Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA

PENYUSUNAN KEBIJAKAN MANAJEMEN PENGELOLAAN SAMPAH TPA


KABUPATEN BLORA

I. LATAR BELAKANG

Tingkat kepadatan penduduk suatu wilayah yang sedang berkembang


umumnya terus menunjukkan peningkatan yang berbanding lurus dengan laju
pembangunan. Peningkatan jumlah penduduk yang menempati suatu wilayah ini
dapat diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk secara alami atau migrasi dari
daerah lain. Peningkatan jumlah penduduk ini menimbulkan banyak konsekuensi
yang harus ditanggapi oleh pemerintah setempat secara bijak guna mewujudkan
tatanan masyarakat madani. Salah satu akibat dari peningkatan laju
pembangunan, pertambahan penduduk, serta aktivitas dan tingkat sosial
ekonomi masyarakat ini telah memicu terjadinya peningkatan jumlah timbunan
sampah. Hal ini menjadi semakin kompleks dengan hanya dijalankannya
paradigma lama, di mana pengelolaan yang mengandalkan kegiatan
pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan, yang kesemuanya membutuhkan
anggaran yang semakin besar dari waktu ke waktu, yang bila tidak tersedia akan
menimbulkan banyak masalah operasional seperti sampah yang tidak terangkut,
fasilitas yang tidak memenuhi syarat, cara pengoperasian fasilitas yang tidak
mengikuti ketentuan teknis, dan semakin habisnya lahan pembuangan.
Kabupaten Blora dengan luas wilayah administrasi 1820,59 km²
(182058,797 ha) memiliki ketinggian 96,00-280 m diatas permukaan laut,
terbesar penggunaan arealnya adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara
dan hutan rakyat, yakni 49,66 %, tanah sawah 25,38 % dan sisanya digunakan
sebagai pekarangan, tegalan, waduk, perkebunan rakyat dan lain-lain yakni 24,96
% dari seluruh penggunaan lahan. Luas penggunaan tanah sawah terbesar adalah
Kecamatan Kunduran (5559,2174 Ha) dan Kecamatan Kedungtuban (4676,7590
Ha) yang selama ini memang dikenal sebagai lumbung padinya Kabupaten Blora.
Mempunyai jumlah penduduk sebesar 322.759 jiwa ditahun 2017 yang tersebar
di 16 kecamatan .
Saat ini Kabupaten Blora mempunyai dua TPA yang beroperasi yaitu TPA
Temurejo dan TPA Wonorejo yang mempunyai luas masing-masing sekitar 2
hektare. Produksi sampah di Kabupaten Blora sekitar 56 kontainer setara dengan
20 ton/hari. Sampah tersebut berasal dari 8 kecamatan dari 16 kecamatan yang
ada di Kabupaten Blora. Produksi sampah setiap tahun mengalami peningkatan
sebesar 2%, peningkatan produksi sampah disebabkan dua faktor yakni, adanya
pertumbuhan penduduk dan tingkat sosial ekonomi masyarakat.
Dengan telah disahkannya Undang-Undang Pengelolaan Sampah pada
tanggal 9 April 2008, paling lama setelah 5 tahun, tidak diperkenankan lagi
praktik pengoperasian TPA sampah dengan proses pembuangan terbuka. Selain
itu, telah dimunculkan adanya ketentuan penerapan pengurangan dan
pemanfaatan sampah melalui program 3R, serta tuntutan akan permukiman yang
bersih dan sehat, dimana hal ini berdampak pada terdorongnya kebutuhan
akan pelayanan persampahan.
Pengelolaan sampah di TPA selama ini dilakukan dengan menggunakan
sistem open dumping (penimbunan secara terbuka) serta tidak memenuhi standar
yang memadai. Apabila hal ini tidak tertangani dan dikelola dengan baik,
peningkatan sampah yang terjadi itu bisa membawa dampak pada pencemaran
lingkungan, baik air, tanah, maupun udara, yang secara tidak langsung dapat
mengganggu kesehatan masyarakat karena banyak penyakit yang disebabkan dari

1
lingkungan yang kotor. Di samping itu, sampah berpotensi menurunkan kualitas
sumber daya alam, menyebabkan banjir dan konflik sosial. Untuk meningkakan
manajemen pengeloaan TPA maka Pemerintah Daerah Kabupaten Blora, dalam
hal ini Dinas Lngkungan Hidup Kabupaten Blora mengadakan pekerjaan
Penyusunan Kebijakan Manajemen Pengelolaan Sampah TPA Kabupaten Blora.

II. TUJUAN

Tujuan dari pekerjaan ini adalah menyusun Kebijakan Manajemen


Pengelolaan Sampah TPA Kabupaten Blora, sehingga terbentuk program
peningkatan kinerja Pengelolaan TPA yang programatik dan terstruktur, sesuai
dengan norma-standar-pedoman-kriteria.

III. SASARAN PEKERJAAN


Target yang ingin dicapai dengan pelaksanaan Penyusunan Kebijakan
Manajemen Pengelolaan Sampah TPA Kabupaten Blora ini adalah :
1. Meningkatkan pelayanan dan pengelolaan sampah di TPA oleh
Pemerintah Kabupaten Blora,
2. Terciptanya kinerja TPA sampah yang sesuai dengan norma-standar-
pedoman-kriteria.

IV. RUANG LINGKUP


Lingkup pekerjaan dari kegiatan Kebijakan Manajemen Pengelolaan
Sampah TPA Kabupaten Blora meliputi :
1. Kegiatan pengumpulan data dan informasi sebagai bahan kajian
terhadap kondisi wilayah perencanaan dan kondisi eksisting managemen
pengelolaan sampah di TPA Kabupaten Blora.
2. Evaluasi terhadap kondisi eksisting dilakukan sebagai langkah
indentifikasi masalah yang menjadi landasan dalam pengembangan
perencanaan kebijakan dan strategi pengelolaan TPA KAbupaten Blora.

V. SUMBER PEMBIAYAAN
Besarnya dana yang dianggarkan untuk pelaksanaan kegiatan Penyusunan
Kebijakan Manajemen Pengelolaan Sampah TPA Kabupaten Blora bersumber dari
APBD Kabuapten Blora tahun 2019 sebesar Rp.…………………..

VI. METODOLOGI
Pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini terdiri dari kegiatan persiapan
perencanaan, survey pengumpulan data, kompilasi dan analisis data, serta
pemilihan alternatif rencana tindakan. Altematif tersebut berupa tindakan
penyusunan program perencanaan pengelolaan persampahan yang sesuai kondisi
lapangan dan kebutuhan masyarakat. Secara rinci tahap-tahap dari pelaksanaan
pekerjaan perencanaan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi kegiatan penyusunan rencana kerja dan metode
pendekatan kajian. Di samping hal tersebut, konsultan akan
mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder/informasi yang ada dari
semua stakeholder/pemangku kepentingan dan OPD yang terkait.
2. Survei Lapangan
Untuk mempertajam pemahaman permasalahan yang terjadi, maka

2
konsultan harus melakukan survei yang terdiri dari survei primer,
pengambilan foto yang dapat menggambarkan situasi di lapangan. Survei
didasarkan terhadap kebutuhan-kebutuhan utama untuk keperluan
analisa kajian studi, selain itu konsultan harus merencanakan kegiatan
pelaksanaan survei di lapangan yang meliputi lokasi survei, waktu
pelaksanaan dan metodologi yang digunakan.

3. Kebutuhan Data
Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam pengidentifikasian kondisi
persampahan eksisting, antara lain identifikasi terhadap kondisi eksisting
TPA dan data pendukung laianya meliputi:
Lokasi/tapak wilayah yang diamati
Jumlah timbulan sampah yang masuk ke TPA
Komposisi dari timbulan sampah
Kegiatan pengelolaan sampah di sumber
Kegiatan pengolalaan dilakukan di TPS/ TPS 3R
Frekuensi pengumpulan dan pengangkutan sampah
Saranan dan prasaran TPA
Kelembagaan pengelola TPA

Data yang diperlukan untuk menunjang kegiatan ini antara lain :


Kondisi fisik kawasan, meliputi foto dan peta, lokasi dan batas
wilayah
Kondisi masyarakat setempat, meliputi data kependudukan dan
kondisi sosial ekonomi

4. Pengolahan Data dan Analisa


Analisa terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan
persampahan meliputi :
Analisa kondisi pengelolaan sampah yang ada saat ini
Analisis terhadap data yang ada dapat dilakukan dengan berbagai
metode baik SWOT, deskriptif, metode kualitatif dan kuantitatif
amupun dengan metode yang lain.

5. Perencanaan Teknis
Program peningkatan pengelolaan TPA ke depan akan mengadopsi
paradigma baru, yaitu menerapkan metode pembatasan, pengurangan
dan pemanfaatan sampah semaksimal mungkin sehingga diharapkan
jumlah sampah yang dibuang akan berkurang dan tidak membutuhkan
lahan TPA yang terlalu luas. Perencanaan teknis tersebut meliputi :
Rencana pengembangan kelembagaan TPA yang menggambarkan
bentuk kelembagaan yang sesuai dengan kondisi eksiting
kelembagaan di kabupaten Blora.
Rencana pengembangan teknis teknologis TPA, yang
menggambarkan kebutuhan jumlah, biaya investasi, dan biaya
operasional pelihara dan perawatan.
Rencana pengembangan peran serta masyarakat dan swasta yang
menggambarkan sinergitas peran serta masyarakat dan swasta
Rencana pengembangan pengaturan, yang menggambarkan
peraturan yang sudah ada dan kebutuhan peraturan yang
mendukung sistem penanganan sampah, dengan mengacu

3
pada produk-produk pengaturan yang lebih tinggi di tingkat nasional
dan propinsi.

6. Tahan Penyusunan Laporan Perencanaan


Laporan perencanaan yang harus disiapkan konsultan terdiri dari :
Laporan Pendahuluan, antara lain berisikan metode pelaksanaan
kegiatan.
Laporan Antara, antara lain memuat penyempurnaan hasil
inventarisasi data primer maupun sekunder, hasil pengamatan
terhadap prasarana dan sarana persampahan yang telah ada, serta
kemampuan pelayanan dari prasarana dan sarana tersebut. Selain
itu dilengkapi juga dengan peta lokasi sebaran perletakan sarana
dan prasarana tersebut.
Laporan Akhir Sementara (Draft Final Report), antara lain berisi :
- Analisis (proyeksi) pertumbuhan penduduk;
- Analisis namajemen pengelolaan TPA;
- Analisis kebutuhan prasarana dan sarana TPA.
- Rencana penanganan TPA
Masing-masing laporan dibuat dalam rangkap 6 (enam) yang kemudian
diserahkan pada saat pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan kepada
pemberi tugas.

7. Standar dan Peraturan


Pelaksanaan pekerjaan perencanaan ini harus mengacu pada kriteria dan
standar perencanaan yang berlaku di Indonesia, antara lain :
Undang-undang No.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Persampahan.
Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Sedang di
Indonesia (SK SNI – S – 04 – 1993 – 03).
Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan (SK SNI – T – 13 –
1990 – F).
Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi
Sampah Perkotaan (SNI 19-3964-1994).
Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan (SNI 19-
2454-2002).
Standar atau peraturan lain yang dianggap perlu.

VII. KUALIFIKASI PERSONIL


Untuk tercapainya tujuan dan sasaran dari pekerjaan perencanaan ini
maka perlu dipersiapkan suatu tim kerja konsultan yang diharapkan dapat
memenuhi kriteria seperti di bawah ini :

1. Team Leader
Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan minimal Strata 1 (S1) Teknik
Sipil/ Lingkungan dengan pengalaman kerja di bidangnya minimal 5
(lima) tahun. Team Leader diharapkan dapat menerjemahkan maksud
dari tujuan pekerjaan perencanaan sesuai dengan Term of Reference
(KAK) dan mengkoordinasikan hasil kerja dari anggota tim yang lainnya
sehingga dapat dihasilkan suatu produk perencanaan yang baik dan dapat
dipertanggungjawabkan.

4
2. Ahli Teknik sipil
Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1(S1) Teknik Sipil
dengan pengalaman kerja dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
3. Ahli Teknik Lingkungan,
Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1 (S1) Teknik
Lingkungan dengan pengalaman kerja dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
4. Ahli Kesehatan Masyarakat,
Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Strata 1 (S1) Kesehatan
Masyarakat dengan pengalaman kerja dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun.
5. Surveyor
Tenaga ahli tersebut adalah berpendidikan Diploma 3 atau Strata 1
Pendidikan Teknik (Akademi Teknik) dengan pengalaman kerja
dibidangnya minimal 3 (tiga) tahun.

Blora, April 2019


Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blora
Pejabat Pembuat Komitmen

Xxxxxxxxxxxxxxxx
NIP.000000000000000000

Anda mungkin juga menyukai