Anda di halaman 1dari 22

EDUKASI

BERIKUT TIPS-TIPS BAGI YANG INGIN SERIUS MENGHAFAL


AL-QURAN:
1. MENGIKHLASKAN NIAT
Yang paling penting adalah mengikhlaskan niat. percuma saja bila kita
menghafal al-quran tapi niatnya bukan karena Allah Subhanahu wa ta’ala. Kita
hanya akan mendapatkan lelah tanpa mendapat pahala sedikit pun. bila kita
niatkan hanya karena Allah, insya-Allah Allah akan menolong serta
mempermudah langkah kita.
Jika niat kita ikhlas karena Allah, niscaya Allah akan membantu kita dikala
sedang malas atau bosan. Karena halangan terbesar bagi penghafal al-quran
adalah rasa bosan, terlebih jika baru pertama kali menghafal. Untuk itu,
ikhlasnya niat merupakan hal wajib bagi seorang penghafal al-quran.

2. MELAKSANAKAN SHALAT HAJAT


Setelah niat kita ikhlas karena mengharap ridho dan pahala Allah, hendaknya
kita melakukan shalat hajat sebelum mulai menghafal al-quran. Mohonlah agar
dimudahkan di dalam menghafal al-quran. Karena pemilik al-quran adalah Allah,
maka kita memohon kepada pemiliknya agar diberi kemudahan.

Untuk shalat hajat sendiri tidak ada ketentuan waktu. Kita bisa mengerjakan
shalat hajat kapan saja, kecuali pada waktu terlarang mengerjakan shalat.
Anjuran untuk mengerjakan shalat hajat ini merujuk pada hadits yang
diriwayatkan Hudzaifah al-Yamani radhiyallahu anhu, beliau berkata:
‫صلى أمر حزبه إذا وسلم عليه هللا صلى هللا رسول كان‬
“Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam jika ditimpa suatu masalah
beliau langsung mengerjakan shalat.”
Rekomendasi bacaan: Panduan lengkap Sholat Dhuha
3. MEMPERBAIKI BACAAN
Sebelum mulai menghafal ayat demi ayat, hendaknya kita memperbaiki bacaan
terlebih dahulu. hal ini wajib kita lakukan agar terhindar dari salah baca dan
kekeliruan. Menghafal al-quran memang mempunyai keutamaan yang banyak,
tapi kalau membacanya masih banyak yang keliru, bisa membuat pahala
berkurang. (baca: Keutamaan Membaca Al-quran)
4. METODE MENGAFAL ALQURAN
Ada banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal al-quran,
masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya.
Akan tetapi disini saya akan paparkan 2 cara yang paling mudah menurut saya
dan bisa dilakukan siapa saja:
a. Metode Pertama
Menghafal per-halaman. Maksudnya kita membaca satu halaman yang mau kita
hafal sebanyak tiga sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar baru
mulai menghafalnya. Setelah hafal satu halaman, baru kita pindah ke halaman
berikutnya. Metode ini lebih direkomendasikan menggunakan mushaf standart
madinah.

Perlu diperhatikan, setiap kita menghafal satu halaman, sebaiknya kita juga
menghafal satu ayat di halaman berikutnya. Agar kita bisa menyambungkan
hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.

b. Metode Kedua
Menghafal per-ayat, yaitu kita membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga
sampai sepuluh kali secara tartil, kalau sudah lancar kita baru menghafal ayat
tersebut. Setelah hafal ayat pertama kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara
yang sama, begitu seterusnya sampai satu halaman.

Akan tetapi sebelum pindah ke halaman berikutnya sebaiknya kita mengulangi


halaman-halaman sebelumnya agar lebih kuat hafalannya.

5. PASANG TARGET MENGHAFAL


Di tengah-tengah menghafal, biasanya akan mengalami kendala seperti susah
masuk atau hafalan yang sudah dihafal lupa lagi. Kalau sudah seperti ini
biasanya semangat kita akan berkurang. Karena kita merasa bahwa al-quran
susah untuk dihafal.

Untuk menanggulangi agar kita tidak patah semangat, kita harus pasang target
dalam menghafal. Target ini berguna sekali ketika kita sedang malas menghafal.
Kita akan ingat bahwa kita punya mimpi menjadi penghafal al-quran, sehingga
semangat kita akan kembali berkobar.

Kita tidak perlu muluk-muluk dalam menentukan target hafalan, usahakan yang
realistis dan sesuai dengan kemampuan kita.

6. MEMPERDENGARKAN HAFALAN
Untuk menghindari bacaan yang salah, hendaknya halaman yang sudah dihafal
kita perdengarkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika
bacaan kita salah.

Ketika kita menghafal, terkadang terjadi kesalahan baca tanpa kita sadari. Untuk
itu, dengan menyetorkan hafalan kita akan dibenarka jika terjadi kesalahan
dalam bacaan kita. Sehingga kesahalan tersebut tidak tidak berlarut-larut dalam
hafalan kita.

7. MEMPERBANYAK MENDENGAR BACAAN AL-QURAN


Faktor lain yang dapat memperkuat hafalan kita adalah memperbanyak
mendengarkan bacaan al-quran, baik dari teman ataupun bacaan al-quran dari
syaikh yang mapan dalam bacaan.

Kalau bisa tidak hanya mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan
tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Dengan begitu kita akan
lebih konsentrasi dalam proses menghafal via pendengaran.

8. MUROJAAH (MENGULANG-ULANG HAFALAN)


Hendaknya kita mengulang-ulang halaman yang sudah kita hafal sesering
mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal beberapa halaman, kemudian
kita tinggal hafalan tersebut tanpa mengulanginya dalam waktu yang lama. Hal
ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut.

Ada satu kisah menarik yang dialami Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits
yang terkenal dengan kuatnya hafalannya. Suatu ketika, beliau menghafal
sebuah buku dengan diulang berkali-kali. Kebetulan dalam rumah itu tinggal
seorang nenek tua.

Karena seringnya mengulang-ulang hafalannya, nenek tersebut bosan


mendengarnya, kemudian ia memanggil Imam Ibnu Abi Hatim dan bertanya
padanya:”Wahai anak, apa yang sedang engkau kerjakan?” “Saya sedang
menghafal sebuah buku”, jawab Ibnu Abi Hatim.

Nenek tersebut berkata:”Tidak perlu seperti itu, saya saja sudah hafal buku
tersebut hanya karena mendengar hafalanmu”. “Kalau begitu, saya ingin
mendengar hafalanmu”, timpal Ibnu Abi Hatim. Lalu, nenek tersebut membaca
buku yang sudah dihafalnya.

Setahun setelah kejadian tersebut, Ibnu Abi Hatim ingin mengetahui apakah
nenek tersebut masih ingat dengan hafalannya. Ia kembali ke rumah tersebut
dan meminta agar nenek tersebut mengulangi hafalan yang ia hafal setahun
yang lalu.

Ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali isi buku yang ia hafal
setahun lalu. Namun, tidak dengan Imam Ibnu Abi Hatim, tidak ada satu pun
yang ia lupa dari hafalannya.
Kisah ini menegaskan bahwa kita tidak hanya dituntut untuk menghafal, tapi kita
juga dituntut untuk menjaga hafalan agar tidak lupa. Jika hanya menghafal, kita
yakin pasti banyak orang yang bisa, namun untuk menjaga hafalan tidak semua
orang bisa.

Untuk itu, menjaga hafalan dengan sering murojaah (mengulang-ulang hafalan)


merupakan hal wajib jika kita ingin menghafal al-quran.

9. MENGGUNAKAN SELURUH PANCA INDRA


Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan semua panca indra
yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal buka hanya dengan mata saja, akan
tetapi dibarengi dengan sering mendengarkan bacaan al-quran, membacanya
denga mulut dan menulis ayat-ayat yang mau kita hafal.

10. MENGGUNAKAN SATU JENIS MUSHAF ALQURAN


Usahakan menggunakan satu jenis mushaf al-quran, jangan pindah dari satu
jenis mushaf ke mushaf lain. Karena setiap jenis mushaf al-quran mempunyai
posisi ayat yang berbeda-beda, kalau kita berganti-ganti mushaf mata kita akan
ikut menghafal apa yang kita lihat sehingga itu akan mengaburkan hafalan kita.

Maksud dari satu jenis ini adalah model penulisan mushaf. Seperti mushaf
standart Madinah, mushaf yang dipakai oleh sebagian Kita bisa menggunakan
mushaf standart Madinah, mushaf cetakan Mesir, mushaf cetakan Kuwait atau
mushaf yang dipakai sebagian orang Pakistan dan India.

Kita juga bisa menggunakan model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok
pesantren tahfidh al-quran di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus.

Semua kembali kepada kita masing-masing, ingin menggunakan model mushaf


yang mana. Yang perlu diperhatikan, jika sudah menggunakan satu model
mushaf, usahakan jangan menggunakan model mushaf yang lain.

11. MEMILIH WAKTU YANG BAIK


Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, hal ini tergantung kepada pribadi
masing-masing. waktu yang tepat bagi pelajar belum tentu tepat bagi seorang
karyawan, begitu juga waktu yang tepat bagi karyawan belum tentu tepat bagi
ibu rumah tangga.

12. MEMPERBANYAK DO’A


Do’a adalah senjata seorang mukmin. Dalam setiap amalan kita diperintahkan
untuk selalu mengawalinya dengan berdo’a.
Begitu juga dalam menghafal Al-quran, perbanyaklah berdo’a agar dimudahkan
dalam menghafal Al-quran, karena do’a merupakan bukti tawakkal kita kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala.
Berikut ada dua contoh doa agar dimudahkan dalam menghafal al-quran. Doa-
doa ini bukan bersumber dari al-quran atau hadits, namun maknanya sangat
bagus. Pada akhirnya kembali kepada kita masing-masing, mau berdoa
menggunakan bahasa Arab atau bahasa Indonesia. Berikut contoh doa dalam
bahasa Arab:

‫أرحم يا عنا يرضيك الذي الوجه على النهار وأطراف الليل أناء تالوته ورزقني الكريم القرآن لحفظ وفقني اللهم‬
‫الراحمين‬
‘Allahumma waffiqnii li hifdzil quraanil kariim, wa rozziqnii tilaawatihi anaa’al laili
wa athroofan nahaari ‘alal wajhi alladzi yurdhiika annaa, yaa arhamar roohimiin’.
“Ya Allah berikanlah kepadaku taufik untuk bisa menghafal Al-qur’an, dan berilah
saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan
tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih”.
Atau bisa juga membaca doa ini:

َّ‫س ِّْرلَنَا اَللّ ُهم‬ َِّّ ‫ك ِّح ْف‬


ّ َ‫ظ فِّى ي‬ ََّ ‫ِّكتَا ِّب‬
‘Allahumma yassir lanaa fi hifdzi kitabik’
“Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghafal kitab-Mu (al-quran)”.
Terakhir, ada satu metode unik yang di terapkan di Maroko, mereka menghafal
al-quran dengan cara menulis ayat per ayatnya.

Metode ini menggunakan alat seperti papan persegi panjang. Papan tersebut
dihiasi garis-garis yang dibuat secara permanen, untuk memudahkan dalam
menulis ayat-ayat al-qur’an. Mereka biasa menyebut alat ini dengan Lauh.

https://santaisaja.net/cara-mudah-menghafal-alquran/
REMAJA
BAPER DALAM ISLAM
Sahabat yang dirahmati Allah SWT, akhir-akhir ini lagi musim sekali kata
BAPER, yak nggak ? BAPER itu bukan nama kue ya sahabat, tapi singkatan dari “Bawa
Perasaan” dan mungkin kita sering sekali merasakannya. Bawa Perasaan alias baper
ialah kondisi di mana perasaanlah yang bermain dan mendominasi. Perasaanlah yang
menjadi kompas/penentu apakah hal itu dianggap baik atau buruk. Sebelum kita bahas
bahaya atau nggak, kita harus menyamakan frekuensi tentang perasaan itu sendiri.
Perasaan adalah sesuatu yang Allah SWT berikan kepada manusia, pada dasarnya setiap
manusia pasti memiliki perasaan, contohnya perasaan senang, sedih, suka, tidak suka,
kasihan, tersinggung, malas dll. Jadi, perasaan itu fitrah yah sob. Namun, perasaan
akan sangat berbahaya jika salah digunakan, layaknya sebuah pisau. Maksudnya?
Perasaan memang fitrah (sepakat ya), dengan perasaan kita bisa mengekspresikan apa
yang kita rasakan. Perasaan memiliki sifat yang berubah-ubah dan subyektif maka dari
itu akan sangat berbahaya jika perasaan digunakan untuk mengambil keputusan,
melihat fakta, dan menjadi standar. Butuh bukti ?

Salah satu tanda cinta seorang muslim kepada saudaranya adalah


melakukan amar ma’ruf nahii mungkar. Tersebutlah ada A dan B. Dibutuhkan
keberanian bagi orang yang akan meng-amar ma’rufi dan dibutuhkan kelapangan dada
bagi orang yang di-amar ma’rufi. Bayangkan jika keduanya baper, mungkin
A nggak akan pernah melakukan amar ma’ruf nahii munkar karena takut menyinggung
dan B sebagai objek amar ma’rufpun BAPER. sehalus apapun, selembut apapun pasti
dia akan tersinggung, marah bahkan sampai menangis, dan bisa jadi persahabatan
mereka putus begitu saja dan mungkin mendatangkan dosa (bagi A karena
membiarkan/lalai dari aktivitas dakwah, dan B akan berburuk sangka dan menolak
kebenaran). Kita dapat berkaca pada perjuangan Rasulullah SAW. Bersama
perjuangannya yang tak mudah, penuh caci maki, dan siksaan fisik, jika Rasul SAW
BAPER, mungkin dakwahnya berhenti dan Islam takkan menyebar seperti sekarang ini.
Contoh lainnya adalah kisah cinta Fathimah AZ-Zahra dan Ali Bin Abu Thalib yang
cintanya tumbuh sejak lama dan bertahan dalam diam dalam waktu yang lama pula.
Bayangkan jika mereka BAPER ? Mungkin kisah pacaran akan terjadi kepada mereka yang
jelas hukum syara’ pacaran adalah tidak ada (haram). Begitupula kisah paman
Rasulullah SAW, Abu Thalib, karena BAPER nggak enakan dengan kaumnya, mungkin
hingga akhir hayatnya masihlah berstatus non-muslim. Beberapa kisah tersebut adalah
gambaran bahayanya perasaan jika kita jadikan patokan dan standar. Urusannya dosa
dan pahala, surga neraka loh.

Perasaan yang cenderung subyektif akan selalu berpihak dengan apa yang
kita suka untuk memutuskan sesuatu, tidak bisa kita jadikan penentu, Allah SWT
berfirman :
“..Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui,
sedang kamu tidak mengetahui”.(TQS. Al-Baqarah : 216)
Dari Penggalan ayat diatas. Allah menyatakan bahwa apa-apa
yang kita suka belum tentu baik di mata Allah SWT, begitupun sebaliknya.
Oleh karena itu, cukuplah hukum syara’ yang menjadi standar bukan
perasaan .
”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman
hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka
perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima
dengan sepenuhnya”. (QS.An-Nisa:65)

Berikut ini beberapa hal positif dari baper


1. Baper membuat kita lebih berdoa sungguh-sungguh
Pernah mendapatkan masalah yang bikin pengen tenggelam dari muka bumi ini?
Oke lebai. Walaupun berbeda-beda, pernah kan ya kita nangis gara-gara suatu
masalah.
Nah, peristiwa yang membuat kita nangis guling-guling itu ngaku nggak ngaku
bikin kita lebih mesra minta jalan keluar kepada Allah. Iya gak? Andai kita bisa
baper gitu tiap berdoa, pasti mantab…
2. Baper membuat kita lebih peka terhadap orang lain
Misal kita nonton berita ada tanah longsor di Banjarnegara akhir 2014 lalu.
Normalnya, orang yang punya hati pasti turut sedih atas duka yang menimpa di
sana. Apa sedih bagian dari perasaan? Iya lah ya. Berarti baper dong, iya. Atau
contoh lain, misalnya kamu lihat temanmu ada yang murung sendirian di kursi
pojok. Kalau kamu baper, kamu tau lah ya kalau di sedang dirudung sedih.
3.Baper membuat kita tahu bagaimana kita harus bersikap
Kata orang, berpikir dulu sebelum berbicara. Ketika kita berpikir mengenai apa
yang bakal kita bicarakan, pasti ditimbang-timbang dulu pakai perasaan. Kira-kira
kalau aku ngomong gini dia tersinggung nggak ya. Atau kita hanya berpikir
bagaimana kita berteriak agar suara kita terdengar?
4.Baper membuat kita lebih bersyukur
Coba baper sebentar dan mengamati sekitar. Betapa kita beruntung memiliki
tempat berteduh dari terik matahari dan hujan. Betapa udara yang setiap detik
kita hirup gratis adalah karunia-Nya Yang Maha Pengasih.
Betapa kita seharusnya bersyukur dengan orang-orang di sekitar yang masih
memperhatikan kita. Betapa Maha Penyayang Allah yang memberi kita mata dan
akal sehingga bisa membaca artikel ini. Dan masih banyak lagi “betapa” lainnya
yang bisa kita sebutkan.
5. Baper membuat memori kita lebih kuat
Berapa nilai tes kemarin? Kalau itu nilai tes paling bagus yang pernah kita dapat,
pasti kita masih terbayang persis angka yang tertera di sana. Begitupun kalau nilai
kamu jelek. Bandingkan dengan nilai tes kamu yang biasa aja, pasti lebih teringat
jika itu memiliki kesan sendiri di hati. Yang berkesan, kesan baik maupun buruk,
akan lebih mengena dalam alam bawah sadar kita, bukan?

Oke, ini sisi-sisi lain menurut saya mengenai baper yang dapat kita ambil. Jangan
salah paham ya saya menulis artikel ini bukan karena saya sering baper atau
membela para baper sejati. Dan semoga bermanfaat

Salam Generasi Pejuang Bangsa


http://myblogismyadenture.blogspot.com/2015/10/baper-
dalam-islam.html
QUOTES ISLAM

https://katakatamanfaat.blogspot.com/2015/11/berbakti-
kepada-orang-tua.html
IQRO
The Power of Silaturahmi
Manfaat dari silaturahmi (ada juga yang menyebut silaturahim)
bukan hanya memperluas rezeki dan memperpanjang umur
saja, tetapi masih ada manfaat-manfaat lainnya yang luar biasa.
Silaturahmi adalah kunci sukses. Saya melihat teman-teman
saya yang meraih sukses dengan cepatnya, karena mereka rajin
silaturahmi.
Selain membahas manfaat silaturahmi, akan dibahas juga
bagaimana tip-tip membangun silaturahmi baik di darat
(offline) maupun secara online.
Ini Dia 6 Manfaat Silaturahmi
Langsung saja saya kutipkan hadits-hadits yang berkaitan
dengan manfaat silaturahim:
“Barang siapa yang ingin diluaskan
rezekinya atau dikenang bekasnya (perjuangan atau jasanya),
maka hendaklah ia menghubungkan silaturahmi.” (HR Muslim)
“Barang siapa yang senang dipanjangkan umurnya, diluaskan
rezekinya, dan dijauhkan dari kematian yang buruk, maka
hendaklah bertakwa kepada Allah dan menyambung
silaturahmi.” (HR Imam Bazar, Imam Hakim)
“Belajarlah dari nenek moyangmu bagaimana caranya
menghubungkan rahim-rahim itu, karena silaturahmi
menimbulkan kecintaan dalam keluarga, meluaskan rezeki,
dan menunda kematian.” (HR Imam Tirmidzi)
“Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan
silaturahmi.” (HR Imam Muslim)
Jika dirangkum, maka 6 manfaat silaturahmi itu adalah:
1. Diluaskan rezekinya
2. Dikenang kebaikannya
3. Dipanjangkan umurnya
4. Khusnul khatimah
5. Kecintaan dalam keluarga
6. Kunci masuk syurga
Jika kita lihat, manfaat silaturahmi adalah untuk dunia dan
akhirat. Luar biasa.
Kiat-kiat Membangun Silaturahmi
Yang pertama tentu saja niat. Meski kita sudah membahas
manfaat silaturahmi untuk kesuksesan dunia, namun bukan itu
niat utama itu. Niat kita tentu harus karena Allah. Tanpa niat
karena Allah, kita bisa mendapatkan manfaat dunia seperti
diluaskan rezeki, namun hanya di dunia saja. Jika kita ingin
mendapatkan manfaat dunia dan akhirat, maka niatkan
silaturahmi hanya untuk Allah, ibadah kepada Allah.
Namun begitu, kita juga tidak perlu menafikan manfaat dunia.
Kita boleh berharap mendapatkan manfaat di dunia, tetapi
bukan menjadi niat utama kita. Jika kita tidak boleh berharap
manfaat-manfaat itu, mengapa Rasulullah saw
menyebutkannya? Kita boleh berharap manfaat dunia, tetapi
bukan menjadi niat utama.
Yang perlu diperhatikan lagi ialah bukan silaturahmi yang
memperluas rezeki kita, tetapi Allah yang memperluas rezeki
kita sebagai balasan kita mau menyambungkan rezeki kita.
Sama halnya, bukan bacaan do’a yang menyebabkan keinginan
kita terkabul, tetapi itu adalah kehendak Allah sebagai jawaban
do’a kita.
Silaturahmi itu adalah ikhtiar batin sekaligus fisik. Ikhtiar batin
kuncinya di niat dan ikhtiar fisik kuncinya Anda bertindak.
masing-masing memberikan manfaat dan pastinya akan luar
biasa jika dikombinasikan. Orang kafir sekali pun, jika mereka
bersilaturahmi, mereka akan mendapatkan rezeki, tapi hanya di
dunia saja. Jika seorang Muslim dengan niat ikhlas
bersilaturahmi, maka dia akan mendapatkan keluasan rezeki
yang lebih luas dan balasan di akhirat nanti.
Cukuplah hadits dibawah ini sebagai panduan tentang niat:
“Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada
niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai
dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
barangsiapa yang hijrahnya karena urusan dunia yang ingin
digapainya atau karena seorang wanita yang ingin dinikahinya,
maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya tersebut”
(HR. al-Bukh?riy dan Muslim)
Yang kedua adalah cinta. Kata silaturahmi berasal dari dua kata
yaitu shilahun dan rahim. Shilah artinya hubungan dan rahim
artinya kasih sayang, persaudaraan, atau rahmat Allah ta’ala.
Jadi silaturahmi atau silaturahim berarti menghubungkan kasih
sayang, persaudaraan karena Allah, sehingga rahmat Allah
menyertai ikatan itu.
Bagaimana dengan pacaran? Apakah masuk ke silaturahim?
Meski disana ada “cinta” dan “ikatan”, tidak termasuk yang
dimaksud silaturahmi sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah
saw. Kenapa? Pertama tidak dicontohkan dan yang kedua jika
pergaulan antara laki-laki dan perempuan tidak diridlai Allah,
tidak mungkin mendatangkan rahmat. Jadi yang dimaksud
silaturahmi di artikel ini, sama sekali tidak termasuk pacaran.
Yang dimaksud dengan cinta disini adalah cinta kepada sesama
Muslim karena sesungguhnya setiap Muslim itu bersaudara.
Juga cinta kepada mahluq Allah dengan cara menyebarkan
kebaikan dan kebenaran dimuka bumi.
Dengan cinta Anda tidak akan berat untuk bertemu dengan
yang dicintainya, untuk membantu yang dicintainya, untuk
menunjukan jalan yang benar kepada yang dicintainya, bahkan
bersedia berkorban (itsar) bagi yang dicintainya. Tidak mungkin
caci maki datang dari seorang Muslim kepada suadaranya. Dia
hanya membenci perilaku yang salah, namun ingin
menyelamatkan pelakunya.
Bentuk-bentuk Silaturahim
Maka, yang namanya silaturahmi tidak sebatas bertemu, tetapi
juga menjadikan pertemuan itu sebagai sarana mendatangkan
rahmat Allah. Yang paling sederhana saja dengan ucapan salam,
dimana kita mendo’akan orang yang kita jumpai agar
mendapatkan keselamatan dan rahmat Allah Subhaanahu wa
Ta’ala.
Jika cinta menjadi dasar, maka silaturahim itu mengetahui
keadaan saudara dengan berkunjung, membantu saudaranya
jika perlu bantuan, menyelamatkan suadara jika mengarah
kepada kehancuran.
Tentu saja, kita bisa memanfaatkan masjid, pengajian, kegiatan
amal dan sosial, seminar, organisasi, bahkan saat bekerja pun
bisa dijadikan sebagai alat untuk bersilaturahmi. Termasuk
melalui internet: email, YM, dan social network.
Bukanlah silaturahmi, menghubungkan kasih sayang, dengan
cara pesta pora, rame-rame membuka aurat, pergaulan lawan
jenis yang tidak terbatas, dan mabuk-mabukan. Hal-hal seperti
ini tidak akan pernah mendatangkan rahmat.
Lalu, Bagaimana Rezeki Datang?
Karena silaturahmi itu adalah aktivitas hati dan fisik, maka
rezeki bisa datang dengan berbagai cara. Pertemuan Anda
dengan sudara bisa mendatangkan peluang, baik peluang kerja
maupun peluang bisnis. Namun kita jangan membatasinya
hanya itu saja, sebab Allah memiliki wewenang memberikan
rezeki kepada hamba-Nya dari arah yang tidak disangka-sangka.
Kapan dan seberapa besarnya, itu adalah hak Allah yang
menentukan. Allah Mahatahu, seberapa banyak dan kapan
waktu yang terbaik bagi kita.
https://www.motivasi-islami.com/the-power-of-silaturahmi/
SAMARA
Parenting Ala Rasulullah SAW
Meski sudah 1400 tahun lebih Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat, ilmunya tentang bagaimana mendidik anak masih
sangat relevan untuk saat ini dan sampai kapanpun. Berikut
uraian bagaimana Nabi kita memberi contoh tentang bagaimana
mendidik anak.
Sebaik-baik teladan yang patut kita contoh adalah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, termasuk dalam
pendidikan. Berbeda sama sekali dengan tradisi bangsa Arab
yang kaku dan keras, Nabi Muhammad justru menghadirkan
suasana ramah, hangat, penuh pendidikan, kelembutan dan
cinta kasih.
“Ada beberapa tahapan dalam mendidik anak ala Rasulullah,”
papar Suhady Fadjaray, pra yang menggeluti bidang Parenting
Islami ini. Ia menjelaskan bahwa terdapat perbedaan perlakuan
terhadap anak berdasarkan usianya.
Pertama, mendidik anak usia 0 hingga 6 tahun, adalah dengan
memperlakukan anak sebagai raja. Anak usia 0-6 tahun
merupakan usia emas atau golden age. Anak pada usia ini akan
mengalami masa tumbuh kembang yang sangat
cepat. Percepatan tumbuh kembang ini bisa dirangsang dengan
mainan. Mainan akan sangat membantu agar anak menjadi
anak yang cerdas.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kepada
orangtua untuk senantiasa berlemah lembut terhadap anak yang
masih berusia dari 0 hingga 6 tahun. Memanjakan, memberikan
kasih sayang, merawat dengan baik dan membangun kedekatan
dengan anak merupakan pola mendidik yang baik.

Sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Syadad Al Laits berkata,


“Rasulullah keluar untuk shalat disiang hari entah dzuhur atau
ashar, samil menggendong salah satu cucu beliau, entah Hasan
atau Husain. Ketika sujud, beliau melakukannya panjang
sekali. Kata perawi, “Lalu aku mengangkat kepalaku ternyata
ada anak kecil berada diatas punggung Rasul padahal beliau
sedang sujud, lalu saya kembali bersujud.” Ketika Rasul selesai
shalat orang-orang bertanya, “wahai Rasulullah, engkau
melakukan sujud dalam shalatmu ini lama sekali sampai kami
mengira telah terjadi sesuatu pada engkau atau engkau
mendapat wahyu.”
Beliau bersabda, “Semuanya itu tidak, tetapi cucuku ini
menunggangiku dan aku tidak senang tergesa-gesa sampai anak
ini puas dengan keinginannya.” (H.R.Ahmad, Nas’i dan Hakim)
“Pada fase ini ciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak ketika
bersama orangtuanya,” ujar Suhadi. Ketika anak bertingkah
yang dianggap kurang pas atau membahayakan, sebaiknya
orangtua tidak memukulnya agar anak bersedia menuruti
perkataan orangtua. Pada fase dan usia ini, memukul ataupun
memarahi, bukan cara yang tepat. Namun berikanlah penjelasan
yang bisa dipahami anak, serta berikan kesempatan untuk
menjelaskan apapun itu. “Tugas orangtua mendengarkan dan
memberikan penjelasan dengan bahasa anak-anak.” Dengan
begitu, ujarnya, anak akan merasa nyaman dengan orangtuanya.

Cara Memberi Punishment


Kedua, mendidik anak usia 7 hingga 14 tahun. Usia ini adalah
fase ini untuk memperlakukan anak sebagai tawanan
perang/pembantu. Rasulullah bersabda, “Perintahkan anak-
anakmu untuk shalat saat mereka telah berusia 7 tahun, dan
pukullah mereka jika meninggalkannya ketika mereka berusia 10
tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu
Dawud)
Di fase ini, anak mulai diperkenalkan dengan tanggung jawab
dan kedisiplinan. “Kita bisa melatihnya mulai dari memisahkan
tempat tidurnya dan mendirikan shalat 5 waktu,” jelasnya.
Di usia ini, orangtua juga memperkenalkan hukuman, sebagai
konsekuensi melakukan kesalahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dalam hadistnya meminta orangtua untuk memukul
anaknya jika tidak mendirikan sholat. Meski demikian, pukulan
yang dimaksudkan adalah pukulan yang tidak menyakitkan dan
membuatnya cidera, namun pukulan kasih sayang. Pada fase ini,
sanksi diperlukan untuk membuat anak menjadi teratur. “Bentuk
sanksinya, sebaiknya adalah hasil dari kesepakatan orangtua dan
anak.”
Ketiga, mendidik anak usia 15 hingga 21 tahun adalah
memperlakukan anak seperti sahabat. Anak pada usia ini adalah
usia yang cenderung memberontak. Oleh karena itu dibutuhkan
pendekatan yang baik kepada anak. Fungsinya, agar bisa
meluruskan anak ketika melakukan kesalahan.
Menciptakan rasa nyaman pada anak, adalah hal yang penting
pada fase ini. Jadilah sahabat terbaik bagi anak, yang setia yang
siap mendengar segala cerita dan curahan hati anak. Masa ini
adalah masa pubertas untuk anak-anak.

Semasa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hidup, banyak


sahabat-sahabatnya di usia remaja. Zubair bin Awwam berusia
15 tahun, Thalhah bin Ubaidillah di usia 16 tahun, Sa’ad bi Abi
Waqash di usia 16 tahun, Zain bi Tsabit di usia 13 tahun, dan
seterusnya. Semuanya merasa sangat nyaman dan aman
bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Predikat orangtua yang sukses dalam mendidik anak, tak akan
melekat jika terdapat satu fase yang gagal dalam mendidik anak.
Tentunya dalam mendidik anak, dibutuhkan pengetahuan,
kesabaran dan kesiapan. Semoga kita menjadi orangtua terbaik
untuk anak-anak kita.
https://suaramuslim.net/pendidikan-anak-ala-nabi-
muhammad-saw/
DAPUR KU
Cara membuat baklava khas negara Turki sebenarnya cukup
mudah lho. Nah resep Turki ini lagi naik daun sehubungan
dengan banyaknya serial drama Turki yang lagi tayang di
Indonesia. Salah satu yang paling kondang adalah Baklava. Jenis
makanan ini sudah tersebar ke seluruh dunia. Mau tau resep
cara membuatnya? berikut kami sajikan Resep Membuat
Baklava Turki Lezat.

Bahan untuk resep Baklava Turki


12 lembar phyllo siap pakai
Bahan isi :
115 gram kenari
115 gram almond
113 gram mentega, lelehkan kemudian bagi menjadi dua bagian
sama rata (untuk bahan isi dan mengolesi loyang)
55 gram tepung roti
2 sendok makan gula pasir
55 gram aprikot kering, cincang kasar
1 1/2 sendok teh bubuk kayu manis
1/4 sendok teh cengkeh
1/2 sendok teh garam
3 sendok makan madu

Resep Membuat Baklava Turki Lezat

Bahan untuk resep Baklava Turki

 Membuat bahan isi : masukkan kenari, almond, aprikot,


gula, tepung roti, cengkeh, garam dan juga kayu manis
dalam blender. Kemudian haluskan semua bahan.
 Kemudian pindahkan dalam mangkuk, kita tambahkan
madu dan mentega cair. Aduk aduk hingga rata.
 Setelah itu ambil loyang persegi kemudian olesi loyang
dengan mentega cair.
 Lalu ambil selembar phyllo dalam loyang kemudian beri
bahan isi, lakukan hal yang sama sampai lembaran phyllo
dan bahan isi habis.
 Kemudian siram sisa mentega diatas phyllo
 Pangang dalam oven selama kurang lebih 25 menit dengan
suhu oven sekitar 176 derajat celcius.
 Setelah itu angkat, dinginkan dan sajikan dalam piring saji.
 Baklava sangat pas disajikan saat berkumpul dan bersantai
dengan keluarga atau saat berbuka puasa.
https://kulinermedia.blogspot.com/2015/12/resep-membuat-
baklava-turki-lezat.html

Anda mungkin juga menyukai