Untuk shalat hajat sendiri tidak ada ketentuan waktu. Kita bisa mengerjakan
shalat hajat kapan saja, kecuali pada waktu terlarang mengerjakan shalat.
Anjuran untuk mengerjakan shalat hajat ini merujuk pada hadits yang
diriwayatkan Hudzaifah al-Yamani radhiyallahu anhu, beliau berkata:
صلى أمر حزبه إذا وسلم عليه هللا صلى هللا رسول كان
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika ditimpa suatu masalah
beliau langsung mengerjakan shalat.”
Rekomendasi bacaan: Panduan lengkap Sholat Dhuha
3. MEMPERBAIKI BACAAN
Sebelum mulai menghafal ayat demi ayat, hendaknya kita memperbaiki bacaan
terlebih dahulu. hal ini wajib kita lakukan agar terhindar dari salah baca dan
kekeliruan. Menghafal al-quran memang mempunyai keutamaan yang banyak,
tapi kalau membacanya masih banyak yang keliru, bisa membuat pahala
berkurang. (baca: Keutamaan Membaca Al-quran)
4. METODE MENGAFAL ALQURAN
Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal al-quran,
masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya.
Akan tetapi disini saya akan paparkan 2 cara yang paling mudah menurut saya
dan bisa dilakukan siapa saja:
a. Metode Pertama
Menghafal per-halaman. Maksudnya kita membaca satu halaman yang mau kita
hafal sebanyak tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar baru
mulai menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah ke halaman
berikutnya. Metode ini lebih direkomendasikan menggunakan mushaf standart
madinah.
Perlu diperhatikan, setiap kita menghafal satu halaman, sebaiknya kita juga
menghafal satu ayat di halaman berikutnya. Agar kita bisa menyambungkan
hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
b. Metode Kedua
Menghafal per-ayat, yaitu kita membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga
sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar kita baru menghafal ayat
tersebut. Setelah hafal ayat pertama kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara
yang sama, begitu seterusnya sampai satu halaman.
Untuk menanggulangi agar kita tidak patah semangat, kita harus pasang target
dalam menghafal. Target ini berguna sekali ketika kita sedang malas menghafal.
Kita akan ingat bahwa kita punya mimpi menjadi penghafal al-quran, sehingga
semangat kita akan kembali berkobar.
Kita tidak perlu muluk-muluk dalam menentukan target hafalan, usahakan yang
realistis dan sesuai dengan kemampuan kita.
6. MEMPERDENGARKAN HAFALAN
Untuk menghindari bacaan yang salah, hendaknya halaman yang sudah dihafal
kita perdengarkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan kita salah.
Ketika kita menghafal, terkadang terjadi kesalahan baca tanpa kita sadari. Untuk
itu, dengan menyetorkan hafalan kita akan dibenarka jika terjadi kesalahan
dalam bacaan kita. Sehingga kesahalan tersebut tidak tidak berlarut-larut dalam
hafalan kita.
Kalau bisa tidak hanya mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan
tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Dengan begitu kita akan
lebih konsentrasi dalam proses menghafal via pendengaran.
Ada satu kisah menarik yang dialami Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits
yang terkenal dengan kuatnya hafalannya. Suatu ketika, beliau menghafal
sebuah buku dengan diulang berkali-kali. Kebetulan dalam rumah itu tinggal
seorang nenek tua.
Nenek tersebut berkata:”Tidak perlu seperti itu, saya saja sudah hafal buku
tersebut hanya karena mendengar hafalanmu”. “Kalau begitu, saya ingin
mendengar hafalanmu”, timpal Ibnu Abi Hatim. Lalu, nenek tersebut membaca
buku yang sudah dihafalnya.
Setahun setelah kejadian tersebut, Ibnu Abi Hatim ingin mengetahui apakah
nenek tersebut masih ingat dengan hafalannya. Ia kembali ke rumah tersebut
dan meminta agar nenek tersebut mengulangi hafalan yang ia hafal setahun
yang lalu.
Ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali isi buku yang ia hafal
setahun lalu. Namun, tidak dengan Imam Ibnu Abi Hatim, tidak ada satu pun
yang ia lupa dari hafalannya.
Kisah ini menegaskan bahwa kita tidak hanya dituntut untuk menghafal, tapi kita
juga dituntut untuk menjaga hafalan agar tidak lupa. Jika hanya menghafal, kita
yakin pasti banyak orang yang bisa, namun untuk menjaga hafalan tidak semua
orang bisa.
Maksud dari satu jenis ini adalah model penulisan mushaf. Seperti mushaf
standart Madinah, mushaf yang dipakai oleh sebagian Kita bisa menggunakan
mushaf standart Madinah, mushaf cetakan Mesir, mushaf cetakan Kuwait atau
mushaf yang dipakai sebagian orang Pakistan dan India.
Kita juga bisa menggunakan model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok
pesantren tahfidh al-quran di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus.
أرحم يا عنا يرضيك الذي الوجه على النهار وأطراف الليل أناء تالوته ورزقني الكريم القرآن لحفظ وفقني اللهم
الراحمين
‘Allahumma waffiqnii li hifdzil quraanil kariim, wa rozziqnii tilaawatihi anaa’al laili
wa athroofan nahaari ‘alal wajhi alladzi yurdhiika annaa, yaa arhamar roohimiin’.
“Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk bisa menghafal Al-qur’an, dan berilah
saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan
tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih”.
Atau bisa juga membaca doa ini:
Metode ini menggunakan alat seperti papan persegi panjang. Papan tersebut
dihiasi garis-garis yang dibuat secara permanen, untuk memudahkan dalam
menulis ayat-ayat al-qur’an. Mereka biasa menyebut alat ini dengan Lauh.
https://santaisaja.net/cara-mudah-menghafal-alquran/
REMAJA
BAPER DALAM ISLAM
Sahabat yang dirahmati Allah SWT, akhir-akhir ini lagi musim sekali kata
BAPER, yak nggak ? BAPER itu bukan nama kue ya sahabat, tapi singkatan dari “Bawa
Perasaan” dan mungkin kita sering sekali merasakannya. Bawa Perasaan alias baper
ialah kondisi di mana perasaanlah yang bermain dan mendominasi. Perasaanlah yang
menjadi kompas/penentu apakah hal itu dianggap baik atau buruk. Sebelum kita bahas
bahaya atau nggak, kita harus menyamakan frekuensi tentang perasaan itu sendiri.
Perasaan adalah sesuatu yang Allah SWT berikan kepada manusia, pada dasarnya setiap
manusia pasti memiliki perasaan, contohnya perasaan senang, sedih, suka, tidak suka,
kasihan, tersinggung, malas dll. Jadi, perasaan itu fitrah yah sob. Namun, perasaan
akan sangat berbahaya jika salah digunakan, layaknya sebuah pisau. Maksudnya?
Perasaan memang fitrah (sepakat ya), dengan perasaan kita bisa mengekspresikan apa
yang kita rasakan. Perasaan memiliki sifat yang berubah-ubah dan subyektif maka dari
itu akan sangat berbahaya jika perasaan digunakan untuk mengambil keputusan,
melihat fakta, dan menjadi standar. Butuh bukti ?
Perasaan yang cenderung subyektif akan selalu berpihak dengan apa yang
kita suka untuk memutuskan sesuatu, tidak bisa kita jadikan penentu, Allah SWT
berfirman :
“..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”.(TQS. Al-Baqarah : 216)
Dari Penggalan ayat diatas. Allah menyatakan bahwa apa-apa
yang kita suka belum tentu baik di mata Allah SWT, begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, cukuplah hukum syara’ yang menjadi standar bukan
perasaan .
”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya”. (QS.An-Nisa:65)
Oke, ini sisi-sisi lain menurut saya mengenai baper yang dapat kita ambil. Jangan
salah paham ya saya menulis artikel ini bukan karena saya sering baper atau
membela para baper sejati. Dan semoga bermanfaat
https://katakatamanfaat.blogspot.com/2015/11/berbakti-
kepada-orang-tua.html
IQRO
The Power of Silaturahmi
Manfaat dari silaturahmi (ada juga yang menyebut silaturahim)
bukan hanya memperluas rezeki dan memperpanjang umur
saja, tetapi masih ada manfaat-manfaat lainnya yang luar biasa.
Silaturahmi adalah kunci sukses. Saya melihat teman-teman
saya yang meraih sukses dengan cepatnya, karena mereka rajin
silaturahmi.
Selain membahas manfaat silaturahmi, akan dibahas juga
bagaimana tip-tip membangun silaturahmi baik di darat
(offline) maupun secara online.
Ini Dia 6 Manfaat Silaturahmi
Langsung saja saya kutipkan hadits-hadits yang berkaitan
dengan manfaat silaturahim:
“Barang siapa yang ingin diluaskan
rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya),
maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)
“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan
rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka
hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung
silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)
“Belajarlah dari nenek moyangmu bagaimana caranya
menghubungkan rahim-rahim itu, karena silaturahmi
menimbulkan kecintaan dalam keluarga, meluaskan rezeki,
dan menunda kematian.” (HR Imam Tirmidzi)
“Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan
silaturahmi.” (HR Imam Muslim)
Jika dirangkum, maka 6 manfaat silaturahmi itu adalah:
1. Diluaskan rezekinya
2. Dikenang kebaikannya
3. Dipanjangkan umurnya
4. Khusnul khatimah
5. Kecintaan dalam keluarga
6. Kunci masuk syurga
Jika kita lihat, manfaat silaturahmi adalah untuk dunia dan
akhirat. Luar biasa.
Kiat-kiat Membangun Silaturahmi
Yang pertama tentu saja niat. Meski kita sudah membahas
manfaat silaturahmi untuk kesuksesan dunia, namun bukan itu
niat utama itu. Niat kita tentu harus karena Allah. Tanpa niat
karena Allah, kita bisa mendapatkan manfaat dunia seperti
diluaskan rezeki, namun hanya di dunia saja. Jika kita ingin
mendapatkan manfaat dunia dan akhirat, maka niatkan
silaturahmi hanya untuk Allah, ibadah kepada Allah.
Namun begitu, kita juga tidak perlu menafikan manfaat dunia.
Kita boleh berharap mendapatkan manfaat di dunia, tetapi
bukan menjadi niat utama kita. Jika kita tidak boleh berharap
manfaat-manfaat itu, mengapa Rasulullah saw
menyebutkannya? Kita boleh berharap manfaat dunia, tetapi
bukan menjadi niat utama.
Yang perlu diperhatikan lagi ialah bukan silaturahmi yang
memperluas rezeki kita, tetapi Allah yang memperluas rezeki
kita sebagai balasan kita mau menyambungkan rezeki kita.
Sama halnya, bukan bacaan do’a yang menyebabkan keinginan
kita terkabul, tetapi itu adalah kehendak Allah sebagai jawaban
do’a kita.
Silaturahmi itu adalah ikhtiar batin sekaligus fisik. Ikhtiar batin
kuncinya di niat dan ikhtiar fisik kuncinya Anda bertindak.
masing-masing memberikan manfaat dan pastinya akan luar
biasa jika dikombinasikan. Orang kafir sekali pun, jika mereka
bersilaturahmi, mereka akan mendapatkan rezeki, tapi hanya di
dunia saja. Jika seorang Muslim dengan niat ikhlas
bersilaturahmi, maka dia akan mendapatkan keluasan rezeki
yang lebih luas dan balasan di akhirat nanti.
Cukuplah hadits dibawah ini sebagai panduan tentang niat:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai
dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin
digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya,
maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
(HR. al-Bukh?riy dan Muslim)
Yang kedua adalah cinta. Kata silaturahmi berasal dari dua kata
yaitu shilahun dan rahim. Shilah artinya hubungan dan rahim
artinya kasih sayang, persaudaraan, atau rahmat Allah ta’ala.
Jadi silaturahmi atau silaturahim berarti menghubungkan kasih
sayang, persaudaraan karena Allah, sehingga rahmat Allah
menyertai ikatan itu.
Bagaimana dengan pacaran? Apakah masuk ke silaturahim?
Meski disana ada “cinta” dan “ikatan”, tidak termasuk yang
dimaksud silaturahmi sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
saw. Kenapa? Pertama tidak dicontohkan dan yang kedua jika
pergaulan antara laki-laki dan perempuan tidak diridlai Allah,
tidak mungkin mendatangkan rahmat. Jadi yang dimaksud
silaturahmi di artikel ini, sama sekali tidak termasuk pacaran.
Yang dimaksud dengan cinta disini adalah cinta kepada sesama
Muslim karena sesungguhnya setiap Muslim itu bersaudara.
Juga cinta kepada mahluq Allah dengan cara menyebarkan
kebaikan dan kebenaran dimuka bumi.
Dengan cinta Anda tidak akan berat untuk bertemu dengan
yang dicintainya, untuk membantu yang dicintainya, untuk
menunjukan jalan yang benar kepada yang dicintainya, bahkan
bersedia berkorban (itsar) bagi yang dicintainya. Tidak mungkin
caci maki datang dari seorang Muslim kepada suadaranya. Dia
hanya membenci perilaku yang salah, namun ingin
menyelamatkan pelakunya.
Bentuk-bentuk Silaturahim
Maka, yang namanya silaturahmi tidak sebatas bertemu, tetapi
juga menjadikan pertemuan itu sebagai sarana mendatangkan
rahmat Allah. Yang paling sederhana saja dengan ucapan salam,
dimana kita mendo’akan orang yang kita jumpai agar
mendapatkan keselamatan dan rahmat Allah Subhaanahu wa
Ta’ala.
Jika cinta menjadi dasar, maka silaturahim itu mengetahui
keadaan saudara dengan berkunjung, membantu saudaranya
jika perlu bantuan, menyelamatkan suadara jika mengarah
kepada kehancuran.
Tentu saja, kita bisa memanfaatkan masjid, pengajian, kegiatan
amal dan sosial, seminar, organisasi, bahkan saat bekerja pun
bisa dijadikan sebagai alat untuk bersilaturahmi. Termasuk
melalui internet: email, YM, dan social network.
Bukanlah silaturahmi, menghubungkan kasih sayang, dengan
cara pesta pora, rame-rame membuka aurat, pergaulan lawan
jenis yang tidak terbatas, dan mabuk-mabukan. Hal-hal seperti
ini tidak akan pernah mendatangkan rahmat.
Lalu, Bagaimana Rezeki Datang?
Karena silaturahmi itu adalah aktivitas hati dan fisik, maka
rezeki bisa datang dengan berbagai cara. Pertemuan Anda
dengan sudara bisa mendatangkan peluang, baik peluang kerja
maupun peluang bisnis. Namun kita jangan membatasinya
hanya itu saja, sebab Allah memiliki wewenang memberikan
rezeki kepada hamba-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka.
Kapan dan seberapa besarnya, itu adalah hak Allah yang
menentukan. Allah Mahatahu, seberapa banyak dan kapan
waktu yang terbaik bagi kita.
https://www.motivasi-islami.com/the-power-of-silaturahmi/
SAMARA
Parenting Ala Rasulullah SAW
Meski sudah 1400 tahun lebih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat, ilmunya tentang bagaimana mendidik anak masih
sangat relevan untuk saat ini dan sampai kapanpun. Berikut
uraian bagaimana Nabi kita memberi contoh tentang bagaimana
mendidik anak.
Sebaik-baik teladan yang patut kita contoh adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam
pendidikan. Berbeda sama sekali dengan tradisi bangsa Arab
yang kaku dan keras, Nabi Muhammad justru menghadirkan
suasana ramah, hangat, penuh pendidikan, kelembutan dan
cinta kasih.
“Ada beberapa tahapan dalam mendidik anak ala Rasulullah,”
papar Suhady Fadjaray, pra yang menggeluti bidang Parenting
Islami ini. Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan perlakuan
terhadap anak berdasarkan usianya.
Pertama, mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun, adalah dengan
memperlakukan anak sebagai raja. Anak usia 0-6 tahun
merupakan usia emas atau golden age. Anak pada usia ini akan
mengalami masa tumbuh kembang yang sangat
cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan
mainan. Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi
anak yang cerdas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada
orangtua untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak yang
masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan
kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan
dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.