Anda di halaman 1dari 14

BAB I

STRUKTUR ISI REVIEW BUKU

Judul Buku : BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Pengarang : Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono

Penerbit : PT RINEKA CIPTA, Jakarta

Tahun terbitan : Februari, 2013

Cetakan : kelima

Daftar Isi : Cover

Kata Pengantar

Daftar Isi

: Bab I Hakikat Belajar dan Pembelajaran h. 1 s.d 40

: Bab II Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran h. 4

s.d 77
: Bab III Motivasi Belajar h. 78 s.d 111

: Bab IV Pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses dalam


Pembelajaran h. 113 s.d 156

: Bab V Pendekatan Pembelajaran h.158 s.d 187

: Bab VI Konsep Dasar Evaluasi Belajar dan Pembelajaran h. 190 s.d 233

: Bab VII Masalah-Masalah Belajar h. 235 s.d 262

: Bab VIII Pembelajaran dan Pengembangan Kurikulum h.

263 s.d 290

Harga Buku : Rp. 35.000

BAB II

DESKRIPSI BUKU

A. Buku Belajar dan Pembelajaran

Dalam Buku Belajar dan Pembelajaran karangan Dr. Dimyati dan Drs. Mudjiono
membahas secara terperinci mengenai Belajar dan Pembelajaran. Di dalam buku ini
membahas mengenai hakikat belajar dan pembelajaran, prinsip-prinsip belajar dan
asas pembelajaran, motivasi belajar, pendekatan CBSA dan pendekatan
keterampilan proses dalam pembelajaran, pendekatan pembelajaran, konsep dasar
evaluasi belajar dan pembelajaran, masalah-masalah belajar, serta pembelajaran
dan pengembangan kurikulum.

Buku ini sangat membantu terutama untuk seorang pendidik dan peserta didik, agar
mengetahui bagaimana menjadi seorang pendidik yang profesional dan menjadi
seorang peserta didik yang tepat dengan upaya pencapaian suatu tujuan yang
terarah dan lebih baik.

B. Pembahasan buku pada Bab I

Pembahasan pada Bab I ini, tentang Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar
merupakan kegiatan orang sehari-hari. Kegiatan belajar tersebut dapat dihayati
(dialami) oleh orang yang sedang belajar. Di samping itu, kegiatan belajar juga
dapat diamati oleh orang lain. Kegiatan belajar yang berupa perilaku kompleks
tersebut telah lama menjadi objek penelitian ilmuan. Kompleksnya perilaku belajar
tersebut menimbulkan berbagai teori belajar.

Belajar merupakan perilaku yang kompleks. Skinner misalnya, memandang perilaku


belajar dari segi perilaku teramati. Oleh karena itu, ia mengemukakan pentingnya
program pembelajaran. Gagne memandang kondisi internal belajar dan kondisi
eksternal belajar yang bersifat interaktif. Oleh karena itu, guru seharusnya mengatur
acara pembelajaran yang sesuai dengan fase-fase belajar dan hasil belajar yang
dikehendaki. Piaget memandang belajar sebagai perilaku berinteraksi antara
individu dengan lingkungan sehingga terjadi perkembangan intelek individu. Ada
empat fase perkembangan intelek, diantaranya adalah fase operasi formal, di mana
siswa telah dapat berfikir abstrak sebagai orang dewasa.

Belajar yang terjadi pada individu merupakan perilaku kompleks, tindak interaksi
antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan. Oleh karena berupa akibat
interaksi, maka belajar dapat didinamiskan. Pendinamisasi belajar terjadi oleh
pelaku belajar dan lingkungan pendidik. Dnamika penddik yang bersifat internal,
terkait dengan peningkatan hierarki ranah-ranah kognitif, afektif, maupun
spikomotorik, semuanya itu terkait dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan
dinamisasi dari luar dapat berasal dari guru atau peserta didik di lingkungannya.
Usaha guru mendinamisasikan belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan siswa
menghadapi bahan belajar, penciptaan suasana belajar yang menyenangkan,
mengoptimalkan media dan sumber belajar, dan memaksimalkan peran sebagai
pendidik.

C. Pembahasan Bab II

Pada bab ini, tentang Prinsip-prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran. Para ahli telah
meneliti gejala-gejala dari berbagai sudut pandang ilmu. Mereka telah menemukan
teori-teori dan prinsip-prisip belajar. Di antara prinsip-prinsip belajar yang penting
berkenaan dengan, (1) perhatian dan motivasi belajar siswa, (2) keaktifan belajar,
(3) keterlibatan dalam belajar, (4) pengulangan belajar, (5) tantangan semangat
belajar, (6) pemberian balikan dan penguatan belajar, dan (7) adanya perbedaan
individual dalam perilaku belajar. Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar,
menggiatkan perilaku untuk mencapai sasaran belajar.

Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga penggerak belajar.


Motivasi belajar dapat bersifat internal atau eksternal, maupun intrinsik atau
ekstrinsik. Kondisi perhatian dan motivasi pendidik ( intrinsic, ekstrinsik, internal,
eksternal) tersebut mempengaruhi rekayasa acara pembelajaran siswa. Dewasa ini
para ahli memandang bahwa siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena
itu, peran guru bukan sebagai satu-satunya pendidik, tetapi sekadar pembimbing,
fasilitator, dan pengarah.

Belajar memang bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan
langsung atau pemerolehan pengalaman individual yang unik. Belajar juga tidak
terjadi sekaligus, tetapi akan berlangsung penuh pengulangan berkali-kali,
bersinambungan, tanpa henti. Belajar yang berarti terjadi bila bahan belajar tersebut
menantang siswa. Belajar juga menjadi terarah bila ada balikan dan penguatan dari
pendidik. Belajar yang telah direkayasa secara pedagogi oleh guru, hasil belajar
akan terpengaruh oleh kararteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat individual
pendidik.

Pembelajara tidak mengabaikan karakteristik pendidik dan prinsip-prinsip belajar.


Oleh karena itu dalam program guru perlu perpegang bahwa pendidik adalah
“primus motor” dalam belajar. Dengan demikian guru dituntut untuk memusatkan
perhatian, mengelola, menganalisis, dan mengoptimalkan hal-hal yang berkaitan
dengan (1) pehatian dan motivasi belajar siswa, (2) keaktifan siswa, (3) optimalisasi
keterlibatan siswa, (4) melakukan pengulangan belajar, (5) pemberian tantangan
agar siswa bertanggung jawab, (6) memberikan balikan dan penguatan terhadap
siswa, dan (7) mengelola proses belajar sesuai dengan perbedaan individual siswa.

D. Pembahasan Bab III

Pada Bab III ini mengenai Motivasi Belajar, perilaku belajar dilakukan oleh pendidik.
Pada diri pendidik terdapat kekuatan mental penggerak belajar. Kekuatan mental
yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita itu disebut motivasi
belajar. Komponen utama motivasi tersebut adalah kebutuhan, dorongan, dan
tujuan pendidik. Motivasi belajar sangat penting dipahami oleh siswa maupun guru.

Beberapa ahli menitikberatkan segi-segi tertentu dari motivasi, Maslow


membedakan lima tingkat kebutuhan yang meliputi kebutuhan-kebutuhan fisiologis,
perasaan aman, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Mc Cleland
mengemukakan tiga jenis kebutuhan dasar, seperti kebutuhan akan kekuasaan dan
berprestasi. Sedangkan Hull menunjukkan pentingnya kebutuhan organisme dalam
perkembangan motivasi. Havighurst menunjukkan bahwa kekuatan mental
seharusnya sejalan dengan tugas-tugas perkembangan manusia pada tahap bayi.
Bahkan menurut Monks kekuatan motivasi tersebut dapat dipelihara, diperkuat, dan
diperkembangkan dengan program pendidikan.

Sebagai kekuatan mental, motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
motivasi primer dan motivasi sekunder. Adapun sifat motivasi dibedakan menjadi
motivasi internal dan eksternal. Di samping itu ada ahli yang membedakan adanya
motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Maslow dan Rogers misalnya, mengakui pentingnya
motivai intrinsic dan ekstrinsik bagi acara pembelajaran. Adanya pandangan
beberapa ahli yang menekankan segi-segi tertentu pada motivasi tersebut justru
mengisyaratkan guru bertindak taktik dan kreatif dalam mengelola motivasi belajar
siswa. Motivasi belajar dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental pendidik
dalam belajar. Dari siswa, motivasi tersebut perlu dihidupkan terus untuk mencapai
hasil belajar yang optimal dan dijadikan dampak pengiring, yang selanjutnya
menimpulkan program belajar sepanjang hayat, sebagai berwujudan emansipasi
kemandirian tersebut terwujud dalam cita-cita atau aspirasi siswa, kemampuan
siswa, kondisi siswa, kemampuan siswa mengatasi kondisi lingkungan negative,
dan dinamika siswa dalam belajar. Dari sisi guru, motivasi belajar pada pendidik
berada pada lingkup program dan tindak pembelajaran. Oleh karena itu guru
berpeluang untuk meningkatkan, mengembangkan, dan memelihara motivasi
belajar dengan optimalisasi (1) terapan prinsip belajar, (2) dinamisasi perilaku
pribadi siswa seutuhnya, (3) pemanfaatan pengalaman dan kemampuan siswa, (4)
aspirasi dan cita-cita, serta (5) tindakan pembelajaran sesuai rekayasa pedagogi.
Dengan demikian, motivasi belajar pada siswa, yang harus diidentifikasi oleh guru,
seyogyanya dikelola dalam acara pembelajaran.

E. Pembahasan Bab IV

Pada Bab ini, pembahasannya mengenai PENDEKATAN CBSA


DANPENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM PEMBELAJARAN.Dalam
kegiatan belajar pelaku utama belajar adalah siswa. Dalam kegiatan pembelajaran,
mengingat sifat interaksi dapat diketahui adanya dua pelaku, yaitu guru dan siswa,
atau pendidik dan peserta didik. Adanya dua pelaku tersebut menimbulkan salah
mengerti bahwa pelaku utama adalah guru semata. Hal ini ditinggalkan dan
diperbaiki dengan pendekatan CBSA. Dengan pendekatan CBSA berarti anutan
pembelajaran mengoptimalisasikan pelibatan intelektual-emosional-fisik siswa
dalam pemerolehan pengetahuan, sikap, nilai, dan ketrampilan.

Dalam pembelajaran ditemukan adanya dua pelaku, guru berinteraksi dengan


siswa, yang keduanya mencapai tujuan pembelajaran atau sasaran belajar yang
serupa. Kadar CBSA dalam interaksi tersebut berbeda-beda. Pembelajaran ber
CBSA merupakan wujud kegiatan atau unjuk kerja guru. Hmpir dapat dikatakan
bahwa guru profesional diduga berkemampuan mengelola pembelajaran berkadar
CBSA tinggi. Factor-faktor penentu kegiatan berupa (1)karakteristik tujuan, (2)
karakteristik mata pelajaran, (3) karakteristik lingkungan, (4) karakteristik siswa, (5)
karakrtistik guru dan, (6) karakteristik alat pembelajaran. Dari keenam factor
tersebut dapat diketahui bahwa penentu utama pembelajaran ber CBSA adalah
guru yang memahami kelima karakteristik factor yang lain.
Pembelajaran ber CBSA dapat dilakukan oleh guru. Pembelajaran ber CBSA
tersebut dapat dilakukan guru dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP) yaitu
anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan dasar yang telah ada dalam diri siswa.
Dengan PKP siswa akan: (1)Memperoleh pengertian yang tepat tentang hakikat
pengetahuan, (2)Memperoleh kesempatan bekerja dengan ilmu pengetahuan dan
merasa senang, (3) Memperoleh kesempatan belajar proses memperoleh dan
memproduk ilmu pengetahuan.

Dengan demikian PKP berinteraksi timbal-balik dengan penerapan CBSA dalam


pembelajaran. Dengan adanya kebaikan atau kelebihan pada PKP tersebut maka
seyogyanya calon guru belajar PKP secara keilmuan untuk dijadikan modal dasar
menjadi guru yang profesional.

F. Pembahasan pada Bab V

Pada pembahsan pada bab ini mengenai, PENDEKATAN PEMBELAJARAN.


Belajar dapat dilakukan disembarang tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya
informasi lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat
mempermudah belajar. Meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak
dengan sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan
pengetahuan dan keterampilan pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola
berbagai pesan sehingga siswa berkebiasaan belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha


meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar. Dalam belajar tentang
pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat (1) pengorganisasian
siswa, (2) posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan (3) pemerolehan
kemampuan dalam pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan,


(1) pembelajaran secara individual, (2) pembelajaran secara kelompok, dan (3)
pembelajaran secara klasikal. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersbut tujuan
pengajaran, peran guru dan siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar
berbeda-beda. Pada ketiga pengorganisasian siswa tersebut seyogyanya digunakan
untuk membelajarkan siswa yang mengha dapi kecepatan informasi pada masa kini.

Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat


menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi
ekspositori masih terpusat pada guru, oleh karena itu seharusnya dikurangi. Strategi
discovery dan inkuiri terpusat pada siswa, dalam kedua strategi ini siswa dirancang
aktif belajar, sehingga ia dapat menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan
merasa senang. Pada tempatnya guru menggunakan strategi discovery dan inkuiri
yang sesuai dengan pendekatan CBSA.

Dalam pembelajaran pada siswa terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia


memiliki kemampuan pra-belajar, dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal
tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif,
afektif, psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut
didasarkan atas evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam memecahkan masalah.
Dari sisi guru, proses pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan
pesan tersebut dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif. Pengolahan
pesan secara deduktif dimulai dari generalisasi atau suatu teori yang benar,
pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi atau teori tersebut. Pada
pengolahan pesan secara deduktif kegitan bermula dari adanya fakta atau peristiwa
khusus, penyusunan konsep berdasarkan fakta-fakta, kemudian disusun
generalisasi atas dasar konsep-konsep. Dalam usaha pembelajaran guru dapat
menggunakan pengolahan pesan secara deduktif atau induktif tergantung pada
karakteristik bidang studinya.

G. Pembahasan pada bab VI

Pada bab ini mengenai KONSEP DASAR EVALUASI BELAJAR DAN


PEMBELAJARAN. Proses pembelajaran yang memuat tindak interaksi, antara
pendidik dan peserta didik berorientasi pada sasaran belajar, berakhir denga
evaluasi. Kegiatan evaluasi terdiri dari kegiatan evaluasi hasil belajar dan kegiatan
evaluasi proses pembelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa sebuah kegiatan
evaluasi merupakan bagian integral dari kegiatan pembelajaran atau sebuah akhir
dari sebuah proses pembelajaran.

Evaluasi berarti sebagai proses sistematis menetapkan nilai tentang sesuatu hal,
seperti objek, proses, unjuk kerja, kegiatan, hasil, tujuan atau hal lain, berdasarkan
kriteria tertentu melalui penilaian. Evaluasi belajar adalah proses penentuan
pemerolehan hasil belajar berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi pembelajaran
adalah proses penentuan nilai tentang proses pembelajaran berdasarkan kriteria
tertentu. Dalam penentuan nilai tersebut orang dapat melakukan pengukuran,
pembandingan, penilaian, dan kemudian keputusan penilaian. Evaluasi bersifat
berkesinambungan, dari tahap satu ke tahap lain selama jenjang pendidikan atau
sepanjang hayat.

Evaluasi dalam proses pendidikan dituntut memenuhi syarat-syarat berupa:

1) Kebenaran

2) Keterandalan

3) Kepraktisan

Untuk memperolah ketiga syarat tersebut, seorang evaluator dituntut


mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait dalam kegiatan penilaian.

Hasil kegiatan evaluasi hasil belajar berfungsi untuk (1) diagnostik dan
pengembangan, (2) seleksi, (3) kenaikan peringkat belajar, dan (4) penempatan
siswa. Adapun sasaran evaluasi hasil belajar berorientasi pada perbaikan atau
peningkatan kemampuan pada ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa.

Dalam kegiatan evaluasi hasil belajar, seorang evaluator umumnya menempuh


tahap-tahap persiapan, penyusunan alat ukur, pelaksanaan pengukuran,
pengolahan hasil pengukuran, penafsiran hasil pengukuran, pelaporan hasil
pengukuran, dan penggunaan hasil evaluasi. Evaluasi pembelajaran merupakan
suatu proses penentuan nilai, jasa, atau manfaat kegiatan pembelajaran
berdasarkan kriteria tertentu melalui kegiatan pengukuran dan penilaian.

Evaluasi pembelajaran memiliki fungsi dan tujuan, sasaran, dan prosedur tertentu.
Pada umumnya fungsi dan tujuan evaluasi pembelajaran berorientasi pada
pengembangan pembelajaran dan akreditasi. Adapun sasaran evaluasi
pembelajaran tertuju pada tujuan pembelajaran, dinamika pembelajaran,
pengelolaan pembelajaran, dan kurikulum.

Prosedur evaluasi pembelajaran umumnya terdiri dari lima tahap yaitu:

1) Penyusunan rancangan

2) Penyusunan instrumen

3) Pengumpulan data

4) Analisis data

5) Penyusunan laporan evaluasi pembelajaran.

Pada tempatnya seorang guru profesional dapat melakukan kegiatan sebagai


evaluator pembelajaran.
H. Pembahasan pada Bab VII

Bab ini membahas mengenai, MASALAH-MASALAH BELAJAR. Pembelajaran yang


menimbulkan interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa mendorong perilaku
belajar siswa. Siswa merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan ketercapaian
sasaran belajar. Dengan demikian, bagi siswa perilaku belajar merupakan proses
belajar yang dialami dan dihayati dan sekaligus merupakan aktivitas belajar tentang
bahan belajar dan sumber belajar di lingkungannya. Bagi siswa, dalam kegiatan
belajar tersebut ada tiga tahap, yaitu tahap sebelum belajar, kegiatan selama proses
belajar, dan kegiatan sesudah belajar, pada tahap sesudah belajar diharapkan
siswa memiliki hasil belajar sebagai sesuatu kemampuan yang lebih baik.
Sedangkan bagi guru, perilaku belajar siswa tersebut merupakan hal yang dapat
diamati dan dapat dievaluasi. Bagi guru yang bertindak membelajarkan siswa,
kegiatan belajar siswa tersebut merupakan akibat tindakan pengorganisasian
belajar, bahan belajar dan sumber belajar, serta tindakan evaluasi hasil belajar.

Interaksi belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa sebagai pelajar dengan guru
sebagai pembelajar dapat menimbulkan masalah-masalah belajar. Dari sisi siswa
yang bertindak belajar akan menimbulkan masalah-masalah intern belajar. Dari sisi
guru, yang memusatkan perhatian pada siswa yang belajar maka akan muncul
faktor-faktor ekstern yang memungkinkan terjadinya belajar.

Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa meliputi hal-hal seperti:

a) Sikap terhadap belajar

b) Motivasi belajar

c) Konsentrasi belajar

d) Kemampuan mengolah bahan belajar


e) Kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar

f) Kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan

g) Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar

h) Rasa percaya diri siswa

i) Cita-cita siswa

Faktor-faktor intern ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat
menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

Faktor-faktor ekstern belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:

a) Guru sebagai pembina belajar

b) Prasarana dan sarana pembelajaran

c) Kebijakan penilaian

d) Lingkungan sosial siswa di sekolah

e) Kurikulum sekolah
Dari sisi guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-
masalah ekstern belajar merupakan prasyarat terlaksananya siswa dapat belajar.

Guru sebagai pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan


memecahkan masalah-masalah belajar siswa. Dalam pencarian dan penemuan
masalah-masalah tersebut guru dapat melakukan langkah-langkah berupa:
pengamatan perilaku belajar, analisis hasil belajar, dan melakukan tes hasil belajar.
Dengan langkah-langkah tersebut guru memperoleh peluang menghimpun data
siswa berkenaan dengan proses belajar dan hasil belajar. Sebagai guru profesional,
diharapkan guru memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana agar
dapat menemukan masalah-masalah belajar dan memecahkan masalah belajar.

I. Pembahasan pada bab VIII

Pada bab ini, PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM. Kegiatan


pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum, dan
dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulum. Pada satu
sisi, guru adalah pengembang kurikulum. Pada sisi lain, guru adalah pembelajar
siswa, yang secara kreatif membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum sekolah.
Hal itu menunjukkan bahwa dalam tugas pembelajaran dipersyaratkan agar guru
memahami kurikulum.

Para ahli seperti Zais, Winecoff, Bondi, Tanner & Tanner telah mempelajari
kurikulum. Mereka mengemukakan prinsip dan teori yang berbeda-beda. Meskipun
demikian mereka juga mengemukakan hal-hal yang serupa. Mereka
mengemukakan arti kurikulum sebagai: jalan meraih ijazah, mata pelajaran dan isi
pelajaran, rencana kegiatan pembelajaran, hasil belajar yang direncanakan, dan
pengalaman belajar.

Terbentuknya kurikulum tersebut dilandasi oleh berbagai landasan pemikiran


seperti, landasan filosofis, landasan sosial-budaya-agama, landasan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni, landasan kebutuhan masyarakat, dan landasan
perkembangan mesyarakat. Sebagai suatu program, maka kurikulum terdiri dari
beberapa komponen penting, seperti tujuan, pengalaman belajar, organisasi
pengalaman belajar, dan evaluasi. Dalam tugas pengembangan guru berurusan
dengan komponen-komponen kurikulum, selanjutnya dalam pengembangan
kurikulum. Di antara prinsip pengembangan tersebut adalah (1) prinsip relevansi, (2)
prinsip kontinuitas, dan (3) prinsip fleksibilitas.

Para ahli kurikulum juga menemukan model-model pengembangan kurikulum. Di


antara model pengembangan kurikulum tersebut adalah model administratif, model
Roots Grass, model Beuachamp, model arah-terbalik Taba, dan model Rogers.
Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi
kurikulum. Pada sisi lain banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran itu
sendiri merupakan kurikulum terapan atau kurikulum dalam kegiatan. Hal ini berarti
bahwa pembelajaran dan kurikulum merupakan dua konsep yang tak terpisah.

Guru sebagai pembelajar mengetahui kondisi, situasi, dan bertanggung jawab atas
tercapainya hasil belajar. Pada sisi lain guru juga bertanggung jawab atas
keberlakuan dalam pembangunan kurikulum. Oleh karena itu, sewajarnya guru
berperan optimal dalam pengembangan kurikulum. Peran guru dalam
pengembangan kurikulum terwujud dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
Perumusan tujuan khusus pengajaran, Perencanaan kegiatan pembelajaran yang
efektif, Pelaksanaan program pembelajaran dalam pembelajaran sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai