PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai
adaptasi yang unik untuk menghadapi tekanan lingkungan, yaitu berupa salinitas
tinggi, temparatur tinggi dan radiasi sinar matahari yang kuat. Sanitasi dan radiasi
sinar ultraviolet yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel
tumbuhan. Tumbuhan yang dapat hidup pada daerah ekstrim seperti ini, memiliki
2017). Mangrove memiliki potensi dan manfaat sebagai sumber bahan pangan.
Buah mangrove jenis Sonneratia alba dapat diolah menjadi sirup dan permen.
populer dikalangan ahli gizi dan tenaga kesehatan profesional lainnya. Dalam
beberapa tahun ini, itilah tersebut semakin sering digunakan dan mulai menyita
alami diperoleh dari ekstrk bahan alami, sedangkan yang sintetik berasal dari
Radikal bebas merupakan atom atau gugus apa saja yang memiliki satu
atau lebih elektron berpasangan. Karena jumlah elektron ganjil, maka tidak semua
elektron dapat berpasangan. Suatu radikal bebas dapat bermuatan positif atau
negatif, maa spesies semacam ini sangat reaktif karena adanya elektron tidak
Efek negatif dari radikal bebas terhadap tubuh kita dapat dicegah dengan
bebas. Antioksidan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami dan
antioksidan sintetis. Antioksidan alami berasal dari hasil ekstra bahan alami yang
dari hasil sintesis secara kima. Namun adanya kehawatiran terhadap efek samping
diproduksi secara reaksi kimia dianggap kurang aman dan dapat meningkatkan
peningkatan dan dipandang lebih aman karena diperoleh dari ekstrak bahan alami.
Pada hasil penelitian Masyawati, Nazruddin dan Nelson, menjelaskan
diperlukan untuk menemukan agen-agen terapi baru dan informasi yang sangatlah
dibutuhkan oleh masyarakat. Ada dua alasan penting mengapa diperlukan adanya
merupakan slah satu hutan tropis yang mudah berkembang dan belum banyak
Buah Mangrove (Sonneratia Alba) adalah salah satu jenis mangrove tidak
Buah muda berasa asam dapat dimakan langsung dan dapat dibuat sirup atau jus.
Buah yang sudah tua merupakan bahan baku untuk pembuatan kue seperti dodol
dan waji.
Pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Parubak tahun 2007 yang
menyatakan bahwa Kulit Batang Akway mengandung flavonoid yang bisa juga
B. Rumusan Masalah
D. Kegunaan Penelitian
sebagai informasi bagi masyarakat yang didukung oleh data yang ilmiah
antioksidan yang dimiliki oleh buah mangrove yang dalam hal ini jenis
antioksidan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Famili : Lythraceae
Genus : Sonneratia
2. Morfologi tumbuhan
pangkal gagang daun. Gagang daun panjangnya 6-15 mm. Unit & Letak:
Ukuran: 5-12,5 x 3-9 cm. Bunga : Biseksual; gagang bunga tumpul panjangnya 1
cm. Letak: di ujung atau pada cabang kecil. Formasi: soliter-kelompok (1-3 bunga
per kelompok). Daun mahkota: putih, mudah rontok. Kelopak bunga: 6-8;
2,5 cm. Benang sari: banyak, ujungnya putih dan pangkalnya kuning, mudah
rontok. Buah : Seperti bola, ujungnya bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus
kelopak bunga. Buah mengandung banyak biji (150-200 biji) dan tidak akan
membuka pada saat telah matang. Ukuran: buah: diameter 3,5-4,5 cm.
3. Kandungan Kimia
fenol hidrokuinon dan tanin. Pada bagian buah memiliki kandungan senyawa
(Minqing et al,2009)
4. Kegunaan
garam) untuk mengobati luka, memar, keseleo, dan bengkak. Daun-daunnya yang
dihaluskan juga dapat digunakan untuk mengobati cacar. Fermentasi air buah
digunakan sebagai obat untuk menghentikan pendarahan, air buah yang setengah
matang dapat digunakan sebagai obat batuk dan bubur buah Mangrove dipercaya
dapat mengobati kejang-kejang atau salah urat (Soeroyo. 1989). Getah buah
Mangrove dapat digunakan sebagai anti sinar ultraviolet (Kusmana et al. 2008)
1. Tujuan Ekstraksi
komponen zat padat yang ada dalam sampling ke dalam pelarut, dimana
perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke
dalam pelarut.
2. Jenis-jenis Ekstraksi
Jenis ekstraksi bahan alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi cara
dingin dan ekstraksi cara panas. Ekstraksi cara dingin dilakukan dengan cara
maserasi, perkolasi dan sokhletasi. Ekstraksi cara panas dilakukan dengan cara
1) Maserasi
75 bagian cairan penyari selama 3 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari
diaduk, lalu disaring lagi hingga diperoleh sari 100 bagian, sari yang diperoleh
ditutup dan disimpan selama 2 hari. Endapan yang terbentuk dipisahkan dan
filtratnya dipekatkan. Dimana cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam dan di luar sel
2) Perkolasi
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah
melalui serbuk tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif, sel-sel yang
kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan gaya
1) Refluks
mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah/biji dan herba. Sampel
atau bahan yang akan diekstraksi ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam labu
alas bulat dan diisi dengan cairan penyari yang sesuai misalnya dietil eter sampai
serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm diatas pemukaan simplisia, atau 2/3
volume labu kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif dan ditempatkan
diatas water bath atau heating mantel lalu dipasang kondensor pada labu alas
bulat yang dikuatkan dalam klem pada statif. Aliran air dan pemanas dijalankan
mengandung minyak menguap dan memiliki titik didih dan tekanan normal tinggi
digunakan untuk mencegah kerusakan zat aktif paada pemanasan yang terlalu
tinggi.
3) Sokhletasi
molekul cairan oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia di dalam
akan turun kembali ke labu alas bulat atau labu penampung. Proses ini
berlangsung hingga penyarian zat aktif dianggap sempurna yang ditandai dengan
C. Antioksidan
menghambat reaksi oksidasi dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang
yang secara kontinyu dibentuk sendiri oleh tubuh. Bila jumlah senyawa oksigen
DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering
bahan alam. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau
radikal hidrogen pada DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.
Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan maka
warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi
E. Spektrofotometri UV - Vis
terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya
elektron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yang lebih
tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-
gelombang diskrit sebagai suatu spektrum garis atau peak tajam namun ternyata
berbeda. Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada
daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar
vibrasi. Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan
dasar ke subtingkat apa saja dari keadaan eksitasi. Karena pelbagai transisi ini
berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang absorbsinya juga berbeda
sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spektrum itu.
pencatat.
1. Sumber Radiasi
Sumber radiasi cahaya tampak yang paling umum dipakai adalah lampu
tungstein dan gas iodine (halogen). Oleh sebab itu disebut sebagai lampu
“Tungstan-iodin”. Sumber radiasi ini dapat memancarkan radiasi kontinyu pada
2. Monokromator
yang dikehendaki. Suatu monokromator terdiri dari susunan : celah masuk – filter
Wadah untuk sampel dan pelarut disebut sel atau kuvet. Wadah ini harus
terbuat dari bahan yang dapat melewatkan radiasi pada daerah spektrum yang
akan dikehendaki. Untuk dapat dipakai pada daerah UV-Vis, bahannya harus
kuarsa datau leburan silica. Wadah yang dibuat dari kaca silika dapat digunakan
pada daerah 350 sampai 2 µm, sedangkan wadah plastik digunakan untuk daerah
cahaya tampak.
METODE PENELITIAN
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Batang pengaduk, beaker
Gunting, Kertas saring, Labu ukur, Penangas air, Pipet tetes, Pipet kapiler,
2. Bahan
B. Jenis Penelitian
DPPH.
Kemenkes Makassar.
1. Populasi
Lokasi sampel berada di Desa Tongke Tongke Kec. Sinjai Kab. Sinjai, Sulawesi
Selatan.
1. Pengolaan Sampel
mangrove yang telah diambil dibersihkan dari kotoran yang melekat dengan cara
dicuci dengan air mengalir, setelah itu dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan
2. Pembuatan ekstrak
dibiarkan selama 5 hari pada ruangan terlindung dari cahaya sambil diaduk (1 x
kertas saring untuk memisahakan filtrat dan residu. Filtrat yang diperoleh berupa
Larutan DPPH 500 ppm dibuat dengan cara menimbang DPPH sebanyak
ke dalam labu ukur 100 ml, dilarutkan dan dicukupkan volumenya dengan etanol
250 ppm. Larutan ini kemuadian dipipet masing – masing 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15
reaksi dan divortex selama 30 detik, lalu didiamkan. Larutan diukur serapannya
ditambahkan dengan 4,0 ml DPPH 40 ppm dan dibiarkan selama 30 menit dalam
wadah terlindung dari cahaya (dalam vial yang ditutup aluminium foil).
Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 516 nm. Sebagai blanko
diukur 1,0 ml etanol ditambahkan dengan 4,0 ml DPPH 40 ppm dan dibiarkan
F. Analisis Data
𝐴 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜− 𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
% inhibisi = x 100 %
𝐴 𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
50−𝑎
IC50 = 𝑏
BAB IV
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
dengan metode DPPH Metode DPPH adalah salah satu uji kuantitatif untuk
antioksidan.
antioksidan yang mampu mengurangi intensitas warna ungu dari DPPH, maka
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak akan semakin besar pula peredamannya yang
senyawa yang terkandung akan semakin banyak dan menyebabkan semakin besar
antioksidan suatu senyawa yang terkandung dalam bahan uji. Semakin kecil nilai
Pada pengujian awal uji antioksidan ini ditentukan terlebih dulu panjang
didapatkan panjang gelombang DPPH λmaks adalah 516 nm. Panjang gelombang
Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol Buah Mangrove memiliki
nilai IC50 sebesar 11,75 ppm, sedangkan nilai IC50 vitamin C adalah sebesar 14,35
ppm. Nilai IC50 yang paling kecil menunjukkan bahwa aktivitas antioksidannya
paling besar karena semakin kecil nilai IC50 maka aktivitas antioksidannya
semakin besar. Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa ekstrak Kulit Batang Akway
mempunyai nilai IC50 yang lebih besar yang menunjukkan bahwa aktivitas
antioksidan ekstrak Buah Mangrove tersebut lebih kecil dibanding asam askorbat.
jika nilai IC50 kurang dari 50 μg/mL (ppm), kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm,
sedang jika IC50 bernilai 100-150 ppm dan lemah jika IC50 bernilai 151-200
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Nilai IC50 ekstrak etanol Buah Mangrove yaitu sebesar 11,75 ppm.
2. Potensi aktivitas ekstrak etanol Buah Mangrove berada dalam kategori sangat
B. Saran
Katzung, G. B., 2006, Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi 10, EGC, Jakarta.
Molyneux, P., 2004, The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-hydrazil
(DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J. Science
Technology, 26 (2) : 211-219.
Santosa, B. B., dkk., 2011, Jurnal Makara Sains Vol. 15, No. 1.
Supiyanti, W., Wulansari, E.D dan Kusmita, L., 2010, Uji Aktivitas Antioksidan
dan Penentuan Kandungan Antosianin Total Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana L), Majalah Obat Tradisional,15(2), 64-70.
Syakir, M., dkk., 2011, Jurnal Littri 17 (4), hal 169 – 173.
Winarsi, H., 2007, Antioksidan dan Radikal Bebas, PT. Gramedia, Jakarta.
Sampel buah mangrove
(Soneratia alba) sebanyak
100 gram
Uji Antioksidan
(DPPH)
Vitamin C Konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10
ppm
5, 10, 15 , 20 ppm
Spektrofotometri UV-Vis
Pengumpulan data
Analisis data
Kesimpulan
Lampiran 1. Perhitungan Persentase Inhibisi
𝐴𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜−𝐴𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Rumus : % Inhibisi = X 100%
𝐴𝐵𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
= 13,77%
0,92009−0,67352
% Inhibisi = X 100%
0,92009
= 26,79%
0,92009−0,56458
% Inhibisi = X 100%
0,92009
= 38,63%
= 45,66%
= 54,72%
B. Pengukuran Kedua % Inhibisi Sampel Ekstrak etanol
= 13,73%
= 26,16%
0,92009−0,57720
% Inhibisi = X 100%
0,92009
= 37,27%
= 47,89%
= 57,46%
C. Pengukuran Ketiga % Inhibisi Sampel Ekstrak etanol
= 11,98%
= 26,92%
0,92009−0,55792
% Inhibisi = X 100%
0,92009
= 39,36%
= 46,73%
0,92009−0,39259
% Inhibisi = X 100%
0,92009
= 57,33%
D. Pengukuran % Inhibisi Vitamin C
1. Vitamin C 5 ppm
0,91191−0,70263
% Inhibisi = X 100%
0,91191
= 22,95%
2. Vitamin C 10 ppm
0,91191−0,57852
% Inhibisi = X 100%
0,91191
= 36,56%
3. Vitamin C 15 ppm
0,91191−0,44669
% Inhibisi = X 100%
0,91191
= 51,02%
4. Vitamin C 20 ppm
0,91191−0,29569
% Inhibisi = X 100%
0,91191
= 67,57%
E. Perhitungan rata-rata % inhibisi ekstrak etil asetat
= 13,16%
= 26,63%
= 38,42%
= 46,76%
= 56,50%
Tabel 2. Hasil perhitungan % inhibisi DPPH
5 ppm 22,95%
10 ppm 36,56%
Baku Vitamin C
15 ppm 51,02%
20 ppm 67,57%
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25
Konsentrasi (ppm)
70
60 y = 0.0534x + 4.251
R² = 0.9912
50
% Inhibisa
40
30
20
10
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Konsentrasi (ppm)
Perhitungan IC50
y-a
x= dimana nilai y = 50%
b
1. Baku vitamin C
Persamaan garis regresi : y = 2,9664x + 7,445
Dimana : y = 50 %
a = 7,445
b = 2,9664
50 – 7,445
maka IC50 (x) = 2,9664
= 14,35 ppm
2. Ekstrak Buah Mangrove
Persamaan garis regresi : y = 0,0534x + 4,251
Dimana : y = 50 %
a = 0,0534
b = 4,251
50 – 0,0534
maka IC50 (x) = 4,251
= 11,75 ppm
Gambar 4. Proses maserasi, hasil maserasi dan rotavapor sampel Buah Mangrove
Gambar 5. Proses Fraksinasi, pengukuran dan alat spektrofotometri