Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat dan salam ke pangkuan nabi Muhammad

S.A.W, alhamdulillah tugas mandiri blok 3 modul 1 telah kami selesaikan. Tugas ini berisi

rangkuman materi “ Perspektif dan Konsep Dasar Keperawatan: Aplikasi Teori Konseptual

Roy” yang telah kami pelajari dalam blok 2 modul 1 ini.

Kami berharap laporan mandiri ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kami

menyadari dalam menyusun laporan mandiri ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kritik

dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan laporan mandiri ini

nantinya.

Banda Aceh, November 2013

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR I
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Aplikasi Teori Konseptual Roy
1. Pengkajian 2
A. Pengkajian Perilaku 2
B. Pengkajian Stimulus 5
2. Diagnosa Keperawatan 6
3. Rencana Tindakan 8
4. Implementasi/Intervensi Keperawatan 8
5. Evaluasi 12
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan 17
DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Keperawatan merupakan suatu tindakan caring yang dilakukan terhadap pasien. Asuhan

keperawatan yang diberikan kepada pasien sudah seharusnya sesuai konsep yang dikemukakan

para ahli untuk menghindari malpraktik atau neglected. Salah satu teori konseptual yang

digunakan dalan asuhan keperawatan adalah teori dari Sister Calista Roy. Inti dari teori ini

adalah manusia sebagai sistem terbuka yang adaptif yang selalu beradaptasi terhadap stimulus

yang ada. Perawat diharapkan dapat mengaplikasikan teori ini sesuai dengan kondisi pasien dan

pasien mampu beradaptasi sebagaimana mestinya.


BAB II

PEMBAHASAN

Aplikasi Teori Konseptual Sister Calista Roy

Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan.

Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus,

Diagnosa keperawatan, Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

A. Pengkajian Perilaku

Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk

mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh

perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang

mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetik, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-

obatan, alkohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi sosial,

mekanisme koping dan gaya hidup, stress fisik dan emosi, budaya, lingkungan fisik” (Martinez

yang dikutip oleh Nursalam, 2003)

1). Pengakajian Fisiologis.

Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian pengkajian perawat

yaitu:

a. Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan

sirkulasi.

b. Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondisi tubuh dan

perkembangan.

c. Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.


d. Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.

e. Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.

f. Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan dengan panca indra.

g. Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.

h. Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.

i. Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon stress dan

system reproduksi.

2). Pengkajian Konsep diri.

Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau mengidentifikasi tentang pola nilai,

kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada keadaa

diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.

3). Pengkajian Fungsi Peran.

Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi tentang pola

interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.

4). Pengkajian Interdependensi.

Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola nilai menusia,

kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal terhadap

individu maupun kelompok.

Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptif dilaksanakan dengan pendekatan

sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difokuskan oleh perawat atau Tim

keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Secara

ideal, keseluruhan data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian keperawatan dicatat
dalam format empat model adaptif keperawatan dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi

tim asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan Keahlian dalam praktek

keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan

membandingkan kriteria evaluasi spesifik respon perilaku manusia bahwa adaptif atau

inefektif (maladaptif). Data dikelompokkan dalam: data subjektif, objektif dan data

pengukuran/pemeriksaan fisik. Perilaku yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang

diharapkan, mewakili semua respon baik efektif maupun maladaptif. Roy sudah

mengidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan

Subsistem Kognator yang tidak efektif, seperti pada tabel berikut :

Table 1: Indikasi Kesulitan Adaptasi

Gejala berat dari aktivitas Regulator :

• Peningkatan deyut jantung dan tekanan darah.

• Tegang.

• Hilang nafsu makan.

• Peningkatan kortisol serum

Gejala Inefektiv dari Kognator :

• Gangguan persepsi/ proses informasi.

• Pembelajaran inefektif.

• Tidak mampu membuat justifikasi.


• Afektive tidak sesuai.

B. Pengkajian Stimulus.

Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola

perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk mengidentifikasi respon-respon

inefektif atau respon-respon adaptif yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan.

Ketika perilaku inefektif atau perilaku adaptif yang memerlukan dukungan perawat, perawat

membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi

perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal,

kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah

dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor

Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab.

a. Identifikasi stimulus fokal

Stimuli fokal merupakan perubahan perilaku yang dapat diobservasi. Perawat dapat melakukan

pengkajian dengan menggunakan pengkajian perilaku, yaitu: keterampilan melakukan observasi,

pengukuran dan wawancara.

b. Identifikasi stimulus kontekstual

Stimulus kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab terjadinya perilaku atau presipitasi

oleh stimulus fokal. Stimulus kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui observasi,

pengukuran, wawancara dan validasi.

Faktor kontekstual yang mempengaruhi mode adaptif adalah genetik, seks, tahap perkembangan,

obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping

mekanisme, stress emosi dan fisik religi dan lingkungan fisik.


c. Identifikasi stimulus residual

Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa lalu. Beberapa faktor dalam

pengalaman masa lalu relevan dalam menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,

karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan memberikan efek pada situasi sekarang.

3. Diagnosa Keperawatan

Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah problem (P), Etiologi (E), Sinthom/karakteristik

data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan.

1) Metode Pertama

Menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara

penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku

empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi.

Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat

pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi,

bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis. Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi)

datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB, Kehilangan (masalah konsep

diri) datanya: diam, kadang-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).

2) Metode Kedua

Membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara

penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya

ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respon perilaku tersebut dinyatakan

sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang stimulus.

Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan

oleh kurangnya suplai oksigen ke otot jantung.


3) Metode Ketiga

Merupakan kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive)

berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada saat

beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam pasien tidak

mampu melakukan senam. Keadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah

Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja

melaksanakan perannya.

4. Rencana Tindakan

Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk

mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada

besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh

stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan

keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Tujuan intervensi

keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang

konstruktif. Intervensi ditujukan pada peningkatan kemampuan koping secara luas. Tindakan

diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir.

Misalnya: persepesi, pengetahuan, pembelajaran).

5. Implementasi/Intervensi Keperawatan

Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal, kontekstual, residual.

Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara

luas, supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu dicatat merupakan

indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi
perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan

jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah

danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi).

Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah manajemen stimulus fokal

dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan

kognator.

Tabel 2: Kriteria Standar Intervensi Keperawatan Menurut Teori Adaptasi Roy

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS

 Memenuhi kebutuhan Oksigen.

Kriteria:

1. menyiapkan tabung oksigen dan flow meter.

2. menyiapkan hemodifier berisi air.

3. menyiapkan slang nasal dan masker.

4. memberikan penjelasan pada pasien.

5. mengatur posisi pasien.

6. memasang slang nasal dan masker.

7. memperhatikan reaksi pasien.

 Memenuhi kebutuhan Nutrisi:

Kriteria

1. menyiapkan peralatan dalam dressing car.

2. menyiapkan cairan infus/makanan/darah.

3. memberikan penjelasan pada pasien.


4. mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan

5. mengatur posisi pasien.

6. melakukan pemasangan infus/darah/makana

 Memenuhi kebutuhan Eliminasi

Kriteria:

1. menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter

2. memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter

3. menutup dan memasang selimut.

4. mengobservasi keadaan feses dan uerine.

5. Mengobservasi rekasi pasien.

 Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur.

Kriteria:

1. melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar.

2. melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi.

3. mengatur posisi yg nyama pada pasien.

4. menjaga kebersihan lingkungan.

5. Mengopservasi reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)

Kriteria

1. memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya lemah.

2. mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor.

3. Merapikan alat-alat pasien.


 Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi

Kriteria:

1. Mengobservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.

2. Melakukan tes alergi pada pemberian obat baru.

3. Mengobservasi reaksi pasien.

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI

 Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.

Kriteria:

1. Melaksanakan Orientasi pada pasien baru.

2. Memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.

3. Memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.

4. Memperhatikan setiap keluhan pasien.

5. memotivasi pasien untuk berdoa.

6. membantu pasien beribadah.

7. memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN PERAN

1. Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga

dan msayarakat.

2. Mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.

3. Melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.

4. Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.

5. Bersifat terbuka dan komunikatif pada pasien.


6. Mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada pasien

7. Perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara

benar dalam perawatan.

8. Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari

klien.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI

1. Membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.

2. Membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.

3. Membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).

4. Membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

6. Evaluasi

Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. Perilaku tujuan

dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada

perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan

intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan. Penilaian terakhir proses keperawatan didasarkan

pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan

didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya

adaptasi pada individu.


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

1. Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam mengembangkan proses

keperawatan.

2. Elemen dalam proses keperawatan menurut Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua,

diagnosa, perancanaan, intervensi, dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses

keperawatan secara umum.


DAFTAR PUSTAKA
Alimul, A. (2002) . Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: CV Sagung Seto
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktik. Jakarta: EGC
Nursalam. (2010). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Professional
Potter, P, A,. Perry, A., G. (2010) . Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai