Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RIZKY WARDHANA

NIM : 2182111022
KELAS : REGULER B 2018
PRODI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Analisis puisi dari lima lapis makna


“ Saat sebelum Berangkat Karya Sapardi Djoko Damono ”

SAAT SEBELUM BERANGKAT

Mengapa kita masih juga bercakap


Hari hampir gelap
Menyekap beribu kata di antara karangan bunga
Di ruang semakin maya, dunia purnama
Sampai tak ada yang sempat bertanya
Mengapa musim tiba-tiba reda
Kita di mana, waktu seorang bertahan di sini
Di luar para pengiring jenazah menanti
(1967)
Referensi: Damono, Sapardi Djoko. 2015. Hujan bulan juni, serpihan sajak, Jakarta: PT
Gramedia pustaka utama.

Analisis Lima Lapis Makna


Pada hakikatnya, puisi adalah susunan kata-kata indah yang tertuang di atas kertas,
dalam lembaran buku, atau media lain yang sejenis. Dengan sendirinya, beragam bentuk dan
jenis karya sastra yang telah disepakati sebagai puisi itu sama sekali tidak memiliki unsur
keindahan yang dapat ditonton, dilihat atau didengarkan. Namun, dalam sejarah
perkembangan seni terkini, karya atau teks puisi dapat di transformasi, ditafsirkan, diolah dan
dibentuk unsur-unsur komunikasinya melalui suara dan gerak tubuh manusia di atas
panggung, mimbar atau sejenisnya, yang kemudian disebut dengan istilah pembaca Puisi.
(Salad, 2014:32).
Puisi (sajak) merupakan sebuah struktur yang kompleks, maka untuk
memahaminya perlu dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya
secara nyata. Analisis yang bersifat dichotomis, yaitu pembagian dua bentuk dan isi belumlah
dapat memberi gambaran yang nyata dan tidak memuaskan (Wellek dan Warren, 1968:140).
Puisi Saat Sebelum Berangkat karya Sapardi Djoko Damono ini merupakan puisi
yang ada pada tahun 1967, terdiri dari dua bait dan 8 baris. Puisi ini diterbitkan oleh
Gramedia Pustaka Utama sebagaimana yang tertera di akhir puisi. Puisi ini akan di analisis
berdasarkan strata norma:
1. Lapis suara (sound stratum)
Lapis norma pertama adalah lapis bunyi. Saat orang membaca puisi, maka yang terdengar itu
ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Tetapi, suara itu
bukan hanya suara itu bukan hanya suara tak berarti. Suara sesuai dengan konvensi baasa
tertentu, di sini bahsa Indonesia. (Pradopo, 2012: 16)

Aliterasi (rentetan bunyi huruf mati) dan asonansi (rentetan bunyi huruf hidup) dalam larik-
larik sajak itu pun merupakan bahan pengawet yang ampuh. (Damono, 2016: 19)
Analisis:
Pada bait pertama baris 1 dan 2 terdapat aliterasi p yaitu bercakap dan gelap.
bait kedua baris ketiga dan empat aliterasi g yaitu seorang dan pengiring.
Bait kedua baris ke 3 dan 4 asonansi i yaitu di sini dan menanti.
Bait pertama baris ke 3 dan 4 ada asonansi yaitu karangan bunga dan semakin maya

2. Lapis arti (units of meaning)


Berupa rangkaian fonem, suku kata, frase dan kalimat. semuanya itu merupakan
satuan-satuan arti. Rangkaian kalimat menjadi alinea, bab dan keseluruhan cerita ataupun
keseluruhan sajak. (Pradopo, 2012: 17)
Riffaterre, dalam bukunya Semiotics of Poetry, menegemukakan empat pokok yang
harus diperhatikan untuk memproduksi arti (makna), yaitu (1) ketaklangsungan ekspresi puisi
(2)pembacaan heuristik dan hermeneutik atau retroaktif,(3) matriks, model, varian-varian,
dan (4) hipogram. Ketidaklangsungan ekspresi itu, disebabkan oleh penggantian
arti,penyimpangan arti, dan penciptaan arti. (Ratih, 2016:5)
Dalam menulis karya puisinya seorang penyair tidak hanya mengungkapkan arti lugas
melainkan juga arti-arti yang lain, mudah dipahami kalau seorang penyair banyak sekali
mengolah arti konotatif dari kata-kata yang dipergunakannya.(Sumardjo dan Saini, 1991:125-
126)
Puisi memiliki arti dan juga sebuah nilai atau pegangan dasar dalam kehidupan adalah
sebuah konsepsi abstrak yang menjadi acuan atau pedoman utama untuk mengenal maslah
mendasar dan umum yangsangat penting dan ditinggikan dalam kehidupan suatu masyarakat,
bangsa dan bahkan kemanusiaan. Ia menjadi acuan tingkah laku sebagian besar masyarakat
yang bersangkutan, mengkristal dalam alam pikiran dan keyakinan mereka, cenderung
bersifat langgeng dan tidak mudah berubah atau tergantikan (Sutomo,2007)
Analisis:
Dalam bait pertama, ‘Mengapa kita masih juga bercakap, Hari hampir gelap, Menyekap
beribu kata di antara karangan bunga’ berarti: mengandung pesan atau amanat bahwa waktu
telah mengungkapkan pengalaman, yang baik secara langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan maut.
Dalam bait kedua, ‘Mengapa musim tiba-tiba reda, Kita di mana, waktu seorang bertahan di
sini. Di luar para pengiring jenazah menanti’ berarti menceritakan tentang kehidupan kita
sehari-hari bahwa manusia pasti akan berhadapan dengan maut atau kematian.

3. Lapis ketiga
Lapis satuan arti menimbulkan lapis yang ketiga, berupa objek-objek yang yang
dikemukakan, latar, pelaku, dan dunia pengarang. (Pradopo, 2012: 18)
Analisis:
Puisi ini menceritakan latar waktu dan suasana:
- Waktu: hari hampir gelap
- Suasana yang tegang: Mengapa musim tiba-tiba reda, Kita di mana, waktu seorang bertahan
di sini, Di luar para pengiring jenazah menanti

4. Lapis keempat
Lapis dunia yang tidak usah dinyatakan, tetapi sudah implisit. (Pradopo, 2012: 18)
Anilisis:
Lapis keempat ini menjelaskan bait pertama dan ke2 menyingkap untuk tidak terlena pada
duniwi .
Baris ke 4 terkandung kesadaran akan kefanaan pada dunia tetapi maut sebagai bagian
bahkan pembebasan kehidupannya dan sebuah peristiwa yang tidak dapat dihindarkan.
5. Lapis kelima
Lapis kelima adalah lapis metafisis yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Dalam
sajak ini lapis itu berupa ketragisan hidup manusia, yaitu meskipun segala usaha telah
dilakukan, disertai sarana yang cukup, bahkan segalanya telah berjalan dengan lancar, tetapi,
(sering kali) manusia tak dapat mencapai apa yang diidam-idamkan. Dengan demikian, cita-
cita yang hebat, menggairahkan, akan sia-sia saja. (Pradopo, 2012: 19)
Anaisis:
Dalam sajak ini memberitahukan tentang ingatan terhadap maut sering kali menyebabkan
manusia terlena bhkan ditengah percakapan sekali pun.

Refrensi:
Farid Maulana, Soni.2004.Selintas Pintas Puisi Indonesia.Bandung:Grafindo Media
Pratama
Djoko Pradopo, Rachmat.2012.Pengkajian Puisi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Salad, Handy.2012.Paduan Wacana dan Apresiasi Seni Baca Puisi.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar
Djoko Damono, Sapardi.2016.Bilang Begini Maksudnya Begitu.Jakarta:Gramedia
Ratih, Rina. 2016.Teori dan Aplikasi Semiotik.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
Sumardjo, Jakob dan K.M, Saini.1991.Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia
Ismawati, Esti. 2013. Pengajaran Bahasa.Yogyakarta: Ombak

Anda mungkin juga menyukai