Anda di halaman 1dari 5

Kau yang "Tak Sempurna" (Kasus I: Pasar

Monopoli)
Kukagumiii, kelemahanmu..
Kucintai semuaa, kekuranganmu..
Ituu... Bagiku indah..
Kau yang tak sempurnaa....

(Bondan ft. Fade2Black, Tak Sempurna)

“Kau sosok yang tak sempurna tapi bermakna!” Huah.. bagian rap lagu ini ngingetin gue
sama sesuatu bro. Betapa lamanya gue nggak menyapa kalian dengan fairytale mikro
ekonomi,heuheu... Thanks to Bondan n Fade2Black yang udah mampir di telinga gue dan
bikin gue punya ide buat memulai dongeng gue kali ini tentang sesuatuh yang nggak
sempurna tapi bermakna banget dalam dunia persilatan ekonomi, yaitu.. hatikuh... ehh...
bukan! Yaitu  PASAR PERSAINGAN TAK SEMPURNA.

Hemm,,seperti yang udah kita pahami, pasar itu dibagi jadi dua kan gan, pasar persaingan
sempurna dan pasar persaingan nggak sempurna. Kalau pasar persaingan sempurna kan udah
kita obrak abrik di postingan sebelumnya. Naah,,,sekarang, nggak adil rasanya kalau kita
cuma ngomongin yang sempurna sempurna,,karena seperti yang gue bilang sebelumnya kan
cinn... nggak ada yang sempurna selain yang Maha Sempurna (ehm,,tumben sadar..).

Pasar persaingan tidak sempurna ini ada banyak macemnya. Nah, yang bakal gue kenalin ke
kalian kali ini namanya pasar monopoli. Lo semua pasti udah paham kalau pasar monopoli
itu adalah pasar dimana yang jualan cuman ada satu. Nah, karena yang jual cuman satu, jadi
suka-suka dia deh mau ngasih harga berape, dia bebas dong buat jual mahal.. Makanya
penjual dalam pasar monopoli ini disebut price maker atau pembuat harga.

Terus kira-kira kenapa coba kok monopolis (sebutan buat penjual di pasar monopoli) ini bisa
jadi atu-atunya penjual di pasar? Hmm... ada beberapa kemungkinan gaan,, pertama karena
barang yang dijual adalah barang yang unik n nggak ada barang substitusi (pengganti) yang
setara, kedua ada skala ekonomis yang bikin pasar itu hanya memungkinkan untuk dimasuki
satu penjual, jadi kalau ada penjual baru masuk dia akan kesulitan jual barang dagangannya,
dan yang ketiga memang pemerintah udah mutusin biar dia yang jadi satu-satunya penjual di
pasar.

Dari sini bisa kita ambil kesimpulan, guys, kalo lo pingin jadi satu-satunya yang ada di hati
pasangan lo, maka yang harus lo lakuin adalah: Pertama, jadi pribadi yang unik sehingga
pasangan lo nggak akan mampu nemuin orang yang sama buat jadi pengganti lo. Kedua,
pasang tuh kacamata kuda di pasangan lo buat ngejaga daerah ‘skala ekonomis’ lo dari
gangguan newcomers yang masih kinyis-kinyis (wkwkwkkwk...). Dan yang ketiga, ini yang
paling penting broo, cepet-cepet nikah! Karena itu adalah klaim hak milik yang paling kuat
dengan dukungan pemerintah dan juga agama. Hehehehe.... Sori,sori.. Ini ngomongin apa sih
(T_T). Udah, kembali ke laptop!
Well, kalau ciri-ciri monopoli kayak gitu-gituan pasti kalian udah bosen ya bacanya, maka
berikutnya kita bahas yang lebih pecah lagi, yaitu tentang gimana caranya baca grafik pasar
monopoli. Grafik pasar monopoli tentunya beda penampakan dari pasar persaingan sempurna
yang udah kita bahas kemaren. Meskipun karakternya sih tetep sama, gampang-gampang
susah buat dimengerti,,kayak kelakuan cewek gitu deh broo... :D

Haha, so, here you are, penampakan grafik pasar monopoli:

Oke, sekarang coba kita pahami satu-satu arti tiap garis takdir yang ada di gambar ituuh..

Kenapa bentuk kurva D (permintaan) = AR (Penerimaan Rata2) = P (Harga)


bentuknya miring gitu? Nggak horisontal kayak persaingan sempurna??

Ini berkaitan dengan kemampuan penjual mengendalikan harga bro,,dan sesuai dengan
hukum permintaan, kalo penjual pingin menjual produk lebih banyak maka dia harus
menurunkan harga. Makanya itu kurva D=AR=P nya bentuknya sama kayak kurva
permintaan, melereng dari kiri atas ke kanan bawah.

Kenapa kurva MR (tambahan penerimaan) lebih kecil dibanding kurva D=AR=P?


Kalo di persaingan sempurna kan MR = AR = P = D??

Ini ada hubungannya sama jawaban nomer 1 tadi ciinn,,,jadi, karena untuk menaikkan
penjualan sebanyak satu unit pun, penjual harus mengurangi harga seluruh output, jadinya
MR (tambahan penerimaan) lebih kecil deh daripada P (harga). Nah, kemiringan kurva MR
ini dua kali lebih curam daripada kurva P.

Kenapa di grafik itu labanya disebut supernormal?

Disebut laba supernormal, karena P > AC. Atau dengan kata lain, penerimaan lebih besar
daripada biaya. Cara menghitung besarnya laba adalah TR-TC (sama persis kayak ngitung
laba di pasar persaingan sempurna). Ini merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan
monopoli dalam jangka pendek.

Next, gimana keuntungan perusahaan monopoli dalam jangka panjang?


Mendapat laba yang supernormal itu WOW banget, sampe2 bikin penjual yang lain ngiler
dan berusaha masuk ke pasar monopoli. Nah, kalau sampe ada perusahaan lain yang berhasil
masuk ke pasar monopoli berarti penjual yang sebelumnya tadi udah nggak jadi penjual satu-
satunya, dengan kata lain dia kehilangan daya monopolinya, alias berhasil diselingkuhin..
(huks..). Akibatnya, labanya nggak super lagi deh,,tapi berubah jadi laba normal.

Laba normal ini diperoleh perusahaan monopoli apabila P = AC. Atau dengan kata lain, dia
ada di posisi break event point dimana TR=TC. Lha, kalo impas kenape disebut laba???
Yawda woles aja tanyanya bro, nggak usah ngotot..hehehe...

Hm, itu karena dalam struktur biaya produksi (TC) sudah diperhitungkan implicit cost (biaya
yang tidak terlihat), sehingga aslinya dalam itung-itungan akuntansinya sih dia masih keitung
laba. Kok bisa? iya, yang diperhitungkan secara akuntansi itu kan cuma explicit cost (biaya
yang nampak), sedangkan TC itu mencakup implicit cost juga, jadi riilnya masih ada sisa kas
pada penjualan produk meskipun dikatakan TC = TR.

Gambarnya kalo perusahaan lagi dapet laba normal tuh kayak gini bro..

Nah, bisa liat kan,,kalo kita tarik garis lurus dari perpotongan MR sama MC, maka kita bakal
ketemu AR dan AC pada satu titik yang sama, yaitu titik yang nempel sama P. Artinya AC =
AR = P, alias break event point.

Oke, udah tau kan cara ngitung laba secara matematisnya?? Kalo lupa sok atuh dibaca lagi
postingan Penampakan Grafik Pasar Persaingan Sempurna. Cara ngitung laba sama persis
dengan yang ada di postingan itu.

Logikanya, kalau dia emang satu-satunya penjual yang ada di pasar, dia nggak mungkin dong
bisa rugi, orang dia bebas ngatur harga kan? Tapi emang kenyataan itu nggak seindah
dongeng sebelum tidur yang selalu berakhir happily ever after broo... Seorang monopolis pun
bisa dikhianati kenyataan bahwa dia nggak selamanya menikmati laba. Yah, mungkin
rasanya semacam diputusin meskipun nggak diselingkuhin. Nggak ada yang bisa
dikambinghitamkan karena kesalahan ada pada diri sendiri (mendadak nyesek).

Wew! itu maksudnya gini lo (garuk-garuk kepala, mencoba fokus nulis,,hahha...) maksudnya,
perusahaan monopoli pun bisa rugi. Ya nggak jauh-jauh lah, PLN itu kan perusahaan
monopoli kan, tapi buktinya sampe sekarang masih menderita rugi juga kan? Kaaaannn...?
Terlepas dari apapun yang bikin dia menderita rugi bro, semacam gini nih grafik perusahaan
monopoli kalo lagi rugi:

Nah, bisa diliat kan, kalo rugi itu adalah ketika P < AC. Tapi asal lo tau gan, rugi bukan
berarti lo harus berhenti. Kayak putus cinta yang nggak harus bikin lo berhenti percaya cinta
itu ada. Yang harus lo lakuin hanya cari cara yang tepat buat cari cara keluar dari titik yang
nyesek itu.

Bener kaan?! Haha.. begitu juga kalo perusahaan monopoli rugi, dia tetep harus cari cara
untuk keluar dari posisi rugi. Perusahaan itu masih bisa berjalan selama AVC < P < AC.
Dengan kata lain, selama AVC < P, maka perusahaan itu masih bisa diselamatkan meski
harus mempertaruhkan jiwa, raga, dan juga perasaan..huks.

Kalo AVC = P, artinya harga jual produknya hanya mampu menutup biaya variabel rata-rata.
Kalau udah kayak gini, apalagi AVC < P, berarti perusahaan itu udah nggak bisa diselamatin
lagi. Mending tutup aja daripada kerugiannya semakin membengkak. Kondisi ini dinamain
Shutdown Point. Dan lo tau, susah banget cari contoh grafiknya di internet, hehe..suatu hari
nanti gue pingin banget gambar grafik2 itu dengan tangan gue sendiri, biar nggak rempong
nyarinya, hedeh..

Ini contoh grafik yang paling appropriate untuk kondisi shutdown, check this out!
Yup, di grafik itu lo liat ada garis horisontal, itu artinya pasarnya pasar persaingan sempurna.
Mohon maap banget, gue belum nemu grafik posisi shutdown yang khusus pasar monopoli.
Sementara lo bayangin aja kurva MR-nya nggak horisontal, tapi miring kayak lazimnya
kurva monopoli, dari kiri atas ke kanan bawah. Maka lo akan liat kalo AVC, MR, dan P
(dalam kurva itu P = MR) ada di titik yang sama. Itulah tandanya lo ada di shutdown point,
dimana lo harus menyerah dan berhenti berusaha untuk kebaikan semuanya (sigh....).

Well.. jadi sedih gimanaaa gituuh... haha... tapi gue nggak mau mengakhiri artikel ini dengan
kegalauan akibat shutdown point guys! Soalnya, dalam hidup ini nggak selamanya
perjuangan kita akan berakhir dengan keberhasilan. Ada kalanya kita gagal. Itu artinya kita
dikasih kesempatan untuk mulai cerita baru dan kesempatan-kesempatan baru lagi buat
dimanfaatin sebaik-baiknya!

Jadii... buat yang baru mulai bisnis terus udah shutdown aja, jangan nyerah bro! Itung2
pengalaman buat cerita di masa depan kan! Buat yang baru pacaran udah putus aja (ehm),
jangan nyerah juga, percaya deh, suatu hari nanti lo bakal nemuin ‘pasar’ baru buat
dimonopoli.

Daann.. buat yang pusing karena banyak yang pasang pp wedding di timeline social network
(hahaha...gue banget inih!!) woles gaann... suatu hari nanti akan datang hari kemenangan
dimana lo jadi monopolis sejati di hati seseorang! Tetep semangat, mati satu tumbuh
setengah!!! Kenapa setengah?? Karena yang setengahnya ada di hatimuuh.... hehehehe....

See ya!

Anda mungkin juga menyukai