09e01124 PDF
09e01124 PDF
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
2
SKRIPSI
Oleh
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
3
SKRIPSI
Oleh
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
4
Disetujui Oleh
Komisi Pembimbing
Mengetahui
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
5
ABSTRACT
Grace Yanti Panjaitan, Accumulate Heavy Metal Elements Cuprum (Cu) and
Timbal (Pb) in Avicennia marina at Mangrove Forest, under supervised Afifuddin
Dalimunthe, S.P, M.P and Dr. Ir.Yunasfi, M.Si.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
6
ABSTRAK
Grace Yanti Panjaitan, Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal (Pb)
Pada Pohon Avicennia marina di Hutan Mangrove, dibawah bimbingan
Afifuddin Dalimunthe, S.P, M.P dan Dr.Ir. Yunasfi, M.Si.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
7
KATA PENGANTAR
Segala hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang
penelitian yang berjudul Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) dan Timbal
(Pb) Pada Pohon Avicennia marina di Hutan Mangrove Pesisir Belawan dan
logam berat Cu dan Pb pada akar dan daun pohon A. marina serta untuk
yang membutuhkan.
Penulis,
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
8
Dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal hingga akhir, penulis telah
banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan rasa tulus dan penghargaan yang tinggi penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
4. Ibu Dra.Riahate Purba, kak Dani, kak Eli, dan seluruh staff Laboratorium
UPT Bapedal Sumatera Utara atas segala bantuannya dalam analisis kimia.
6. Tim di lapangan : Sofian, Yudha, Eric, Surya, Pak Rustam, atas bantuan
dan semangatnya sewaktu pengambilan sampel di lapangan.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
9
10. Teman-teman MNH 2004, THH 2004 dan seluruh civitas akademika
Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara atas perhatian dan
dukungan.
Penulis,
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
10
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ................................................................................................. i
ABSTRAK ................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ................................................................................. 3
Manfaat Penelitian ............................................................................... 3
Hipotesis Penelitian .............................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Logam Berat ....................................................................... 4
Tembaga (Cu) .............................................................................. 6
Timbal (Pb) ................................................................................. 7
Mekanisme Penyerapan Logam Berat Pada Tumbuhan......................... 8
Defenisi Mangrove ............................................................................... 11
Struktur dan Zonasi Hutan Mangrove ................................................... 12
Ciri-ciri Umum Avicennia (api-api) ...................................................... 14
Avicennia marina Sebagai Indikator Biologis Logam Berat ................. 16
KONDISI UMUM
Kawasan Hutan Mangrove Desa Nelayan Belawan............................... 18
Kawasan Hutan Mangrove Desa Jaring Halus ...................................... 18
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 20
Alat dan Bahan..................................................................................... 20
Prosedur Penelitian............................................................................... 21
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
11
Pembahasan
Kondisi Lingkungan Perairan ......................................................... 27
Kandungan Logam Berat Cu serta Pb dalam Air dan Sedimen ........ 29
Kandungan Logam Berat Cu serta Pb dalam Akar .......................... 31
Kandungan Logam Berat Cu serta Pb dalam Daun .......................... 33
Faktor Biokonsentrasi Logam Cu dan Pb ........................................ 34
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
12
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Analisis Parameter Kualitas Lingkungan Perairan ................................... 25
2. Analisis Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu serta Pb
dalam Air dan Sedimen ........................................................................... 25
3. Analisis Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu serta Pb
dalam Akar A. marina ............................................................................. 26
4. Analisis Rata-rata Kandungan Logam Berat Cu serta Pb
dalam Daun A. marina ............................................................................ 26
5. Nilai Faktor Biokonsentrasi (BCF) Cu di Belawan dan Jaring Halus ....... 27
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
13
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Laporan Hasil Analisis Logam Berat Cu dan Pb di Belawan dan
Jaring halus dari Laboratorium Bapedal ................................................... 41
2. Baku Mutu Air Laut untuk biota Laut....................................................... 42
3. Baku Mutu Sedimen................................................................................. 44
4. Profile Hutan Mangrove Desa Kampung Nelayan dan Jaring Halus ......... 45
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
14
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya pesisir tersebut merupakan unsur-unsur hayati dan non hayati yang
terdapat di wilayah laut, terdiri atas unsur hayati yang berupa mangrove, terumbu
karang, padang lamun, ikan dan biota lain beserta ekosistemnya. Sedangkan unsur
non hayati terdiri atas sumberdaya di lahan pesisir, permukaan air, di dalam
airnya, dan di dasar laut seperti minyak dan gas, pasir kuarsa, timah dan karang
mangrove yang ada di muara sungai. Perairan Belawan sebagai salah satu
Industri yang tidak dilengkapi oleh sistem pengelolaan limbah akan menghasilkan
limbah yang mengandung raksa (Hg), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu),
timbal (Pb), seng (Zn), kromium (Cr), dan nikel (Ni) (Supriharyono, 2000).
menunjukkan adanya kandungan logam berat terlarut jenis Cu dan Zn yang telah
melewati ambang batas (baku mutu) air laut. Kandungan logam berat Cu dan Zn
yang tinggi diduga disebabkan pembuangan limbah dari puluhan industri yang
terletak di sekitar daerah aliran sungai Belawan dan sungai Deli. Berdasarkan data
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
15
Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003, terdapat 57 industri yang
metal, pabrik plastik, pengeleman kayu lapis (plywood), tekstil, cat, baterai kering,
tubuh melalui membran sel. Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove
lingkungan yang tercemar logam berat terutama Cu, Pb, dan Zn melalui
monitoring berkala. Logam berat Cu dan Pb merupakan unsur logam berat yang
tidak dapat terurai oleh proses alam serta dapat membahayakan kesehatan
Pesisir Belawan.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
16
Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis kandungan logam berat Cu dan Pb pada akar dan daun
pohon A. marina.
mangrove.
Manfaat Penelitian
secara kuantitatif pada akar dan daun pohon A. marina di Hutan mangrove
Hipotesis Penelitian
2. Adanya perbedaan akumulasi logam berat Cu dan Pb pada akar dan daun
A.marina
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
17
TINJAUAN PUSTAKA
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan
kelompok yaitu :
(1) Logam ringan (seperti natrium, kalium, kalsium, dan lain-lain), biasanya
(2) Logam transisi (seperti besi, tembaga, kobalt dan mangan), diperlukan dalam
konsentrasi yang rendah, tetapi dapat menjadi racun dalam konsentrasi yang
tinggi;
(3) Logam berat dan metaloid (seperti raksa, timah hitam, timah, selenium, dan
unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 g/cm³, terletak di sudut
kanan bawah daftar berkala, mempunyai affinitas yang tinggi terhadap unsur S
dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari periode 3 sampai 7 pada tabel
periodik. Pada kenyataannya, dalam pengertian logam berat ini dimasukkan pula
unsur-unsur metalloid yang memiliki sifat berbahaya seperti logam berat sehingga
jumlahnya mencapai lebih kurang 40 jenis. Beberapa logam berat yang beracun
tersebut adalah As, Cd, Cr, Cu, Pb, Hg, Ni dan Zn (Wild, 1995).
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
18
termasuk dalam kelompok zat pencemar adalah karena adanya sifat-sifat logam
berat yang tidak dapat terurai (non degradable) dan mudah diabsorbsi. Babich dan
terhadap logam berat yaitu keasaman tanah, bahan organik, suhu, tekstur, mineral
liat, kadar unsur lain dan lain-lain. pH adalah faktor penting yang menentukan
mengikat logam berat. Oleh karena itu, tanah yang bertekstur liat memiliki
kemampuan untuk mengikat logam berat lebih tinggi daripada tanah berpasir.
(Hutagalung, 1991).
berat ke tanah atau habitat lainnya adalah organisme dan tanaman yang tumbuh di
tanah atau habitat tersebut. Dalam ekosistem alam terdapat interaksi antar
pengaruh logam berat tersebut pada akhirnya akan sampai pada hierarki rantai
di dalam tubuh suatu organisme dan tetap tinggal dalam tubuh untuk jangka waktu
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
19
1. Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) adalah logam merah muda yang lunak, dapat ditempa, dan
liat yang melebur pada 1038°C. Potensial elektoda standarnya positif (+0,34 V),
logam ini tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer (Vogel, 1994).
Logam ini banyak digunakan pada pabrik yang memproduksi alat-alat listrik,
gelas dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi
Secara biologis Cu tersedia dalam bentuk Cu+ atau Cu2+ dalam garam
tinggi dari lapisan tanah bumi ditentukan oleh cuaca, proses pembentukan tanah,
pengairan, potensial oksidasi reduksi, jumlah bahan organik di tanah dan pH.
Kondisi tanah yang asam akan meningkatkan kelarutan Cu, sedangkan pada
kondisi basa Cu cenderung dipresipitasi oleh tanah sehingga akan terlarut dan
diakumulasi di akar dan di dinding sel serta didistribusikan melalui berbagai cara
(Merian, 1994).
makhluk hidup sebagai elemen mikro. Logam ini dibutuhkan sebagai unsur yang
darah dan myelin (Darmono, 1995). Logam Cu dapat terakumulasi dalam jaringan
tubuh, maka apabila konsentrasinya cukup besar logam ini akan meracuni
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
20
rasa terbakar di daerah eksofagus dan lambung, kolik, diare, yang kemudian
2. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang
lain, terutama seng dan tembaga. Penggunaan Pb terbesar adalah dalam industri
Timbal digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida. Pencemaran Pb
utama, tanah dan debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin
partikel. Emisi tersebut merupakan hasil samping pembakaran yang terjadi dalam
keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara sehingga kemudian terhirup pada
saat bernapas dan sebagian akan menumpuk dikulit dan atau terserap oleh daun
alamiah dan sebagai dampak aktivitas manusia. Badan perairan yang telah
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
21
bila makanan tercemar oleh logam tersebut, maka tubuh akan mengeluarkan
sebagian dan sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu, seperti ginjal,
hati, kuku, jaringan lemak, dan rambut. Accidental poisoning seperti termakannya
timbal seperti iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit
(2003) dapat terjadi lewat beberapa bagian tumbuhan, yaitu : (1) akar, terutama
untuk zat anorganik dan zat hidrofilik; (2) daun bagi zat yang lipofilik; dan (3)
stomata untuk memasukkan gas. Adapun proses absorpsinya sendiri terjadi seperti
pada hewan dengan berbagai mekanisme difusi, hanya istilah yang digunakan
berbeda, yakni translokasi. Transpor ini terjadi dari sel ke sel menuju jaringan
transpor zat hara dari akar ke daun dan sebaliknya transpor makanan atau hidrat
lingkungannya ke dalam tubuh melalui membran sel. Dua sifat penyerapan ion
oleh tumbuhan adalah (1) faktor konsentrasi, yaitu kemampuan tumbuhan dalam
beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion di dalam mediumnya; dan
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
22
(2) perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis
adanya hubungan antara laju pengambilan ion dengan konsentrasi ion yang
sel yang hanya sesuai untuk suatu ion tertentu dan dapat menyerap ion tersebut,
sehingga pada konsentrasi substrat yang tinggi berperan pada laju maksimum
sebagai contoh adalah beberapa jenis logam berat seperti Al, Cd, Ag dan Pb.
Unsur hara dapat kontak dengan permukaan akar melalui 3 cara, yakni : 1) secara
difusi dalam larutan tanah; 2) secara pasif oleh aliran air tanah, dan 3) akar
tumbuh ke arah posisi hara dalam matrik tanah. Serapan hara oleh akar dapat
bersifat akumulatif, selektif, satu arah (unit directional), dan tidak dapat jenuh.
Penyerapan hara pada waktu yang lama menyebabkan konsentrasi hara dalam sel
jauh lebih tinggi ini disebut sebagai akumulasi hara. Pengukuran konsentrasi
unsur hara dalam jaringan tumbuhan, tanah, atau larutan hara dapat dilakukan
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
23
Menurut Fitter dan Hay (1991) mekanisme yang mungkin dilakukan oleh
ion-ion akan dipindahkan dari tempat sirkulasi dengan beberapa jalan atau
dalam akar; (2) ekskresi, secara aktif melalui kelenjar pada tajuk atau secara
pasif melalui akumulasi pada daun-daun tua yang diikuti dengan absisi daun;
(3) dilusi (melemahkan), yaitu melalui pengenceran; dan (4) inaktivasi secara
berfungsi pada konsentrasi toksik Pada beberapa kasus, enzim dinding sel,
ion-ion yang jauh lebih tinggi (Cu2+, Zn2+) dalam ketahanannya dibandingkan
Ada tiga jalan yang dapat ditempuh oleh air dan ion-ion yang terlarut
bergerak menuju sel-sel xylem dalam akar, yaitu (1) melalui dinding sel (apoplas)
epidermis dan sel-sel korteks; (2) melalui sistem sitoplasma (simplas) yang
bergerak dari sel ke sel; dan (3) melalui sel hidup pada akar, dimana sitosol dari
Absorpsi unsur hara pada tumbuhan ditentukan oleh berbagai faktor biotik
dan abiotik. Faktor biotik antara lain status hormonal, fase pertumbuhan,
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
24
lebar), berbulu atau berlapis, mudah tidaknya menjadi basah, umumnya daun yang
muda lebih sulit mengabsorpsi daripada yang sudah tua. Sedangkan faktor abiotik
antara lain suhu, sinar/radiasi, kelembapan, dan kualitas tanah (Soemirat, 2003).
Tumbuhan yang tumbuh di air akan terganggu oleh bahan kimia toksik
dalam limbah (sianida, khlorine, hipoklorat, fenol, derivat bensol dan campuran
logam berat). Pengaruh polutan terhadap tumbuhan dapat berbeda tergantung pada
macam polutan, konsentrasinya dan lamanya polutan itu berada. Gejala adanya
pencemaran pada tumbuhan sangat bervariasi dan tidak spesifik. Pada konsentrasi
bersangkutan. Hal ini tidak lepas dari peranan mikrob-mikrob tanah yang
yang mengkonsumsi logam berat itu sendiri ataupun mikrob yang bersatu dengan
jenis tanaman tertentu untuk mengakumulasi logam berat. Sebagian besar logam
berat ini merupakan deposit di dinding sel-sel perakaran dan daun (Merian, 1994)
Defenisi Mangrove
terdapat di daerah teluk dan muara sungai yang dicirikan oleh (1) tidak
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
25
terpengaruh iklim; (2) dipengaruhi pasang surut; (3) tanah tergenang air laut; (4)
tanah rendah pantai; (5) hutan tidak mempunyai struktur tajuk; (6) jenis-jenis
pohonnya biasanya terdiri atas api-api (Avicennia sp), pedada (Sonneratia sp),
bakau (Rhizophora sp), lacang (Bruguiera sp), nyirih (Xylocarpus sp), nipah
komunitas yang hidup di dalam kawasan yang lembab dan berlumpur serta
dipengaruhi pasang dan surut air laut. Ekosistem mangrove merupakan gabungan
lumpur atau pasir yang berair; komponen hewan terdapat pada akar, batang-
batang mangrove, lumpur dan pada perairan yang melewati kawasan dan bagian
masyarakat hutan halofita yang menempati bagian zona intertidal tropis dan
subtropis, berupa rawa atau hamparan lumpur yang dibasahi oleh pasang surut.
dan tingginya mencapai lebih dari 30 meter, tajuk yang lebar, rapat dan tertutup.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
26
2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu membentuk
Arief (2003) mengatakan bahwa hutan mangrove yang masih alami pada
umumnya membentuk zonasi yaitu mulai dari arah laut ke daratan berturut-turut
sebagai berikut :
1. Zona Avicennia, terletak pada lapisan paling luar dari hutan mangrove. Pada
zona ini, tanah berlumpur lembek dan berkadar garam tinggi. Jenis Avicennia
laut, jenis-jenis ini memiliki perakaran yang sangat kuat yang dapat bertahan
dari hempasan ombak laut. Zona ini juga merupakan zona perintis atau pioner,
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
27
zona ini, tanah berlumpur lembek dengan kadar garam lebih rendah. Perakaran
3. Zona Bruguiera, terletak di belakang Zona Rhizophora. Pada zona ini, tanah
berlumpur agak keras. Perakaran tanaman lebih peka serta hanya terendam
4. Zona Nypa, yaitu zona pembatas antara daratan dan lautan, namun zona ini
sebenarnya tidak harus ada, kecuali jika terdapat air tawar yang mengalir
(sungai) ke laut.
Acanthaceae. Api-api biasa tumbuh di tepi atau dekat laut sebagai bagian dari
komunitas hutan bakau. Nama Avicennia dilekatkan pada genus ini untuk
menghormati Ibnu Sina, di dunia barat terkenal sebagai Avicenna, salah seorang
pakar dan perintis kedokteran modern dari Persia. Nama lain api-api di berbagai
marahu, pejapi, papi, nyapi dan lain-lain. Menurut Wikipedia (2008) sebagai
a. Akar nafas serupa paku yang panjang dan rapat, muncul ke atas lumpur di
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
28
berwarna putih di sisi bawahnya, dilapisi kristal garam. Ini adalah kelebihan
rantingnya. Dengan demikian biji ini dapat segera tumbuh setelah terjatuh
agak renggang. Dengan akar nafas (pneumatophora) yang muncul 10-30 cm dari
substrat, serupa paku serupa jari rapat-rapat, diameter 0,5-1 cm dekat ujungnya.
Pepagan (kulit batang) halus keputihan sampai dengan abu-abu kecoklatan dan
retak-retak. Ranting dengan buku-buku bekas daun yang menonjol serupa sendi-
runcing atau membulat; helai daun seperti kulit, hijau mengkilap di atas, abu-abu
atau keputihan di sisi bawahnya, sering dengan kristal garam yang terasa asin;
pertulangan daun umumnya tak begitu jelas terlihat. Kuncup daun terletak pada
Spesies ini memiliki anak jenis atau subspesies paling banyak dengan sebaran
paling luas mulai dari pantai timur Afrika, Teluk Persia, India, Asia Tenggara, ke
timur hingga Tiongkok dan Jepang, serta ke selatan menyebar di seluruh kawasan
(Wikipedia, 2008).
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
29
perlu diketahui dan ditentukan. Indikator biologis dalam hal ini merupakan
melalui analisis kandungan logam atau kandungan senyawa kimia tertentu yang
terdapat di dalam hewan maupun tanaman, atau suatu hasil dari hewan (susu,
keju) atau tanaman (buah, umbi). Indikator biologis dapat ditentukan dari hewan
atau tanaman yang terletak pada daur pencemaran lingkungan sebelum sampai
Unsur kimia atau jenis logam yang terkandung di dalam indikator biologis
dapat berupa unsur kimia biasa maupun dalam bentuk unsur radioaktif. Pada
di dalam air) kecil namun dapat menjadi besar konsentrasinya setelah dikonsumsi
Apabila ada suatu bahan buangan yang tidak dapat di degradasi oleh
ini. A. marina dapat dijadikan indikator biologis karena merupakan salah satu
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
30
tingkat tinggi yang memiliki proses metabolisme kompleks, antara lain serapan
enzim dan lain-lain. Salah satu proses metabolisme yang sangat menentukan
seperti timbal, tembaga, besi, cadmium, nikel, aluminium, seng, mangan, merkuri
dan kromium dari lingkungannya. Hasil penelitian tim ECOTON pada tahun 2002
terhadap salah satu spesies mangrove A. marina diasumsikan bahwa tumbuhan ini
dapat mengakumulasi logam berat pada akar, batang dan daun karena telah
Kandungan logam berat tertinggi adalah logam Cu yang terdapat pada bagian akar
berat pada akar dan daun A. marina di perairan Dumai diperoleh gambaran
bahwa rata-rata kandungan logam berat tertinggi adalah logam Pb yaitu pada daun
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
31
daerah 420 ha. Batas-batas wilayah desa ini adalah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Sei Deli atau Kelurahan Belawan Bahari
mm/thn dan suhu rata-rata harian 30ºC. Jenis tanah di kecamatan ini umumnya
adalah tanah aluvial dan tanah podsolik merah kuning. Secara sosial ekonomi
penggunaan lahan dengan rincian untuk sawah dan ladang 0 ha, perkantoran 1 ha,
bangunan usaha 1 ha, dan pemukiman 85 ha. Jumlah penduduk di desa ini 7.716
Desa Jaring Halus berada di Kabupaten Langkat, dengan luas daerah 141
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
32
bukit-bukit bergelombang dan dataran tinggi pada sisi barat Bukit Barisan dengan
bervariasi antara, 2000-3500 mm/tahun. Rata-rata curah hujan per bulan adalah
142,59 mm/bulan dengan rata-rata hari hujan 10 hari per bulan. Secara sosial
ekonomi penggunaan lahan dengan rincian untuk sawah dan ladang 0 ha,
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
33
METODE PENELITIAN
Kampung Nelayan sebagai daerah yang diduga tercemar logam berat karena dekat
dengan industri dan stasiun kedua di Hutan Mangrove Desa Jaring Halus yang
diduga sebagai daerah tidak tercemar (kontrol) karena jauh dari industri. Analisis
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas : botol aquadest,
Erlenmeyer, pipet tetes, furnace (tanur), corong dan kertas saring, pH universal,
cawan porselen, gelas ukur, gelas beaker, labu takar, thermometer, hand
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah : larutan HNO3 pekat,
aquadest, larutan HClO4, larutan standar Cu dan Pb, sampel akar A. marina yang
terdiri atas akar nafas dan akar kawat, sampel daun A. marina yang terdiri dari
daun muda dan daun tua, sampel sedimen, dan sampel air laut.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
34
Prosedur Penelitian
1. Pengambilan Sampel
transek sejajar garis pantai secara proporsif. Sampel akar dan daun diambil dari
pohon A. marina dengan ukuran batang berkisar 28-35 cm dan tinggi berkisar
4-6 m. Akar yang diambil adalah akar nafas (pneumatophora) dan akar kawat
(yang berada di dalam sedimen), sedangkan untuk daun yang diambil adalah daun
muda pada pucuk dan daun tua pada pangkal ranting. Dari jalur transek tersebut
juga pengukuran logam berat pada air permukaan dan sedimen (kedalaman ± 30
cm) serta pengukuran parameter kualitas air, seperti suhu udara, suhu air, pH air,
dalam oven 105° C selama 12 jam untuk menghilangkan kadar airnya dan
kemudian dimasukkan dalam tanur pada suhu 600-650° C (pengabuan) selama 3-4
jam. Setelah selesai proses pengabuan sampel akar, daun dan sedimen tersebut
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
35
Larutan tersebut dipanaskan pada hot plate sampai mendidih dan volume
berkurang 30 ml. Bila belum terjadi kabut ulangi penambahan HNO3 sebanyak
sehingga volume sampel menjadi 50 ml, lalu diendapkan. Larutan yang telah
diendapkan disaring fasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh siap
kembali larutan dengan aquadest sampai volume menjadi 100 ml, kemudian
diendapkan. Larutan yang telah diendapkan disaring fasa airnya dengan kertas
saring. Larutan yang diperoleh siap untuk dianalisis dengan menggunakan AAS.
dilarutkan dengan aquadest dalam labu takar 1000 ml. Larutan tersebut
larutan induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian
mengandung konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak 10 ml
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
36
sampai garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan dengan konsentrasi 10 ppm.
Untuk mendapatkan larutan standar dengan konsentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8
dan 1 ppm, berturut-turut dipipet sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml dari
Alat AAS diset terlebih dahulu sesuai dengan instruksi dalam manual alat
logam Cu dan Pb dengan konsentrasi 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm. Diukur
5. Analisis Data
a. Konsentrasi Sebenarnya
digunakan rumus :
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
37
Setelah kandungan logam berat dalam air diketahui maka data tersebut
c. Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang terdapat dalam Kepmen KLH No. 51 Tahun 2004 untuk kualitas
air (disajikan pada lampiran 2). Sedangkan baku mutu untuk logam berat dalam
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
38
Hasil
menunjukkan hasil yang berbeda dari satu titik ke titik lainnya. Suhu udara dan
suhu air yang tertinggi terdapat di Hutan Mangrove Belawan, sedangkan salinitas
dan pH tertinggi terdapat di Hutan Mangrove Jaring Halus. Untuk lebih jelasnya
dibawah ini :
dan 0.4522 pada air, sedangkan pada sedimen 9.0735 dan 9.9500. Tabel 2
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
39
Tabel 2. Analisis Rata-Rata Kandungan Logam Berat Cu serta Pb dalam Air dan
Sedimen
SAMPEL STASIUN Cu Pb BAKU MUTU
Air 1 0.1198 0.4522 Kepmen KLH No.
(mg/l) 2 0.0838 0.1133 51 Tahun 2004
(0.05 mg/l)
akar A. marina diperoleh akar kawat lebih tinggi mengakumulasi logam berat Cu
daripada logam Pb yaitu 14.9900, sedangkan akumulasi logam yang lebih kecil
terdapat pada akar nafas yaitu 2.1770 untuk logam Pb Untuk lebih jelasnya hasil
daun A. marina menunjukkan bahwa akumulasi logam pada daun tua dan daun
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
40
menunjukkan bahwa BCF tertinggi bernilai 350.9766 dan terendah 46.8454. Tabel
Tabel 5. Nilai Faktor Konsentrasi (BCF) Cu dan Pb di Belawan dan Jaring Halus
KONSENTRASI Cu KONSENTRASI Pb
STASIUN Tumbuhan= Air BCF Cu Tumbuhan= Air BCF Pb
total akar, (mg/L) (L/kg) total akar, (mg/L) (L/kg)
daun (mg/kg) daun (mg/kg)
I 42.0470 0.1198 350.9766 21.1835 0.4522 46.8454
II 27.5165 0.0838 328.3591 11.5485 0.1133 101.9285
Pembahasan
Suhu udara pada saat pengambilan sampel di stasiun pertama, yaitu hutan
mangrove Belawan berkisar antara 29°- 35°C sehingga suhu udara rata-rata yang
diperoleh adalah 31°C. Kisaran suhu ini dapat dikatakan tinggi, hal ini diduga
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
41
suhu udara dan juga menyebabkan tingginya tingkat penyerapan panas ke dalam
perairan. Sedangkan pada stasiun kontrol suhu udara berkisar 30°C - 32°C dengan
suhu rata-rata 29,6°C. Dapat dibandingkan bahwa tingginya suhu udara rata-rata
berkisar 28-29°C, dimana suhu rata-ratanya adalah 28,8°C sedangkan suhu air di
daerah kontrol berkisar 26-29°C dengan suhu air rata-rata 27,5°C. Perbedaan suhu
air pada tiap pengukuran diakibatkan oleh karena perbedaan intensitas cahaya
yang mengenai air, maupun akibat perbedaan penutupan permukaan air pada
masing-masing stasiun. Pada stasiun pertama tampak bahwa jumlah vegetasi lebih
sedikit dan proyeksi penutupan tajuk lebih sempit, namun kondisi sebaliknya
komposisi organisme. Kisaran suhu yang baik bagi kehidupan organisme perairan
adalah antara 18-30° C. Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan dilokasi
suatu perairan menggambarkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan
yang diukur adalah konsentrasi ion hidrogen. Dari kisaran nilai derajat keasaman
(pH) di kedua stasiun pengamatan maka hal tersebut menunjukkan bahwa ke-2
perairan tersebut bersifat asam. Hal ini disebabkan semakin ke muara sungai
sehingga air yang masuk dari anak sungai ke sungai induk masih memiliki nilai
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
42
derajat keasamaan yang rendah. Namun, secara umum pengukuran nilai derajat
Sebaran salinitas di air laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi
air, penguapan, curah hujan dan aliran sungai (Nontji, 1987). Kisaran salinitas
pengukuran maka nilai salinitas yang lebih tinggi adalah stasiun kontrol yaitu
Desa Jaring Halus. Hal ini disebabkan desa tersebut mendapat aliran atau pasokan
air laut lebih besar daripada pasokan air tawar. Menurut Hutagalung (1991)
meningkat.
udara, dan air. Menurut Darmono (1995) bahwa pencemaran suatu perairan laut
oleh unsur-unsur logam berat selain mengganggu ekosistem juga secara tidak
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
43
berturut-turut berkisar 0.1198 mg/l dan 0.4522 mg/l, sedangkan pada stasiun
kedua Jaring Halus berturut-turut berkisar 0.0838 mg/l dan 0.1133 mg/l.
ion. Ion-ion itu ada yang merupakan ion-ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion
kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Kandungan logam berat Cu dan Pb pada
air lebih tinggi di stasiun perairan Belawan dibandingkan dengan stasiun Jaring
Halus. Hal ini disebabkan karena stasiun pertama berada di dekat lokasi industri,
perumahan, pelabuhan yang padat, serta dekat dengan muara Sungai Deli yang
daripada stasiun pertama karena berada jauh dari lokasi industri dan lebih sedikit
aktivitas manusia dalam menghasilkan limbah. Akan tetapi, meski stasiun kedua
jauh dari industri kandungan logam berat Cu dan Pb cukup tinggi dan menurut
Kepmen KLH N0. 51 Tahun 2004 kondisi kedua perairan tersebut telah melewati
ambang batas baku mutu untuk perairan pelabuhan. Oleh karena itu, dibutuhkan
perhatian yang lebih serius dari pihak yang terkait untuk menangulangi demi
berturut-turut berkisar 9.0735 dan 9.9500 mg/kg, sedangkan pada stasiun kedua
berturut-turut berkisar 8.7405 dan 8.7215 mg/kg. Dari kedua stasiun diperoleh
dalam badan air. Hal ini terjadi sesuai dengan sifat logam itu sendiri dan berkaitan
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
44
(1992) bahwa jenis substrat dan ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi
mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik dan mengendap di dasar
logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibanding dalam air (Hutagalung, 1991).
Umumnya tumbuhan akan menyerap unsur-unsur hara yang larut dalam air
maupun dari tanah melalui akarnya (Fitter dan Hay, 1991). Hasil pengukuran
logam berat pada stasiun pertama hutan mangrove Belawan diperoleh rata-rata
kandungan logam berat Cu di akar nafas dan akar kawat berturut-turut berkisar
12.0165 dan 14.9900 mg/kg, sedangkan rata-rata logam berat Pb di akar nafas dan
akar kawat berturut-turut berkisar 3.6675 dan 8.3510 mg/kg. Stasiun kedua
(kontrol) diperoleh rata-rata kandungan logam Cu di akar nafas dan akar kawat
Pb di akar nafas dan akar kawat berturut-turut berkisar 2.1770 dan 3.0425 mg/kg.
sumber hampir sama, yaitu akibat erosi batuan mineral, partikel di udara yang
dibawa hujan dan secara non alami akibat aktivitas manusia seperti limbah
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
45
kelarutan logam berat dibandingkan dengan desa Jaring Halus. Hal ini mendukung
pendapat Merian (1994) yang menyatakan kondisi tanah yang asam akan
dipresipitasi oleh tanah sehingga akan terlarut dan terbawa air yang
kebutuhan fisiologi dari vegetasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
asam amino mengikuti urutan sebagai berikut : Hg > Cu > Ni > Pb > Co > Cd
maka logam yang paling besar keberadaannya dapat diserap adalah logam Cu,
kemudian disusul logam Pb. Kandungan logam Pb yang tidak esensial bagi
Dari analisis maka diperoleh data bahwa akar kawat lebih besar
mengandung logam berat Cu maupun Pb dibandingkan akar nafas. Hal ini wajar,
karena distribusi unsur hara dan garam-garam mineral tidak sama di setiap bagian
tumbuhan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Besarnya kandungan logam berat
di akar kawat diduga karena lebih banyak variasi dan interaksi dengan sedimen
yang telah mengandung banyak logam berat yang mengendap dibandingkan akar
nafas yang hanya berinteraksi dengan kandungan logam berat pada kolom air. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2001) dimana unsur hara dapat kontak
dengan permukaan akar melalui 3 cara, yakni secara difusi dalam larutan tanah,
secara pasif terbawa aliran air tanah dan karena akar kontak dengan hara tersebut
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
46
di dalam matrik tanah. Namun secara keseluruhan analisis, baik akar nafas
maupun akar kawat menyerap logam berat dengan jumlah konsentrasi berlipat
dapat terjadi melalui beberapa bagian tumbuhan, seperti daun bagi zat yang
lipofilik. Hasil pengukuran kandungan logam berat Cu pada daun muda di stasiun
Perairan Belawan rata-rata berkisar 6.1650 mg/kg, sedangkan pada daun tua
Pada stasiun Jaring Halus rata-rata kandungan logam berat Cu pada daun
muda dan daun tua berturut-turut berkisar 4.5855 mg/kg dan 5.6190 mg/kg.
Sedangkan rata-rata kandungan logam Pb berkisar 2.2100 mg/kg pada daun muda
dan 4.1190 mg/kg pada daun tua. Secara umum kandungan logam berat pada
konsentrasi logam daun muda lebih rendah dibanding dengan daun tua. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan daun muda di dalam mengabsorpsi suatu unsur hara
lebih rendah dari pada daun tua. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemirat (2003,
bahwa daun yang lebih muda lebih sulit mengabsorpsi daripada daun yang sudah
tua. Selain itu, umumnya mekanisme yang terjadi pada tumbuhan adalah
mengakumulasi ion-ion yang berlebih dalam daun tua, yang akhirnya diikuti
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
47
medium air satuannya [L/kg]. Melalui hasil analisis kandungan logam berat Cu
dan Pb pada masing-masing stasiun, baik Perairan Belawan maupun Jaring Halus
besar dari logam berat Pb. Dengan nilai BCF Cu 350.9766 dan 328.3591 maka
dikategorikan rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutagalung (1991) bahwa
tersebut. Menurut Rosmarkam dan Nasih (2002) bahwa ada tiga jalan yang dapat
ditempuh oleh air dan ion-ion yang terlarut bergerak menuju sel-sel xylem dalam
akar, yaitu (1) melalui dinding sel (apoplas) epidermis dan sel-sel korteks, (2)
melalui sistem sitoplasma (simplas) yang bergerak dari sel ke sel, dan (3) melalui
sel hidup pada akar, dimana sitosol dari setiap sel membentuk suatu jalur.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
48
akar tumbuhan melalui bantuan transpor ligand dalam membran akar, kemudian
akan membentuk transpor logam komplek yang akan menembus xylem dan terus
menuju sel daun. Setelah sampai di daun akan melewati plasmalemma, sitoplasma
komplek logam. Kemudian transpor ligand dilepas dan akseptor komplek logam
terakumulasi dalam vakuola yang tidak akan berhubungan dengan proses fisiologi
sel tumbuhan.
banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tumbuhan
pada daun dan diikuti dengan terjadinya penebalan daun. Ekskresi juga
merupakan upaya yang mungkin terjadi yaitu dengan menyimpan materi toksik
logam berat di dalam jaringan tubuh yang sudah tua. Logam berat yang masuk ke
dalam jaringan akan mengalami pengikatan dan penurunan daya racun karena
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
49
Kesimpulan
Belawan lebih besar daripada di stasiun Desa Jaring Halus (kontrol) yakni
dikategorikan rendah.
Saran
dalam sedimen dan air. Namun demikian, data yang diperoleh merupakan hasil
dari satu kali sampling, sehingga hanya menggambarkan kadar logam berat pada
saat sampling dilakukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
50
DAFTAR PUSTAKA
Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI-Press. Jakarta.
Fitter, A.H dan Hay, R.K.M,. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Klein, D.A dan J.S. Thayer. 1995. Interactions Between Soil Microbial
Community and Organometallic Compaunds. MArcell Dekker, Inc. New
York and Basel.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
51
Rosmarkam, A dan Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta.
Tarmedi, U. 1996. Kandungan Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Tegakan Pidada
(Sonneratia alba) di Hutan Mangrove Cagar Alam Muara Angke DKI
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
52
Yudhanegara, R.A. 2005. Penyerapan Unsur Logam Berat Pb dan Hg Oleh Eceng
Gondok [Eichhornia crassipes (Mart.) Solms] dan Kiapu (Pistia stratiotes
Linn). Skripsi Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan IPB. Bogor.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
53
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
54
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
55
Lampiran 2
KIMIA
1 pHd - 7 – 8,5 (d)
2 Salinitase 0
/00 alami3(e)
coral: 33-34(e)
mangrove: s/d 34 (e)
lamun: 33-34(e)
3 Oksigen terlarut (DO) mg/l >5
4 BOD5 mg/l 20
5 Ammonia total (NH3-N) mg/l 0,3
6 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015
7 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008
8 Sianida (CN-) mg/l 0,5
9 Sulfida (H2S) mg/l 0,01
10 PAH (Poliaromatik hidrokarbon) mg/l 0,003
11 Senyawa Fenol total mg/l 0,002
12 PCB total (poliklor bifenil) µg/l 0,01
13 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1
14 Minyak dan Lemak mg/l 1
15 Pestisidaf µg/l 0,01
16 TBT (tributil tin)7 µg/l 0,01
Logam Terlarut
17 Raksa (Hg) mg/l 0,001
18 Kromium heksavalen (Cr(VI)) mg/l 0,005
19 Arsen (As) mg/l 0,012
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
56
BIOLOGI
1 Coliform (total) g MPN/100 ml 1000g
2 Patogen sel/100 ml Nihil1
3 Plankton sel/100 ml Tidak bloom6
RADIO NUKLIDA
1 Komposisi yang tidak diketahui Bq/l 4
Catatan:
1. Nihil adalah tidak terdeteksi dengan batas deteksi alat yang digunakan (sesuai dengan metode
yang digunakan)
2. Metode analisa mengacu pada metode analisa untuk air laut yang telah ada, baik internasional
maupun nasional.
3. Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam dan
musim).
4. Pengamatan oleh manusia (visual ).
5. Pengamatan oleh manusia (visual ). Lapisan minyak yang diacu adalah lapisan tipis (thin layer )
dengan
ketebalan 0,01mm
6. Tidak bloom adalah tidak terjadi pertumbuhan yang berlebihan yang dapat menyebabkan
eutrofikasi.
Pertumbuhan plankton yang berlebihan dipengaruhi oleh nutrien, cahaya, suhu, kecepatan arus,
dan kestabilan plankton itu sendiri.
7. TBT adalah zat antifouling yang biasanya terdapat pada cat kapal
a. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% kedalaman euphotic
b. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata2 musiman
c. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami
d. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <0,2 satuan pH
e. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman
f. Berbagai jenis pestisida seperti: DDT, Endrin, Endosulfan dan Heptachlor
g. Diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <10% konsentrasi rata-rata musiman
Menteri Negara
Lingkungan Hidup,
ttd
Hoetomo, MPA.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
57
Lampiran 3
Baku mutu logam berat di dalam lumpur atau sedimen di Indonesia belum ditetapkan,
sehingga sebagai acuan digunakan baku mutu yang dikeluarkan oleh IADC/CEDA (1997)
berdasarkan standar kualitas Belanda, seperti dapat dilihat pada tabel berikut :
Keterangan :
a. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang
lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu
b. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen memiliki nilai maksimum
c. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada kisaran nilai
antara level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai tercemar ringan.
d. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada di sedimen berada pada kisaran
nilai antara level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai tercemar sedang.
e. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan berada pada nilai yang lebih besar dari baku
mutu level bahaya maka harus dengan segera dilakukan pembersihan sedimen.
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009
58
Lampiran 4
(a) (b)
Grace Yanti Panjaitan : Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada Pohon Avicennia marina Di Hutan Mangrove, 2009.
USU Repository © 2009