Anda di halaman 1dari 2

Main Issue

Problematika Yuridis dan Teoritis


BahanKu

SMA Negeri 10 Melati Samarinda - disdik.kaltimprov.go.id


Bisnis.com, SAMARINDA—Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur memutus kontrak
pengelolaan SMA Negeri 10 Samarinda dari PT Melati Bumi Kaltim guna menyelesaikan
konflik yang tak kunjung usai.

Kepala Dinas Pendidikan Kaltim Musyahrim mengatakan pihaknya telah memutus kontrak
pengelolaan sekolah unggulan di Kaltim itu per 20 November 2014.

“Kontrak dengan PT MBK sudah kita putus. Saat ini kita akan melakukan penataan untuk
pengelolaan yang lebih baik, sehingga anak-anak dapat mengikuti proses belajar mengajar
dengan baik,” katanya, Senin (25/11/2014).

Selain itu, Pemprov Kaltim juga mencabut Keputusan Gubernur tentang Penyerahan Hak
Pakai/Penggunaan Tanah Milik/Dikuasai Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kaltim kepada
Yayasan Melati Samarinda.

Pelaksana Tugas Sekprov Kaltim Rusmadi mengungkapkan Pemprov tidak menginginkan


permasalahan tersebut terus berlanjut karena pendidikan menjadi perhatian mutlak pemerintah
daerah. Dengan dalih dan alasan apapun tidak ada satu pihak pun yang bisa menghentikan proses
belajar mengajar di sekolah.

“Keputusan Gubernur tersebut berdasarkan atas pertimbangan untuk kepentingan anak-anak kita
agar bisa mengikuti proses belajar mengajar, sekaligus menjawab harapan masyarakat terhadap
perlunya ketetapan dan ketegasan dari Pemprov terkait dengan pengelolaan SMAN 10
Samarinda,” katanya.

Rusmadi menjelaskan penyerahan tanah kepada Yayasan Melati Samarinda sesuai Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kaltim Nomor 341/1994 bersifat pinjam pakai karena masih
tercatat dalam buku invetaris kekayaan milik Pemprov Kaltim dan wajib menyerahkan kembali
tanah yang dipergunakan apabila Keputusan Gubernur tersebut dicabut.

Kemudian, sesuai Berita Acara Serah Pakai/Penggunaan tanah milik Pemprov Kaltim kepada
Yayasan Melati Samarinda, pada 3 Agustus 1994 ditegaskan, Yayasan Melati Samarinda tidak
diperkenankan membangun selain Kampus SMA Plus serta fasilitas lainnya.

Namun, dalam perkembangannya saat ini telah banyak berdiri bangunan-bangunan lain di atas
tanah tersebut selain kampus SMA Plus beserta fasilitas penunjangnya. Karena itu, telah
diterbitkan Surat Pemprov Kaltim Nomor 180/6872-Hk/2014 tanggal 20 Oktober 2014 perihal
peringatan (somasi).

“Dalam surat tersebut sangat jelas kita peringatkan kepada Yayasan Melati Samarinda agar
menghentikan pembangunan apapun diatas lahan pinjam pakai tersebut tanpa seizin Pemprov
Kaltim dan melaporkan keberadaan bangunan-bangunan lain selain SMAN 10 serta tidak
menunjuk pihak lain untuk melakukan aktivitas di atas tanah tersebut. Namun, peringatan
[somasi] tersebut ternyata tidak diindahkan oleh Yayasan Melati Samarinda,” jelasnya.

Selain itu, lanjut Rusmadi, yang terpenting adalah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 27/2014
tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah telah ditegaskan bahwa barang milik daerah
tidak diperbolehkan untuk dipinjampakaikan selain antara pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah atau antar pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, diputuskan untuk mencabut Keputusan Gubernur Kepala


Daerah Tingkat I Kaltim Nomor 341/1994 tentang Penyerahan Hak Pakai/Penggunaan Tanah
Milik/Dikuasai Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Kaltim seluas 122,545 meter persegi
Sertifikat Hak Pakai Nomor 08, terletak di Kelurahan Sei Keledang Samarinda Seberang kepada
Yayasan Melati Samarinda.

Hadir pada kesempatan itu, Asisten Kesejahteraan Rakyat Setprov Kaltim Bere Ali, Asisten
Administrasi Umum Meiliana, Kepala Biro Humas dan Protokol S Adiyat, Kepala Biro Hukum
Suroto dan Kepala Biro Perlengkapan Fathul Halim.
Tag : Kalimantan Timur, Samarinda, Sekolah
Problematika Empiris

Anda mungkin juga menyukai