Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kelainan mata yang paling banyak di seluruh dunia dan

merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan adalah

miopia.1 Miopia berasal dari bahasa Yunani “Muopia” yang memiliki arti

menutup mata. Miopia terjadi apabila bayangan benda yang terletak jauh

difokuskan di depan retina pada mata yang tidak berakomodasi. Menurut

derajat beratnya, miopia dibagi dalam miopia ringan, dimana miopia

dibawah -3 dioptri (D); miopia sedang, miopia antara -3 sampai -6 D; dan

miopia berat atau tinggi, miopia lebih dari -6 D.2

Miopia merupakan kelainan mata yang tersering di seluruh dunia.

Prevalensi miopia atau nearsightedness di Asia mencapai 50%. Kejadian

miopia yang terus meningkat dalam 50 tahun terakhir diperkirakan sudah

mengenai 1,6 miliar penduduk di seluruh dunia dan diperkirakan

prevalensi miopia pada anak usia 15-19 tahun pada tahun 2050 mencapai

240 miliar. Menurut perhitungan WHO, jika tidak dilakukan tindakan

pencegahan dan pengobatan terhadap miopia, jumlah penderita miopia

akan semakin meningkat. Institute of Eye Research memperkirakan pada

tahun 2050 jumlah penderita miopia akan mencapai 3620 hingga 6056

miliar penduduk. Prevalensi miopia ditemukan bervariasi sesuai dengan

kelompok etnis dan letak geografis. Asia dilaporkan menduduki posisi

1
pertama dengan Cina sebagai negara dengan angka miopia tertinggi di

dunia.3,4

Sebagian besar miopia di dunia berkembang pada anak usia

sekolah dan akan stabil pada usia remaja, namun pada sebagian orang

akan menunjukkan perubahan ketika usia dewasa muda pada saat duduk

di bangku perkuliahan.5 Prevalensi miopia di Asia Tenggara sebesar 20%

pada anak-anak pendidikan dasar dan 80% pada dewasa muda, dengan

meningkatnya (kurang lebih 20%) pula proporsi dewasa muda dengan

miopia berat. Insiden miopia pada orang dewasa di Indonesia diperkirakan

mencapai 25% populasi orang dewasa dan pada anak sekitar 10-12%.6

Manifestasi dari perubahan tersebut dapat berupa peningkatan miopia dari

miopia sebelumnya yang biasa dikenal dengan progresivitas miopia

dewasa (adult myopia progression) atau timbulnya miopia pada individu

yang semula normal (emetropik) ataupun hiperopik (adult onset myopia).5

Penyebab miopia bersifat multifaktorial, berhubungan dengan faktor

genetik (internal) dan lingkungan (eksternal). Faktor internal meliputi

genetik, riwayat keluarga, panjang bola mata, usia, jenis kelamin dan

etnik. Faktor eksternal meliputi pencahayaan saat tidur, membaca,

pendidikan dan aktivitas melihat dekat. Ada kontroversi mengenai etiologi

tepat dari miopia (keturunan dan kebiasaan), tetapi penelitian terbaru telah

memperkuat teori bahwa riwayat keluarga positif adalah faktor risiko

utama untuk mengembangkan miopia. Studi menunjukkan bahwa anak-

anak dari orang tua yang keduanya memiliki miopia memiliki prevalensi

2
miopia 30% hingga 40%, dan ketika hanya satu yang menderita,

prevalensi 20% hingga 25%. Jika tidak ada orang tua yang mengalami

miopia, ada kemungkinan kurang dari 10% mengembangkan miopia.7

Mahasiswa kedokteran memiliki kurikulum belajar yang lama dan

intensif sehingga melibatkan aktivitas melihat dekat seperti membaca dan

menulis. Telah diperkirakan bahwa aktivitas melihat dekat dapat

menyebabkan berkembangnya miopia di usia dewasa.8

Penelitian yang dilakukan pada mahasiswa fakultas kedokteran di

Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta pada tahun 2011 memperlihatkan

hasil sebesar 62,50% mahasiswa mengalami miopia. Penelitian ini

menyatakan bahwa seseorang yang memiliki riwayat keluarga miopia

memiliki prevalensi sebesar 61,66% sedangkan mahasiswa yang

menghabiskan waktunya dengan aktivitas melihat dekat seperti membaca,

menonton dan menggunakan computer mengalami miopia dengan

prevalensi sebesar 56,67%.9

Maka dari itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi derajat miopia pada mahasiswa fakultas

kedokteran di Universitas Muslim Indonesia dengan populasi mahasiswa

preklinik angkatan 2016 dan 2017 sehingga dapat menjadi sarana

informasi pada mahasiswa terkait miopia.

3
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat miopia pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan

2016 dan 2017.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran derajat miopia, riwayat miopia keluarga

(genetik) dan aktivitas melihat dekat pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017.

2. Mengetahui gambaran riwayat miopia keluarga (genetik) terhadap

derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017.

3. Mengetahui gambaran aktivitas melihat dekat terhadap derajat

miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia angkatan 2016 dan 2017.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Dengan seluruh tahapan penelitian ini, akan menjadi pengalaman

berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang

miopia.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan informasi tentang keluhan, diagnosis dan

komplikasi mata miopia.

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk data acuan dalam melakukan penelitian berikutnya dalam

miopia dengan variabel yang berbeda.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Miopia

2.1.1 Definisi Miopia

Miopia (nearsightedness) adalah suatu kelainan refraksi dimana

gambaran dari objek yang jauh, terfokus di depan retina. Sehingga untuk

meletakkan bayangan di retina, maka titik terjauh harus lebih dekat ke

bola mata dibandingkan dengan orang normal.10

Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar

atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Menurut derajat

beratnya, miopia dibagi dalam miopia ringan, dimana miopia dibawah 3

dioptri (D); miopia sedang, miopia antara 3-6 D; dan miopia berat atau

tinggi, miopia lebih dari 6 D.11

2.1.2 Epidemologi

Prevalensi miopia atau nearsightedness di Asia mencapai 50%.

Kejadian miopia yang terus meningkat dalam 50 tahun terakhir

diperkirakan sudah mengenai 1,6 miliar penduduk di seluruh dunia dan

diperkirakan prevalensi miopia pada anak usia 15-19 tahun pada tahun

2050 mencapai 240 miliar. Menurut perhitungan WHO, jika tidak dilakukan

tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap miopia, jumlah penderita

miopia akan semakin meningkat. Institute of Eye Research

memperkirakan pada tahun 2050 jumlah penderita miopia akan mencapai

3620 hingga 6056 miliar penduduk. Prevalensi miopia ditemukan

6
bervariasi sesuai dengan kelompok etnis dan letak geografis. Asia

dilaporkan menduduki posisi pertama dengan Cina sebagai negara

dengan angka miopia tertinggi di dunia.3,4

Di Makassar, angka kebutaan dan kelainan mata pada anak belum

pernah dilaporkan sebelumnya. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) di

Indonesia (2007) menunjukkan angka kebutaan sebesar 0,9%. Dengan

angka tertinggi di Provinsi Sulawesi Selatan (2,6%) dan terendah di

Provinsi Kalimantan Timur (0,3%).12

2.1.3 Etiologi

Etiologi miopia belum diketahui, diduga dipengaruhi oleh faktor

lingkungan dan faktor genetika.13 Dari beberapa studi penelitian genetik di

Eropa didapatkan bahwa faktor genetik mempengaruhi 80% untuk

terjadinya kelainan refraksi. Faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia

seperti aktivitas melihat dekat, tingkat pendidikan orang tua, status social

ikut menyebabkan prevalensi miopia yang meningkat.9

2.1.4 Faktor risiko

2.1.4.1 Keturunan

Keadaan refraktif ditentukan oleh kontribusi relatif dari komponen

optik, terutama kelengkungan kornea, kedalaman ruang anterior, dan

ketebalan lensa yang semuanya menentukan lokasi dari bidang fokus,

dan panjang aksial (terutama kedalaman ruang vitreous) yang

menentukan apakah retina terletak di bidang fokus. Secara terpisah, ini

dapat dinilai sebagai sifat kuantitatif terkait erat dengan fenotipe klinis

7
miopia. Beberapa laporan telah memeriksa agregasi keluarga dan

heritabilitas komponen okular. Sebuah penelitian terhadap tiga keluarga

besar (Sardinia) menemukan bukti sederhana untuk keterkaitan pada

kromosom 2p24. Secara keseluruhan panjang aksial meliputi kedalaman

ruang anterior, dan penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan

kedalaman ruang anterior memiliki hubungan inversa serta kesalahan

bias.14

Laporan heritabilitas untuk kedalaman ruang anterior berkisar

antara 70% hingga 94% dan studi (Sardinia) yang sama menemukan bukti

hubungan sederhana untuk kromosom 1p32. Semakin curam

kelengkungan kornea, semakin mungkin kesalahan bias yang dihasilkan

adalah rabun mata. Heritabilitas memperkirakan untuk rentang

kelengkungan kornea dari 60% menjadi 92%. Studi keluarga Sardinia

mencatat bukti hubungan sederhana kelengkungan kornea ke kromosom

2p25, 3p26, dan 7q22. Peningkatan ketebalan lensa berkorelasi dengan

peningkatan miopia. Studi kembar dizigot dan monozigot melaporkan

heritabilitas 90-93% untuk ketebalan lensa.15

Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke

keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif.

Anak dengan orang tua yang mengalami kelainan refraksi cenderung

mengalami kelainan refraksi.16

Anak dengan salah satu orangtua yang mengalami miopia memiliki

risiko 2 kali lebih besar untuk menderita miopia sedangkan pada anak

8
yang kedua orangtuanya mengalami miopia memiliki risiko 8 kali lebih

besar untuk menderita miopia dibandingkan dengan anak dengan

orangtua tanpa miopia.16

2.1.4.1 Aktivitas jarak dekat

Aktivitas jarak dekat antara lain aktivitas membaca, menggunakan

smartphone dan laptop dapat berpengaruh terhadap kejadian miopia. Hal

ini dikarenakan aktifitas jarak dekat dalam waktu lama akan menyebabkan

otot siliaris menjadi tegang sehingga lensa menjadi cembung dan

mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan retina yang menimbulkan

miopia.17

Membaca merupakan aktivitas yang memerlukan penglihatan jarak

dekat. Pada saat membaca terdapat komponen saccadic mata yang

mempengaruhi kerja otot mata, sehingga kelelahan mata lebih cepat

timbul dan risiko timbulnya miopia lebih besar.18 Anak-anak dengan

miopia yang tinggi, membaca lebih sering dibanding dengan anak-anak

dengan miopia rendah ataupun yang tidak miopia yaitu lebih dari 2 buku

dalam seminggu. Jarak membaca yang terlalu dekat (<30 cm) dan lama

membaca (>30 menit) juga dapat meningkatkan terjadinya miopia.19 Hasil

penelitian menunjukkan bahwa miopia lebih banyak dialami oleh siswa

yang membaca buku selama 2 jam atau lebih.18

Penggunaan smartphone dan laptop juga termasuk aktivitas

dengan jarak pandang dekat. Suatu sinar yang disebut high energy visible

atau heV atau dikenal sebagai blue light adalah salah satu bagian dari

9
spektrum cahaya yang berada di antara biru dan violet adalah cahaya

yang sangat kuat dan dihasilkan oleh peralatan elektronik modern.

Cahaya ini menjadi salah satu penyebab masalah penglihatan. Blue-violet

light memberi pengaruh yang tidak baik bagi tubuh karena dapat merusak

sel-sel di mata termasuk sel-sel otot mata. Mata yang terekspos terlampau

lama oleh heV akan berdampak pada retina, heV penetrasi ke pigmen

makula pada mata dan menyebabkan kerusakan perlindungan mata

sehingga mata akan lebih rentan terhadap paparan heV dan degenerasi

sel.20

Ketika mata melihat objek pada jarak dekat, lensa mata akan

menebal untuk fokus pada sasaran yang dekat, mekanisme ini melibatkan

proses akomodasi dan konvergensi. Jika mata melihat objek dekat pada

waktu yang lama akan menyebabkan ketegangan otot. Jarak monitor yang

dianjurkan untuk pengunaan computer yaitu ≥60 cm, computer sebaiknya

di letakan lebih rendah dari garis horizontal mata dengan membentuk

sudut ≥30 derajat, keadaan ini dapat dicapai bila jarak monitor terletak 15

cm hingga 25 cm dibawah garis horizontal mata. Kemudian kecerahan

tampilan monitor dengan background yang terang dan huruf yang gelap

akan mengurangi kelelahan mata.16

Screen based activities adalah waktu yang digunakan untuk

melakukan atau aktivitas didepan layar media elektronik tanpa melakukan

aktifitas olahraga misalnya duduk bermain smartphone dan menggunakan

laptop. Salah satu klasifikasi yang sering dipakai ialah berdasarkan

10
rekomendasi waktu maksimum dari The American Academi of Pediatrics.

Asosiasi ini merekomendasikan waktu maksimum 2 jam/sehari untuk anak

dan remaja diatas 2 tahun untuk screen based activity. Banyak riset

menggunakan standar ini untuk mengklasifikasikan screen time.16

2.1.5 Klasifikasi

Pada miopia panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar

kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat. Seperti Miopia Refraktif

yaitu bertambahnya indeks bias media penglihatan dimana lensa menjadi

lebih cembung sehingga pembiasan cahaya lebih kuat dan miopia aksial

yaitu terjadi akibat pangjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan

kornea dan lensa normal. Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam:11

a. Miopia ringan, dimana miopia <-3 Dioptri

b. Miopia sedang, dimana miopia -3 sampai -6 dioptri

c. Miopia berat, dimana miopia >-6 dioptri

2.1.6 Manifestasi klinik

Gejala utama dari miopia adalah penglihatan kabur untuk objek

yang jauh. Titik penglihatan yang jauh, berbanding terbalik dengan derajat

miopia. Saat miopia meningkat, titik yang jauh dari pandangan yang jelas

bergerak lebih dekat ke mata. Dengan miopia 1 diopter, misalnya, titik

fokus yang jelas adalah 1 m dari mata, dengan miopia 3 dioptri, titik jauh

penglihatan yang jelas adalah hanya 1⁄3 m dari mata.18

Dengan demikian, anak-anak yang rabun cenderung memegang

benda-benda dan bahan bacaan lebih dekat, lebih suka berada dekat

11
dengan papan tulis dan mungkin tidak tertarik pada kegiatan yang

jauh. Memicingkan mata merupakan hal yang umum karena ketajaman

visual meningkat ketika bukaan tutup berkurang, juga dikenal sebagai efek

lubang jarum (pinhole).18

2.1.7 Diagnosis

Pemeriksaan oftalmologis yang dilakukan adalah pemeriksaan

tajam penglihatan secara subjektif dengan menggunakan kartu Snellen

chart pada jarak 6 meter untuk mendapatkan koreksi terbaik. Kelainan

refraksi diukur dalam derajat dioptri dan sebutan miopia menggunakan

tanda– (minus). Berdasarkan derajatnya miopia dbedakan menjadi 3, yaitu

miopia ringan 1-3 dioptri, sedang 3-6 dioptri dan miopia berat >6 dioptri.21

Jika miopia tidak dikoreksi, tajam penglihatan menurun secara

bermakna, bahkan ketika penderita tersebut dikoreksi secara penuh,

sering terdapat penurunan tajam penglihatan koreksi. Hal ini dikarenakan

perubahan-perubahan patologis pada segmen anterior maupun segmen

posterior.22

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang timbul pada miopia adalah akibat dari proses

degenerasi, yaitu:22

1. Floaters

Floaters didefenisikan sebagai bitnik hitam yang bergerak bebas

(Singel ataupun multiple) di vitreus yang terlihat di lapangan pandang

seseorang. Floaters juga disebut suatu gejala yang digambarkan

12
sebagai benang-benang, jaring laba-laba, objek-objek serupa piring

kecil atau cincin tembus pandang.

2. Scotoma

Defek pada lapang-pandangan yang diakibatkan oleh atrofi retina.17

3. Ablatio retina

Merupakan komplikasi yang tersering. Biasanya disebabkan karena

didahului dengan timbulnya hole pada daerah perifer retina akibat

proses-proses degenerasi koroid.

13
2.2 Kerangka Teori

Faktor Resiko

Keturunan Aktivitas Jarak dekat

Menurunkan sifat kelainan


refraksi secara autosomal Intensitas menggunakan Intensitas membaca >2 jam
dominan maupun autosomal komputer atau smartphone secara terus menerus
resesif. >2 jam secara terus dengan jarak <30 cm
menerus
Axis bola mata yang lebih
panjang dibandingkan
panjang fokus media Otot siliaris menjadi tegang sehingga lensa menjadi cembung dan
refrakta. mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan retina.

Bertambahnya indeks bias media dimana lensa menjadi lebih cembung


sehingga pembiasan lebih kuat.

Bayangan benda jatuh di depan retina

Miopia
Bagan 2.1 Kerangka Teori

14
2.3 Kerangka Konsep

Riwayat Keluarga
Derajat Miopia

Aktivitas Jarak dekat

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

15
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross

sectional study menggunakan kuesioner yang dimaksud untuk mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi derajat miopia pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia Makassar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2018-Januari 2019

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas

Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti. Sampel dari

penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia angkatan 2016 dan 2017 yang miopia.

16
3.4 Cara Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan terhadap seluruh mahasiswa Fakultas

Kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017 yang mengalami miopia.

3.5 Kriteria Sampel

3.5.1 Kriteria Inklusi Sampel

1. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Angkatan 2016 dan 2017 yang menderita miopia.

2. Mahasiswa bersedia menjadi responden.

3.5.2 Kriteria Eksklusi Sampel

1. Mahasiswa menderita miopia yang disertai penyakit mata lain.

2. Mahasiswa yang mengisi kuesioner namun tidak dapat diolah karena

pengisian tidak lengkap atau kuesioner tidak kembali.

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.6.1 Derajat Keparahan atau Koreksi Miopia

Ukuran lensa sferis negatif yang digunakan agar dapat melihat

dengan jelas tanpa akomodasi.

Menurut derajatnya miopia terbagi atas :

1. Miopia ringan adalah miopia <-3 Dioptri

2. Miopia sedang adalah miopia antara -3 sampai -6 Dioptri

3. Miopia berat adalah miopia >-6 Dioptri

17
3.6.2 Aktivitas melihat dekat

Lamanya waktu (jam) per hari yang dibutuhkan untuk membaca

dengan jarak <30 cm; menggunakan smartphone; dan menggunakan

laptop dengan jarak <60 cm secara terus menerus.

1. < 2 jam

2. ≥ 2 jam

2.6.3 Riwayat keluarga

Penderita mempunyai orang tua atau saudara yang mengalami

miopia

1. Nenek atau kakek mengalami miopia

2. Ayah mengalami miopia

3. Ibu mengalami miopia

4. Tidak ada riwayat miopia

3.7 Sumber Data dan Instrumen Penelitian

3.7.1 Sumber Data

1. Data primer

Data yang diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada

responden.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia.

18
3.7.2 Instrumen Penelitian

Instrumen data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner yang disesuaikan dengan kuesioner sebelumnya.

3.8 Alur Penelitian

Mendata nama-nama mahasiswa FK-UMI


Angkatan 2016 dan 2017 yang miopia

Total Sampling

Informed Consent

Setuju Tidak Setuju

Pengisian kuesioner oleh mahasiswa

Pengambilan data dari kuesioner

Sortir data

Memenuhi syarat Tidak memenuhi


syarat

Analisis dan
pengolahan data Dikeluarkan
dengan SPSS 23.0

Bagan 3.1 Alur Penelitian

19
3.9 Manajemen Data

3.9.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner.

3.9.2 Pengolahan Data

Pengolahan data hasil penelitian dilakukan melalui tahapan sebagai

berikut:

1. Editing yaitu tindakan pengecekan data yang telah diperoleh untuk

menghindari kekeliruan kemudian mengalokasikan data-data

tersebut dalam bentuk kategori – kategori yang telah ditentukan.

2. Coding atau mengodi data. Pemberian kode sangat diperlukan

terutama dalam rangka pengelolaan data-data secara manual

menggunakan kalkulator maupun dengan komputer.

3. Tabulating yaitu hasil pengelompokan data kemudian ditampilkan

secara deskriptif dalam bentuk tabel sebagai bahan informasi.

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan program

SPSS (statical product and service solution) versi 23.0 dengan sebelumnya

mengolah data dengan bantuan program microsoft word dan microsoft

excel 2010 dan analisis data diolah secara statik lalu dilanjutkan dengan

analisis univariat.

20
3.9.3 Penyajian Data

Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi untuk menggambarkan karakteristik penderita disertai dengan

penjelasan yang sesuai.

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia dan

mendapatkan surat keterangan lulus kaji etik sehingga penelitian dapat

dilakukan.

21
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Gambar 4.1 Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar didirikan tanggal 23

Juni 1954 dan ditinjau dari segi usia UMI merupakan perguruan tinggi tertua

di kawasan Indonesia Timur dan sekaligus merupakan perguruan tinggi

swasta di kawasan Indonesia Timur yang menjadi kebanggaan umat

muslim Sulawesi Selatan.

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (FK UMI)

didirikan pada tahun 1992. Pada tanggal 16 April 1986 berdasarkan Surat

Keterangan (SK) Rektor UMI Nomor 1381/H.20/UMI/IV/1986 dibentuk tim

khusus persiapan pembentukan Fakultas Kedokteran. Usaha tersebut

membuahkan hasil dengan terbitnya Surat Keterangan Menteri Penddikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikti

22
Depdikbud) Nomor 270/Dikti/Kep/1992, tertanggal 8 Juni 1992 tentang

pendirian Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia setelah

mendapat rekomendasi dari Komisarium Ilmu Kesehatan.

Berikut uraian tentang gambaran umum Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia:

a. Nama Instansi :Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia

b. Alamat : Jalan Jenderal Urip Sumoharjo Km.5 No.226

c. No. Telp/Fax : (0411)443280/(0411)432730

d. Kota : Makassar

e. Provinsi : Sulawesi Selatan

4.2 Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia periode

sekarang adalah:

1. Dekan :

Prof. dr. H. Syarifuddin Wahid, Ph.D., Sp.PA(K). ,Sp.F. DFM.

2. Wakil Dekan I : Dr. dr. H. Nasruddin, A.M., Sp.OG, MARS

3. Wakil Dekan II : dr. Ida Royani, M. Kes

4. Wakil Dekan III : dr. Syamsu Rijal, M.Kes, Sp.PA

5. Wakil Dekan IV : Drs. M.Akil, S.H., M.H.

23
4.3 Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Adapun visi dan misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim

Indonesia adalah sebagai berikut:

VISI

“Menjadi Fakultas Kedokteran yang Unggul dalam Pendidikan dokter dan

Pengembangan Ilmu kedokteran yang Menghasilkan Dokter yang Bermutu

dan Islami melalui Penerapan Prinsip Tata Kelola yang Baik Menuju World

Class University”

MISI

1. Menyelenggarakan program pendidikan kedokteran dengan penguatan

kedokteran komunitas yang bermutu dan bercirikan keIslaman.

2. Menyelenggarakan program penelitian kedokteran yang berkualitas dan

terpublikasi nasional maupun internasional.

3. Melakukan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan demi

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus menjalankan

fungsi dakwah.

4. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang berbasis

kinerja.

5. Melakukan pengembangan program studi pendidikan dokter menuju

world class university.

24
4.4 Sarana dan Prasarana Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia

1. Gedung yang berlantai V yang dilengkapi Air Conditioner (AC), Sound

System, multimedia dan Closed Circuit Television (CCTV). Terdiri atas:

ruang kuliah,auditorium teleconference dan ruang penyiaran radio FK

UMI Medical FM, laboratorium, keterampilan klinik, laboratorium

terpadu, laboratorium komputer dan internet, perpustakaan, ruang untuk

pimpinan, ruang untuk tenaga administrasi serta ruang Medical Unit/

ruang dosen.

2. Gedung berlantai 1 untuk laboratorium dasar, ruang kuliah, ruang

diskusi tutorial, ruang Karya Tulis Ilmiah, serta kantin.

3. Fasilitas manikin untuk keterampilan klinik

4. Gedung Student Centre

5. Sarana parkiran

6. Sarana olahraga

7. Rumah Sakit Ibnu Sina Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia

dan beberapa Rumah Sakit kerjasama serta Puskesmas di Kota

Makassar dan sekitarnya.

25
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia yang terletak di Jalan Urip Sumohardjo Km. 5,

Panaikang, Panakukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231.

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2018-Januari 2019, dengan

responden sejumlah 83 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017. Berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi, jumlah sampel yang memenuhi syarat penelitian adalah 56

mahasiswa. Sampel yang digunakan menggunakan teknik total sampling.

Data yang didapatkan kemudian diolah dengan bantuan program Microsoft

Office Excel 2010 dan Statistical Package for the Social Sciences 23 (SPSS

23).

Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi derajat miopia pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017, faktor yang diteliti

yaitu riwayat keluarga dan aktivitas melihat dekat.

5.1.1 Analisis Univariat

Analisis univariat berikut ini menjelaskan mengenai distribusi derajat

miopia, riwayat keluarga (genetik) dan aktivitas melihat dekat pada

26
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia angkatan

2016 dan 2017 yang mengalami miopia.

Distribusi Derajat Miopia

Tabel 5.1 Distribusi derajat miopia


No Derajat Miopia Frekuensi Persentase
1 Ringan 43 76.79
2 Sedang 10 17.86
3 Berat 3 5.35
Total 56 100.00
Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.1 dari 56 responden terlihat hampir seluruh

responden yaitu sebanyak 43 orang (76.79%) memiliki derajat miopia

ringan, 10 orang (17.86%) miopia sedang, dan 3 orang (5.35%) miopia

berat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa derajat miopia yang paling

banyak terjadi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016

dan 2017 merupakan miopia ringan.

Distribusi Riwayat Miopia Keluarga

Riwayat keluarga dilihat berdasarkan dari ada tidaknya keluarga

responden yang diketahui menggunakan kacamata untuk melihat jauh,

dikategorikan menjadi ada riwayat miopia di keluarga (ayah, ibu,

nenek/kakek) dan tidak ada riwayat miopia.

Tabel 5.2 Distribusi riwayat miopia keluarga


No Riwayat Miopia Frekuensi Persentase
1 Tidak Ada 15 26.8
2 Ada 41 73.2
Total 56 100
Data primer, 2019

27
Berdasarkan tabel 5.2 dari 56 orang responden miopia terlihat

sebanyak 41 orang (73.2%) responden memiliki riwayat miopia keluarga.

Hal ini berarti bahwa hampir seluruh responden memiliki keterkaitan miopia

dalam keluarganya.

Distribusi Aktivitas Melihat Dekat Responden

Kebiasaan Membaca Buku dengan Jarak <30 cm

Tabel 5.3 Distribusi kebiasaan membaca buku dengan jarak <30 cm


No Lamanya membaca Frekuensi Persentase
1 Terus menerus <2 jam 36 70.6
2 Terus menerus ≥2 jam 15 29.4
Total 51 100
Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diperoleh responden yang melakukan

aktivitas melihat dekat berupa membaca buku dengan jarak <30 cm dengan

lama aktivitas <2 jam secara terus menerus sebanyak 36 orang dengan

persentase 70.6% dan 29.4% untuk responden yang membaca terus

menerus selama ≥2 jam.

Kebiasaan Menggunakan Laptop/Komputer dengan Jarak <60 cm

Tabel 5.4 Distribusi kebiasaan menggunakan laptop/komputer dengan jarak <60 cm


No Screen Time Frekuensi Persentase
1 <2 jam 31 64.6
2 ≥2 jam 17 35.4
Total 48 100
Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.4 dari 48 responden miopia yang memiliki

kebiasaan menggunakan laptop/komputer dengan jarak <60 cm dan screen

28
time <2 jam yaitu sebanyak 31 orang (64.6%) sedangkan ≥2 jam sebanyak

17 orang (35.4%). Dapat disimpulkan bahwa lebih banyak responden

miopia yang memiliki kebiasaan menggunakan laptop/komputer selama <2

jam (screen time) dengan jarak <60 cm.

Kebiasaan Menggunakan Handphone

Tabel 5.5 Distribusi kebiasaan menggunakan handphone


No Screen Time Frekuensi Persentase
1 <2 jam 24 45.3
2 ≥2 jam 29 54.7
Total 53 100
Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.5 dari 53 responden miopia yang memiliki

kebiasaan menggunakan handphone (hp) terdapat sebanyak 24 orang

(45.3%) menggunakan hp dengan screen time <2 jam sedangkan ≥2 jam

sebanyak 29 orang (54.7%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

responden miopia memiliki kebiasaan menggunakan hp ≥2 jam.

5.1.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hubungan antara variabel

independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan uji Chi-

square (X2). Adapun hasil analisis data tersebut sebagai berikut:

29
Hubungan Antara Riwayat Keluarga Terhadap Derajat Miopia

Tabel 5.6 Hubungan riwayat keluarga (genetik) terhadap derajat miopia


Miopia
Total
Riwayat miopia Ringan Sedang Berat Nilai p
n % N % n % n %
Tidak 15 100.0 0 0.0 0 0.0 15 100.0
Ya 28 68.29 10 24.39 3 7.32 41 100.0 0.045
Total 43 76.78 10 17.86 3 5.36 56 100.0
Data primer, 2019

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, terdapat hubungan bermakna antara

riwayat miopia keluarga dengan derajat miopia dengan nilai p 0.045 yang di

dapat dengan uji Chi-square.

Grafik 5.1 Grafik Hubungan antara Riwayat Genetik dengan Derajat Miopia pada

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017

Terlihat dari diagram diatas, responden yang memiliki riwayat

genetik, memiliki derajat miopia yang lebih berat.

30
Hubungan Antara Aktivitas Melihat Dekat Terhadap Derajat Miopia

Tabel 5.7 Hubungan aktivitas melihat dekat terhadap derajat miopia


Miopia
Total Nilai
Aktivitas Ringan Sedang Berat
p
n % n % N % n %
Membaca dengan jarak
< 30 cm
Terus menerus selama
28 77.78 6 16.67 2 5.55 36 100.0
<2 jam 0.496
Terus menerus selama
11 73.3 4 26.7 0 0.0 15 100.0
≥2 Jam
Total 39 76.5 10 19.6 2 3.9 51 100.0
Menatap layar
komputer/laptop
Terus menerus selama
24 77.4 6 19.4 1 3.2 31 100.0
<2 jam 0.505
Terus menerus selama
12 70.6 3 17.6 2 11.8 17 100.0
≥2 Jam
Total 36 75.0 9 18.7 3 6.3 48 100.0
Bermain handphone
Terus menerus selama
22 91.7 2 8.3 0 0.0 24 100.0
<2 jam
0.037
Terus menerus selama
18 62.1 8 27.6 3 10.3 29 100.0
≥2 Jam
Total 40 75.47 10 18.87 3 5.66 53 100.0
Data primer, 2019

Hasil uji statistik (Chi-square penggabungan sel) tentang hubungan

antara lama aktivitas jarak dekat dengan derajat miopia dirincikan sebagai

berikut, yaitu; lama membaca membaca dengan jarak <30 cm memiliki nilai

p 0.496; menatap layar komputer atau laptop dengan jarak <60 cm memiliki

nilai p 0.505 dan bermain handphone dengan nilai p 0.037. Parameter

aktivitas melihat dekat yaitu membaca dan menggunakan komputer

memiliki nilai p>0.05 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara aktivitas membaca dan menggunakan komputer jarak dekat dengan

derajat miopia. Sedangkan untuk aktivitas melihat dekat berupa bermain

31
handphone memiliki nilai p 0.037 atau <0.05 artinya terdapat hubungan

antara lamanya aktivitas bermain handphone dengan miopia.

Grafik 5.2 Grafik Hubungan antara Lama membaca jarak <30 cm dengan Derajat
Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017

Berdasarkan grafik 5.2 terlihat lebih banyak responden miopia yang

memiliki aktivitas membaca terus menerus selama <2 jam dengan jarak

<30 cm.

Grafik 5.3 Grafik Hubungan antara Lama Penggunaan Laptop/Komputer jarak <60 cm
dengan Derajat Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016 dan
2017

Berdasarkan grafik 5.3 terlihat lebih banyak responden miopia yang

menggunakan laptop/komputer terus menerus selama <2 jam dengan jarak

<60 cm.

32
Grafik 5.4 Grafik Hubungan antara Lama Penggunaan handphone dengan Derajat
Miopia pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017

Berdasarkan grafik 5.4 terlihat bahwa responden dengan derajat

miopia yang berat cenderung menggunakan handphone secara terus-

menerus dengan durasi ≥2jam.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia angkatan 2016 dan 2017 didapatkan lebih

dari setengah responden (43 orang) menderita derajat miopia ringan

dengan persentase 76.79%.

Hasil analisis statistik data kuesioner tentang faktor genetik terhadap

derajat miopia menunjukkan nilai p 0.045 (p<0.05) yang berarti terdapat

hubungan antara faktor genetik dengan derajat miopia pada mahasiswa FK

UMI angkatan 2016 dan 2017. Berdasarkan sampel yang diperoleh, jumlah

sampel yang memiliki faktor genetik miopia berjumlah 73.2% (41 orang).

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel yang memiliki faktor genetik

memiliki kecendrungan mengalami miopia dibandingkan sampel yang tidak

memiliki faktor genetik. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang

33
pernah dilakukan oleh (Rizaldy, 2017) bahwa prevalensi miopia sebesar 33-

60% pada anak dengan kedua orang tua yang mengalami miopia. Pada

anak yang memiliki salah satu orang tua miopia prevalensinya sebesar 23-

40% dan hanya 6-15% anak mengalami miopia yang tidak memiliki orang

tua miopia.23 Sedangkan penelitian yang lain, menunjukkan anak dengan

salah satu orang tua yang mengalami miopia memiliki risiko 2 kali lebih

besar menderita miopia dibandingkan dengan anak dengan orang tua tanpa

miopia. Sedangkan anak dengan kedua orang tua yang mengalami miopia

memiliki risiko 8 kali lebih besar menderita miopia dibandingkan dengan

anak dengan orang tua tanpa miopia (Wei Pan, 2012).24

Hasil uji statistik (Chi-square penggabungan sel) tentang hubungan

antara lama aktivitas jarak dekat dengan derajat miopia dirincikan sebagai

berikut, yaitu; lama membaca membaca dengan jarak <30 cm memiliki nilai

p 0.496; menatap layar komputer atau laptop dengan jarak <60 cm memiliki

nilai p 0.505. Parameter aktivitas melihat dekat yaitu membaca dan

menggunakan komputer memiliki nilai p>0.05 yang artinya tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara aktivitas membaca dan menggunakan

komputer dekat dengan derajat miopia. Penelitian yang dilakukan oleh

Imam dan kawan kawan tentang hubungan aktivitas jarak dekat dengan

miopia juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna

secara statistik (p>0,05) untuk seluruh parameter yang digunakan untuk

aktivitas melihat dekat (belajar, menonton televisi, bermain video game,

menggunakan komputer).25 Penelitian yang dilakukan oleh Melita juga

34
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan secara statistic antara

membaca buku pelajaran (p=0,961), membaca untuk hobi (p=nilai konstan),

menulis (p=0,298), menggunakan laptop, dan bermain video game

(p=0,940), menonton televisi (p=0,701) dengan kejadian miopia. 17

Sedangkan parameter melihat dekat berupa bermain handphone

memiliki nilai p 0.037, artinya terdapat hubungan antara bermain

handphone dengan derajat miopia. Hal ini sesuai dengan literatur yang

menyatakan bahwa individu tanpa faktor predisposisi miopia yang terpajan

faktor miopigenik secara terus-menerus (misalnya aktivitas melihat dekat,

handphone) pada akhirnya dapat mengalami miopia.26

5.3 Keterbatasan Penelitian

5.3.1 Desain penelitian ini merupakan cross sectional dimana peneliti

melakukan penelitian terhadap variabel hanya satu kali.

5.3.2 Penelitian ini masih terbatas dikarenakan hanya dilakukan pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

35
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Gambaran distribusi miopia pada mahasiswa Fakultas

Kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017 berdasarkan derajat

miopia yang paling banyak terjadi adalah miopia ringan dengan

persentase 76.79%, 73.2% memiliki riwayat miopia keluarga,

70.6% membaca terus-menerus selama <2 jam dengan jarak <30

cm, 64.4% memiliki kebiasaan menggunakan laptop/komputer

terus-menerus selama <2 jam, dan 54.7% memiliki kebiasaan

menggunakan handphone secara terus menerus selama ≥2 jam.

2. Dilihat dari hasil analisis, faktor riwayat keluarga (genetik)

memiliki hubungan yang signifikan terhadap derajat miopia pada

mahasiswa fakultas kedokteran UMI angkatan 2016 dan 2017

dengan nilai p 0.045 (p<0.05).

3. Faktor aktivitas melihat dekat yaitu membaca dan menggunakan

komputer/laptop yang ditinjau dari waktunya tidak memiliki

hubungan yang signifikan terhadap derajat miopia pada

mahasiswa FK UMI angkatan 2016 dan 2017 dengan nilai p

0.496 untuk aktivitas membaca dan 0.505 untuk aktivitas

menggunakan komputer/laptop.

4. Faktor aktivitas melihat dekat yaitu menggunakan handphone

memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat miopia pada

36
mahasiswa FK UMI angkatan 2016 dan 2017 dengan nilai p

0.037.

6.2 Saran

1. Diharapkan kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian

yang sama, dalam pembuatan pertanyaan kuesioner lebih

spesifik dan detail, sehingga terlihat perbedaan jawaban yang

bermakna.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Cheng KP. Anatomy of the ocular structures and visual system.


2018:691-732. doi:10.1016/B978-0-323-39303-4.00020-7.
2. Riordan-eva P. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th
ed. The McGraw-Hill Companies Inc.; 2008.
3. Yu L, Li Z-K, Gao J-R, Liu J-R, Xu C-T. Epidemiology, genetics and
treatments for myopia. Int J Ophthalmol. 2011;4(6):658-669.
doi:10.3980/j.issn.2222-3959.2011.06.17.
4. Holden BA, Fricke TR, Wilson DA, et al. Global Prevalence of Myopia
and High Myopia and Temporal Trends from 2000 through 2050.
Ophthalmology.2016;123(5):1036-1042.
doi:10.1016/j.ophtha.2016.01.006.
5. Ostrow GI, Faap F. Myopia. In: American Academy Of
Ophthalmology; 2017:1-13.
6. Lidiawati M. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Miopi pada
Murid SMA Negeri 3 Banda Aceh. SEMDI UNAYA.
2017;(November):515-523.
7. Devetski TS. Myopia and Common Refractive Disorders. Second Edi.
Elsevier Inc.; 2009. doi:10.1016/B978-1-4160-4417-8.50164-9.
8. Chalasani S, Kumar Jampala V, Nayak P. Myopia among Medical
Students-A Cross Sectional Study in A South Indian Medical College.
2012;5(2):3-3.
9. Hayatillah A. Prevalensi Miopia dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011. 2011.
10. F A Vera-Diaz. Definition of Myopia: Health and Economic
Implications. In: Schepens Eye Research Institute. Elsevier Ltd;
2010:98-105.
11. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Badan Penerbit
FKUI, Jakarta; 2017.
12. Launardo AV, Afifudin A, Syamsu N, Taufik R. Kelainan Refraksi
Pada Anak Usia 3 – 6 Tahun di Kecamatan Tallo Kota Makassar.
Progr Pasca Sarj Univ Hasanudin. 2011.
13. Lang GK, Recker D, Spraul CW, Gerhard K. Ophthalmology.; 2000.
14. Young TL. Myopia. Second Edition. Elsevier Inc.; 2018.
doi:10.1016/B978-0-7020-2983-7.00055-3.
15. Wiggs JL. Chapter 91. Eye Diseases. Second Edition. Elsevier Inc.;
2018. doi:10.1016/B978-0-12-382227-7.00091-4.
16. Komariah C, A NW. Hubungan Status Refraksi , dengan Kebiasaan
Membaca , Aktivitas di Depan Komputer , dan Status Refraksi Orang
Tua pada Anak Usia Sekolah Dasar Relationship of Refraction Profile
, with Reading Habit , Computer Activity , and Parental Refraction
Profile on. J Kedokt Brawijaya. 2014;28(2):137-140.
doi:10.21776/ub.jkb.2014.028.02.14.

38
17. Arianti MP. Hubungan antara Riwayat Miopia di Keluarga dan Lama
Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa PSPD UNTAN
Angkatan 2010-2012. J Publ Mhs PSPD FK UNTAN. 2013;3(1).
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jfk/article/viewFile/3768/3770.
18. Olitsky SE, Hug D, Plummer LS, Stahl ED, Lindquist TP.
Abnormalities of Refraction and Accommodation. Twentieth. Elsevier
Inc.; 2016. doi:10.1016/B978-1-4557-7566-8.00620-7.
19. Nurullah N. Hubungan antara jenis kelamin, faktor genetik dan
aktivitas melihat jarak dekat dengan kejadian miopia pada pelajar
smk. st patrick di sabah, malaysia. Fak Kedokt Univ Hasanuddin.
2013.
20. Naftalovich R, Bazan J. The Daily Impact of Digital Screens on the
Eye Health of Americans.; 2013.
21. Basri Saiful. Etiopatogenesis dan Penatalaksanaan Miopia pada Anak
Usia Sekolah. J Kedokt Syiah Kuala. 2014;14(3):181-186.
22. Widodo A, T P. Miopia Patologi. J Oftalmol Indones. 2007;5(1):19-26.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44769/4/Chapter
II.pdf.
23. Rizaldy MI. Hubungan Faktor Keturunan dengan Miopia pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY. Fak
Kedokt dan ilmu Kesehat Univ Muhammmadiyah Yogyakarta.
2017:2017.
24. Pan C-W, Ramamurthy D, Saw S-M. Worldwide prevalence and risk
factors for myopia. Ophthalmic Physiol Opt. 2012;32(1):3-16.
doi:10.1111/j.1475-1313.2011.00884.x.
25. Goldschmidt E. A CTA O PHTHALMOLOGICA S CANDINAVICA
2003 The mystery of myopia. 2003:431-436.
26. Imam Triharyo, Wasisdi gunawan, Suhardjo. Pertambahan Miopia
Pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Perdesaan di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Bagian Ilmu Penyakit Mata Fakultas
Kedokteran UGM/RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Agustus 2008. Vol
6(2): 104-112.

39
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xv
DAFTAR TABEL ................................................................................... xvi
DAFTAR GRAFIK ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

1.4.1 Bagi Peneliti ......................................................................... 5

1.4.2 Bagi Masyarakat ................................................................... 5

1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya .................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

2.1 Tinjauan Umum tentang Miopia ................................................. 6

2.1.1 Definisi Miopia ........................................................................... 6

2.1.2 Epidemologi.......................................................................... 6

40
2.1.3 Etiologi.................................................................................. 7

2.1.4 Faktor risiko .......................................................................... 7

2.1.5 Klasifikasi ............................................................................. 11

2.1.6 Manifestasi klinik .................................................................. 11

2.1.7 Diagnosis.............................................................................. 12

2.1.8 Komplikasi ............................................................................ 12

2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 14

2.3 Kerangka Konsep ...................................................................... 15

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 16

3.1 Desain Penelitian ....................................................................... 16

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 16

3.2.1 Lokasi ................................................................................... 16

3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 16

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 16

3.3.1 Populasi................................................................................ 16

3.3.2 Sampel ................................................................................. 16

3.4 Cara Pengambilan Sampel ........................................................ 17

3.5 Kriteria Sampel .......................................................................... 17

3.5.1 Kriteria Inklusi Sampel .......................................................... 17

3.5.2 Kriteria Eksklusi Sampel ....................................................... 17

3.6 Definisi Operasional dan Kriteria Objektif .................................. 17

3.6.1 Derajat Keparahan atau Koreksi Miopia ............................... 17

3.6.2 Aktivitas melihat dekat .......................................................... 18

2.6.3 Riwayat keluarga .................................................................. 18

3.7 Sumber Data dan Instrumen Penelitian ..................................... 18

41
3.7.1 Sumber Data ........................................................................ 18

3.7.2 Instrumen Penelitian ............................................................. 19

3.8 Alur Penelitian............................................................................ 19

3.9 Manajemen Data ....................................................................... 20

3.9.1 Pengumpulan data ............................................................... 20

3.9.2 Pengolahan Data .................................................................. 20

3.9.3 Penyajian Data ..................................................................... 21

3.10 Etika Penelitian .......................................................................... 21

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN............................ 22

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 22

4.2 Pimpinan Fakultas Kedokteran UMI .......................................... 23

4.3 Visi dan Misi Fakultas Kedokteran UMI ..................................... 24

4.4 Sarana dan Prasarana Fakultas Kedokteran UMI ..................... 25

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 26

5.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 26

5.1.1 Analisis Univariat .................................................................. 26

5.1.2 Analisis Bivariat .................................................................... 29

5.2 Pembahasan.............................................................................. 33

5.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................. 35

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 36

6.1 Kesimpulan ................................................................................ 36

6.2 Saran ......................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 38

42

Anda mungkin juga menyukai