Anda di halaman 1dari 10

JURNAL TIPOLOGI PERUBAHAN FASAD BANGUNAN RUKO

SEBELUM DAN PASCA TSUNAMI DI BANDA ACEH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

“PERENCANAAN DAN PERANCANGAN KOTA”

Dosen Pembimbing :

Nasrullah Ridwan,ST.MT

OLEH

PUTRI PRATAMA (1604104010014)


FARIDA UTAMI (1604104010033)
INTAN AZURA IRASARI (1604104010051)
NURUL ALIYAH (1604104010071)
RIBKA REHULINA GINTING (1604104010074)
MONIQUE SALSABILAH (1604104010080)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2018
TIPOLOGI PERUBAHAN FASAD BANGUNAN RUKO SEBELUM DAN PASCA
TSUNAMI DI BANDA ACEH

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji tipologi perubahan fasad bangunan ruko sebelum dan
sesudah pasca stunami di Banda Aceh. Analisis Penelitian ini menggunakan penelitian secara
kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini akan bermaksud pada fakta, keadaan, dan fenomena-
fenomena yang terjadi dilapangan maupun pada data yang sudah ada. Penelitian ini disajikan
dan dianalisis secara deskriptif. Sampel penelitian ini berada di pusat kota lama Peunayong Kota
Banda Aceh dengan batasan lokasi pada koridor jalan -A. Yani dan koridor jalan RA.Kartini kelu-
rahan Peunayong kecamatan Kuta Alam –Banda Aceh. Sampel dilakukan dengan
metode purposivesampling. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi ke pusat kota lama
Peunayong Kota Banda Aceh dengan batasan lokasi pada koridor jalan -A. Yani dan koridor
jalan RA.Kartini kelu-rahan Peunayong kecamatan Kuta Alam –Banda Aceh. Metode statistik
menggunakan Analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RUKO yang
di bangun pada masa sebelum tsunami dan sesudah tsunami tidak memiliki perubahan dalam
“penggunaanya” akan tetapi berubah pada bentuk dan tampaknya. Ruko yang di bangun
sebelum tsunami terlihat lebih tradisional dengan mempertunjukkan ornamen-ornamen
tradisinya. Sedangkan ruko yang d bangun sekarang lebih menjerumus ke tampak dan bentuk
yang modern menggunakan bahan dan desain yang unik di dinding-dinding ruko tersebut.

Kata kunci: tipologi, fasad, ruko, fungsi ruko, dan sejarah ruko.

ABSTRACT
This study aims to examine the typology of changes in facade of shop buildings before and after
the post tsunami in Banda Aceh. Analysis This research uses qualitative descriptive research. In
this study will mean the facts, circumstances, and phenomena that occur in the field and on
existing data. This study was presented and analyzed descriptively. The study sample was in the
center of the old city of Peunayong, Banda Aceh, with location restrictions on the -A road
corridor. Yani and RA road corridor. Kartini is out of the peunayong sub-district of Kuta Alam -
Banda Aceh. The sample is carried out by purposive sampling method. Data collection was
carried out by observing to the center of the old town of Peunayong, Banda Aceh, with location
restrictions on the -A road corridor. Yani and RA road corridor. Kartini is out of the peunayong
sub-district of Kuta Alam - Banda Aceh. Statistical methods use qualitative descriptive analysis.
The results of this study indicate that the RUKO that was built before the tsunami and after the
tsunami did not have a change in "use" but changed in shape and apparently. The shop that was
built before the tsunami looks more traditional by showing the ornaments of its tradition.
Whereas shop houses that are built now fall more into modern looks and shapes use unique
materials and designs on the walls of the shophouse.

Keywords: typology, facades, shop houses, shop houses, and shop houses history.

1. PENDAHULUAN

Latar belakang

Seiring dengan berkembangnya zaman , menjadikan dunia kepada era yang modern dan praktis.
Hal ini didorong dengan adanya pembangunan ruko yang semakin berkembang, tidak hanya
menjadi sebuah hunian (tempat tinggal), akan tetapi juga dapat menampung beberapa aktivitas
lainnya. Tentu saja hal ini akan berdampak baik pada efisiensi lahan. Bisa dikatakan ruko
merupakan upaya menyiasati lahan sempit dengan menggunakan kemungkinan halaman
rumah.

Menurut Misavan dan Br Gultom (2014) sebagai kawasan yang bergerak dibidang ekonomi dan
jasa perdagangan, pertokoan pada kawasan komersil atau ruko telah melakukan pembaruan
fasad mereka sebagai pendukung untuk melancarkan usaha mereka. Pembaruan ini akan
menghadirkan keseragaman dan keberagaman sebagai ungkapan perwujudan fisik yang
terbentuk yaitu citra suatu tempat (place).
Citra kota dapat disebut juga sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dengan
lingkungannya. Kesan atau Persepsi yang diberikan akan berbeda-beda setiap orang, baik
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pengalaman yang dialami, sudut pengamatan, dan lain-
lain. Pengamatan terhadap citra kota ini lebih ditekankan pada lingkungan fisik atau sebagai
kualitas sebuah obyek fisik (seperti warna, struktur yang kuat, dll) yang akan menimbulkan
bentuk yang berbeda, bagus dan menarik perhatian.

Hal inilah yang mendorong adanya perbedaan fasad ruko yang berbeda bahkan kontras, yang
berpengaruh langsung terhadap wajah/citra kota. Perbedaan ini biasanya didasari atas
kebebasan pemilik toko dalam mengekspresikan bangunannya, sehingga setiap bangunan ruko
memiliki karakteristik sesuai keinginan pemilik ruko tersebut.
Perubahan fasad bangunan ruko ini juga dapat dilatarbelakangi oleh bencana. Misalnya pada
bencana yang terjadi di Aceh tahun 2004 silam. Saat bencana ini terjadi, banyak infrastruktrur
yang rusak seperti gedung, jembatan, pelabuhan, dan sebagainya. Bantuan berupa
pembangunan juga didapat dari banyak pihak. Sehingga beberapa bangunan ada yang
mengalami perubahan bentuk dari bentuk awal sebelum bencana baik dari segi
material/konstruksi maupun bentuknya, namun ada juga yang tidak mengalami perubahan.
Perubahan yang terjadi inilah yang mendasari adanya perbedaan tipologi bangunan sebelum
dan sesudah bencana. Sebagaimana yang dikaji Schultz (1984) bahwa Tipologi merupakan
menyangkut tatanan sosial (sosial order) dan pengorganisasian ruang (spatial organization) yang
dalam hal ini menyangkut ruang (space) berkaitan dengan tempat yang abstrak.

Untuk daerah Banda Aceh, bangunan yang akan dikaji tipologi nya yaitu bangunan ruko.
Bangunan ruko ini telah lama dikenal dan merupakan bangunan yang paling mendominasi di
daerah tersebut, sehingga akan memudahkan pengkajiannya. Bangunan ruko ini di bawa oleh
etnis cina ke Aceh dan telah merambat kebanyak daerah. Salah satu kawasannya yang cukup
terkenal yaitu peunayong. Disini banyak terdapat bangunan ruko, bahkan sebelum adanya
tsunami.

Rumusan Masalah
Pernyataan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana perbedaan tipologi fasad bangunan
ruko sebelum dan pasca tsunami di Banda Aceh serta perubahan tampilan fasad bangunan ruko
tersebut.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengidentifikasi tipologi fasad bangunan ruko sebelum dan
pasca tsunami di Banda Aceh serta mengidentifikasi perubahan tersebut.

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian secara kualitatif deskriptif. Dalam penelitian ini akan
bermaksud pada fakta , keadaan, dan fenomena-fenomena yang terjadi dilapangan maupun
pada data yang sudah ada. Penelitian ini disajikan dan dianalisis secara deskriptif.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TIPOLOGI
Tipologi secara umum
Tipologi adalah ilmu yang mempelajari sesuatu mengenai tipe bangunan atas persamaan yang
dimiliki mengenai suatu pengelompokkan, tipologi ini juga menyangkut tentang elemen-elemen
yang terbentuk dari suatu sistem objek bangunan atau arsitektural.
Tipologi menurut para ahli
 Raphael Moneo
Secara sederhana tipologi dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang memerikan
(describe) sebuah kelompok objek atas dasar kesamaan sifat-sifat dasar. Bahkan bisa juga
dikatakan bahwa tipologi berarti tindakan berpikir dalam rangka pengelompokan.
 Gianugo Polesello
Tipologi arsitektur dibangun dalam bentuk-bentuk arsip dari ‘given types’, yaitu bentuk-bentuk
arsitektural yang disederhanakan menjadi bangun-bangun asal elementernya yang geometrik.
Aturannya ialah bahwa ‘given types’ ini berasal dari sejarah, tetapi juga merupakan hasil
penemuan. Tetapi jenis-jenis ini selalu merupakan ‘given types’ yaitu elemen-elemen yang
merupakan bagian dari suatu sistem (yaitu proyek komposisi), namun juga sekaligus berdiri
sendiri dalam sistem tersebut.

2.2. FASAD
Fasad adalah wajah dari suatu bangunan yang setiap saat terlihat bahkan tak jarang setelah
melihatnya kemudian akan mencermati meskipun hanya dalam waktu sesaat sebelum
memasuki bangunan tersebut.
Dalam buku Dictionary of Architecture & Construction, pengertian fasad adalah bagian
(arsitektural) luar dari wajah bangunan yang terkadang digunakan untuk membedakan dengan
wajah bangunan lainnya dengan cara mengelaborasi detil arsitektural atau ornamental (Harris,
2006).

2.3. RUKO
Menurut Bahasa, Ruko adalah akronim dari sebuah istilah untuk salah satu jenis bangunan.
Akronim tersebut merupakan gabungan dari kata rumah dan toko. Rumah berarti bangunan
sebagai tempat tinggal (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 1323).
2.4. FUNGSI RUKO
Dalam penelitian ini, objek penelitian merupakan sebuah bangunan dengan fungsi utama yang
sama yaitu rumah toko. Dengan fungsi utamanya, ruko telah memiliki tipologi bentuk bangunan
yang cenderung sama. Secara umum, ruko berbentuk persegi panjang dengan ruas struktur
kotak dan mengarah vertikal.
Selain faktor fungsi utama, bentuk ruko juga dipengaruhi oleh fungsi-fungsi pendukung lain
seperti kenyamanan, keamanan, estetika dan sebagainya. Bentukbentuk tersebut hanya
terdapat pada bagian-bagian kecil dari bentuk utamanya. Misalnya balkon pada lantai 2 yang
membuat bidang pada sisi tersebut dimajukan atau dimundurkan. Contoh lain misalnya fungsi
penghawaan dan pencahayaan, yang membuat salah satu sisi ruko terbuka baik sebagian
maupun keseluruhan.

2.5. SEJARAH RUKO


Ruko dapat kita temukan di berbagai kota di dunia sebagai bangunan komersial dan diyakini
sebagai bangunan yang berarsitektur Tionghoa. Dalam pertumbuhannya ruko mengalami
adaptasi dengan kondisi lingkungan setempat, hal inilah yang membuat bentuknya menjadi
beragam. Pada awalnya, dahulu kala pedagangpedagang Tionghoa berlayar dengan tujuan
berdagang rempah-rempah, mereka sering singgah di pelabuhan-pelabuhan sepanjang
perjalanannya untuk menunggu cuaca membaik agar bisa berlayar kembali. Para pedagang yang
tinggal membangun kelompok pemukiman dengan konstruksi dan gaya bangunan yang sama
dengan tempat tinggal di daerah asalnya. Pemukiman ini juga dilengkapi dengan bangunan
ibadah yang dinamakan klenteng dan berada di sekitar pasar, hal inilah yang menyebabkan
timbulnya identitas unik pada kawasan yang mereka bangun. Kawasan komersial masyarakat
Tionghoa ini dikenal dengan nama Pecinan.
Ruko sebenarnya bukanlah bangunan yang timbul akhir-akhir ini. Ruko adalah singkatan yang
dipakai untuk menjelaskan fungsi dari bangunan yang dipakai untuk hunian dan usaha, yaitu
rumah toko. Kalau kita kembali melihat kebelakang apa yang terjadi di Eropa maupun di
Indonesia di masa lalu, fungsi Ruko adalah sama. Ruko muncul karena situasi yang terjadi pada
masa itu akibat terjadinya pemusatan segala jenis kegiatan dan fasilitas pada suatu lingkungan
kota maupun desa karena sistem transportasi dan komunikasi belum seperti saat ini serta
kawasan usaha, hunian, perdagangan, pemerintahan, dan sebagainya berada pada suatu areal
yang terbatas. Sebagai contoh pada kota lama Jakarta yang dikenal dengan Batavia khususnya
di kawasan jalan Toko Tiga atau jalan Perniagaan di daerah Glodog, pertumbuhan ruko dimulai
oleh warga Tionghoa yang berprofesi secara turun temurun sebagai pedagang. Mereka
beranggapan bahwa pada awalnya bidang usaha mereka dapat diurus oleh satu atau beberapa
anggota keluarganya, maka untuk praktisnya bangunan dipakai sebagai tempat usaha dagang,
kantor, toko, gudang, dan sekaligus untuk hunian. Ruang depan untuk usaha, ruang belakang
adalah rumahnya, juga banyak rumah yang bertingkat di mana lantai bawah dipakai untuk
usaha, dan lantai atas dipakai sebagai rumah mereka.
Pola yang terakhir inilah yang tidak berubah sampai saat ini bila ditinjau dari fungsi ruang-
ruangnya. Dhani Mutiari (2004) dalam jurnalnya yang berjudul Karakteristik Tampilan Fasade
Ruko Cina di Surakarta, menemukan adanya kaidahkaidah budaya Cina yang terdiri atas nilai-
nilai keharmonisan, hierarki, dan keseimbangan (simetri) teraplikasi dalam bentuk tampilan
pada fasade rumah atau rumah toko Cina yang masih terlihat secara visual bentuk
tradisionalnya maupun telah bertransformasi ke bentuk universal (universal style). Kondisi ini
tercermin dalam perwajahan ruko-ruko Cina di nusantara yang menjadi cikal bakal munculnya
bangunan ruko di Indonesia.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. LOKASI PENELITIAN

Lokasi studi ini dilakukan di pusat kota lama Peunayong Kota Banda Aceh dengan batasan lokasi
pada koridor jalan -A. Yani dan koridor jalan RA.Kartini kelu-rahan Peunayong kecamatan Kuta
Alam –Banda Aceh.

Total jumlah bangunan di koridor –Jalan A.Yani dan koridor Jalan RA. Kartini 154 unit bangunan
pertokoan, terbagi atas 57 unit bangunan pertokan lama dan 97 -unit bangunan baru.

Tabel Jumlah bangunan pertokoan lama


3.2. TIPOLOGI ELEMEN FASAD BANGUNAN

3.2.1. TIPOLOGI BENTUK ATAP

(a. RUKO TEMPO DULU) (B.RUKO SEKARANG)

Bentuk Atap ruko pada tempo dulu berbentuk pelana dari seng, sedangkan kebanyakan atap
bangunan ruko berbentuk datar menggunakan dak beton.

3.2.2. TIPOLOGI BENTUK ORNAMEN

(A. TEMPO DULU) (B. TEMPO SEKARANG)

Bangunan rukotempo dulu berarsitektur Tiongkok yang bisa dikenali dengan ciri atapnya
menggunakan desain melengkung dan bertipe pelana atau Gable Roof. Bangunan tersebut
biasanya dihias dengan ornamen bergambar naga yang sedang menggulung
awan.Sedangkan Bangunan ruko saat ini tidak memiliki ornamen.

3.2.3. TIPOLOGI BENTUK JENDELA

(A. TEMPO DULU) (B. TEMPO SEKARANG)


Bentuk jendela bangunan ruko lama terdiri 2 jendela dengan daun pintu di tambah
bovenlee sedangkan jendela bangunan ruko saat ini lebih atraktif , simple dan tidak
mononton.

3.2.4. TIPOLOGI BENTUK SIGNAGE

Signage adalah media untuk memberikan identitas suatu bangunan, menurut Rubenstein
(1992) dalam Mandaka 2004 mendefinisikan bahwa signage merupakan tanda-tanda visual
di perkotaan yang berfungsi sebagai sarana informasi atau komunikasi secara arsitektural,
senada dengan hal tersebut Lynch(1962) dalam Mandaka 2004 Sign dapat berfungsi
sebagai alat untuk orientasi bagi warga kota.

(A. TEMPO DULU) (B. TEMPO SEKARANG)

Dari gambar (A) di atas dapat dilihat pada bangunan lama tidak ada tempat khusus untuk
meletakan signage, dan di sebelah kanan dan kiri bangunan signage ditempatkan di depan
jendela bahkan mem block jendela. gambar (B) salah satu dari beberapa bangunan ruko
yang berada di puri indah ini, dapat dilihat signage telah diberikan tempat atau wadah
tersendiri dan disesuaikan dengan fasad bangunan.

4. KESIMPULAN
Ruko adalah bangunan yang menggambarkan bagaimana kota tersebut. Dari bentuk ruko
yang terdapat pada kota tersebut sudah menunjukkan identitas kota itu. Dengan fungsi dan
kegunaannya, ruko merupakan tempat tinggal sekaligus tempat berkerja bagi yang
menempatinya karena dapat digunakan untuk bermacam kegiatan.
Dalam penelitian ini dapat di simpulkan bahwa RUKO yang di bangun pada masa sebelum
tsunami dan sesudah tsunami tidak memiliki perubahan dalam “penggunaanya” akan tetapi
berubah pada bentuk dan tampaknya. Ruko yang di bangun sebelum tsunami terlihat lebih
tradisional dengan mempertunjukkan ornamen-ornamen tradisinya. Sedangkan ruko yang d
bangun sekarang lebih menjerumus ke tampak dan bentuk yang modern menggunakan
bahan dan desain yang unik di dinding-dinding ruko tersebut.
5. DAFTAR PUSTAKA

www.thebatabatastudiodesign.blogspot.com

e-journal.uacy.ac.id

Dictionary of Architecture & Construction Book

repository.usu.ac.id

https://ilmutatakota.wordpress.com/2011/04/10/konsep-citra-kota-dalam-urban-design/

https://pengembanganperkotaan.wordpress.com/2011/11/09/teori-teori-perkembangan-
kota/

Anda mungkin juga menyukai