PENDAHULUAN
1
kependudukan, cakupan program serta dan bentuk-bentuk kerja
sama.
Dalam upaya tersebut diperlukan data-data antara lain :
Data demografi dan data kesehatan. Data-data ini memiliki
mekanisme pengolahan yang dalam penalaran dan analisisnya
melalui PBL, pengalaman itu di peroleh dengan sempurna dan
diharapkan mampu menentukan masalah kesehatan dan
mengembangkan program kesehatan secara terpadu. Dengan
demikian PBL mempunyai peranan yang sangat penting dan
strategis sehingga perlu dilaksanakan dengan baik dan benar.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI
3
perempuan 339 orang. Jadi, jumlah KK yang tidak dapat kami
selesaikan sebanyak 100 KK karena keterbatasan waktu, pada
saat mendata keluarga tidak ada dirumah, dan ada warga yang
tidak mau didata.
4
komunikasi ke setiap penduduknya. Hal ini menggambarkan
bahwa tempat tinggal penduduk Lingkungan Lawae kurang
baik dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta
menjadi sarang nyamuk yang dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Disamping itu, masyarakat kurang sadar akan
pentingnya lingkungan hijau sehingga banyak juga
pekarangan di setiap rumah warga tidak ditanami tumbuhan
hijau ataupun sayur-sayuran.
Pencemaran udara relatif baik karena kurangnya
kendaraan yang melewati jalan serta banyak juga
pepohonan di sepanjang jalan. Akses antara Sarana
Kesehatan dan Pendidikan cukup jauh, karena di Kelurahan
Sumpang Binangae telah memiliki sarana pendidikan namun
pelayanan kesehatan di Kelurahan Sumpang Binangae
cukup jauh untuk masyarakat sekitar. Meskipun sarana
pelayanan kesehatan ada di Kelurahan tetangga, namun
jarak dari Lingkungan Lawae Kelurahan Sumpang Binangae
cukup jauh. Sedangkan transportasi umum pada malam hari
sangat kurang.
5
Selain itu, masyarakat disana tidak memperhatikan
keselamatan mereka ketika berkendara. Hal ini di lihat dari
kurangnya pengendara yang menggunakan helm ketika
mengendarai sepeda motor.
2.3.4. Hereditas
Penyakit yang disebabkan oleh faktor keturunan atau
hereditas Penduduk Lingkungan Lawae ada 6 yaitu Asam
Urat sebanyak 5 KK (2.68%) dan Diabetes sebanyak 1 KK
(0.53%) dari 186 KK yang ada.
6
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
7
Tabel 1
Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Sarapan Pagi
Lingkungan Lawae Kelurahan Sumpang Binangae
Kecamatan Barru Kabupaten Barru
Tahun 2018
No. Sarapan Pagi N %
1 Ya 164 88,2
2 Tidak 22 11,8
Total 186 100
Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan hasil pendataan di Lingkungan Lawae
Kelurahan Sumpang Binangae Kecamatan Barru Kabupaten
Barru, distribusi responden menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat sering sarapan pagi yaitu sebanyak 164
KK (88,2 %), sedangkan yang tidak sarapan pagi sebanyak
22 KK (11,8%).
Adapun Intervensi yang dilakukan yaitu intervensi fisik
dan non fisik. Intervensi fisik dan non fisik. Intervensi fisik
yang dilakukan yaitu memasang banner di SD Negeri 3
Sumpang Binangae, Sedangkan intervensi non fisik yaitu
dengan mengadakan penyuluhan tentang sarapan yang
dilaksanakan pada tanggal 29 Januari 2019 di SD Negeri 3
Sumpang Binangae.
3.2. Pembahasan
3.2.1. Intervensi POA (Kebiasaan Sarapan Pagi)
Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang
dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas, yang terdiri
dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan
8
jumlah makanan yang dimakan kurang dari 1/3 dari
makanan sehari (dinkes Jakarta, 2011)
Manusia membutuhkan sarapan karena dengan
sarapan diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang
digunakan untuk melakukan aktivitas. Akibat dari tidak
sarapan akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi
yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses
belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung
proses oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk
menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh
lainnya (Moehji, 2009).
Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang
terutama bagi anak sekolah, sarapan dapat meningkatkan
konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran
sehingga prestasi belajar lebih baik. (Khomsan, 2010).
Selain itu sarapan juga bermanfaat untuk
meningkatkan daya tahan tubuh serta pertumbuhan dan
perekembangan anak (Schroll, 2006).
Berdasarkan data PBL I, dari 186 KK yang berhasil
di data di lingkungan Lawae hanya terdapat 164 KK (88,2%)
yang melakukan kebiasaan sarapan, sedangkan yang tidak
sarapan sebanyak 22 KK (11,8%). Hal tersebut disebabkan
karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang dampak
yang akan timbul akibat tidak mengindahkan ataupun
merasa peduli terhadap kebiasaan sarapan. Sehingga salah
satu intervensi dalam masalah kebiasaan sarapan dapat
dilakukan penyuluhan kepada masyarakat khususnya
kepada anak-anak yang akan menjadi generasi penerus
bangsa yang dapat di didik sejak dini untuk menjadi contoh
9
dan menjadi kebiasaan baik terhadap lingkungan yang dapat
dilakukan di sekolah maupun dirumah.
2. Faktor Penghambat
a. Kurangnya pengetahuan siswa-siswi tentang
pengaruh kebiasaan sarapan pagi terhadap
kesehatan.
b. Adanya kebiasaan siswa-siswi yang bersikap tidak
peduli dengan kebiasaan saran pagi.
10
BAB IV
EVALUASI PROGRAM INTERVENSI
11
Budget/Sumber Daya Yang dibutuhkan untuk Intervensi non Fisik
Sumber Daya Yang Yang Yang
Dibutuhkan Tersedia Dibutuhkan
Kertas 1 Rim 20 Lembar
Laptop 1 Buah 1 Buah
LCD 1 Buah 1 Buah
Surat Izin 1 Lembar 1 Lembar
Kabel Terminal 1 Buah 1 Buah
Hadiah 2 Bungkus 2 Bungkus
4.1.2. Proses
Penyuluhan tentang Sarapan dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 29 Januari 2019 di SD Negeri 3 Sumpang
Binangae.
Pembagian anggota kelompok PBL III sesuai dengan
tugas yang telah ditetapkan, kemudian penyuluhan tentang
pentingnya kebiasaan sarapan pagi. Penyuluhan ini
dilakukan sebanyak satu kali.
12
TABEL KETERLAKSANAAN INTERVENSI
POA (Kebiasaan Srapan pagi)
Keterlaksanaan
Program Terlaksana Tidak Terlaksana
Penyuluhan Tentang
-
Sarapan
Pemasangan Banner
di SD Negeri 3 -
Sumpang Binangae
13
TABEL PRE-POST TEST
POA (PENYULUHAN TENTANG KEBIASAAN SARAPAN PAGI)
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah, maka kami
melakukan intervensi kegiatan sebagai berikut:
a. Masalah Kebiasaan Sarapan Pagi tetap menjadi masalah
dalam PBL III, pada laporan PBL I masyarakat yang tidak
melakukan kebiasaan sarapan pagi sekitar 11,8%.
b. Dalam pelaksanaan program intervensi non fisik kebiasaan
sarapan pagi begitu pula dengan intervensi fisik dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
c. Pencapaian target secara kualitatif cukup baik.
5.2 Saran
Dengan adanya PBL III ini diharapkan kepada masyarakat
khususnya bagi anak-anak penerus bangsa agar senantiasa
menjaga kebersihan lingkungan dengan meningkatkan kebiasaan
sarapan pagi dan bisa mengetahui tentang pentingnya kebiasaan
sarapan pagi yang baik bagi kesehatan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
http:/kliniklialistiani.blogspot.com/2015/12/artikel-pentingnya-
pemberian-sarapan.html?m=1. Diakses tanggal 25 Juli 2018.
17