PENDAHULUAN
1
II. PEMBAHASAN
A. Bimbingan Pembelajaran
Kesulitan belajar dapat dialami oleh setiap orang dengan bakat dan intelegensi rendah,
normal, dan tinggi, atau disebabkan oleh faktor internal (bakat, intelegensi, afektif) dan
eksternal (lingkungan, desain, instruksional pembelajaran). Kesulitan belajar dapat di
deteksi dengan berbagai instrument (studi dokumentasi hasil belajar angket, lembar
observasi, catatan hasil bimbingan konseling, surat). Mengatasi kesulitan belajar dapat
dilakukan dengan cara mengindentifikasi penyebab, merancang kegiatan bantuan, dan
menilai hasil bantuan. Tindakan nyata adalah berupa pemberian perhatian, motivasi,
mengikutsertakan dalam kegiatan kelompok, pemberian pengayaan, membuat desain
sintruksional yang bersifat antisipatif.1
Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang penting
diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang
dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya
intelegensi. Sering kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai. Layanan bimbingan belajar dilaksanakan melalui tahap-tahap :
1
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islam dan Kesehatan Mental, (Bandung : Ciptapustaka Media Perintis, 2011),
h. 180.
2
Prayitno dan Erman Anti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 1999), h. 279.
3
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h. 181.
2
Jika dianalisa pandangan al-Ghazali tentang bimbingan belajar, maka akan kelihatan
melalui proses berikut ini :4
4
Ibid, h.181-183.
3
B. Pendidikan dan Pekerjaan (Karir)
Berdasarkan penilaian yang jujur dan obyektif terlihat dengan jelas bahwa sampai saat
ini belum ada keterkaitan antara upaya pendidikan yang dilakukan dengan lapangan kerja
yang tersedia di tengah-tengah masyarakat, sehingga tidak jarang kelihatan para peserta
didik yang memasuki lembaga pendidikan tanpa disertai dengan konsep yang jelas
tentang keterkaitan lembaga pendidikan yang dimasukinya itu dengan lapangan kerja
yang ditemuinya kelak di tengah-tengah masyarakatnya. Keadaan ini bedampak, bahwa
peserta didik akan banyak yang menganggur atau akan memasuki lapangan kerja yang
tidak sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Pada sisi lain, akan ada penilaian
(terutama oleh pemilik lapangan kerja) bahwa produk lembaga pendidikan tersebut
“belum siap pakai”.
Dalam kehidupan sosial terdapat beberapa alternatif jabatan atau karir yang salah satu
di antaranya akan dipilih untuk ditekuni dan dikuasai. Orang mudapun harus mampu
mengambil keputusan dalam hal memegang suatu jabatan, berdasarkan pemahaman
terhadap diri sendiridan situasi hidupnya yang berpedoman kepada pengolahan informasi
yang relevan tentang lingkungan hidupnya.5
5
Abu Bakar M.Luddin, Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan dan Konseling, (Bandung :
Ciptapustaka Media Perintis, 2009), h. 116.
4
pada skala yang bermakna dalam hidupnya dan mencari kepuasaan dalam berbagai
aktivitas lain di luar lingkungan hidupnya.6
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa karier sebagai suatu rangkaian
pekerjaan, jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja dan
pengambil keputusan menyangkut pekekerjaan atau melanjutkan pendidikan yang
merupakan proses panjang.
Dalam hal pekerjaan dan karier, Islam memandang bahwa memiliki pekerjaan dan
karier merupakan salah satu perwujudan kewajiban bagi setiap umat Islam 9, seperti
terkandung isyaratnya pada surah al-Qasas ayat 28 :
َ َ٢٧
6
Ibid, h. 117
7
Mohammad Thayeb Manrinhu, Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), h.
17
8
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), h. 17
9
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h. 186.
5
Artinya “ Berkatalah dia (Syu´aib): "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu
dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku
delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari
kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku
Dalam hal ini Islam nenegaskan bahwa menjadikan bekerja adalah sebagai hak dan
menganjurkan kepada para majikan untuk berlaku adil dalam menentukan gaji pekerjaanya
dan membayarkan dengan tepat waktu. Pengaturan pendapatan dari hasil bekerja didasarkan
pada kegiatan bekerja yang maksimum. Sebagai kewajiban manusia, maka pekerjaan
dijadikan sebgai sarana untuk memperoleh rezeki (yang halal dan baik) demi mewujudkan
penghidupan yang layak. Justru itu, Islam memotivasi manusia untuk menugaskan akal dan
fisiknya dalam bekerja bersungguh-sungguh. Dengan akalnya manusia diminta untuk berfikir
positif dan mengendalikan hawa nafsunya. Akal yang sehat dan pikiran yang positif harus
dijadikan pedoman kehidupan dalam upaya mencapai tujuan hidup dan menegakkan
kebenaran serta memerangi kebatilan. Misi kebenaran adalah misi kebaikan, misi kerja sama
berbagi rasa, dan misi kasih sayang sesama manusia. Dengan melaksanakan inilah manusia
menuju pencapaian kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat di bawah naungan ridha dan
Pernikahan adalah suatu perjanjian yang besar, suatu pertanggungjawaban berat bagi
seorang laki-laki, yang mana dia mengambil seorang wanita dari kedua orangtuanya untuk
hidup bersamanya dalam sebuah bahtera yang bernama rumah tangga yang dipimpin olehnya.
10
Ibid, h. 188.
6
Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang mendambakan sebuah perkawinan yang disinari
oleh cahaya ketentraman, dan cahaya kebahagiaan. Segala upaya dan doa dilakukan dan
dimohonkan demi tercapainya cita-cita tersebut. Namun, tidak pula dapat disangkal bahwa
menunjukkan banyak bangunan perkawinan yang runtuh dalam waktu yang singkat. Ada
pasangan yang harus berpisah, ada pula yang terus bertahan, tetapi senantiasa di bumbui oleh
Rumah tangga telah berubah dari syurga menjadi neraka bagi pasangan suami istri dan
anggota keluarganya.
Konseling Islami dirumuskan sebagai proses pemberian bantuan terhadap individu agar
menyadari individu agar menyadari individu agar menyadari eksistensinya sebagai makhluk
Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan Allah, sehingga dapat mencapai
Dengan berlandaskan rumusan konseling islam di atas, maka konseling keluarga islami
pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan
berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
Masalah dalam keluarga merupakan aspek kehidupan yang pasti ada. Masalah
yang sering muncul ialah ekonomi. Ekonomi merupakan masalah yang bisa berujung
pada masalah yang lebih besar, misalnya perceraian, bunuh diri(seperti kasus bunuh
diri ibu dan anak karena tidak mampu membiayai kehidupan anak-anaknya).
11
Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Jogyakarta : UII Press, 1992), h.70.
7
Permasalahan ekonomi dapat terjadi di setiap unit masyarakat mulai dari keluarga
sampai negara.
Tingkat kejahatan yang semakin tinggi salah satunya disebabkan oleh adanya
tuntutan ekonomi dalam sebuah rumah tangga. Tidak semua orang akan memilih jalan
pintas dengan melakukan kejahatan. Banyak orang yang justru terpacu untuk bekerja
lebih giat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Ajaran agama sangatlah
berperan dalam hal ini untuk menuntun mereka agar bias sabar menghadapi
permasalahan yang ada dan tidak serta merta menempuh jalan kejahatan yang hanya
akan merugikan semua orang termasuk diri mereka sendiri.
8
secara pribadi maupun hasutan pihak ketiga; kedua, tekanan pihak ketiga seperti
mertua dan lain-lain (anggota keluarga lain) dalam hal ekonomi; dan terakhir, adanya
kesibukan masing-masing, sehingga kehidupan kantor lebih nyaman dari kehidupan
keluarga.12
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya perselingkuhan.
a. Hubungan suami istri yang sudah hilang kemesraan dan cinta kasih. Hal ini
berhubungan dengan ketidakpuasan seks, istri kurang berdandan di rumah kecuali
jika pergi ke undangan atau pesta, cemburu baik secara pribadi maupun atas
hasutan pihak ketiga;
b. Tekanan pihak ketiga seperti mertua dan lain-lain (anggota keluarga lain) dalam
hal ekonomi; dan terakhir, adanya kesibukan masing-masing, sehingga kehidupan
kantor lebih nyaman dari kehidupan keluarga.
5. Masalah pendidikan.
Pendidikan sering merupakan penyebab terjadinya masalah di dalam keluarga.
Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri, maka wawasan tentang kehidupan
keluarga dapat dipahami oleh mereka. Sebaliknya pada suami istri yang
pendidikannya rendah sering tidak dapat memahami liku-liku keluarga. Akibatnya
selalu terjadi pertengkaran yang mungkin menyebabkan perceraian. Jika pendidika
agama ada atau lumayan mungkin sekali kelemahan di bidang pendidikan akan
teratasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-masing sehingga
pertengkaran dapat dihindari.
6. Kejenuhan Rutinitas.
Baik suami maupun istri lelah dengan setumpuk peran, sudah saatnya
melepaskanKejenuhan tersebut. Tinggalkan sebentar kehidupan rutin dan bersenang-
senanglah sendirian, waktu untuk diri sendiri. Kerepotan mengatur rumah tangga,
mengasuh anak-anak berusia balita, ditambah kesibukan kerja membuat seseorang
merasa lelah dan jenuh. Harus ada semacam penyaluran yang sehat agar perasaan ini
tidak menjadi penghalang dalam menjalani rutinitas sehari-hari.
7. Jauh dari agama.
Segala sesuatukeburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari
agama yaitu dinul Islam. Islam mengajarkan agar manusia berbuat baik dan mencegah
berbuat munkar dan keji.Keluarga muslim sebaiknya suka beribadah dimana anak-
12
Willis, Konseling Keluarga, (Bandung : Alfabeta, 2011), h.18.
9
anaknya dididik akan tiga hal yaitu, salat yang benar, artinya bacaan quran betul atau
tartil yaitu betul tajwid dan mahrajnya. Mampu membaca al -Quran dengan baik,
berakhlak mulia. Jika tiga hal dikuasai oleh anak , maka insya Allah anak tersebut
akan menjadi anak yang saleh yang mendoakan kedua orang tuanya baik ketika masih
hidup ataupun sudah meninggal dunia.13
Dari berbagai problema kerumah tanggan seperti tersebut di atas, maka tujuan konseling
perkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar,
bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan.
Oleh karena itu maka konseling perkawinan berisi dorongan untuk menghayati kembali
prinsip-prinsip, dasar, hikmah dan tujuan dan tuntutan hidup berumah tangga menurut ajaran
Islam. Konseling diberikan agar suami/isteri menyadari kembali posisi masing-masing dalam
berkeluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya
untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Jadi tujuan konseling perkawinan Islami
menurut Islam.
pernikahan.
(syariat) Islam.14
13
Ibid, h. 19.
14
Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, h. 71
10
2. Membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan
lingkungannya.
4. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga
agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik,yakni dengan cara :
semula pernah terkena problem dan telah teratasi agar tidak terjadi
permasalahan kembali.
11
b. Mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga
Pemberian nasihat atau petunjuk terhadap calon pasangan suami isteri pada saat
mempersiapkan diri untuk melangsungkan perkawinan, atau terhadap pasangan suami isteri
yang sedang mengayuh bahtera rumah tangga, merupakan bukti betapa konseling Islami
benar-benar dibutuhkan kehadirannya dalam kehidupan perkawinan dan kehidupan berumah
tangga umat manusia.16
15
Ibid, h. 72
16
Saiful Akhyar Lubis, Konseling Islami dan Kesehatan Mental, h.197
12
III. KESIMPULAN
Bimbingan belajar merupakan suatu cara untuk menghadapi peserta didik yang
mempunyai kekurangan dalam memahami materi dan dengan bimbingan belajar dapat
menghasilkan sisi positif kepada anak dalam belajarnya, sehingga dalam mengadakan
bimbingan yang memberikan bimbingan guru dan pembimbinga sekolah seharusnya dengan
rasa tanggung jawab dan kesungguhan dalam melaksanakan bimbingan belajar kepada
peserta didik dan selain dari pada itu harus sesuai dengan program yang telah ditentukan oleh
pihak sekolah, dan waktu yang disediakan oleh pihak sekolah harus memadai dan mencukupi
untuk mengadakan bimbingan belajar tersebut.
Bimbingan karier adalah kegiatan birnbingan yang diberikan kepada siswa untuk
memilih, menyiapkan diri, mencari, dan menyesuaikan diri terhadap karier yang sesuai
dengan minat, bakat, dan kemampuannya sehingga dapat mengernbangkan dirinya secara
optimal sehingga dapat menemukan karier dan melaksanakan karier yang efektif dan
memberi kepuasan dan kelayakan.
Makna yang terkandung dalam perkawinan itu adalah adanya ikatan lahir batin antara
individu yang dinamakan pria (lelaki) dan individu yang dinamakan wanita sebagai suami
istri. Jelas bahwa ikatan dalam perkawinan itu seorang pria dengan seorang wanita menjadi
suami istri dengan melalui lembaga perkawianan. Konseling perkawinan pada awalnya
dilaksanakan bukan karena inisiatif kalangan profesional, tetapi kebutuhan dan permintaan
pasangan. Mereka memiliki sejumlah masalah sehubungan dengan perkawinan mereka dan
berkeinginan untuk mengkonsultasikan masalahnya ke konselor.
13
DAFTAR PUSTAKA
Lubis, SA. 2011. Konseling Islam dan Kesehatan Mental. Bandung : Ciptapustaka Media
Perintis
M.Luddin, Abu Bakar. 2009. Kinerja Kepala Sekolah Dalam Kegiatan Bimbingan dan
Konseling, Bandung : Ciptapustaka Media Perintis
Prayitno dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta :PT. Rineka
Cipta
Manrinhu, MT. 2002 Pengantar Bimbingan dan Konseling Karier, Jakarta: Bumi Aksara
Sukardi , DK. 2003, Bimbingan Karier di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia
Musnamar.1992. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami,Jogyakarta : UII
Press
Willis. 2011 Konseling Keluarga, Bandung : Alfabeta
14