Mampu membaca al -Quran dengan baik,
berakhlak mulia. Jika tiga hal dikuasai oleh anak , maka insya Allah anak tersebut
akan menjadi anak yang saleh yang mendoakan kedua orang tuanya baik ketika masih
hidup ataupun sudah meninggal dunia.13

Dari berbagai problema kerumah tanggan seperti tersebut di atas, maka tujuan konseling

perkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar,

bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan.

Oleh karena itu maka konseling perkawinan berisi dorongan untuk menghayati kembali

prinsip-prinsip, dasar, hikmah dan tujuan dan tuntutan hidup berumah tangga menurut ajaran

Islam. Konseling diberikan agar suami/isteri menyadari kembali posisi masing-masing dalam

berkeluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya

untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Jadi tujuan konseling perkawinan Islami

dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan

dengan pernikahannya antara lain dengan jalan :

a. Membantu individu memahami hakikat pernikahan menurut Islam.

b. Membantu individu memahami tujuan pernikahan menurut Islam.

c. Membantu individu memhami persyaratan-persyaratan pernikahan

menurut Islam.

d. Membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan

pernikahan.

e. Membantu individu melaksanakan pernikahan sesuai dengan ketentuan

(syariat) Islam.14

13
Ibid, h. 19.
14
Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, h. 71

10
2. Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan

dengan kehidupan rumah tangganya antara lain dengan :

a. Membantu individu memahami hakikat kehidupan berkeluarga (berumah

tangga) menurut Islam.

b. Membantu individu memahami tujuan hidup berkeluarga menurut islam.

c. Membantu individu memahami cara-cara membina kehidupan

berkeluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah menurut ajaran Islam.

d. Membantu individu memahami, melaksanakan pembinaan kehidupan

berumah tangga sesuai dengan ajaran Islam.

3. Membantu individu memecahkan masalah-maslah yang berkaitan dengan

pernikahan dan kehidupan rumah tangga, antara lain dengan jalan :

a. Membantu individu memahami problem yang dihadpinya.

b. Memabantu individu memahami kondisi dirinya dan keluarga serta

lingkungannya.

c. Membantu individu memahami dan menghayati cara-cara mengatasi

masalah pernikahan dan rumah tangga menurut ajaran islam.

d. Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang

dihadapinya sesuai dengan ajaran Islam.

4. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga

agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik,yakni dengan cara :

a. Memlihara situasi dan kondisi pernikahan dan berumah tangga yang

semula pernah terkena problem dan telah teratasi agar tidak terjadi

permasalahan kembali.

11
b. Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga

menjadi lebih baik (sakinah, mawaddah, wa rahmah).15

Pemberian nasihat atau petunjuk terhadap calon pasangan suami isteri pada saat
mempersiapkan diri untuk melangsungkan perkawinan, atau terhadap pasangan suami isteri
yang sedang mengayuh bahtera rumah tangga, merupakan bukti betapa konseling Islami
benar-benar dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan perkawinan dan kehidupan berumah
tangga umat manusia.16

15
Ibid, h. 72
16
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h.197

12
III. KESIMPULAN

Bimbingan belajar merupakan suatu cara untuk menghadapi peserta didik yang
mempunyai kekurangan dalam memahami materi dan dengan bimbingan belajar dapat
menghasilkan sisi positif kepada anak dalam belajarnya, sehingga dalam mengadakan
bimbingan yang memberikan bimbingan guru dan pembimbinga sekolah seharusnya dengan
rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam melaksanakan bimbingan belajar kepada
peserta didik dan selain dari pada itu harus sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah, dan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah harus memadai dan mencukupi
untuk mengadakan bimbingan belajar tersebut.

Bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk
memilih, menyiapkan diri, mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai
dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara
optimal sehingga dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif dan
memberi kepuasan dan kelayakan.

Makna yang terkandung dalam perkawinan itu adalah adanya ikatan lahir batin antara
individu yang dinamakan pria (lelaki) dan individu yang dinamakan wanita sebagai suami
istri. Jelas bahwa ikatan dalam perkawinan itu seorang pria dengan seorang wanita menjadi
suami istri dengan melalui lembaga perkawianan. Konseling perkawinan pada awalnya
dilaksanakan bukan karena inisiatif kalangan profesional, tetapi kebutuhan dan permintaan
pasangan. Mereka memiliki sejumlah masalah sehubungan dengan perkawinan mereka dan
berkeinginan untuk mengkonsultasikan masalahnya ke konselor.

13
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, SA. 2011. Konseling Islam dan Kesehatan Mental. Bandung : Ciptapustaka Media
Perintis
M.Luddin, Abu Bakar. 2009. Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan dan
Konseling, Bandung : Ciptapustaka Media Perintis
Prayitno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Rineka
Cipta
Manrinhu, MT. 2002 Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi , DK. 2003, Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia
Musnamar.1992. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,Jogyakarta : UII
Press
Willis. 2011 Konseling Keluarga, Bandung : Alfabeta

14

Anda mungkin juga menyukai